Indah Beti Lestari - LKPD Biodiversitas Tingkat Spesies Dan Laporan Observasi
Indah Beti Lestari - LKPD Biodiversitas Tingkat Spesies Dan Laporan Observasi
Indah Beti Lestari - LKPD Biodiversitas Tingkat Spesies Dan Laporan Observasi
Kelompok :
Kelas :
Anggota Kelompok :
1.
2.
Untuk SMA/MA
3.
4.
5.
6.
Semester 2
Sebelum mempelajari Bisakah bu guru jelaskan
tentang keanekaragaman pada saya KD, indikator
hayati tingkat spesies, kita serta tujuan pembelajaran
harus tahu dulu keanekaragaman hayati
Kompetensi Dasar (KD). tingkat spesies?
Kompetensi dasar (KD) yang di pelajari adalah 3.2 Menganalisis tentang tingkat
keanekaragaman hayati tingkat spesies dalam kehidupan.
Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
- Tali rafia
- Kayu
- Gunting
- Meteran
- Kertas label
- Alat Tulis
Cara Kerja
Terbuka
Ternaung
Pertanyaan
1. Berapakah nilai Indeks Keberagaman pada lokasi terbuka dan ternaung? Berbedakah
keberagaman pada 2 lokasi tersebut? Berikan penjelasanmu.
Jawab :
.................................... ..............................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
2. Berapakah Indeks Similaritas pada lokasi observasi ?
Jawab :
.................................... ..............................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
Alat dan Bahan
Cara Kerja
Data Pengamatan
Jenis Jumlah Individu
Hewan Lokasi Nama Hewan Nama Ilmiah (ni)
Nokturnal 1
Total Jumlah Individu Semua Spesies (N) pada Lokasi 1
2
Total Jumlah Individu Semua Spesies (N) pada Lokasi 2
3
1. Apakah tujuan penangkapan fauna tanah menggunakan metode pit fall trap ?
Jawab :
.................................... ....................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
4. Apa saja spesies fauna tanah yang berhasil ditangkap dengan metode pit fall trap ?
Jawab :
.................................... ....................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
LAPORAN OBSERVASI BIODIVERSITAS SPESIES TUMBUHAN
LAPIS BAWAH DAN FAUNA TANAH
Tugas
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Biodiversitas
Dosen Pengampu:.
Prof. Dr. Sri Ngabekti, M.S
oleh:
Indah Beti Lestari (0402519013)
PROGRAM PASCASARJANA
S2-PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI IPA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari observasi ini adalah:
1. Mengetahui indeks keberagaman dan kesamaan vegetasi tumbuhan lapis bawah dengan
menggunakan metode kuadrat di kawasan kebun wisata Universitas Negeri Semarang.
2. Mengetahui indeks keberagaman dan kesamaan fauna tanah dengan menggunakan metode
pitfall trap di kawasan Gang Imam Bonjol Banaran Gunungpati Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dimana;
IS = indeks kesamaan atau indeks similaritas
C = Jumlah spesies yang sama dan terdapat pada kedua komunitas
A = Jumlah spesies di dalam komunitas A
B = Jumlah spesies di dalam komunitas B
BAB III
METODE
4.1.3 Pembahasan
Vegetasi adalah suatu kumpulan dari tumbuhan yang pada umumnya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama dalam suatu habitat atau tempat. Pada mekanisme
hidup bersama tersebut terdapat interaksi yang sangat erat, baik interaksi antara sesama
individu penyusun vegetasi tersebut maupun organisme lainnya sehingga terjadi suatu sistem
hidup dan tumbuh yang dinamis (Marsono, 1997). Vegetasi berfungsi sebagai perantara hewan
dengan habitat. Vegetasi pun dapat mengubah dan menentukan sifat habitat, apakah cocok atau
tidak bagi hewannya, karena itu vegetasi dapat menyeleksi hewan. Vegetasi berfungsi sebagai
tempat berlindung, bersarang, tempat mencari makan, dan sumber air, vegetasi penting sebagai
sumber air karena akar tanaman suatu dahan dan daunnya bertindak sebagai pelindung dan
penangkap bagi air yang turun (Yatim, 1994).
Metode yang digunakan pada observasi kali ini adalah metode plot (petak ukur), adalah
prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe organisme. Bentuk plot biasanya
segi empat atau persegi ataupun lingkaran. Sedangkan ukurannya tergantung dari tingkat
keheterogenan komunitas. Contohnya:
a. Petak tunggal yaitu metode yang hanya satu petak sampling yang mewakili satu areal
hutan.
b. Petak ganda yaitu pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan banyak petak
contoh yang letaknya tersebar merata (sebaiknya secara sistematik). Ukuran berbeda- beda
berdasarkan kelompok tumbuhan yang akan dianalisis. Perbandingan panjang dan lebar
petak 2 : 1 m2 merupakan alternatif terbaik daripada bentuk lain.
Pada observasi ini, analisa vegetasi dilakukan pada komunitas tumbuhan bawah di daerah
naungan dan di daerah tanpa naungan (terbuka). Pemilihan kedua daerah yang berbeda ini
untuk mengetahui jenis tumbuhan apa saja yang berada pada daerah dengan naungan dan
daerah tanpa naungan, perbedaan ini juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang didapat oleh
tumbuhan. Kemudian dibuat petak dengan ukuran 2 m x 1 m, ukuran ini dipilih agar ukuran
petak cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas,
namun juga harus cukup kecil sehingga individu dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
adanya duplikasi maupun pengabaian (Turner, 2011).
Pada 4 sudut plot dibatasi dengan menggunakan kayu yang saling dihubungkan dengan
area luar petak, hal ini untuk membuat petak yang berbentuk persegi dimana jenis tanaman
yang ada didalam petak ukur pada masing-masing plot akan dicatat jumlahnya dan
diidentifikasi serta kelompoknya.
Percobaan analisis vegetasi dilakukan di Kebun Wisata Universitas Negeri Semarang.
Pada lokasi dengan naungan terdapat pohon-pohon jati besar yang akan menghalangi sinar
matahari sehingga tanaman yang terdapat di bawah sedikit menerima cahaya matahari.
Sedangkan pada lokasi tanpa naungan (terbuka), banyak terdapat jenis tumbuhan yang rendah,
karena pada lokasi tanpa naungan (terbuka) tidak ada penghalang bagi tumbuhan rendah untuk
mendapatkan sinar matahari.
Berdasarkan hasil pengamatan analisis vegetasi, diperoleh beberapa growthform di lokasi
ternaung dan terbuka. Pada lokasi ternaung, diperoleh growthform tanaman landep atau kacang
hias, rumput gajah dan putri malu. Growthform tanaman landep atau kacang hias ditemukan
sebanyak 12 individu dan memiliki indeks keberagaman sebesar 0,147415612. Growthform
rumput gajah sebanyak 10 individu dan memiliki indeks keberagaman sebesar 0,157272972.
Growthform putri malu sebanyak 1 individu dan memiliki indeks keberagaman sebesar
0,059205558.
Pada lokasi terbuka, diperoleh growthform tanaman landep atau kacang hias, rumput
gajah dan putri malu, terulak, anting-anting, patikan kebo dan daun kentut-kentutan.
Growthform tanaman landep atau kacang hias ditemukan sebanyak 204 individu dan memiliki
indeks keberagaman sebesar 0,065012174. Growthform rumput gajah sebanyak 31 individu
dan memiliki indeks keberagaman sebesar 0,11383964. Growthform putri malu sebanyak 2
individu dan memiliki indeks keberagaman sebesar 0,01710131. Growthform terulak sebanyak
4 individu dan memiliki indeks keberagaman sebesar 0,029267702. Sedangkan Growthform
anting-anting, patikan kebo dan daun kentut-kentutan masing-masing sebanyak 1 individu dan
memiliki indeks keberagaman sebesar 0,009784385.
Berdasarkan hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis dan jumlah cacah spesies
pada lokasi terbuka lebih beragam dan banyak dibandingkan dengan jenis dan jumlah cacah
spesies pada lokasi dengan naungan. Hal ini diperkirakan karena tumbuhan membutuhkan
cahaya untuk berfotosintetsis sehingga dilokasi terbuka, keanekaragaman lebih banyak
dibandingkan dengan naungan.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap keragaman dan banyaknya jenis spesies yaitu
apabila semakin tinggi intensitas cahaya maka spesies tersebut mudah untuk berfotosintesis
sehingga spesies tersebut mudah untuk bertumbuh dan menyebar. Hal ini dikarenakan daerah
terbuka tidak terdapat naungan pohon besar sehingga cahaya matahari tidak terhalang untuk
menyinari dan memberikan energi untuk tumbuhnya suatu vegetasi yang terletak di tanah
sedangkan daerah dengan naungan terdapat naungan pohon besar sehingga cahaya matahari
terhalang untuk menyinari dan memberikan energi untuk berfotosintesis yang membutuhkan
cahaya matahari dan tumbuhnya suatu vegetasi yang terletak di tanah bawah naungan pohon
tersebut.
Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil Indeks similaritas sebesar 1,947565543.
Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat kesamaan antara ternaung dan terbuka tinggi. Lokasi
naungan dan terbuka memiliki growthform paling dominan yang sama yaitu tanaman landep
atau kacang hias. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman landep atau kacang hias paling mudah
tumbuh di lokasi Kebun Wisata Universitas Negeri Semarang. Selain tanaman landep, juga ada
rumput gajah dan putri malu yang terdapat di lokasi ternaung dan terbuka.
Total Jumlah Individu Semua Spesies (N) pada Lokasi 1, 2 dan 3 70 0,103890664
Total Jumlah Individu Semua Spesies (N) pada Lokasi 1, 2 dan 3 35 1,280831702
4.2.3 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di Gang Imam Bonjol No. 5A Banaran
Gunungpati Semarang mempunyai indeks keanekaragaman sangat rendah untuk hewan
nokturnal yaitu sebesar 0,103890664 dan rendah untuk hewan diurnal sebesar 1,280831702.
Sehingga dikatakan ekosistem pada Gang Imam Bonjol No. 5A Banaran Gunungpati Semarang
cenderung sangat tidak stabil untuk hewan nokturnal dan tidak stabil untuk hewan diurnal.
Sedangkan keanekargamannya menunjukkan bahwa di sana tercemar berat dan sedang. Hal itu
sesuai teori menurut Shanon-Winner (Krebs, 1989 dalam Wijayanti, 2007) adalah sebagai
berikut :
H’ > 2,0 (Keanekaragaman tinggi, stabil/tidak ter-cemar)
1,6 ≤ H’ ≤ 2,0 (Keanekaragaman sedang, moderat/tercemar ringan)
1,0 ≤ H’ ≤ 1,59 (Keanekaragaman rendah, tidak stabil/tercemar sedang)
H’ < 1,0 (Keanekaragaman sangat rendah, sangat tidak stabil/tercemar berat)
Menurut Odum dalam Dharmawan dkk. (2005), keanekaragaman identik dengan kestabilan
suatu ekosistem, yaitu jika keanekargaman suatu ekosistem relatif tinggi maka kondisi
ekosistem tersebut cenderung stabil. Pada kasus lingkungan ekosistem yang tercemar,
keanekargaman jenis cenderung rendah.
Menurut Daharmawan dkk. (2005), bahwa keanekaragaman cenderung akan rendah
pada ekosistem yang secara fisik terkendali (dibatasi oleh faktor lingkungan abiotik), atau
mendapatkan tekanan lingkungan dan akan cenderung tinggi pada ekosistem yang dibatasi atau
diatur oleh faktor biotik. Dari teori di atas menunjukkan bahwa keanekargaman pada lokasi
yang rendah menunjukkan antara faktor abiotik dan biotik di lokasi cenderung dibatasi. Dari
faktor abiotik seperti pH terlalu asam atau basa, kesuburan tanah kecil, cahaya banyak sangat
tidak cocok untuk tempat hidup hewan tanah. Dari segi faktor biotik mungkin karena lokasi
tersebut adalah perumahan maka akan memungkinkan untuk manusia membunuh, memangsa
dan memburu untuk melanjutkan siklus hidup mereka dalam jaring-jaring makanan.
Sedang indeks similaritas baik hewan nokturnal maupun diurnal ternyata besarnya
sama yaitu 2. Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat kesamaan antara nokturnal maupun diurnal
tinggi. Karena memang lokasi nokturnal maupun diurnal yang dipasang pitfall trap adalah sama
maka tidak heran jika tingkat kesamaannya pun juga sama besarnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil observasi maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Vegetasi tumbuhan lapis bawah dengan menggunakan metode kuadrat di kawasan kebun
wisata Universitas Negeri Semarang memiliki indeks keberagaman sebesar 0,25 untuk
terbuka dan 0,36 untuk ternaung serta indeks kesamaan sebesar 1,94.
2. Fauna tanah dengan menggunakan metode pitfall trap di kawasan Gang Imam Bonjol
Banaran Gunungpati Semarang memiliki indeks keberagaman sebesar 0,10 untuk hewan
nokturnal dan 1,28 untuk hewan diurnal serta indeks kesamaan sebesar 2.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani., Arief, S, Abdul, W. 2014. Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah Sekitar Danau
Tambing pada Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Jurnal Warta Rimba. 2 (1) : 164 –
170.
Aththorick, T. 2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah pada Beberapa Tipe Ekosistem
Perkebunan di Kabupaten Labuhan Batu. Jurnal Komunikasi Penelitian,17 : 42 – 48.
Azwar, F., Adi, K. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Berbagai Tegakan Hutan
Tanaman di Benakat, Sumatera Selatan. Balai Penelitian Palembang. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman, 10 (2) : 85 – 98.
Hanafiah, K.A., Napoleon, A. Ghoffar, N. 2007. Biologi Tanah: Ekologi dan Makrobiologi
Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hilwan I, Mulyana D, Pananjung WD. 2013. Keanekaraaman jenis tumbuhan bawah pada
Tegakan Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan Trembesi (Samanea
saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai
Kartanagara Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur Tropika, 4(1):6–10.
Menta, C. 2012. Soil Fauna Diversity-Function, Soil Degradation, Biological indices, Soil
Restoration, INTECH.
Nirwani Z. 2010. Keanekaragaman tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat
di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang [skripsi]. Fakultas
Kehutanan Universitas Negeri Sumatera Utara.
Wahyuono, S., Etik, E.W.H., Siti, M.W. 2016. Keanekaragaman dan Pemanfaatan Tumbuhan
Bawah pada Sistem Agroforestri di Perbukitan Menoreh, Kabupaten Kulon Progo.
Palembang. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23 (2) : 206 – 215.
Windusari Y. 2012. Dugaan cadangan karbon biomassa tumbuhan bawah dan serasah di
Kawasan Suksesi Alami pada area pengendapan Tailing PT. Freeport Indonesia. Sumatra
Selatan. Biospecies, 5(1): 22–28.
Yuniawati. 2013. Pengaruh pemanenan kayu terhadap potensi karbon tumbuhan bawah dan
serasah di lahan Gambut (Studi Kassus di Areal HTI Kayu Serat PT. RAPP Sektor
Pelalawan). Propinsi Riau. Hutan Tropis, 1(1)2337–7771.
DOKUMENTASI