LP+Askep Campak Kelompok 6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CAMPAK DAN


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN OKSIGENASI DI
RUANG FLAMBOYAN RSUD Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH Kelompok 6 :
Hepi Nopita Sari 2019.C.11a.1011
Islamanda 2019.C.11a.1012
Janwaria Changrila 2019.C.11a.1013
Sunardi 2019.C.11a.1029
Tina Novela 2019.C.11a.1030
Tri Berger 2019.C.11a.1031

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Kelompok 6 : Hepi Nopita Sari 2019.C.11a.1011
Islamanda 2019.C.11a.1012
Janwaria Changrila 2019.C.11a.1013
Sunardi 2019.C.11a.1029
Tina Novela 2019.C.11a.1030
Tri Berger 2019.C.11a.1031
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Diagnosa Medis
Campak Dan Kebutuhan Dasar Manusia Dengan Oksigenasi
Di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, sehingga dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusia (KDM) Pada An. S Dengan Diagnosa Medis Campak Diruang
Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini
dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit
Tuberkulosis Paru.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katanyang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Palangka Raya, 11 Mei 2020

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis Paru......................................................4
2.1.1 Definisi....................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi....................................................................................4
2.1.3 Etilogi......................................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................6
2.1.5 Patofisologi (Patway)...............................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis...................................................................................10
2.1.7 Komplikasi...............................................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................13
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi)
2.2.1 Definisi....................................................................................................15
2.2.2 Klasifikasi................................................................................................15
2.2.3 Etiologi....................................................................................................17
2.2.4 Patofiologi................................................................................................18
2.2.5 Manifestasi Klinis....................................................................................21
2.2.6 Tanda Dan Gejala....................................................................................21
2.2.7 Pemeriksaan Fisik....................................................................................21
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................21
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian................................................................................................24
2.3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................30
2.3.3 Perencanaan Keperawatan.......................................................................30
2.3.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................37
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................37
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................56
4.2 Saran........................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dahulu, selama berabad-abad, campak ( rubeola, morbili ), merupakan
penyakit menular masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak
umum lagi di Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan
antara Negara maju dan Negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi
dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan lebih dari 1 juta kematian
setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di Negara
berkembang di seluruh dunia.
       Menurut data SKRT  ( 1996 ) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000.
angka tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 1982 sebelum program
imunisasi campak dimulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun.
Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden campak.
Sebagai dampak program imunisasi tersebut insiden campak cenderung turun
pada ssemua umur. Pada bayi ( < 1 tahun ) dan anak umur 1-4 tahun terjadi
penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relative
landai.
       Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu
penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi
dan akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi,
penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya adalah
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka bagaimana pemberian asuhan
keperawatan pada klien An. S dengan campak dan kebutuhan dasar manusia
dengan oksigenasi di ruang flamboyan rsud dr. Doris Sylvanus palangka raya.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk memberikan dan asuhan keperawatan pada KDM
pada An. S Dengan Campak Di Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus palangka
raya

1
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan
diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu
melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang
sudah diberikan.
b. Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan
dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mahasiswa mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya
penyakit campak dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Menambah informasi mengenai penyakit campak dan pengobatannya
sehingga dapat digunakan untuk membantu progam pemerintah dalam
pemberantasan campak.
1.4.3 Untuk Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun
internasional.
1.4.4 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama
dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada
masyarakat.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c
atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu
kesehatan anak 2:624 ). Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles )
adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam,
batuk, konjungtivitis ( peradangan selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam
kulit.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
1. Anatomi kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 –
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
a. Epidermis
       Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal

3
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
       Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung
melanosit.
        Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :

4
1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan
tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis
di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
       Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

5
         2. Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis,
tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada
epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis
melalui membran epidermis
         3. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,
sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi
kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada
daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible
loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur
dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
2.1.3 Etiologi
Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus.
Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste
des petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan
imunologi yang jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi
bersama lebih awal dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik ( anjing,
ternak, kambing, manusia ).

6
Gambar 2 : virus campak

Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks
protein yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah
pleomorfik, dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah
ditemukan  dan fungsinya terlibat dalam beberapa sifat  khas virus yang telah
diketahui ( table 2-1 ). Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka
waktu lama pada temperature rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam
berbagai cara, baik dibiakan sel primer maupun dibarisan yang stabil; sel yang
berasal dari manusia dan monyet paling dapat dipercaya untuk isolasi virus
permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus mudah berbiak dalam biakan
jaringan spesies lain.
       Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak ditandai
dengan pembentukan sel raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan
inklusi sinsitium dan eusinofil didalam nucleus dan sitoplasma, yang sangat mirip
dengan yang diamati di specimen sitologi yang diambil dari secret traktus
respiraturius dan banyak jaringan penderita campak.
       Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau
hewan percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik,
memfiksasi komplemen dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan
hemolisis oleh virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang bermakna
pada strain campak selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat
jarang terjadinya serangan kedua pada penyakit ini.
Table 2-1. protein virus campak
L Protein interna ( Large )
P Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.

7
NP Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H Hemaglutinasi dan adsorbs.
M Protein matriks membrane interna.

2.1.4 Klasifikasi
Penyakit ini terbagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium prodormal (katarallis)
Biasanya stadium ini berlangsung 4 – 5 hari disertai panas tubuh, malaise
(lemah), batuk, fotopobia, konjungtivitis, koriza. Menjelang selesai stadium
kataral dan 24 jam timbul eritema (ruam pada selaput lendir), timbul bercak
koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema.
Kadang – kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum
stadium erupsi. Secara klinis, citra penyakit ibarat influensa dan sering
didiagnosis sebagai influensa. Diagnosis asumsi sanggup dibentuk bila ada bercak
klopik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalam waktu 2 ahad
terakhir.
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk- batuk bertambah, timbul eritema atau titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Kadang- kadang terlihat pula bercak koplik.
Biasanya disertai juga meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula terdapat kulit
yang normal. Mula- mula makula timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral
tengkuk sepanjang rambut dan cuilan belakang pipi.
Dalam dua hari bercak- bercak menjalar kemuka, lenga atas, cuilan dada,
punggung, perut dan tungkai bawah. Kadang- kadang terdapat perdaraha ringan
pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah umumnya
pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan mirip terjadinya. Terdapat
juga sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah.
Variasi morbili yang biasa ini yaitu : black measles yaitu ; morbili yang
disertai perdarahan pada kulit, milut hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih renta
(Hiperpigmentasi) yang usang kelamaan akan menghilang sendiri. Selain itu

8
ditemukan pula kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan tanda-tanda
patognomonik untuk morbili. Suhu menurun hingga menjadi normal, kecuali bila
ada komplikasi. Selanjutnya diikuti tanda-tanda anoreksia, malaise, limfadenopati.
(Ngastiyah, Perawatan anak sakit, 351).
2.1.5 Fatofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan
berbiak. Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung
virus dari secret nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi
periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh
viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada
agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri
di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan dengan
awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu  ( kira-kira 9 sampai 10
hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di
seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga
dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling mungkin
menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya
awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ), perbanyakan virus
berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus
bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya
eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang
ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan
gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari
kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi
melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media,
bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan
serebrospinalis dan 50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak
serangan penyakit. Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala dan tanda
ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat kelainan system
saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat
dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimun. Pada pasien SSPE, hilangnya

9
virus campak dari system saraf pusat beberapa tahun kemudian setelah infeksi
campak primer menekankan perlunya penjelasan lebih lanjut tentang interaksi
virus dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun kronis. SSPE bisa
disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.
       Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan
imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang
dikandungnya. Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah
anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang
berusia dibwah 5 bulan ) yang menderita campak. Seseorang yang pernah
menderita campak akan menjadi kebal seumur hidupnya.

10
11
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
1. Panas badan
2. Nyeri tenggorokan
3. pilek Coryza
4. Batuk ( Cough )
5. Bercak Koplik
6. Nyeri otot
7. Mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik
Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari
setelah timbulnya gejala di atas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam
kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol).
Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di
leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh,
lengan dan kaki, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta
suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun,
penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama
beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan
merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
2.1.7 Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri: Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Serologi

12
       Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.
2. Patologi anatomi
       Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
3. Darah tepi
       Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri.
4. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
5. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati/ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal,
kadar elektrolit darah dan analisis gas darah), enteritis (feces lengkap),
bronkopneumonia (dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah).
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien
yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi
virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo.
Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan
batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih
spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk
mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang
kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua
daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah
memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan
laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus

13
respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak
100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan
segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari berikutnya,
bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4 minggu
kemudian.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain
itu sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk
sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia.
Pasien campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena
memerlukan perawatan yang yang memadai ( kadang perlu infuse atau oksigen ).
Masalah yang perlu diperhatikan  ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh,
gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya komplikasi.
a. Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering
mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yang
tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak
diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan
tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi.
b. Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi
virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar
banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama.
Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika tinggi
sekali diberiakan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.
c. Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan,
pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidak
tahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan berlangsung
lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat rewel, pada waktu
malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah keluar anak akan
merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman dan kenyamanan anak.

14
Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau
lainnya ( atas resep dokter ). Selama masih demam tinggi jangan dimandikan
tetapi sering-sering dibedaki saja.
d. Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini
dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi
negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang
kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko terjadinya
komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti
pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik lainya.
2.1 Konsep kebutuhan Dasar manusia
2.2.1 Definisi
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang
artinya perorangan dan hygieneberarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Menurut Potter & Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan diri (Depkes,2000).
2.2.2 Etiologi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis

15
penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat
menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial-ekonomi.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, alat mandi yqang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya .
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita Diabetes
Millitus ia harus selalu menjaga kebersihan kakinya.
2.2.3 Patofisiologi
Personal hygene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk
memelihara kebersihan diri. Personal hygene dapat terganggu apabila individu
sedang sakit. Selain itu fasilitas yang kurang, kurangnya pengetahuan tentang

16
personal hygene yang tepat, ekonomi yang kurang dan factor lingkungan sekitar.
Akibatnya individu akan mengalami defisit personal hygene.
Apabila defisit personal hygene individu terganggu, maka akan
menimbulkan dampak yang kurang baik, dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak gangguan fisik yang mungkin muncul adalah :
a. Gangguan integritas kulit
b. Gangguan mukosa mulut
c. Infekssi mada mata dan telinga
Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah :
a. Kebutuhan harga diri
b. Gangguan interaksi social
c. Aktualisasi diri
d. Gangguan rasa nyaman
e. Kebutuhan mencintai dan dicintai

17
2.2.4 Manifestasi Klinis
Menurut Fitria (2010). tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias

18
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien
juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Maka Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, menguyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukannya ke mulut, melengkapi makanan, mengambil gelas atau
cangkir, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK
klien memiliki keterbatasan atau ketidak mampuan dalam mendaptkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian
untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil.
Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena stressor
yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bias mengalami harga diri
rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik
dal hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak
dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami
masalah risiko tinggi isolasi sosial.
2.2.7 Jenis Personal Hygiene
Personal Hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar yang
rutin dilakukan oleh perawat setiap dirumah sakit (Depkes RI< 1987).
Tindakan tersebut meliputi :
a) Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh.
b) Perawatan mata.
c) Perawatan hidung.
d) Perawatan telinga.
e) Perawatan gigi dan mulut.

19
f) Perawatan kuku tangan dan kaki.
g) Perawatan genetalia.
h) Perawatan tubuh (mandi)
2.2.8 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah: gangguan integrasi kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
infeksi pada dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b.Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto &
Wartonah 2010).
2.2.9 Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit
yangmengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya
pada daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan
mengatasi terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang.
Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara mencuci dan menyisir rambut.
Tujuannya adalah membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala, menambah
rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit dan
memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit. Tindakan keperawatan pada
pasien dengan cara membersihkan dan menyikat gigi dan mulut secara teratur.
Tujuan perawatan ini mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah
gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebersihan gigi
dan mulut. Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku
secara sendiri. Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah
timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku.
2.2.10 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.      Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat pendidikan, agama,
pekerjaan, tanggal MRS, No registrasi, dll.

20
2.      Keluhan utama
3.      Riwayat keperawatan
a.       Faktor yang mempengaruhi personal hygine
b.      Pola kebersihan tubuh
c.       Kebiasaan personal hygine (mandi, oral care, perawatan kuku dan
kaki, perawatan rambut, mata, hidung dan telinga).
4.      Pemeriksaan fisik
a.       Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa, kulit,
mulut, hidung, telinga, kuku, kaki, dan rambut akibat terapi.
b.      Lakukan insfeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kondisi lesi.
c.       Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung,
telinga, kuku, kaki, dan rambut : warna, tekstur, turgon.
5.      Data
DS (data subyektif) :
a.       Malas  beraktivitas
b.      Intraksi kurang
c.       Kegiatan kurang
d.      Pasien merasa lemah.
DO (data obyektif) :
a.        Badan dan pakaian kotor
b.       Rambut kotor
c.        Mulut dan gigi bau
d.       Kulit kusam dan kotor
e.        Kuku kotor
2.2.10 Diagnosa Keperawatan yang mungkin akan muncul
1.      Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi berhubungan dengan
kelemahan fisik.
Intervensi
No
Hari/tgl Tujuan & KH intervensi Rasional
DX
     - 1. Setelah diberikan 1.    Kaji faktor 1.      Mengetahui
asuhan keperawatan penyebab terjadinya penyebab faktor

21
selama…..x….. jam defisit/ kelemahan defisit perawatan diri
diharapkan pasien 2.    Kaji pada klien dan
dapat melakukan kemampuan klien menentukan
aktifitas sesuai untuk menggunakan intervensi
dengan yang dapat alat bantu selanjutnya .
ditoleransi dengan 3.    Bantu klien 2.      Mengetahui
Kriteria hasil : dalam kebersihan kemampuan klien
-       Pasien koperatif badan misalnya dalam melakukan
dalam perawatan diri. kebersihan mulut, personal hygiene
-       Kebutuhan mandi, dan rambut. tanpa alat bantu
perawatan diri 4.    Atur posisi 3.      Untuk
terpenuhi pasien setiap 3 jam memberikan rasa
-       Aktivitas 5.    Anjurkan pasien nyaman pada pasien
terpenuhi tanpa bantu untuk beraktifitas 4.      Meminimalisir
atau dengan mandiri 6.    Ajarkan terjadinya dekubitus
keluarga pasien pada pasien
untuk melakukan 5.      Memberikan
perawatan diri untuk kemampuan untuk
merawat seperti: mengeluarkan energi
mandi, keramas dan 6.      Mengajarkan
gosok gigi. kepada keluarga
7.    Kolaborasi pasien di rumah.
dengan ahli 7.      Menentukan
fisioterapi dalam terapi yang cocok
pemberian terapi diberikan ke pasien.
kepada pasien.

 Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi.
Evaluasi
1.      Pasien koperatif dalam perawatan diri.
2.      Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.
3.      Aktivitas terpenuhi tanpa bantu atau dengan

22
2.3 Menajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
a). Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L
dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis.
b). Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan
palatum mole.
c). Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang
tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak
koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d). Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
e). Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f). Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III;
DPT I, II, III; dan campak.
g). Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n.

23
Status Gizi  
Klasifikasinya sebagai berikut :
- Gizi buruk kurang dari 60%
- Gizi kurang 60 % - <80 %
- Gizi baik 80 % - 110 %
- Obesitas lebih dari 120 %
h). Riwayat  tumbuh kembang anak.
a. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun  yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata
BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7
kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter
menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada
rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5
tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.
Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b. Tahap perkembangan.
 Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah. Anak
punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli
maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan
sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
 Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/
falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra
komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
 Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu
fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ).
Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep
waktu belum benar dan magical thinking.
 Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan
kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu,

24
mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut
oleh keluarga.
 Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu
atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
 Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-
tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran
tubuhnya dengan kelompoknya.
 Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “.
Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di
kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan
sedikit atau tidak protes.
 Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata
pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat.
Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan
nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
 Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya,
lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai
pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
 Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang
mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan
kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda
dengan roda tiga.
b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )
a). Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan
tanda-tanda vital.
b). Kepala dan leher
- Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia,
adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah.
- Palpasi :

25
Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
didaerah leher belakang,
c). Mulut
- Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah,
enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus
digestivus.
d). Toraks
- Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada
hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai
influenza.
- Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e). Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi
Bising usus.
- Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa
atau pembengkakan.
e). Kulit
- Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi :
Turgor kulit menurun
2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data
subyektif objektif.

26
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap
proses kehidupan / masalah kesehatan.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah
sebagai berikut :
1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
2. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring.
3. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
4. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
5. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
6. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak
kurang baik.
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
       Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang
normal.
Dengan kriteria hasil
a.       Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b.      Anak bebas dari demam.
No Intervensi Rasional
1 Monitor perubahan suhu tubuh, Sebagai pengawasan terhadap adanya
denyut nadi. perubahan keadaan umum pasien sehingga
dapat diakukan penanganan dan perawatan
secara cepat dan tepat.

2 Lakukan tindakan yang dapat Upaya – upaya tersebut dapat membantu


menurunkan suhu tubuh sperti menurunkan suhu tubuh pasien serta
lakukan kompres, berikan meningkatkan kenyamanan pasien.
pakaian tipis dalam

27
memudahkan proses
penguapan.
3 Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa nyaman anak.
perawatan serta ajari cara
menurunkan suhu dan
mengevaluasi perubahan suhu
tubuh.
4 Kaji sejauh mana pengetahuan Mengetahui kebutuhan infomasi dari
keluarga dan anak tentang pasien dan keluarga mengenai perawatan
hypertermia pasien dengan hypertemia.

5 Kolaborasi dengan dokter Antipiretik menurunkan/mempertahankan


dengan memberikan antipiretik suhu tubuh anak.
dan antibiotic sesuai dengan
ketentuan.

Diagnose II
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan criteria hasil :
a.       Tidak mengalami aspirasi
b.      Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam
paru.
No Intervensi Rasional
1 Kaji fungsi pernapasan, contoh Ronci, mengi menunjukkan akumulasi
bunyi napas, kecepatan, irama secret/ketidak mampuan untuk
dan kedalaman dan penggunaan membersihkan jalan napas yang dapat
otot aksesori. menimbulkan penggunaan otot aksesori
pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan.
2 Catat kemampuan untuk batuk Pengeluaran secret sulit bila secret sangat
efektif. tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak
adekuat hidrasi ).

28
3 Berikan posisi semi fowler Posisi membantu memaksimalkan
tinggi. Bantu klien untuk batuk ekspansi paru dan menurunkan upaya
dan latihan napas dalam. pernapasan.
4 Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah obstruksi atau aspirasi.
trakea ; pengisapan sesuai Pengisapan dilakukan bila klien tidak
keperluan. mampu mengeluarkan secret.
5 Pertahankan masukan cairan Pemasukan tinggi cairan membantu untk
mengencerkan secret.
6 Berikan lingkungan yang aman Meningkatkan kenyamanan untuk anak

Diagnose III
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane
mukosa.
Dengan criteria hasil :
a.       Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b.      Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.
No Intervensi Rasional
1 Pantau kulit dari adanya: ruam Mengetahui perkembangan penyakit dan
dan lecet, warna dan suhu, mencegah terjadinya komplikasi melalui
kelembaban dan kekeringan deteksi dini pada kulit.
yang berlebih, area kemerahan
dan rusak.
2 Mandikan dengan air hangat dan Mempertahankan kebeersihan tanpa
sabun ringan mengiritasi kulit.
3 Dorong klien untuk menghindari Membantu mencegah friksi / trauma
menggaruk dan menepuk kulit. kulit.
4 Balikkan atau ubah posisi Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
dengan sering tekanan pada kulit / jaringan yang tidak
perlu.
5 Ajarkan anggota keluarga / Mengetahui terjadinya infeksi /
memberi asuhan tentang tanda komplikasi lebih cepat.
kerusakan kulit, jika diperlukan.
6 Konsultasi pada ahli gizi tentang Perbaikan nutrisi klien agar terhindar
makanan tinggi protein, mineral, dari infeksi karena kulit dapat menjadi

29
kalori dan vitamin. barier utama yang dapat memperberat
kondisi anak.
Diagnose IV
            Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan criteria hasil :
Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
No Intervensi Rasional
1 Pantau berat badan, suhu, Mengontrol keseimbangan output.
kelembaban pada rongga oral,
volume konsentrasi urin.
2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan
perubahan pada fungsi ginjal, yang
mewaspadakan terjadinya gagal ginjal
akut pada respon terhadap hipovolemia.
3 Observasi kulit/membrane Hipovolemia, perpindahan cairan dan
mukosa untuk kekeringan, kekurangan nutrisi memperburuk turgor
turgor. kulit.
4 Hilangkan tanda bau dari Menurunkan rangsangan pada gaster dan
lingkungan respon muntah.
5 Ubah posisi dengan sering, Adanya gangguan sirkulasi cenderung
berikan perawatan kulit dengan merusak kulit.
sering dan pertahankan tempat
tidur kering dan bebas lipatan.
6 Berikan : Menarik minat anak agar mau minum
a.       Bentuk-bentuk cairan yang banyak.
menarik ( sari buah, sirup tanpa
es, susu )
Diagnose V
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan criteria hasil :
a.       Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b.      Rewel berkurang.

30
No Intervensi Rasional

1 Tubuh anak dibedaki dengan Mengurangi rasa gatal.


bedak salisil 1% atau lainya
( atas resep dokter )

2 Tidurkan anak ditempat yang Mencegah silau dan menambah


agak jauh dari lampu ( jangan kenyamanan anak.
tepat dibwah lampu )

Diagnose VI
Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang
baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat
penyembuhan.
Dengan criteria hasil :
a.       Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b.      Penyakit anak tidak bertambah parah.
No Intervensi Rasional
1 Cuci tangan sebelum dan Mengurangi risiko kontaminasi silang.
sesudah kontak perawatan
dilakukan. Intruksikan klien /
orang terdekat untik memcuci
tangan sesuai indikasi
2 Berikan lingkungan yang bersih Mengurangi pathogen pada system imun
dan berventilasi baik. dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial.
3 Diskusikan tingkat dan rasional Meningkatkan kerja sama dengan cara
isolasi pencegahan dan hidup dan mengurangi rasa terisolasi.
mempertahankan kesehatan
pribadi.
4 Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data dasar,
awian atau peningkatan suhu secara
berulang-ulang dari demam yang terjadi
untuk menunjukkan bahwa tubuh

31
bereaksi pada proses infeksi.
5 Kaji frekuensi /kedalaman Kongesti / distress pernapasan dapat
pernapasan, perhatikan batuk mengindikasikan perkembangan PCP,
spasmodic kering pada inspirasi penyakit yang umum terjadi.meskipun
dalam, perubahan karakteristik demikian, TB paru mengalami
sputum dan adanya mengi atau peningkatan dan infeksi jamur lainnya,
ronchi. Lakukan isolasi viral, dan bakteri yang dapat terjadi yang
pernapasan bila etiologi batuk membahayakan system pernapasan.
produktif tidak diketahui.
6 Ubah sikap baring beberapa kali Mencegah penyebaran infeksi
sehari dan berikan bantal utnuk bertambah parah dan mencegah
meninggikan kepala terjadinya dekubitus.
7 Dudukkan anak pada waktu Mencegah aspirasi
minum
8 Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah parah
9 Bawa berobat kembali jika anak Untuk menentukan tindakan pengobatan
terlihat selalu tidur, tidak mau selanjutnya.
makan minum, semakin lemah,
suhu tetap tinggi, kesadaran
menurun.

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi
yang telah disusun.
2.3.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan.
Disamping itu evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses
berikutnya.
Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai :
a. Berhasil
Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan
di tujuan.

32
b. Tercapai sebagian
Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan
tujuan.
c. Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai
dengan pernyataan tujuan.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Hepi Nopita Sari 2019.C.11a.1011
Islamanda 2019.C.11a.1012
Janwaria Changrila 2019.C.11a.1013
Sunardi 2019.C.11a.1029
Tina Novela 2019.C.11a.1030
Tri Berger 2019.C.11a.1031

Ruang Praktek : Flamboyan


Tanggal Praktek : 8 Maret 2021
Jam Praktek : 08:30 WIB
I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal 8 Maret 2021 Pukul 08.30 WIB
1. Identitas pasien
Nama Klien : An. S
TTL : 10 Februari 2018
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan :-

33
Alamat : Jl. Menteng
Diagnosa medis :
2. Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ibu. Y
TTL :-
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Tingan
Hubungan keluarga : Ibu Pasien
3. Keluhan utama
Gatal-gatal dan bintik merah
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan 2 hari sebelum masuk RS tanggal 10 mei,
anaknya gatal- gatal dan badannya panas. Lalu pada tanggal 9 mei
anak tersebut dibawa ke puskesmas oleh ibunya, di puskesmas anak
tersebut diberikan obat acetaminophen saja, orangtua anak tersebut
langsung merujuk anaknya ke rumah sakit agar mendapatkan
perawatan yang lebih intensif. Setelah sampai di rumah sakit anak
tersebut masuk di ruangan Flamboyant.
b. Riwayat kesehatan lalu
1) Riwayat prenatal selama ibu mengandung selalu rutin memeriksa
kandungan ke bidan.
2) Riwayat natal bayi lahir spontan dengan berat badan lahir BB baru
lahir 3.4 kg dan TB 50 cm, lingkar kepala  35 cm, lingkar lengan
atas  12 cm, lingkar dada 31 cm.
3) Riwayat postnatal bayi diberikan ASI dari ibu langsung
4) Penyakit sebelumnya ibu klien mengatakan bahwa anaknya tidak
pernah mengalami penyakit seperti yang sekarang sebelumnya
5) Imunisasi

34
Jenis BCG DPT Polio campak Hepatiti TT
s
Usia - - - - Setelah -
lahir
a. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan di keluarganya tidak ada penyakit
keturunan
b. Susunan genogram 3 (tiga) generasi

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Sudah meniinggal

: Serumah

35
II. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum :
Pasien menangis, terlihatbkesakitan karena gatal-gatal
2. Tanda vital
Tekanan darah 100/60 mmhg, Nadi 80 x/mnt, Suhu 39 ˚C, Respirasi 18
x/mnt
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Tidak menutup, keadaan cembung
b. Rambut
Warna hitam, keadaan tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak
kusam.
c. Kepala
Keadaan kulit kepala baik, tidak ada lesi, peradangan/benjolan tidak
ada.
d. Mata
Bentuk simetris, conjungtiva merah muda, skelera putih, reflek pupil
reflek baik, oedem palpebra tidak, ketajaman penglihatan baik tidak
ada masalah.
e. Telinga
Bentuk Simetris, serumen/secret tidak ada, peradangan tidak ada,
ketajaman pendengaran baik tidak ada masalah.
f. Hidung
Bentuk simetris, Serumen/secret tidak ada,Pasase udara tidak ada,
Fungsi penciuman baik tidak ada masalah
g. Mulut
Bibir intak tidak, Stanosis tidak, Keadaan lembab, Palatum lunak.
h. Gigi
Carries tidak, Jumlah gigi 4 (atas 2, dan bawah 2)
4. Leher dan tengorokan

36
Bentuk Simetris, Reflek menelan baik, tidak ada masalah dalam
menelan, Pembesaran tonsil baik, tidak ada pembesaran tonsil,
Pembesaran vena jugularis baik tidak ada pembesaran vena jugularis,
benjolan tidak ada benjolan, Peradangan tidak ada peradangan.
5. Dada
Bentuk simetris, Retraksi dada tidak ada, Bunyi nafas Vesikuler, Tipe
pernafasan Perut, Bunyi jantung Normal, Iktus cordis Tidak ada iktus
cordis, Bunyi tambahan Tidak ada bunyi tambahan, Nyeri dada Tidak
ada, Keadaan payudara Simetris.
6. Punggung
Bentuk simetris, Peradangan tidak ada, Benjolan tidak ada.
7. Abdomen
Bentuk simetris, Bising usus 33x / Menit
Asites tidak, Massa tidak ada, Hepatomegali tidak, Spenomegali tidak,
Nyeri tidak ada.
8. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot…………………….
Oedem tidak, Sianosis tidak, Clubbing finger tidak, Keadaan
kulit/turgor < 2 Detik.
III. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Gizi (2x1,3) + 8 = 2,6 + 8 = 10,6 (Normal), Kemandirian dalam bergaul
mampu menggunakan sendok, Motorik halus dapat Mencoret-coret buku,
Motorik kasar dapat berdiri dengan kedua kakinya, Kognitif dan bahasa
pasien dapat berbicara 3 kata lebih, Psikososial mampu bergaul
dengan baik.
IV. Pola Aktifitas sehari-hari

No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit


1 Nutrisi a. 2x Sehari a. 1 kali sehari
a. Frekuensi b. Normal b. Nafsu makan
b. Nafsu c. Asi dan Bubur menurun
makan/selera c. Asi dan
c. Jenis makanan bubur

37
2 Eliminasi a. 1-2 kali sehari a. 2 lebih
a. BAB b. 1-2 kali sehari dalam sehari,
Frekuensi b. 1 kali sehari
Konsistensi
b. BAK
Frekuensi
Konsistensi
3 Istirahat/tidur a. 3 jam a. 3 jam
a. Siang/ jam b. 8-9 jam b. 8-9 jam
b. Malam/ jam
4 Personal hygiene a. 2x sehari a. 2x sehari
a. Mandi b. 2x sehari b. 2x sehari
b. Oral hygiene

V. Data penunjang
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai
Normal
1 Glukosa 111 <200
2 HDL >40
3 TOTAL 6-8
PROTEIN

4 Hbs Ag (-)/Negatif
5 Malaria (-)/Negatif
6 Trigliserida <165
VI. Terapi Medis
No Terapi medis Dosis Rute indikasi
.
1. Ranitidin 10 mg 2 x Intravena Menurunkan
sehari asam lambung
2. Ondansetron 1 mg 1 x sehari Intravena Mencegah
mual dan

38
muntah
3. Ceftriaxone 190 mg 1 x Intravena Mencegah
sehari infeksi bakteri
5. Inf RL 100 cc/10 tpm Intravena Digunakan
sebagai cairan
hidrasi dan
elektrolit
6. Inf kA En 4B 100 cc/10 tpm Intravena Suplai cairan
dan elektrolit

Palangka Raya, 11 Mei 2020

Mahasiswa

ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS :  pasien mengungkapkan Kulit menonjol sekitar Gangguan integri tas kulit
rasa ketidaknyamanan sebasea dan folikel rambut
terhadap bintik yang timbul
pada kulit tubuhnya.
DO :  Banyak terdapat rash Kulit eritema membentuk
pada tubuh dan terasa gatal. macula papula di kulit
Nadi 80 x per menit, normal
Pernafasan 18 x per menit,
Suhu tubuh 390 C,
TD 100/60 mmHg. Rash pada balik telinga,
leher, pipi, muka, seluruh
tubuh dan terasa gatal
DS : pasien mengatakan pahit Saluran cerna Gangguan kebutuhan nutrisi
pada saat makan dan kurang
nafsu makan
DO : Terdapat bercak koplik

39
BB anak 15 Kg, warna kelabu pada mukosa
Porsi makan 4 sendok makan bukalis, molar, palatum
(bubur) durum, mole
Nadi 80 x per menit,
Pernafasan 18 x per menit,
Suhu tubuh 390 C. Terdapat bercak koplik
TD 100/60 mmHg warna kelabu pada mukosa
bukalis, molar, palatum
durum, mole
DS : pasien mengeluh panas Droplet infection Gangguan rasa nyaman
pada seluruh tubuhnya
DO :
Hipertermi
Akral terasa hangat Droplet infection
Nadi 80 x per menit,
Pernafasan 18 x per menit,
Suhu tubuh 390 C. Reaksi inflamasi :
TD 100/60 mmHg hiperemi , RR naik

40
PRIORITAS MASALAH

41
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash (erupsi kulit )
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi / infeksi virus.

42
3.3 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : An. S
Ruang Rawat : Flamboyan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Pertahankan kuku anak tetap 1. Untuk mencegah
berhubungan dengan adanya keperawatan selama 2 x 24 jam pendek, menjelaskan kepada terjadinya luka pada saat
rash bintik-bintik merah pada kulit anak untuk tidak menggaruk anak menggaruk
akan hilang. rash 2. Agar tidak merasakan
Kriteria hasil : -Berikan obat antipruritus gatal dan sakit pada kulit
1. Pasien tidak merasakan topikal, dan anestesi topikal pasien
gatal dan nyaman dengan -Mandikan klien dengan 3. Untuk mencegah infeksi
keadaannya menggunakan sabun yang tidak Untuk mencegah
2. Rash pada kulit perih terjadinya luka pada saat
berkurang Kolaborasi: anak menggaruk
-Pemberian antihistamin 4. Agar tidak merasakan
gatal dan sakit pada kulit
2. Gangguan kebutuhan nutrisi Setelah dilakukan askep 2x 24 1. Berikan banyak minum (sari 1. Untuk mengkompensasi
kurang dari kebutuhan tubuh jam diharapakan pasien buah-buahan, sirup yang adanya peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan anoreksia menunjukkan peningkatan nafsu tidak memakai es). dan merangsang nafsu makan

43
makan dengan. 2. Berikan susu porsi sedikit 2. Untuk memenuhi kebutuhan
Kriteria Hasil : tetapi sering (susu dibuat nutrisi melalui cairan bernutrisi.
·      BB meningkat encer dan tidak terlalu manis. 3. Untuk memudahkan mencerna
·      Nafsu makan meningkat. 3. Berikan makanan lunak, makanan dan meningkatkan
(dapat menghabiskan 1 porsi misalnya bubur yang asupan makanan.
untuk anak) memakai kuah, dengan porsi
sedikir tetapi dengan
kuantitas yang sering.
3. Gangguan rasa nyaman : Setelah dilakukan askep selama 1. Libatkan keluarga dalam 1. Agar keluarga lebih kooperatif
peningkatan suhu tubuh bd 2 x 24 jam diharapkan suhu perawatan serta ajari cara dalam terapi
proses inflamasi / infeksi virus badan pasien berkurang menurunkan suhu tubuh 2. untuk membantu dalam
Kriteria hasil : 2. Berikan kompres  hangat. penurunan suhu tubuh pada
1. Suhu tubuh 36,5 – 37,50 3. Pantau suhu lingkungan, pasien.
C batasi / tambahkan linen tempat 3. suhu ruangan / jumlah selimut
2. Nadi normal tidur sesuai indikasi. harus diubah untuk
3. Badan  tidak terasa panas 4. Monitor perubahan suhu mempertahankan
4. Akral Normal tubuh 4. untuk mengetahui dan
merencanakan intervensi
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. S

44
Ruang Rawat : Flamboyan
Tandatangan dan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Diagnosa 1 1. Mempertahankan kuku anak tetap S;Pasien mengatakan rasa
Senin, 11 Mei 2019 pendek, menjelaskan kepada anak gatalnya masih ada
9.00 WIB untuk tidak menggaruk rasa O: ditandai dengan jarangnya
2. Memberikan obat antipruritus pasien menggaruk kulit Sapta
topikal, dan anestesi topikal A:Masalah belum teratasi   
3. Memandikan klien dengan P  :  Intervensi dilanjutkan
menggunakan sabun yang tidak perih
4. Memberikan antihistamin
Diagnosa 2 1. Memberikan banyak minum (sari S:Pasien mengatakan sudah
Senin, 11 Mei 2019 buah-buahan, sirup yang tidak merasakan pahit pada
9.00 WIB memakai es). mulutnya sewaktu makan
2. Memberikan susu porsi sedikit tetapi O :ditandai dengan  kurang
sering (susu dibuat encer dan tidak nafsu makan pada anak
terlalu manis, dan berikan susu A :  A:Masalah belum teratasi
tersebut dalam keadaan yang hangat P  :  Intervensi dila
ketika diminum).
3. Memberikan makanan lunak,

45
misalnya bubur yang memakai kuah,
sup atau bubur santan memakai gula
dengan porsi sedikir tetapi dengan
kuantitas yang sering.
Diagnosa 3 1. Melibatkan keluarga dalam S  : pasien mengatakan
Senin, 11 Mei 2019 perawatan serta ajari cara badannya sudah tidak panas
9.00 WIB menurunkan suhu tubuh lagi
2. Memberikankompres  hangat. O : ditandai dengan
3. Memantau suhu lingkungan, pengukuran suhu tubuh normal
batasi / tambahkan linen tempat 370 C
tidur sesuai indikasi. A :  Masalah teratasi
4. Monitor perubahan suhu tubuh P  :  Intervensi dihentikan

46
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
       Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 380c atau lebih
dan disertai salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah.
       Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian
belakang telinga, dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala
seperti flu disetai mata berair dan kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari
kemerahan mulai menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak
bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak seperti
bersisik.
       Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah
serius. Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada
kasus ringan ) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Namun, bila anak dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat
menyebebkan kematian pada anak.
       Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik
yaitu antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki
keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi
ayng timbul.
       Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi
campak pada balita usia 9 bulan ke atas (imunisasi aktif).
4.2 Saran
1. Perawat 
a. Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang angka mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk
semua perawat jika menemukan kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit
ssehingga anak secepatnya mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih
baik.
b. Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan
asuhan keperawatan secara tepat.

47
2. Keluarga
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam perawatan anak
serta memperhatikan status gizi anak jika anak terkena penyakit campak tidak
akan berdampak buruk bagi kondisi anak.

48
DAFTAR FUSTAKA
Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian
Ilmu  Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Jakarta : Salemba Medika.
Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Rodolfh.Dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volum I. Jakarta
:EGC Santosa,B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.
Jakarta :     Prima Medika.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan
Intervensi  NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

49

Anda mungkin juga menyukai