Binawana

Unduh sebagai pdf
Unduh sebagai pdf
Anda di halaman 1dari 99
IL PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hutan memegang peran penting bagi kelangsungan makhluk hidup, karena disamping mempunyai fungsi produksi (kayu dan non kayu) juga berfungsi sebagai pengatur tata air, pencegah kerusakan tanah, pengatur sirkulasi oksigen, dan sumber daya genetika. Program pokok dari misi Rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial sebagai salah satu upaya memberdayakan fungsi hutan tersebut di atas adalah: Penyelamatan hutan, tanah dan air. Rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan. Pengembangan hutan tanaman baru. Pembinaan daerah pantai. Pengarahan dan pembinaan transmigran dan perambah hutan. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan di luar/sekitar kawasan hutan. AwVPYN>S Berdasarkan kondisi, keadaan sekarang yaitu: Lahan kritis di dalam kawasan hutan+ 2.800.000 Ha. Lahan kritis di luar kawasan hutan + 6.100.000 Ha. Tambahan lahan kritis setiap tahun antara 500.000 - 700.000 Hektar. Kondisi masyarakat di dalam/sekitar hutan yaitu pendidikan rendah, pendapatan rendah, sulit dijangkau, dan eenmpigee Hal-hal tersebut menimbulkan permasalahan untuk niemulihkan, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas sumber daya alam hutan, tanah, dan air sesuai fungsinya disertai dengan tumbuhnya rasa tanggung jawab masyarakat untuk melestarikan hutan, tanah, dan air. Untuk membantu memecahkan masalah dimaksud, Satuan Karya Pramuka (Saka) ‘Wanabakti sebagai mitra sejajar Departemen Kehutanan mempunyai salah satu program yaitu Krida Binawana. eer B. Pengertian Krida Binawana adalah salah satu program dari Saka Wanabakti yang melaksanakan kegiatan pembinaan kawasan dan masyarekanya yang berhubungan dengan salah satu organisasi fungsional Departemen Kehutanan dan Perkebunan, yaitu Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Materi Pelengkap Krida Binawana = -1- C. Ruang Lingkup Pelaksanaan operasional Krida Binawana ditentukan melalui upaya pokok dan langkah- langkah yang dijabarkan ke dalam Syarat Kecakapan Khusus (SKK) dan Tanda Kecakapan Khusus (TKK) yang terdiri dari: Konservasi tanah dan air Perbenihan Pembibitan Penanaman dan Pemeliharaan Perlebahan Budidaya Jamur Persuteraan alam. Nayvsenye ‘Materi Pelengkap Krida Binawana -2- I. MATERI PEMAHAMAN SKK/TKK KRIDA BINA WANA A. KONSERVASI TANAH DAN AIR Umum a Pengertian 1) Konservasi tanah adalah upaya untuk memelihara, meningkatkan dan atau memperbaiki kondisi tanah agar berdaya guna secara optimum sesuai peruntukannya. 2) Tanah adalah tubuh alam bebas sebagai hasil pelapukan batuan, yang menduduki sebagian besar permukaan bumi_ dan berfungsi sebagai habitat tumbuh-tumbuhan, pengatur tata air, serta tempat melangsungkan kehidupan bagi makhluk lainnya. 3) Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari satu tempat ke tempat yang lain oleh media alami terutama air. 4) Tanah rusak atau tanah kritis adalah tanah yang keadaan fisik mavipun kimiawinya telah rusak sehingga tidak mampu lagi berfungsi optimal baik sebagai unsur produksi maupun pengatur tata air. 5) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah tertentu dengan bentuk dan sifat alamnya, sehingga merupakan kesatuan dengan singai yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanan serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut. 6) Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkan- nya melalui anak sungai ke sungai utama. 7) DAS bagian hulu adalah bagian DAS yang mempunyai fungsi perlindungan terhadap DAS bagian hilir atau daerah yang terancam kerusakan oleh bahaya erosi, yaitu areal yang mempunyai kelerengan 8% atau lebih. Tanah dan Proses Pembentukannya Pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu : 1) Iktim Komponen iklim yang utama dalam pembentukan tanah adalah curah hujan dan temperatur (suhu). Curah hujan akan menyebabkan unsur-ungur kimia tercuci dan terlarut, kemudian terbawa ke dalam lapisan tanah. g temperatur akan memperbesar gerakan air dalam tanah. Di sampi temperatur juga akan mempercepat reaksi kimia dalam tanah. 2) Bahan induk Sifat-sifat bahan induk yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah antara lain tekstur bahan induk, permeabilitas (daya serap) bahan induk, dan jenis mineral yang dikandungnya. Adanya perbedaan sifat bahan induk tersebut menyebabkan tanah yang terbentuk berlainan (misalnya berwama merah, abu- abu dan lainnya). Materi Pelengkap Krida Binawana — -3- 3) 4) Makhluk hidup Semua makhluk hidup baik pada waktu hidupnya maupun sesudah mati mempunyai pengaruh terhadap pembentukan tanah: Diantara makhluk yang paling berpengaruh adalah vegetasi (tanaman) karena vegetasi berkedudukan tetap untuk jangka waktu lama, Di samping itu jasad renik (mikro orgenisme) dalam nah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam proses pelapukan, pembentukan humus dan perubahan bentuk unsur-unsur kimia. Topografi Topografi dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan aliran lebih kecil dibanding ‘pada tanah berlereng, sehingga pada tanah yang berlereng sering terérosi. Waktu Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah berperanan dalam menentukan jenis tanah yang terbentuk. Di daerah tropis seperti Indonesia, pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berlangsung lebih cepat, sehingga dalam waktu 14 tahun sudah terbentuk tanah yang subur. Dalam pembentukan tanah maka kelima faktor pembentuk tanah tersebut di atas bekerja secara bersama-sama melalui proses pelapukan dan perkembangan tanah. ‘Secara sederhana proses pembentukan tanah dapat diterangkan sebagai berikut: ) 2 3) 4) ) Batuan induk belum mengalami pelapukan. Batuan induk mulai mengalami pelapukan baik secara fisika’ maupun secara kimia. Pelapukan fisika atau desintegrasi yaitu penghancuran batuan induk tanpa perubahan kimia. Batuan induk yang tersusun atas mineral-mineral yang berlainan, mempunyai kemampuan mengembang dan mengkerut berlainan yang apabila terkena panas sinar matahari pada siang hari akan memuai dan pada malam hari akan mengkerut, sehingga lambat laun batuan akan peceh. Pelapukan kimia atau dekomposisi yaitu perubahan susunan kimia dari batuan induknya yang disebabkan oleh proses susunan kimia seperti senyawa organik hasil metabolisme akar, aktivitas mikroba tanah. Dalam kenyataannya proses pelapukan fisika dan kimia bekerja secara bersamaan dan sukar dibedakan. roses pelapukan dalam taraf optimal. Proses pelapukan dalam taraf lanjut’ sehingga kecepatannya sudah mulai berkurang. Proses perkembangan tanah, yakni antara lain berlangsung sangat lambat sekali berkisar 0,2 - 1 mm dalam setahun. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah merupakan hal yang penting sebagai salah satu syarat pertumbuhan ‘tanaman dan salah satu unsur penentuan kualitas (mutu) tanah. Materi Pelengkap Krida Binawana 4 Standar hidup manusia sering ditentukan oleh kualitas tanah dan tumbub-tumbuhan serta hewan yang hidup diatasnya. Kesuburan tanah dibedakan atas : 1) Kesuburan fisika yang ditentukan oleh sifat-sifat antara lain tekstur, struktur, permeabilitas, aerasi, pori-pori tanah dll. 2) Kesuburan kimia yang ditentuken oleh keadaan kimia tanah seperti unsur hara, bahan organik, PH dll. Kedua macam kesuburan tersebut tidak boleh dipisahkan karena saling mempengaruhi dan dibutuhkan bagi persyaratan pertumbuhan tanaman. Kesuburan fisika memungkinkan akar-akar tanaman bergerak dengan leluasa, sedang kesuburan kimia berperan sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kesuburan tanah di lapangan dapat diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut : 1) Tanah subur biasanya permukean atasnya berwama gelap/kelam karena banyak mengandung bahan organik, tanaman yang ada kelihatan subur. 2) Tanah yang tidak subur biasanya permukaannya berwarna terang (muda), berbatu-batu, kering, tanaman yang ada kelihatan merana (tidak segar ). Kerusakan Tanah Kurangnya pengetahuan dan kesadaran terutama masyarakat petani mengenai Konservasi tanah, menyebabkan pemanfaatan tanah dilakukan dengan cara-cara yang kurang bijaksana, seperti usaha tani pada tempat terjal, dll. Terjadinya kerusakan tanah (dikenal dengan tanah kritis) tersebut menyebabkan turunnya produktivitas tanah, juga sewaktu-waktu dapat menimbulkan banjir di musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau. ‘Untuk memudahkan pemahaman hubungan antara tanah kritis dan bencana alam seperti banjir, sedimentasi dan kekeringan, digambarkan_ siklus hidrologi sebagai berikut : Dalam keadaan alami yang tidak terganggu maka dalam satu Sub DAS/DAS (Daerah Aliran Sungai), dapat diperkirakan tidak akan muncul adanya bencana, Karena umumnya DAS di bagian hulu masih mempunyai butan yang lebat yang mempunyai fungsi perlindungan untuk DAS bagian hilir, disamping itu saluran alami_ seperti sungai dan alur-alur masih mampu menampung jumlah air hujan. Sehingga apabila hujan turun, butir-butir air hujan yang mempunyai tenaga yang sangat besar terlebih dahulu tertahan oleh daun, kemudian sebagian turun melalui ranting-ranting dan secara aman diresapkan ke dalam tanah sebagai air infiltrasi, selanjutnya masuk terus ke lapisan tanah sebagai air perkolasi yang akhimya akan membentuk air tanah. Air tanah inilah yang akan membentuk mata air. Air yang tidak dapat diresapkan ke dalam tanah akan mengalir sebagai aliran permukaan kemudian ditampung oleh saluran-saluran alami dai akhimya mengalir secara aman ke laut. NS Materi Pelengkap Krida Binawana -5- ‘Namun epotila kessimbangan ekosistem terganggu, misalnya karena hutan-hutan ditebangi sehingga menjadi gundul, maka apabila turun hujan, butir-butir air hujan akan fangsung’jatuh kepermukaan tanah. Akibatnya butir-butir tanah akan pecah dan mudah hanyut bersama aliran permukaan, sehingga air yang dapat diresapkan ke dalam tanah berkurang karena permukaan tanah menjadi tersumbat oleh partikel- partiker tanah. Aliran permukaan yang mengandving banyak butir-butir tanah tadi akan mengalir melalui saluran-saluran alami yang mengakibatkan fungsi saluran alami tersebut semakin berkurang karena terjadi sedimentasi. Keadaan yang demikian inilah yang berbahaya, Apabila suatu’ saat terjadi hujan terutama hujan lebat, karena jumlah air hujan tidak mampo lagi tertampung oleh saluran alami yang sudah berkurang kapasitasnya akhimya terjadilah banjir di daerah hilit. Disamping itu-aliran permukaan akan mengakibatkan tanah menjadi gersang dan kurus karena banyak kehilangan bahan organik atau humus. Keadaan demikian apabila berlangsung terus menerus akan menyebabkan terjadinya alur-alur, parit- parit dan kemudian berkembang menjadi jurang, Erosi dan Pencegahannya 1) Erosi Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami, yaitu oleh air atau angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh air. Indonesia yang terletak di daerah yang beriklim tropika basah, erosi oleh air merupakan faktor. penyebab utama terjadinya kerusakan tanah. Oleh sebab itu maka pembahasan selanjutnya akan berpusat pada masalah erosi oleh air. Dua macam erosi yang utama yaitu erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi normal disebut juga erosi geologi atau erosi alami merupakan proses-proses pengangkutan tanah yang terjadi di bawah keadaan vegetasi alami. Biasanya terjadi dengan laju yang lambat schingga memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal yang mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal. Erosi dipercepat adalah peiindahan/pengangkutan tanah yang menimbutkan kerusakan tanah “sebagai akibat perbuatan manusia yang mengganggu ‘keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah. Meskipun kedua macam erosi tersebut dikenal, tetapi hanya erosi dipercepat yang menjadi perhatian konservasi tanah dan dalam pembahasan selanjutnya dipergunakan istilah erosi. Materi Pelengkap Krida Binawara ” -6. ‘Menurut bentuknya erosi dibedakan menjadi : a) b) 9 a) Erosi’ percikan (splash erosion) yaitu apabila butir air hujan jatuh dan merusak agregat tanah schingga menjadi partikel-partikel tanah tunggal. Erosi permukaan (sheet erosion) yaitu perkembangan lebih lanjut erosi percikan. Dalam taraf ini lapisan tanah atas sudah mulai terkikis, yang apabila terjadi secara terus menerus akan menurunkan kesuburan tanah. Erosi alur (riil erosion), terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut. Alur-alur yang terbentuk masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit (gully erosion) yaitu perkembangan dari erosi alur. Dalam taraf ini telah terbentuk parit-parit erosi yang cukup dalam dengan bentuk V dan UL Untuk mengetahui besamnya kehilangan tanah akibat terjadinya erosi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut : a) b) Cara visual, dengan pengamatan langsung di lapangan. Besarnya erdsi dinyatakan dalam ringan, sedang dan berat, yang ditunjukkan dengan ciri- ciri sebagai berikut : (1) Ringan, dengan tanda-tanda tanaman yang tumbuh tampak kurang segar dengan warna daun agak pucat karena mengalami kekurangan unsur hara, produksi (hasil) pertanian semakin menurun, dan wama tanah agak cerah karena mulai kehilangan bahan organik atau humus. Sedang, dengan tanda-tanda tanaman yang tumbuh kerdil karena bahan organik atau humus telah banyak hilang, produksi (hasil) pertanian . sangat sedikit, warna tanah cerah. atau pucat dan dijumpai alur-alur erosi. (3) Berat, dengan tanda-tanda lapisan tanah tipis, banyak dijumpai batu- batuan di permukaan tanah, hanya tumbuhan tertentu yang mampu tumbuh di daerah tersebut misalnya tumbuhan paku-pakuan. Cara perhitungan/perkiraan besarnya erosi secara sederhana dilakukan dengan pendekatan perkiraan melalui tanaman/pohon atau bangunan- bangunan permanen, yaitu dengan tahapan sebagai berikut: (1) Carilah tanaman keras atau pohon yang sudah besar, usahakan di daerah yang banyak mengalami erosi. (2) Amati keadaan akar yang berada di atas permukaan tanah, kemudian ukur tinggi mulai dari pangkal akar sampai permukaan tanah, misalnya 10cm. (3) Perkirakan umur tanaman atau pohon tersebut atau tanyakan kepada masyarakat setempat, misalnya 20 tahun, maka erosi yang terjadi adalah 10 cm dalam 20 tahun = Smm/tahun. Q) Materi Pelengkap Krida Binawana -7- 10CM iL. Perkiraan eros? per tahun. 2) Cara pencegahan erosi pada lahian usaha tani. Dalam usaha tani di lahan kering yang berlereng, maka cara-cara mencegah erosi harus dilaksanakan secara terpadu, yang meliputi kombinasi beberapa teknik konservasi tanah dengan cara : a) Melaksanakan usaha tani sesuai dengan kondisi lahannya, yaitu : (1) Pada lahan dengan kemiringan > 45%, ditanami dengan tanaman keras/tanaman perlindungan. (2) Pada lahan dengan kemiringan 45% - 25%, usaha tani dengan sistem agroforestry disertai pembuatan teras gulud/kredit (pada usaha tani tanaman keras), teras bangku (pada usaha tani tanaman semusim). G) Pada lahan dengan kemiringan < 25%, usaha tani tanaman semusim disertai usaha konservasi tanah, yaitu pembuatan teras bangku, saluran pembuangan air dan bangunan terjunan. b) Mengatur sistem penanamannya, yaitu : (1) Pola tanam tumpang gilir dengan berbagai jenis tanaman untuk mencegah kegagalan dan dapat menutup lahan. (2)Penanaman sepanjang tahun. (3) Pengaturan tata letak yang baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menutup tanah serapat mungkin, dan tanah terhindar dari pukulan air hujan. (4) Pengaturan tata waktu tanam, sehingga tanaman memperoleh air yang cukup dan dapat menutup tanah sepanjang tahun. 2. Metode Konservasi Tanah dan Air Upaya konservasi tanah sering dikenal dengan konservasi tanah dan air karena apabila tanah kritis telah dilakukan Konservasi sehingga kondisinya menjadi baik maka tanah tersebut akan mampu berfungsi sebagai penyimpan ait/pengatur tata air. Upaya ‘Materi Pelengkap Krida Binawana - -8- konservasi tanah dapat dilakukan dengan berbagai metode, namun dalam pelaksanaannya dibedakan menjadi 3 metode sebagai berikut : a. Metode vegetatif Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak Mame vegetatif antara lain : 1) Kebur rakyat, a) b) °) d) Pengertian Kebun rakyat ialah penanaman pohon kayu-kayuan atau campuran antara kayu-kayuan, pohon buah-buahan, dan ‘tanaman industri di lahan kritis sebagai upaya untuk perbaikan, perlindungan dan pemanfaatan: lahan tersebut, ‘Sasaran (1) Lahan kritis dengan kemiringan 0-50% yang digunakan untuk pertanian tanaman semusim. (2) {ahan kritis yang memerlukan konservasi tanah. Manfaat Dapat menghasilkan kaye (pertukangan atau kayu bakar), hijauan makanan temak, buah-buahan, Komoditi perdagangan, pupuk hijau dan menunjang konservasi tanah dan air. Syarat jenis tanaman (1) Jenis kayu, jenis buah-buahan serta jenis tanaman keras lainnya yang ditanam sebagai tanaman pokok, i utamakan jenis pionir yang mempunyai sifat : (@) Persyaratan tumbuh tanaman yang sesuai dengan keadaan lokasinya baik iklim maupun tanahnya. (b) Mempunyai nilai ekonomis yang baik di masa mendatang serta disukai oleh masyarakat setempat. (c) Dalam waktu yang tidak terlaly lama dapat diperoleh hasilnya. (2) Jenis tanaman pokok yang dipilih antara lain : (@) Kayu-kayuan seperti : akasia, albizia, mahoni, bambu, pinus, sungkai, suren. (b) Buah-buahan seperti : mangga, mlinjo, nangka, durian, rambut- an, petai, jambu mete, jengkol, kluwih. 2) Hutan rakyat. a) ») Pengertian Adalah usaha pembuatan hutan di areal kritis milik sakyat yang ditelantarkan, atau tanah desa. Sasaran (2) Lahan milik/marga dengan kemiringan lereng > 50%. (2) Lahan milik/marga yang ditelantarkan. Materi Pelengkap Krida Binawana -9- 3) °) 4) @) Lahan milik/marga yang secara ekonomis lebih menguntungkan jika diusahakan sebagai hutan. (4) Laban milik/marga yang karena pertimbangan khusus (misalnya untuk, perlindungan mata air, bangunan air) perlu dijadikan hutan. Manfaat Dapat menghasilkan kayu pertukangan, kayu bakar, bahan baku industri dan menunjang konservasi tanah dan air. Syarat jenis tanaman. (1) Jenis kayu-kayuan diutamakan jenis pionir yang mempunyai sifat sama untuk kebun rakyat. (2) Jenis kayu-kayuan yang dipilih antara lain : (a) Jenis kayu perkakas seperti : jati, mahoni, suren, sungkai, albizia. (b) Jenis kayu industri seperti : pinus, eucalyptus, agathis, albizia. (©) Jenis kayu bakar seperti : akasia, kaliandra, glyrisidea, lamtoro. Penghijauan lingkungan. a) b) °) Pengertian Adalah kegiatan khusus penghijauan yang bertujuan mengelola vegetasi_kayu (pohon) bagi Kepentingan Kesejahteraan masyarakat, Kegiatan penghijauan lingkungan dapat berupa jalur hijau, tamen hutan atau penanaman pohon-pohon di pekarangan. Sasaran (1) Menciptakan keserasian tata ruang lingkungan pusat industri, perdagangan dan pemukiman. (2) Menciptakan paru-paru kota, sebagai penghasil udara segar. (3) Menciptakan keindahan lingkungan yang sehat dan nyaman. (4) Menciptakan Iahan konservasi yang mempunyai manfeat serba guna antara lain : (@) Pengawetan air tanah. (b) Memperbaiki kondisi lingkungan yang diakibatkan faktor iklim. (©) Merupakan habitat bagi kehidupan, terutama satwa burung. (5) Menciptakan tempat pendidikan, penelitian dan rekreasi yang beraspek lingkungan. Lokasi (1) Jalur hijau merupakan taman hutan konservasi yang fungsi pokoknya melindungi lahan dan pengendali kelestarian tanah dan tata air. Lokasi jalur hijau antara lain : (@) Lahan yang terletak di sepanjang sungai utama dan Jahan dengan kemiringan tertentu. (b) Tanggul atau talud waduk atau empang buatan, saluran banjir (kanal) dan anak sungai utama, (©) Jalur penyangga pantai: @) Jalur jalan umum dan jalan kereta api. (2) Hutan kota. (@) Hutan kota pemukiman, Materi Pelengkap Krida Binawana = -10- 4 5) Peranan hutan ini ialah membantu menciptakan lingkungan udara segar dan sehat serta menambah keindahan lingkungan pemukiman. . ‘Hutan kota kawasan industri. Peranan hutan ini ialah menghadang polutan-polutan yang dilepaskan oleh kompleks industri ke udara agar tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, serta menyegarkan udara. (c) Hutan kota wisata. Peranan hutan ini ialah untuk sarana penduduk kota dalam memenuhi kebutuhannya akan rekreasi dan berbagai bentuk wisata. (4) Hutan kota lainnya. d) Jenis tanaman. Persyaratan yang perlu diperhatikan antara lain : (1) Syarat umum adalah tidak gugur daun, estetis, cukup rimbun. (2) Syarat khusus : (@) Berbunga. (b) Tahan pangkas. (©) Buah/biji pakan burung. (3) Jenis tanaman : (a) Tanaman pelindung untuk jalur hijau, antara lain angsana, cemara, kenanga, tanjung, kemuning, cempaka dan lain-lain. (b) Jenis tanaman pekarangan, antara lain mangga, rambutan, pala, kelapa, cengkeh dan lain-lain. (© Jenis tanaman hutan bukan daerah rawa, antara lain pinus, mahoni, eboni, keben, sonokeling. (@) Jenis tanaman hutan di daerah air payau, antara lain kayu bakar, kayu api-api, cemara laut, ketapang, bruguera dan lain-lain. Penanaman saluran-saluran pembuangan air dengan rumput dan penanaman tanaman penguat teras. Jenis tanaman penguat teras yang dipilih adalah jenis tanaman tahunan yang memenuhi persyaratan : a) Mempunyai perakaran kuat, dalam dan intensif. b) Taban pangkas. ©) Bemilai ekonomis. d) Memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Jenis tanaman penguat teras antara lain : kaliandra, lamtoro, acacia villosa, glyricidea, murbei, rumput. Pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah. Adalah sistem penanaman dengan berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada suatu bidang tanah. Penanaman dalam strip/alur. . Adalah suatu sistem bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman ditanam dalam strip-strip yang berselang seling pada sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau menurut garis kontur. ) Materi Pelengkap Krida Binawana -11- 7) +Pemanfaatan sisa-sisa tanaman. Penggunaan sisa-sisa tanaman konservasi tanah dalam bentuk mulsa atau pupuk hijau. Dengan mulsa yaitu daun atau batang tumbuhan disebarkan diatas permukean tanah, sedang dengan pupuk hijau yaitu sisa-sisa tanaman dipendamkan ke dalam tanah. b. Metode teknik sipil. Cara ini dilakukan dengan membuat bangunan-bangunan sipil teknis antara lain: 1) Terasering. Teras ialah bangunan konservasi yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan dan saluran air yang mengikuti kontur, serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur. Sasaran fisik pembuatan teras adalah lahan. yang dimanfaatkan secara intensif/terus menerus untuk penanaman tanaman semusim dan/atau tanaman tahunan, dengan kemiringan lahan yang bervariasi menurut sifat fisika tanah dan kondisi iklim setempat. Manfaat teras adalah : a) Mengurangi kecepatan aliran permukaan schingga daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil. b) Memperbesar peresapan air ke dalam tanah. ©) Menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman. Jenis-jenis teras a) Teras Datar Teras datar merupakan bangunan konservasi tanah berupa tanggul tanah sejajar kontur, dilengkapi saluran di atas dan di bawah tanggul. Dibuat pada Jahan dengan kemiringan kurang dari 3%. Bidang olah tidak diubah dari kelerengan permukaan tanah asli. | ceca A SATIS Gambar 2, Penampang melintang teras datar ‘Materi Pelengkap Krida Binawana -12- b) °) Pembuatani Teras Datar : (1) Tanah digali menurut garis kontur dan tanah galiannya ditimbunkan ke tepi luar. (2) Guludan yang terjadi ditanami rumput. ‘Teras Kredit Teras kredit merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah atau batu sejajar kontur, bidang olah tidak diubah dari kelerangan permukaann tanah asli. Dibuat pada lahan dengan topografi landai sampai bergelombang, dengan kemiringan lereng 3 - 10%. Kedalaman lapisan olah tanah kurang dari 30 cm. can ign is TE ne fete Gambar 3. Penampang melintang teras kredit Pembuatan Teras Kredit : (1) Persiapan: di lapangan dilakukan dengan memancangkan patok-patok menurut garis kontur dengan menggunakan waterpas sederhana. Jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris 5 - 12 m. (2) Pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah atau batu yang arahnya sejajar garis kontur. (3) Penanaman tanaman penguat teras secara rapat disepanjang guludan tersebut di atas. Jenis tanaman penguat teras sebaiknya jenis kayu- kayuan yang ditanam dengan benih/biji secara merata. Pemeliharaan Teras Kredit Untuk mempercepat terbentuknya teras kredit; maka pada setiap saat pengolahan tanah dilakukan : (1) Menarik tanah dari sebelah atas larikan ke arah larikan tanaman penguat teras dan memperbaiki guludan sepanjang larikan tanaman dengan tanah, serasah atau batu. (2) Memelihara tanaman penguat teras (menyulam, memupuk, memangkas). Teras Gulud Teras gulud merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah dani selokan/saluran air, di bagian atas guludan besar terdapat satu atau beberapa guludan kecil yang dibuat sejajar kontur, bidang olah tidak diubah dari kelerangan permukaan tanah asli, yang dilengkapi dengan pembuatan ‘Materi Pelengkap Krida Binawana -13- 4) ‘SPA dan bangunan terjunan tegak lurus kontur. Dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 10-15% dengan kedalaman Japisan olah tanah bisa dalam atau dangkal. aun teot , fate + eens heh sani" x ulin a ren eh 2 rq. ue Gambar 4. Penampang melintang teras gulud Pembuatan Teras Gulud : (1) Persiapan di lapangan dilakukan dengan memancangkan ptok-patok menurut garis kontur dengan menggunakan ondol-ondol dan atau waterpas sederhana. jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris rata-rata 10 m (sama dengan jarak antara dua guludan). (2) Pembuatan selokan teras dilakukan dengan menggali tanah mengikuti arah larikan patok. Ukuran selokan teras : dalam 30 cm, lebar bawah 20 cm dan lebar atas 50 cm. (3) Tanah hasil galian pada pembuatan selokan teras'ditimbunkan di tepi Iuar (baigan bawah saluran) schingga membentuk guludan dengan ukuran : lebar atas 20 cm, lebar bawah 50 cm dan tinggi 30 cm. Guludan dan selokan dibuat tegak Iurus garis kontur. Pembuatan teras dimulai dari bagian atas lereng, (4) Penanaman tanaman penguat teras pada guludan. Jenis tanaman penguat teras dapat berupa : (a) Jenis kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm apabila digunakan . stek/stumps, atau ditabur merata jika digunakan benih/biji. (b) Jenis rumput dengan jarak tanam 30-50cm, tergantung pada jenis Tumput. Pemeliharaan Teras Gulud : (1) Mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan teras untuk digunakan memperbaiki guludan, (2) Memperbaiki guiudan dan memelihara tanaman penguat teras. Teras Bangku Teras bangku merupakan bangunan konservasi tanah yang dibuat sedemikian rupa sehingga bidang olah miring ke belakang dan dilengkapi bangunan teras lainnya berupa selokan/saluran air, SPA dan bangunan terjunan, untuk menampung dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terkendali. Materi Pelengkap Krida Binawana-14- Faktor yang diperhatikan dalam membuat Teras Bangku 1. Kelerengan 15% atau lebih Toras dibuat sejajar kontour Tinggiteras (interval tinggi) berdasarkan alas kelerengan Bidang olah dibuat miring ke dalam (1-3 %) ‘Tinggi guiudan teres » 20 cm dan lebar dasar 20 em, Tampingan teras ditonami rumput, sebagai penguat teros (Rumput Gajah, Brachirla Brizantha, Setria, Voliwec/Akar wang! cl arene Gambar 5, Teras Bangku dan Saluran Pengendali Air. Dibuat pada lahan yang digarap intensif untuk tanaman semusim dengan kemiringan Jahan 10-30% dan tebal tanah lapisan olah lebih dari 30 cm, terutama pada lahan yang tererosi berat dan berlangsung terus menerus. Pembuatan teras bangku tidak disarankan pada jenis tanah pasir yang porous (misalnya regosol muda). Pembuatan bangunan teras : (1) Membuat arah teras dengan menggali tanah sepanjang larikan patok pembantu. (2) Memisahkan lapisan tanah bagian atas yang subur (lapisan olah) dengan jalan mengeruk dan menimbunkannya sementara di sebelah kir/kanan di tempat tertentu, (B) Menggali tanah yang lapisan olahnya sudah dikerak mulai dari deretan patok pembantu sebelah atas sampai kepada deretan patok as, dengan bentuk galian seperti pada gambar 7. di atas. Tanah galian ditimbun ke lereng sebelah bawah patok as sampai ke deretan patok pembantu di sebelah bawah. Materi Pelengkap Krida Binawana -15- °) (4) Tanah timbunan (urugan) dipadatkan dengan cara diinjak-injak.Per- mukaan bidang olah teras dibuat miring ke arah dalam sebesar + 1%. (5) Tanah lapisan olah yang semula ditempatkan di tempat tertentu, ditaburkan kembali secara merata di atas bidang olah yang telah terbentuk. (6 Pada ujung teras bagian luar (bibir teras) dibuat guludan setinggi 20cm dan lebar 20 cm. Dibagian dalam teras dibuat selokan selebar 20 cm dan dalam 10 cm. Dasar selokan teras harus lebih tinggi 50 cm dari tinggi dasar saluran pembuangan air. (7) Talud teras dibuat dengan kemiringan 2 : | atau 1 : 1 tergantung pad kondisi tanah. Talud bagian ates (bagian urugan) ditanami rumput makanan ternak atau jenis tanaman penguat teras yang lain. Pemeliharaan Teras Bangku : (1) Mengeruk tanah yang menimbun (menutup) selokan teras. (2) Memelihara guludan dan talud dengan cara memperbaiki bagian yang k longsor. (3) Menyulam dan memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud. Teras Kebun Teras kebun merupakan bangunan konservasi tanalt berupa teras yang dibuat hanya pada bagian lahan yang akan ditanami tanaman tertentu, dibuat sejajar kontur dan membiarkan bagian lainnya tetap seperti keadaan semula yang biasanya ditanami tanaman penutup tanah. Dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 10 - 30%, tetapi dapat dilakukan sampai kemiringan 50% pada kondisi tanah.cukup stabil/tidak mudah longsor. Kedalaman lapisan olah tanah > 30%. Pembuatan Teras Kebun Cara pembuatan teras kebun pada dasarmya sama dengan pembuatan teras ‘bangku dengan lebar seperlunya. Pengolahan tanah pada bidang olah teras hanya dilakukan pada tempat-tempat dengan jarak tertentu yaitu tempat Tubang tanaman, Talud teras ditanami tanaman penutup tanah atau ramput. Persiapan di lapangan : (1) Patok induk dipasang mengikuti lereng (tegak lurus kontur) dengan nomor kode 1, 2, 3, dst. Jarak antara 2 patok induk disesuaikan dengan rencana jarak tanam, pemasangan dimulai dari bagian atas lereng. (2) Patok pembantu merupakan patok batas galian tanah, dengan nomor kode IA, IB, IC dst, masing-masing dipasang di kanan - Kiri patok induk, demikian seterusnya. Untuk menentukan letak patok pembantu digunakan waterpas sederhana agar arahnya sejajar garis kontur. Jarak _ antara 2 patok dianjurkan 5 m atau sesuai dengan rencana jarak tanam © dalam lajur. ‘Materi Pelengkap Krida Binawana-16- TsaaKebwn 1. Teras kebun dibuat pads tahan dengan kembingan 30-50% yong ‘peda umurmnya dltzkukan pads lahah yang belum ads terasnya dn drancanakan untuk areal pensnaman bush-bushen, 2, Pembuatan ters hanya dlakukan pads ahr tenamen,sthkigge ‘pods areal tersebultfetdapalLanah yng Udak teres dan dllutup, dengan Yegelas! penctup tanah, 3. Lebar bidang olsh 1.5m. « 4Cdarok terds satu dengan atonya $9 {0m, Teras int batk untuk mete dan tanamian bush-bushabn yang isin ago tanah tidak everest, Mete membuluhken nah yang lenggar {selatudloah) sehingga mudch erefoat {target 2 Ugur tor “2. Setanta ne) 4: Teeven plop tpogsa 4: Letong naman Gatun task Gambar 6, Penampang melintang teras kebun. (3) Di bawah patok pembantu dipasang patok batas timbunan dengan nomor kode 1a, 1b, 1c dst yang sejajar patok pembantu nomor kode TA, IB, IC dst, demikian pula nomor-nomor kode berikutnya. Jarak antara patok pembantu dan patok batas timbunan + 1,5 m dan jarak antara 2 batas timbunan 5 m. Pembuatan bangunan teras : (1) Buat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah. (2) Gali tanah di bagian bawah batas galian dan timbunkan ke bagian bawah sampai patok batas timbunan. (3) Tanah urugan dipadatkan dan permukaan tanah dibuat miring ke arah dalam + 1%. . (4) Talud teras ditanami tanaman penutup tanah atau rumput. (5) Di bawah talud dibuat selokan teras atau saluran buntu dengan panjang 2m, lebar 20 cm dan dalam 10 cm. ‘Materi Pelengkap Krida Binawana -17- Pemetiharaan Teras Kebun Memperbaiki bangunan teras yang rusak/longsor, mengeruk timbunan tanah di selokan teras atau rorak dan membersihkan jalur teras dari tumbuhan pengganggu. Teras Individu Teras individu merupakan bangunan konservasi tanah berupa teras yang dibuat hanya pada tempat-tempat yang akan ditanami tanaman pokok, dibuat sejajar kontur dan membiarkan bagian lainnya tetap seperti keadaan semula yang biasanya ditanami tanaman penutup tanah. Dibuat pada lahan~ dengan kemiringan 10-50% dengan curah hujan rendah. Cocok direncanakan untuk tanaman tahunan/perkebunan. leans 7 Kalter: 1. Dibwat pada daerah dengan kemitgan 90-50% yang ‘lrencanskan untuk areal penanaman tanaman bush-buahan aloukaywkayuan. 2. Teras yang dibual beedit untuk individu tanaman (poker) sebagallempat pembuatan lubang fanaman, 1. Ukuran teas Indlvidu panjang 2 mlebar 1,5 m lergantung amasing-masig ends lanaman, 1 Leteng eat 2. Ungan taaah 23 Tanaenan pemlup tenpingen 4. Lubang tanamen 4 alten tana Gambar 7. Teras Individu. Materi Pelengkap Krida Binawana -18- Pembuatan Teras Individu Persiapan di lapangan : (1) Patok induk dipasang mengikuti lereng (tegak lurus kontur). Jarak antara 2 patok induk disesuaikan dengan rencana jarak tanam, pemasangan dimulai dari bagian atas lereng. (2) Patok pembantu menghubungkan dua patok induk yang berdampingan pada ketinggian yang sama, masing-masing dipasang di kanan-kiri patok induk. Untuk menentukan letak patok pembantu digunakan waterpas sederhana agar arahnya sejajar garis kontur. Jarak antara 2 patok pembantu sesuai dengan rencana jarak tanam dalam lajur. Pembuatan bangunan teras : (1) Buat batas galian dengan mencangkul tanah mulai dari bagian bawah patok pembantu melalui pencangkulan tanah, panjang 2 m. (2) Gali tanah di bagian bawah batas galian dan timbunkan ke bagian bawah sehingga membuat bidang datar dengan panjang 2 m dan lebar +1 matau disesuaikan dengan keperluan tiap jenis tanaman. (3) Tanah urugan dipadatkan dan di bagian tepi khususnya di bawah Jereng (bagian timbunan) diberi patok-patok penguat (trucuk). (4) Tanah di sekeliling teras individu tidak diolah atau ditanami rumput/tanaman penutup tanah. Pemeliharaan Teras Individu. Pemeliharaan teras individu sama seperti pada teras kebun, 2) Saluran Pembuangan Air (SPA) SPA adalah saluran air yang dibuat tegak lurus arah kontur dengan ukuran tertentu (sesuai keadaan curah hujan, kemiringan lahan, kecapatan air meresap ke dalam tanah/jenis tanah) yan diperkuat dengan gebalan rumput. Bangunan Terjunan Air adalah bangunan terjunan yang dibuat pada tiap jarak tertentu pada SPA (tergantung kepentingan lahan) yang dapat dibuat dari batu, kayu atau bam a Saluran Diversi adalah saluran pembelok yang dibuat untuk mencegah aliran air pada permukean tanah dari suatu daerah tangkapan air yang langsung masuk ke jurang untuk menghindarkan hanyutnya tanah pada tanah-tanah yang mudah Jongsor. Sasaran pembuatan diversi yaitu pada lahan-lahan kering.di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kondisi tanahnya mudah longsor dan karena keadaan curah hujan dan.iklim setempat memungkinkan petani untuk mengolah sawah tadah hujan. ‘Materi Pelengkap Krida Binawana = -19- Kegunaan : a) SPA untuk mengarahkan aliran air ke tempat yang aman dari erosi jurang sekaligus meresapkan air ke dalam tanah. b) Bangunan terjunan air merupakan kelengkapan SPA agar air yang jatuh pada SPA tidak menyebabkan ecrosi. ) Manfaat saluran diversi adalah untuk mencegah terjadinya tanah longsor dan untuk pengairan pada areal di bawahnya, misalnya untuk sawah tadah hujan. a) Saluran Pembuangan Air (SPA) } Pembuatan SPA. Ukuran SPA tergantung dari jumlah curah hujan dan j porositas tanah. Untuk daerah dengan curah hujan tinggi dan tanahnya kurang porus (sarang), ukuran SPA : lebar atas 100 cm, lebar bawah 50 cm dan dalam 50 cm. Saluran air yang dibuat tegak lurus arah kontur dengan ukuran tertentu (sesuai keadaan curah hujan, kemiringan, lahan, kecepatan air meresap ke dalam tanah/jenis tanah yang diperkuat dengan gebalan rumput. Gambar 8. Penampang ‘melintang SPA. Pembuatan Bangunan SPA (a) Penggalian tanah sesuai profil yang terbentuk dari patok-patok pembantu sedalam minimal 50 cm dari bidang olah teras dan lebar © dasar 50 cm sesuai rancangan. (b) Dasar SPA pada teras bangku dibuat dengan kemiringan 0,1 - 0,5 % ke arah luar sehingga perbedaan tinggi dasar saluran yang berjarak 5 m adalah 0,5 - 2,5 em. (c) Setiap jarak 1 m sepanjang SPA ditanami gebalan rumput selebar 20 cm melintang SPA seperti pada Gambar 15. b) Bangunan Terjunan Air Pembuatan Bangunan Terjunan Air dan Saluran SPA. (1) Pemancangan patok-patok disepanjang SPA untuk menentukan letak terjunan, jarak antara 2 patok disesuaikan dengan lebar bidang olah teras, Letak bangunan terjunan harus lebih ke dalam dari pada talud teras dan pada tanah asli (bukan tanah urugan) Maieri Petengkap Krida Binawana -20- (2) Penggalian tanah menurut patok yang telah dipancang dengan arah tegak lurus ke bawah sedalam 0,5 - 1, »5.m diukur dari bidang olah. (3) Pemasangan batu kosong untuk memperkuat bangunan terjunan. @ bam yang digunakan ‘adalah bate belah dengan diameter rat-rata &) oat = dipasang mendatar dan masuk ke dalam tanah (©) struktur pasangan batu kosong kompak. (4) Pemasangan bambu diatur sebagai berikut : (@) 2 atau-3 potong bambu bulat ditanam ke dalam tanah 0,5 m, sedang yang berada dipermukaan saluran dipasang setinggi bangunan terjunan. (b) bambu belah dipasang melintang terjunan, Kulit bagian luar bambu diletakkan di bagian luar. (©) Pemasangan bambu disusun mulai dari bawah dengan kedua ujungnya dimasukkan ke dalam bagian kanan-kiri dinding SPA dan diikatkan pada bambu bulat. Untuk lebih jelasnya bentuk bangunan tersebut padat dilihat pada Gambar-gambar di bawah ini. Gambar 10. Bangunan terjunan dari bambu. Materi Pelengkap Kride Binawana -21- 3» c) Saluran Diversi. Pembuatan Saluran Diversi. Bentuk dan ukuran saluran diversi dapat dilihat pada gambar di bawah ini : ? \ Saluran pembclok yang dibuat untuk mencegah aliran air pada permukaan tanah dari suatu dacrah tangkapan air yang longsung = masuk ke jurang untuk monghindarkan hanyutnya tanah pada tanah- tanah yang mudah longsor. Lujuan © SPA untuk mengarahkan aliran air ke tempat yang aman dari erosi jurang sekaligus meresapkan air ke dalam — °™¥K daw ukuran Saluran Diversi tanah, . Bangunan terjunan air merupakan kelengkapan SPA agar air yang jatuh pada SPA tidak menycbabkan crosi. Gambar 11. Bentuk dan ukuran Saluran Diversi. Dam Pengendali/Dam Penahan. Adalah bangunan berupa bendungan kecil yang dibuat pada alur-alur sungai kecil. ; . Beda Dam Pengendali dan Dam Penahan : a) Dam Pengendali : (1) bendungan kedap air schingga dapat berfungsi sebagai pengendali sedimen dan penyimpan air. (2) dibuat dari urugan tanah. Materi Pelengkap Krida Binawana | -22- Gambar 12. Dam Pengendali. b) Dam Penahan : (1) bendungan lolos air, schingga hanya dapat berfungsi sebagai penampung lumpur. (2) dibuat dari susunan batu kosong. 4) Gully control. Gully control atau pengendali jurang adalah baggunan berupa bendungan kecil yang dibuat melintang jurang. 5). Perataan (grading) Biasanya cara ini dilakukan dengan bantuan alat-alahynekanis. Tetapi dapat pula dilaksanakan secara manual dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti cangkul, sekop dan lain-lain. Materi Pelengkap Krida Binawana -23- 6) Sumur Resapan Air. Bangunan sumur resapan air adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat manampung air hujan yang jatuh di atas rumeh atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. ‘Sumur reasapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air bujan ke dalam tanah, dan sasaran lokasinya yaitu daerah peresapan air di kawasan budi daya, pemukiman, pertokoan, industri, saran dan prasarana olah raga serta fasilitas umum lainnya. Manfaat Sumur Resapan Air : a) Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah/mengurangi terjadinya banjir dan genangan air. bd) Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah. c) Mengurangi erosi dan sedimentasi. d) Mengurangi/menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai. e) Mencegah penurunan tanah (Land subsidance). f) Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah, Bentuk dan Jenis Bangunan Sumur Resapan Air : Bangunan Sumur Resapan Air dapat dibuat segi empat atau silinder dengan kedalaman tertentu dan dasar sumur terletak di atas permukean air tanah. Berbagai Jenis Konstruksi : a) Sumur Resapan Air tanpa pasangan didinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah maupun ijuk (kosong). b) Sumor Resapan Air tanpa pasangan didinding sumur, dasar sumur diisi batu belah dan ijuk. c) Sumur Resapan Air dengan susunan batu bata, batu kali atau batako didinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk atau - kosong. 4) Sumur Resapan Air menggunakan buis beton didinding sumur. ) Sumur Resapan Air menggunakan blawong (bata cadas yang dibentuk khusus untuk dinding sumur). Beberapa macam konstruksi tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing, bergantung pada keadaan batuan/tanah (formasi batuan dan tekstur tanah). Pada tanah atau batuan yang relatif stabil, maka konstruksi tanpa diperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi batu belah dan ijuk tidak akan . membahayakan bahkan akan memperlancar meresapnya air melalui celah-celah bahan isian tersebut. Materi Petengkap Krida Binswana 24 Pada tanah atau batuan yang relatif labil, maka konstruksi dengan susunan batu- batu/batu kali/batako. untuk memperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi batu belah dan ijuk akan lebih baik dan dapat direkomendasikan. Pada tanah atau batuan yang sangat labil konstruksi dengan menggunakan buis beton atau blawong dianjurkan meskipun resapan air hanya berlangsung pada dasar sumur saja, Selain memperhatikan jenis konstruksi yang akan digunakan, pembuatan bangunan sumur resapan air tergantung pula pada biaya yang tersedia. Bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan adalah bak kontrol, tutup sumur resapan dan tutup bak kontrol, saluran masukan dan keluaran/pembuangan (terbuka atau tertutup) dan talang air (untuk rumah yang bertalang air). Skema Sumur Resapan. Atap bertalang. yt Bak Kontrol Keri —¥ uk ——4 Batu Betah$ 70 Gann ‘Sumur resapan aur dan atap runah bertalang, tanpa penguat sumur, dasar sumur diisi bane belah, ijuk dan Materi Pelengkap Krida Binawana -25- 2Sunmur resspem air dari atap numah bertalang dengan penguat i dinding stmmur, dsr sumur kosong. Penguat dinding semur dapat dari bahan ‘Summur resapan air dari atsp rumah tanpa talang. dinding SSumur tanpa penguct. dasar sumur kosong, ™~ c. Metode kimiawi. Cara ini dilakukan dengan menambahkan bahan organik kedalam tanah sehingga akan memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah baik kesuburan fisika maupun kimianya. Bahan organik ada dua macam yaitu ; a, Bahan organik alami (humus, seresah dan lain-lain) b. Bahan organik buatan, Bahan ini dikenal pula dengan istilah soil conditioner (pembenah tanah) seperti bitunen, lateks dll. Pengaruh bahan organik dalam tanah sangat besar, terutama dalam pembentukan agregat dan kemantapan- agregat tanah, juga sebagai penyedia tenaga maupun Komponen pembentuk tubuh jasad mikrobia tanah. C. Pembuatan Bangunan Konservasi Tanah dan Air. 1. Bangunan Konservasi Tanah. Dari berbagai kegiatan konservasi tanah, kegiatan yang mungkin dapat dilaksanakan adalah pembuatan bangunan teras bangku mengingat pertimbangan teknik yang sederhana, bahan dan peralatan yang mudah diperoleh dan efektif dalam penanggulangan tanah kritis. a. Perencanaan 1) Pengukuran lapangan a) Bahan-bahan yang perlu disiapkan : (1) peta topografi skala 1 : 50.000 (2) peta tata guna tanah skala 1 : 50.000 @G) _ peta administrasi/pemilikan tanah skala 1: 50.000-1: 10.000 (4) alat-alat tulis (5) patok bambu, cat, tali dan lain-lain. b) Peralatan yang diperlukan : (1) alat ukur (Theodolit, Waterpass, Kompas dil) (2) _ alat pengukur jarak (Range finder, Roli meter dll) (3) alat pengukur kemiringan tanah (Abney level, clinometer dan lain-lain) (4) alat pemetaan dan penggambaran (5) _alat pengukur Juas (Planimeter dll) 2) Pemilihan lokasi/orientasi lapangan a) Dengan menggunakan data informasi dan peta-peta, dapat ditentukan hasil rencana pembuatan bangunan teras. b) Kemndian dilakukan pemeliharaan/orientasi lapangan (dengan bantuan aparat desa setempat). ‘Materi Pelengkap Krida Binawana = -27- °) 4) Identifikasi dan pencatatan lapangan meliputi : (1) kemiringan tanah (%) 2) status tanah (3) __ tebal tanah (4) _ panjang dan kedalaman jurang (5) formasi batuan Pemberitahuan kepada aparat pemerintah setempat beserta penduduknya tentang rencana pembuatan bangunan teras pada lokasi yang telah ditentukan. 3) Pengukuran dan pemetaan. Setelah dilakukan pengukuran lapangan yang dicatat dalam buku ukur kemudian dilakukan penggambaran peta pada kertas milimeter dengan skala 1 : 1.000 dan kontur interval 1 meter untuk calon lokasi bangunan teras. b. Teknik perancangan. 1) Bangunan utama teras a) b) Persyaratan teknis yaitu : (1) Kelerengan lahan 10-30%, bila keadaan memaksa maksimun 50%. (2) jeluk tanah 30 cm (3) type tanah, tanah bukan pasir yang poreus (4) kerusakan mulai berat (5) penggunaan tanah untuk tanaman semusim Kriteria lapangan : (1) tinggi teras (vertikal interval), ditentukan oleh kemiringan tanah (%) dan kedalaman lapisan olah tanah (cm). (2) kedalaman lapisan tanah dipilih dengan kedalaman minimum 0,30 m atau 1,5 vertikal interval (V.1). (3) lebar bidang olch teras, ditentukan oleh kemiringan tanah, jarak tanaman yang diusahakan dan cara mé tanah. (4) kemiringan tampingan teras (talud), didasarkan atas sifat tanah, terhadap kestabilan timbunan. (5) kemiringan bervariasi dengan perbandingan vertikal interval dan horisontal adalah 1:1; 1:0,75; 1:0,5; 3: (6) ukuran saluran peresapan teras dengan lebar dasar dan dalam tergantung jenis tanah setempat (20 cm lebar dasar dan dalam 0 cm). Panjang saluran maksimum 50 cm dengan kemiringan 0,1% kearah SPA. (7) guludan dengan ukuran lebar dan tinggi 20 cm dan 10 cm. (8) panjang teras tergantung pada bentuk konfigurasi (topografi) tanah dan luas pemilikan tanah. (9)rumus untuk menghitung dimensi teras diambil dari FAO (Conservation Guide-1) sbb. : ‘Materi Pelengkap Krida Binawana -28- dimana : V.1._: tinggi teras (m) S —: kemiringan tanah (%) Wb: lebar bidang olah teras (m) 1 Ur aneetnnennnanenrnnnnnnnnnnnnanaanenens = Coty Kemiringan talud c) Tata letak : (1) Pada peta detail skala 1 : 1.000, dapat ditentukan bagian (garis)punggung dan alur (curah) bukit mulai dari hulu ke arah hilir. Kemudian salah satu garis tersebut dipilih sebagai garis induk teras. (2) Sesuai dengan jarak VJ. yang telah dihitung, diukur dan ditempatkan titik titik induk teras mulai dari titik tertinggi dibagian hulu ke arah hilir pada garis induk teras. (3) Mulai dari titik-titik induk teras dapat ditentukan titik-titik pembantu dengan beda tinggi 0,1% kearah rencana SPA. (4) Hubungkan titik pembantu dan titik induk teras dengan anak panah yang menunjukkan arah saluran peresapan. (5) Tata letak teras kemudian digambarkan pada peta situasi detail 1 : 1.000 dilengkapi dengan penampung terasnya. 2) Saluran Pembuangan Air (SPA) a) Kriteria rancangan : (1) Saluran harus dapat menampung dan mengalirkan (run off) yang berasal dari daerah tangkapan teras. (2) Saluran dibuat sedemikian rupa schingga terletak dibawah ketinggian saluran peresapan agar aliran air dari teras dapat masuk dengan fancar. (3) Dasar saluran dibuat = agar _aliran tidak =menimbulkan erosi/gerusan pada bawah saluran. Kemudian pada tempat-tempat tertentu dibuat bangunan terjunan dengan tinggi teras (V.1.). (4) Saluran dibuat pada tanah asli dengan cara penggalian (bukan dari bahan timbunan) kemudian ditutup dengan gabal rumput. Sedang pada bangunan terjunan perlu dibuat dengan batu atau bahan Iain yang mudah didapat. (5) Penampang saluran dibuat berbentuk trapisium terbuka. (6) Rumus yang digunakan untuk menghitung dimensi saluran-saluran adalan : ‘Materi Pelengkep Krida Binawana -29- « dimana Q = debit limpasan(m3/detik) C= koefisien limpasan, ter- ganitung jenis tanah, ke- miringan, penutup tanah b) Tata letak : (1) Pada peta detail yang ditinjau ditentukan tempat SPA pada bagian/garis alur bukit atau batas pemilikan tanah. (2) Jarak antara saluran satu dengan lainnya tidak boleh lebih dari 100 meter (tergantung topografi dan batas pemilikan tanah). (3) Tempat terjunan diusahakan antara tampingan dan tengah-tangah bidang olah teras. (4) Saluran pembuangan alam (parit, anak-anak sungai) yang aman. (3) Tata letak saluran digambar pada peta situasi detail skala 1 : 5.000 dilengkapi dengan gambar penampang saluran dan terjunan. 3) Saluran Pengelak a) Kriteria rancangan : (1) Saluran ini dibuat untuk mengalirkan sejumlah limpasan di Iuar daerah teras, agar tidak melimpas dan merusak bangunan teras. ‘Oleh karena itu harus disebelah atas areal teras. b) Tata letak : (1) Tempat saluran pengelak ditentukan pada batas bagian atas dari rencana kegiatan penggarapan tanah untuk keperluan lain. (2) Arah saluran pengelak mengikut garis tinggi dengan kemiringan 1% kemudian dilanjutkan sampai saluran pembuangan alam. (3) Tata letak saluran ini digambarkan pada peta situasi detail skala 1 : 1.000 dilengkapi dengan penampang saluran. Pelaksanaan Pembuatan Teras Bangku Pembuatan bangunan utama dan bangunan pelengkap sebaiknya dilaksanakan pada musim kemarau agar pada musim hujan bangunan tersebut dapat berfungsi dan siap ditanami. 1) Persiapan. Pengukuran kembali (uitzeetting) Pengukuran ini diperlukan untuk mencocokkan letak bangunan yang akan dibuat sesuai rancangan dengan cara mengadakan pematokan kembali : a) Lokasi penteraan. b) Batas saluran pembuangan air. c) Batas saluran pengelak. d) Batas pemilikan/penggarapan tanah. 2) ~Pemancangan patok-patok teras. ‘Sesuai dengan gambar rancangan, dilakukan pekerjaan : Materi Pelengkap Krida Binawana -30- 3) 4) a) Memasang patok-patok induk teras mulai dari atas mengikuti lereng tanah ke bawah dengan beda tinggi (V.L) tertentu yang ditentukan dengan alat ukur. Patok-patok ini diberi kode nomor urut I (angka romawi). b) ~Memasang patok-patok pembantu dengan jarak satu sama lain 5 - 10 m mengikuti garis kontur mulai dari patok-patok induk teras dengan beda tinggi berkurang sebesar 0,1% ke arah saluran pembuangan air. Patok-patok ini diberi kode nomor sama dengan patok induk teras kemudian diberi nomor induk. Misalnya : II sampai n adalah patok pembantu dari I sampai n untuk teras ke J. Patok induk dan patok- Patok pembantu untuk masing-masing teras supaya diberi cat dengan warna yang sama. ¢) Memasang patok-patok as mengikuti garis kontur dengan jarak satu sama lain 5-10 m terletak di tengah-tengah antara dua barisan patok- patok pembantu. Pemancangan patok-patok saluran. a) Aluran pembuangan air. (1) Memasang patok-patok induk sebagai as saluran mengikuti patok atas uitzeeting mulai dari bagian tanah dan bawah serta pada setiap tikungan/belokan rencana saluran. Kemudiah pada tempat-tempat ini dipasang patok profil dari bambu yang dapat menunjukkan ukuran kedalaman, lebar dan tampingan saluran. (2) Memasang patok-patok induk dan profil pada rencana terjunan sepanjang saluran yang akan dibuat. b) Saluran pengelak: (1) Memasang patok-patok induk sebagai as saluran mengikuti patok uitzzeting mulai dari bagian awal sampai pada bagian pertemuan saluran pembuangan alam dengan jarak 5 - 10 m. (2) Memasang patok-patok profil dari bambu pada patok-patok induk dan setiap tikungan/belokan yang dapat menunjukkan ukuran kedalaman, lebar dan tampungan. Pelaksanaan : Pembuatan bangunan utama (teras bangku). a) Bidang olah teras : (1) Membatas bidang olah teras dengan cara memasang tali, antara patok induk dengan patok-patok pembanty. Kemudian dibuat garis plantiran mengikuti as di tengah-tengan bidang olah. (2) Pemisahan lapisan tanah bagian atas yang subur dengan cara mengeruk dan memindahkan ke tempat tertentu. (3) Penggalian tanah mulai batas atas bidang olah sampai pada plantiran dengan bentuk galian seperti gambar rancangan. Materi Pelengkap Krida Binawana = -3t- (4) Penimbunan dan pemadatan tanah mulai dari plantiran sampai batas bawah bidang olah dengan bentuk timbunan seperti gambar rancangan. (5) Perataan bidang olah dengan kemiringan ke dalam (reverse back slope) sebesar 1%. (6) Untuk menjaga kemungkinan penurunan tanah, peninggian penimbunan sebesar 10%. (7) Pengembalian dan perataan lapisan tanah bagian atas yang subur pada bidang olah teras. b) Saluran peresapan : (1) Pembuatan saluran peresapan pada ujung sebelah dalam bidang olah teras dengan ukuran sesuai dengan rancangan (lebar dasar 20 cm dan dalam 10 cm). (2) Pembuatan ambang pada hilir saluran peresapan dari batu setinggi +5 cm untuk menahan erosi tanah. c) Tampingan teras (talud) : (1) Pemadatan dan perataan tampingan teras sesuai dengan gambar raficangan. (2) Penanaman tanaman penutup tanah pada tampingan dengan jenis romput unggul dan pada guludan dengan jenis tanaman penguat teras. Kemnudian di sela-sela tanaman penutup tanah tersebut dapat ditutup dengan gebalan rumput lokal untuk memperkuat dan melindungi tampingan dari erosi. d) Gutudan: Pembuatan guludan teras pada ujung sebelah luar bidang olah teras dengan ukuran sesuai rancangan (tinggi + 10 cm lebar atas + 20. cm). 5) Pembuatan bangunan pelengkap. a) Salusan pembuangan air (SPA) : (1) Pembuatan garis tarikan pada rencana saluran dengan cara memasang tali antara patok-patok batas saluran dan patok-patok profil saluran. (2) Penggalian tanah pada rencana saluran dan rencana terjunan mengikuti bentuk profil rancangan. (3) Penimbunan tanah galian pada sebelah kiri dan kanan saluran untuk memperkuat tampingan teras. (4) Pemasangan batu Kosong atau bambu- untuk memperkuat bangunan terjunan. Pemasangan batu kosong pada terjunan di bagian badan, sisi, alas dan bibir terjunan yang diatur sebagai berikut : (a) batu yang dipergunakan adalah batu belah dengan ukuran tebal +20 cm. (b) batu dipasang mendatar dan masuk ke dalam tanah. (6) Struktur pasangan batu kosong dibuat kompak. (5) Pemasangan bambu pada terjunan diatur sebagai berikut: MoteriPelengkap Kride Binawana-32- (a) 2 atau 3 potongan bambu bulat ditanam sedalam + 0,5 m, sedangkan yang ada di permukaan saluran dipasang setinggi bangunan terjunan. (b) Bambu belah dipasang melintang diantara badan terjunan dan bambu bulat, kulit bagian luar bambu diletakkan di sebelah luar. Pemasangan bambu belahan disusun mulai dari bawah dengan kedua ujungnya dimasukkan ke dalam bagian kanar/kiri SPA kemudian bambu tersebut diikatkan pada bambu bulat. (6) Penanaman gebalan rumput pada permukaan basah saluran. b) Saluran pengelak : (1) Pembuatan garis larikan pada rencana saluran, dengan cara memasang tali antara patok-patok profil. (2) Penggalian tanah disesuaikan dengan profil rancangan, kemudian hasil galian ditmbun pada bagian sisi bawah saluran dan dipadatkan supaya membentuk tanggul saluran. (3) Penyempurnaan profil saluran hingga kemiringan dasar saluran sebesar 1% ke arah saluran alam. (4) Penanaman gebatan rumput pada permukaan basah saluran dan tanggul saluran, untuk perkuat dan pengamanan dari bahaya erosi. 2. Bangunan Konservasi Air. Bangunan konservasi air yang dapat dibuat adalah pembuatan bangunan sumur resapan air. a. Kriteria lapangan : 1) Kemiringan lereng lebih kecil dari 25%. 2) Formasi batuan atau tanah harus mampu meloloskan air (mudah meresapkan air) dan tidak labil (tidak mudah longsor), 3) Kondisi permukaan lahan telah berubah fungsi dari lolos air menjadi kedap air, seperti menjadi bangunan gedung, lapangan parkir, dsb. 4) Ketinggian permukaan air tanah cukup dalam dari permukaan tanah, sehingga permukaan air tanah berada di bawah dasar sumur resapan. b. Tata letak : 1) Jarak antara bangunan sumur resapan dengan tangki septik dan sumur gali (sumur air bersih) minimum 5 m. 2) Jarak antara bangunan sumur resapan air yang satu dengan lainnya minimum 2m. cc, Pelaksanaan pembuatan sumur resapan air. Bangunan sumur resapan air dapat dibuat dengan bentuk segi empat atau silinder dengan kedalaman tertentu dan dasar sumur dapat terletak di atas atau menembus permukaan air tanah, Berbagai alternatif jenis konstruksi dapat dipilih tergantung pada keadaan batuan/tanah (formasi batuan dan tekstur tanah). Pada tanah atau bantuan yang’ relatif stabil, maka konstruksi sumur tanpa Materi Pelengkap Krida Binawana -33- batuan yang labil, maka konstruksi sumur dapat diperkuat dengan dinding dan dasar sumur diisi batu kosong dan ijuk. Bangunan sumur resapan air dilengkapi dengan bak kontrol dan penutupnya, penutup sumur, saluran pembuangan dan pembuangan air serta talang air. Saluran Pembyangan Air TPs ‘ LA Y Gambar 15 : Pembuatan Sumur Resapan Air. Materi Pelengkap Krida Binawana -34- 1 B. PERBENIHAN Pengertian Pengadaan benih adalah proses kegiatan mulai pengumpulan benih, ekstraksi benih, pengujian termasuk seleksi dan penyimpanan benih. Ekstraksi adalah proses memisahkan biji dari buah. Benih yang berwatak ortodoks adalah benih tahan lama yang dalam penyimpanannya agar tetap memiliki daya kecambah yang relatif tinggi, harus disimpan dalam kondisi kadar air yang relatif rendah (4 - 8%), suhu relatif rendah (4 - 8%) dan kelembaban relatif rendah (40 - 60%). Pemurnian benih adalah proses memisahkan benih dari benda ikutan atau kotoran atau benih yang tidak diinginkan. Seleksi benih adalah proses memisahkan benih yang berkualitas baik dari populasi benih yang telah dibersihkan dari kotoran (pemurnian benih). — Kebun benih adalah suatu pertanaman yang terdiri dari pohon-pohon yang memiliki sifat-sifat unggul yang sengaja ditanam untuk menghasilkan benih yang berkualitas unggul secara genetik. Kebun Benih Semai adalah kebun benih yang terdiri dari pohon-pohon unggul yang bibitnya dari semai. Kebun benih klonal adalah kebun benih yang terdiri dari pohon-pohon unggul yang bibitnya berasal dari pembiakan vegetatif. Zona pengumpulan benih adalah suatu wilayah atau kelompok wilayah di dalam hutan yang memiliki keadaan ekologis (ketinggian tempat, arah kemiringan, dan iklim) yang seragam. Dalam wilayah ini terdapat tegakan yang asli setempat dan merupakan suatu sumber benih geografis. Pohon induk adalah pohon hasil seleksi.yang memiliki fenotip sangat baik (superior) yang ditunjuk sebagai pohon yang menghasilkan benih berkualitas. . Tegakan benih terseleksi adalah tegakan yang berasal dari hutan alam atau dan hutan tanaman dengan pohon tenotipe superior untuk sebat-sebat penting (pohon kurus, percabangan ringan) untuk menmghasilkan benih. Materi Pelangkap Krida Binawana -35- 2. Maksud dan Tujuan 3. Maksud dari pengadaan benih adalah menyediakan benih yang bermutu baik, dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan setiap tahun dan tepat waktu. Tujuannya adalah untuk menunjang kelancaran pengadaan- bibit yang bermutu baik dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan kebutuhan setiap tahun dan tepat waktu, Pelaksanaan Kegiatan a. Pengumpulan benih. 1) Benih dapat dikumpulkan dari penyalur benih atau dikumpulkan sendiri dari hutan. Benih yang dikumpulkan harus memiliki kriteria sebagai berikut : a) Diketahui asal-usulnya. b) Dikumpulkan dari Kebun benih atau tegakan benih atau pohon induk yang gudah di seleksi dalam tegekan (berbatang lurus dan pertumbuhannya sehat). c) Benih bermutu baik (sehat dan berdaya kecambah tinggi). 2) Teknik pengumpulan benih dapat dilakukan dengan cara memetik buah dari pohon atau mengumpulkan buah yang jatuh di atas tana. Hol-hal yang harus diperhatikan adalah : a) Musim berbunga dan berbuah harus sudah diketahui. Untuk itu pertu pengamatan secara periodik, Karena musim berbunga dan berbuah tiap daerah beragam. Sekedar untuk acuan buku yang ditulis oleh M. Soetarmo Hardjosuwamo 1942 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Hutan (Pengumuman pendek No.20) yang memuat musim berbuah dan berbunga untuk beberapa jenis pohon di berbagai daerah dapat dipergunakan, b) Buah yang dikumpulkan sudah masak fisiologis. Tanda-tandanya harus diketahui dan umumnya buah tua, warna kulit buah sudah berubah sepesti pada jenis Pinus Merkusii, Buah tua berwama kuning kecoklatan dengan bintik-bintik coklat tua dan pada buah meranti yang tua’ ditandai dengan warna sayap buah coklat, buahnya keras dan beratnya lebih ringan dibandingkan buah muda. ) Untuk pengumpulan di atas tanah maka sebelum buah jatuh, pelataran hutan di bawah pohon induk harus dibersihkan untuk memudahkan pengambilan ‘bah. Buah yang jatuh pertama dan terakhit jangan dikumpulkan karena kualitasnya kurang baik. 3) Buah yang sudah terkumpul dimasukkan ke dalam kerung goni dan jangan dimasukkan dalam kantong plastik, karena terlalu panas dan mudah kena jamur. Pengolahan Benih Buah atau kerucut yang telah sampai di tempat pengumpulan benih akan dilanjutkan dengan kegiatan pengolahan. Kegiatan pengolahan benih adelah sebogai berikut : ‘Materi Pelangkap Krida Binawana -36- 1) Pengeringan buah/kerucut. Maksud dari pengeringan buab/kerucut adalah untuk menurunkan kadar air buah, sehingga buah/kerucut tersebut akan terbuka, Pada umumnya buab/kerucut segar mempunyai kedar air yang relatif tinggi. Buab/kerucut masih muda tidak cepat atau sama sekali terbuka selama proses pengeringan. Pengeringan dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, yaitu : a) Pengeringan udara (suhu kamar), Beberapa jenis tanaman, cukup memerlukan suhu kamar untuk menurunkan kadar air buahnya, misalnya jenis Agathis spp, Shorea pp, dan Diospyros celebica, caranya dengan meletakkan buah/kerucut pada ruangan yang mempunyai sirkulasi udara yang baik. b) Pengeringan matahari Benih leucaena leucocephala (kemelandingan) dan dalbergia latifolia (sonokeling) cukup dikeringkan di panas matahari. c) Pengeringan dengan menggunakan mesin pengering (Dry Storage). Proses pengeringan ini umumnya diberikan untuk bual/kerucut yang sukar misalnya Pinus merkusii yang memerlukan panas tertentu untuk dapat membuka sisik kerucut dengan segera. d) Pengeringan dengan pemanasan buatan, diperlukan untuk daerah-daerah yang kurang mendapat sinar matahari atau jauh dari kota. Alat yang digunakan berupa alat pemanas dengan bahan bakar seperti minyak tanah, kayu bakar, atau pemanas listrik (oven). 2) Ekstraksi Yang dimaksud dengan ekstraksi benih adalah kegiatan pengeluaran atau pemisahan biji dari buah. Caranya dapat berbeda-beda disesuaikan dengan macamnya buah. Beberapa jenis tidak memerlukan ekstraksi dan langsung dapat ditanam. setelah pengumpulan, namun jenis lain harus melalui proses yang panjang. Ekstraksi dapat dilakukan secara sederhana (manual) atau dapat pula dengan bantuan alat(secara mekanik). Cara ekstraksi sederhana hanya dipergunakan untuk jumlah benih yang tidak terlalu besar, sedangkan cara mekanik dipergunakan untuk menghasilkan benih dalam jumlah yang besar. Proses ekstraksi harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya kerusakan fisik. 3) Pembersihan Benih. Setelah benih keluar dari buah atau bahan pembungkus lainnya, benih dibersihkan dari sayap, debu dan kotoran lainnya. Kotoran-kotoran tersebut dapat mempengaruhi mutu, daya kecambah dan daya simpan benih. Materi Pelangkap Krida Binawana -37- c. Pembersihan dapat dilakukan secara manual atau mekanik. Pembersihan secara manual dilakukan dengan menggunakan tangan, yaitu dengan jalan menggosok- gosok benih yang diikuti dengan penampian. Cara ini mudah dilaksanakan namun memerlukan waktu lama. Sedangkan pembersihan secara mekanik dilakukan dengan menggunakan alat peniup (blower) sentrifuge dan mesin pembersih. Peralatan tersebut dapat memisahkan benih dari kotorannya dan juga memisahkan benih menurut ukurannya, 4) Pemilihan Benih/Seleksi Maksud kegiatan ini adalah watuk dapat memisahkan antara benih berisi/sehat, tanpa cacat/penyakit dan tidak sempurna bentuknya/terpotong. Cara paling sederhana untuk pemisahan/seleksi benih dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan air, yaita merendam benih. Benih berisi akan tenggelam sedangkan benih hampa atau tidak sehat akan terapung. Akan tetapi dari benih berisi, benih cacat yang berisipun akan turut tenggelam, sehingga masih diperlukan pengamatan secara visual untuk dapat memisahkan antara keduanya. 5) Pengeringan Benih. Sebelum benih disimpan, kadar air benih harus diturunkan terlebih dahulu sampai kira-kira $-8% untuk kebanyakan jenis, Kegiatan ini hanya diperuntukan bagi jenis benih yang berwatek ortodoks. 6) Penyimpanan Benih. Idealnya, benih yang terkumpul hasil suatu panen harus segera diatur di Japangan. Mengingat panen tanaman hutan tidak terjadi setiap saat (tidak beraturan), maka kebijaksanaan yang telah diambil adalah perlu diadakan penyimpanan benih sehingga pada tahun-tahun tidak terjadi panen (panen tidak mencukupi kebutuhan), masih tersedia benih. Benih lebih aman disimpan pada suhu rendah dari pada subu tinggi. Untuk menghindari kemunduran/kerusakan benih selama proses penyimpanan, maka diperiukan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Kadar air benih yang akan disimpan harus disesuaikan dengan watak benih yang dimiliki. b) Suhu penyimpanan hatus tetap dijaga. ¢) Apabila selama proses penyimpanan akan diambil sebagian benihnya, maka sebelum wadah tersebut dibuka harus ditcmpatkan pada suhu kamas terlebih dahulu. d) Mengembalikan wadah tersebut ke tempat penyimpanan semula secepatnya. Pengujian Benih. Pengujian benih sangat diperlukan baik oleh produsen, konsumen maupun oleh pengawas mutu benih untuk mengetahui kualitasnya. Pada dasarnya urutan kegiatan pengujian mutu benih terdiri dari pengambilan contoh uji, pengujian viabilitas (daya berkecambah) benih dan pengukuran kadar air benih. Materi Pelangkap Krida Binawana "-38- » 2) Pengambilan Contoh Uji Untuk dapat memberikan informasi yang tepat sebagai hasil pengujian, maka contoh benih yang akan diuji terlebih dahulu harus mewakili seluruh populasi yang ada. Contoh uji tersebut harus diambil secara acak, berulang dan sebanding/proporsional. Banyak contoh uji yang harus diambil disesuaiken dengan banyaknya kumpulan/stock benih yang ada, dengan prosedur sebagai berikut : a) Apabila hanya terdapat 1 wadah kumpulan benih, maka contoh uji harus diambil dari seluruh lapisan dalam wadah tersebut. b) Apabila terdapat 5 wadah kumpulan benih, maka contoh uji harus diambil dari setiap wadah. c) Apabila terdapat 6-30 wadah kumpulan benih, maka contoh uji sekurang- kurangnya harus diambil untuk setiap 3 wadah. Banyaknya contoh uji tidak kurang dari 5 contoh uji. d) Apabila jumlah wadah kumpulan benih lebih besar dari 30, maka banyaknya contoh uji sekurang-kurangnya 1 untuk setiap 5 wadah dan tidak kurang dari 10. Atau dapat pula mengikuti ramus : 5 + 10% jumlah wadah kumpulan benih. Pengujian Persen Kemurnian Benih Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menentukan komposisi benih berdasarkan berat. Contoh uji yang akan digunakan harus mencukupi sehingga dapat menjamin ketelitian dari pengujian tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara memisahkan benih mumi dari komponen-komponen non benih lainnya. Yang dimaksud dengan benih murni adalah semua benih yang mempunyai identitas sama dengan benih yang diuji yang meliputi benih sehat dan tidak sehat, masak dan belum masak, normal dan abnormal. Sedangkan yang dimaksud dengan komponen non benih lainnya, dapat berupa benih tanaman lain, sayap benih, kulit benih, tanah, potongan- potongan ranting dan kotoran lainnya. Prosentase benih murni dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Berat benih murni X 100% % Kemumian =~ Berat semua contoh uji Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan ini antara lain : pinset, kaca pembesar, timbangan analitik dan wadah penampung. Benih dari jenis yang berukuran besar pada umumnya mempunyai persen kemurnian yang tinggi, sedangkan benih yang berukuran kecil mempunyai persen kemurnian yang rendah, karena pada benih kecil sukar diadakan pemisahan antara benih murni dan komponen non benih lainnya. Materi Pelangkap Krida Binawana -39- 3) Pengujian Viabilitas Benih. Viabilitas (daya kecambah) benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah di bawah kondisi lingkungan yang optimal. Hal ini dapat dilaksanakan secara Jangsung maupun tidak langsung (yang sudah lazim dilaksanakan adalah dengan menggunakan sinar X dan uji tetrazolium). Dalam kesempatan ini hanya akan diuraikan mengenai uji perkecambahan secara langsung, Cara ini dapat dilaksanakan di dalam ruangan atau di luar Tuangan. Uji perkecambahan di dalam ruangan biasanya diperuntukkan bagi jumlah dan ukuran benih yang tidak besar dan hanya memerlukan peralatan sedethana seperti a) Petridish (cawan petri) dapat terbuat dari plastik atau kaca. b) Kertas saring atau kertas merang sebagai media perkecambahan. c) Hand sprayer plastik yang kecil. : Uji perkecambahan di luar ruangan biasanya mempunyai hasil yang lebih mendekati hasil perkecambahan di persemaian. Peralatan yang diperlukan seperti : a) Bak kecambah, dapat terbuat dari plastik, kayu atau papan. b) Media kecambah dapat berupa pasir halus, tanah halus atau campuran dari keduanya. ¢) Knapsack sprayer (sprayer punggung). Baik uji perkecambahan di dalam atau di tuar, peralatan yang akan digunakan seperti petridish kertas saring/kertas merang, bak kecambah dan pasir atau tanah halus terlebih dahulu harus disucihamakan (disterilkan). Prosedur untuk masing-masing uji perkecambahan tersebut adalah sebagai berikut : a) Uji di dalam ruangan. Petridish dilapisi dengan 2-3 lembar kertas saring/kertas merang lembab. Kemudian benih-benih diatur di atasnya. Apabila tersedia germinator, maka petridish tersebut ditempatkan ke dalamnya, tetapi apabila tidak tersedia, cukup diletakkan di atas meja yang mendapat cukup cahaya. b) Uji di luar ruangan. Setelah bak kecambah dan medianya siap, disiram dengan air sampai jenuh. Benih akan ditanam dalam larikan dengan kedalaman setebal benih itu sendiri. Untuk menjaga agar media kecambah tetap lembab, maka bak-bak kecambah tersebut ditutup dengan plastik transparan. Banyaknya ulangan untuk masing-masing pengujian sckurang-kurangnya 2 kali sejumlah 100 butir, Sedangkan saat benih mulai berkecambah untuk masing-masing jenis tidak sama. Materi Pelangkap Krida Binawana -40- 4) Pengukuran Kadar Air Benih Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu benih disamping suhu adalah kadar air benih. Kadar air untuk tiap jenis akan berbeda tergantung dari watak yang dimilikinya. Untuk jenis yang berwatak ortodoks, maka kadar air yang dipunyai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis yang berwatak rekalsi Perubahan kadar air dapat mempengaruhi perubahan mutu yang dimiliki. Untuk itu selain diadakan pengujian daya kecambah, juga diadakan pengukuran kadar air benih. Pengukuran kadar air benih dihitung berdasarkan berat kering oven pada temperatur 105% selama 24 jam. Perhitungan kadar air benih dapat mengikuti rumus sebagai berikut : Berat basah-berat kering Kadar air = d. Peredaran Benih Peredaran benih dapat terjadi antara pengada/pengedar dan pemakai di dalam negeri maupun aniar negara (luar negeri). Peredaran Benih Dalam Negeri. 1) Ketentuan-ketentuan. Untuk menjadi pengada benih ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi serta dilaksanakan. Benih yang akan beredar harus jelas asal-usulnya dan sesuai dengan persyaratan-persyaratan mutunya. a) Persyaratan untuk Pengadaan Benil (1) Memiliki ijin usaha dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. (2) Memiliki dan menguasai Sumber Benih. (3) Memiliki sarana dan prasarana. (4) Memiliki tenaga ahli dan tenaga terampil khususnya bidang perbenihan. (5) Persyaratan lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi hutan. b) Persyaratan Mutu Benih Setiap benih yang akan diedarkan harus mempunyai mutu fisiologis dan fisik benih yang baik dengan syarat-syarat sebagai berikut : (1) Benih mempunyai kemurnian yang tinggi. Bila benih yang dikirim masih banyak. kotorannya, maka akan menyebabkan pengurangan berat/jumlah benihnya sehingga ini bisa merugikan pemakai. Oleh karena itu setiap pengiriman benih harus bersih dari segala kotoran dan tidak tercampur dengan jenis lainnya. (2) Benih mempunyai daya berkecambah yang tinggi. (3) Benih yang sehat adalah benih yang bebas dari hama dan penyakit yang berbahaya, mempunyai fisik yang baik. Benih dengan fisik yang baik adalah benih mempunyai bentuk berisi, padat, tidak keriput, tidak ada cacad dan luka. Materi Pelangkap Krida Binawana -41- (4) Kadar air yang cukup. Kadar air yang terkandung dalam benih tergantung kepada jenis tanaman dan watak benihnya. 2) Prosedur Pengiriman Benih. Proses atau prosedur peredaran benih mulai dari pemesanan, pengiriman dan penerimaan benih. a) Pemesanan Benih. Pemesanan benih dapat diajukan langsung kepada Pengada ataupun Pengedar dengan mengisi daftar pemesanan benih. Tembusan dari daftar pemesanan benih tersebut disampaikan kepada Ditjen RLPS, Kanwil. Dep. Kehutanan, Dinas Kehutanan, Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) serta Balai RLKT. Hal-hal yang perlu diperhatikan ; (1) Benih yang diminta jumlahnya harus sesuai dengan kebutuhan. Apabila jumlah yang diminta sesuai rencana penanaman/penaburan, maka penanaman akan berjalan baik, sebaliknya bila jumlah yang diminta melebihi dari target/rencana, maka benih akan terbuang percuma. (2) Tata waktu pemesanan benih sangat penting dan harus jauh-jauh diajukan sebelum benih terebut dibutuhkan Hal ini dimaksudkan agar benih dikirim tepat pada waktunya. ‘Tata waktu ini harus sinkron dengan tata waktu pengadaan bibit dan penanaman. Apabila benih dipesan terlalu lambat sedangkan persemaian sudah siap, maka pemeliharaan persemaian (bedeng, media dil) terlalu Jama sebelum dimanfaatkan. b) Pengiriman Benih. Pengiriman benih dilakukan oleh Pengada/Pengedar ke Pemakai. Pengada/Pengedar diwajibkan memberikan tembusan Daftar Pengiriman. benih kepada Ditjen RLPS, Kanwil Dep. Kehutanan, Dinas Kehutanan, BPTH dan BRLKT. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah : (1) Label Benih Benih yang dikirim harus mempunyai label karena dari label ini pemakai dapat mengetahui identitas benih tersebut. (2) Kemasan Benih Cara atau teknik pengemasan sebaiknya disesuaikan dengan jenis tanaman dan watak benihnya. Ada benih yang harus dikemas dengan kadar air yang tinggi misalnya seperti Dipteroacarpaceae, dan ada yang harus dikemas dengan kadar air yang rendah, misalnya Pinus Merkusii. Disamping itu wadah yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan diantaranya ukuran wadah harus disesuaikan dengan banyaknya benih yang akan dikirim, kedap udara, ringan,kuat dan dapat mempertahankan benih dari serangan hama dan penyakit. Materi Pelangkap Krida Binawana | -42- (3) Transportasi Agar benih yang dikirim tetap baik sampai tujuan, maka alat angkut yang digunakan harus memenuhi persyaratan yaitu cepat dan aman. Benih tidak boleh bercampur dengan barang-barang lain yang berbahaya. Pesawat terbang merupakan pilihan utama yang disarankan dan benih disimpan di dalam ruangan ber AC. Apabila lokasi yang dituju tidak ada pesawat terbang maka dapat pula dipakai kendaraan darat atau laut dan diusahakan yang ada AC. Sertifikat Kesehatan Benih. Untuk memberikan jaminan kepada Pemakai bahwa benih yang dikirim betui-betul bebas dari hama dan penyakit, maka setiap pengiriman benih harus disertai sertifikat kesehatan benih yang dikeluarkan oleh Dinas Karantina tumbuh-tumbuhan setempat 4 c) Penerimaan Benih. (1) Pencatatan Data Benih. Benih yang diterima dari Pengada/Pengedar hendaknya dilakukan pemeriksaan kembali oleh Pemakai tentang jumlah/banyaknya benih yang diterima (penimbangan kembali), dan dilakukan pencatatan tethadap keadaan wadah benih, keadaan fisik benih, tanggal pengiriman dan tanggal penerimaan. Selanjutnya Pemakai memberikan laporan kepada Pengada/Pengedar tentang benih yang telah diterima dan memberi tembusannya kepada Ditjen RLPS, Kanwil Dep. Kehutanan, Dinas Kehutanan, BRLKT dan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH). @ Pengujian Mutu Benih. Benih-benih yang diterima tersebut hendaknya segera diuji mutunya yang mencakup kemurnian, kadar air dan daya berkecambah. Apabila benih yang diterima tersebut setelah diuji mutunya ternyata terdapat ketidakcocokan dengan label, maka pemakai dapat mengajukan klaim ke Pengada. (3) Penyimpanan Sementara. Benih yang diterima tidak selamanya dapat langsung didistribusikan ke lokasi (daerah), karena beberapa hal antara lain persiapan lapangan yang belum selesai ataupun musim yang kurang menguntungkan, schingga benih perlu disimpan. Agar penurunan mutu tidak terlalu besar, maka benih tersebut disimpan dalam " Condition room ", ruang AC atau dalam lemari es. Jika semua ini tidak tersedi, maka dapat dipergunakan ruangan lain yang keadaannya bersih, sejuk, tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang bisa merusak benih. Materi Pelangkap Krida Binawana -43- (4) Pengiriman ke Lokasi Persemaian Pengiriman benih ke lokasi persemaian dilakukan apabila sudah ada laporan siapnya lapangan. Hal ini dimaksudkan agar benih tidak disimpan lama di lokasi persemaian, sehingga penurunan mutu dapat dikurangi. Jumlah benih yang dikirim ke persemaian harus disesuaikan dengan kebutuhan, Ekspor dan Impor Benih. Ketentuan-ketentuan peredaran benih di dalam negeri berlaku juga untuk ekspor dan Impor beni dengan prosedur yang berbeda, Prosedur ekspor dan Impor benih dimulai dari permohonan, pemberian izin, pemasukan dan pengiriman. 1) 2) 3) Permohonan. . Pengada/Pengedat/Pemakai dapat mengajukan permohonan tentang rencana ekspor dan Impor benih kepada Menteri Kehutanan dan memberikan tembusannya kepada Dirjen RLPS dan Badan Benih Nasional. Data yang tercantum untuk keperluan ini antara lain : jenis tanaman, jumlah benih yang diperlukan, peruntukan, tata waktu pemakaian dan negara asal. Pemberian Izin. Setiap pemasukan ataupun pengeluaran benih tanaman hutan ke dan dari Negara Republik Indonesia harus ada izin dari Menteri Kehutanan cq. Dirjen RLPS untuk kegiatan reboisasi dan HTI dan Kepala Badan Litbang untuk kegiatan uji coba dan penelitian. Pemasukan dan Pengeluaran Benih. Setiap pemasukan dan pengiriman harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Sertifikat Kesehatan, Setiap benih yang diekspor dan dilmpor harus dilengkapi dengan sertifikat kesehatan benih yang dikeluarkan oleh Dinas Karantina Tumbuh-tumbuhan, b) Labelisasi. Label benih dikeluarkan oleh Pengada. Data yang tercantum dalam label mencakup daya berkecambah (DB), kemurnian, kadar air, curah hujan, jenis tanaman, asal benih, ketinggian tempat dpl, tanggal panen, tanggal ekstraksi, penyalur, tangeal penyimpanan dan nama penguji. Dengan adanya label pada benih, memberikan jaminan kepada pemakai bahwa benih yang dipakai/diterima mempunyai mutu baik dan jelas asal-usulnya. ©) Sertifikat Benih. Sesuai dengan tugasnya sertifikat diatur oleh Ditjen RLPS dan Badan Litbang. Hasil sertifikasi ini disampaikan kepada Pengada, Pengedar, Pemakai dan tembusannya untuk Ditjen RLPS dan Badan Benih Nasional (BBN) Materi Pelangkap Krida Binawana ”-44- A 2. C. PEMBIBITAN Pengertian a. Bibit adalah bahan tanaman yang dapat berupa benih sehat atau seedling/anakan baik berupa stek, anakan siap tanam, cangkokan maupun anakan cabutan yang dapat ditanam. b. Pembibitan adalah proses menumbuhkan benih menjadi bibit siap tanam, sebanyak yang direncanakan (sesuai luas areal tanaman) bermutu baik, dan tersedia tepat pada musim tanam. c. Persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan dan merawat bibit yang digunakan untuk menyemai dan merawat bibit jenis tertentu dengan perlakuan teknis tertentu sehingga dalam waktu yang telah direncanakan diharapkan dapat dihasilkan bibit yang memenuhi persyaratan baik dari segi kuantitas dan kualitas (umur, ukuran dan keadaan pertumbuhan). Kegiatan Pembibitan a. Macam Persemaian Ada 3 macam persemaian yaitu persemaian sementara, semi permanen, dan permanen. Persemaian sementara digunakan selama 1 tahun (1 s/d 2 kali periode penyemaian), sedangkan persemaian semi permanen dapat digunakan lebih dari 1 s/d5 tahun, dan persemaian permanen dapat digunakan lebih dari 5 s/d 20 tahun. b. Pemilihan Lokasi Lokasi persemaian harus dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Keadaan lapangan datar (kemiringan 1 - 5%). 2) Mudah mendapatkan air sepanjang tahun. 3) Tanahnya subur, dengan textur ringan, tidak liat dan bebas dari batu dan kerikil. 4) Drainase tanahnya baik. 5) Tersedia jalan angkutan. 6) Relatif dekat dengan lokasi penanaman, khususnya untuk persemaian sementara. 7) Mudah mendapatkan tenaga kerja. ¢. Bibit yang dihasilkan adalah berupa : 1) Bibit dalam pot atau kontainer, seperti kantong plastik, pot trays, poly tube. 2) Bibit akar telanjang, cabutan. 3) Bibit stump, stek, cangkok dan lain-lain. 4. Lama bibit di persemaian Setiap jenis bibit membutuhkan waktu perawatan yang berbeda di persemaian sampai bibit bersebut dapat dikategorikan siap tanam di lapangan. Antara lain : Materi Pelengkap Krida Binawana -45_ ‘Acasia sp, Eucalyptus sp, Albizia falcataria, Calliandra sp, Leucaena leucocephata, Anthoephalus cadamba, Leucaena glauca, Pterocarpus indica, membutuhkan waktu 3-6 bulan sedangkan Pinus merkusii, Tectona grandis, Melaleuca leucadendron, Toona seruni, Santalum album, Swietenia macro phylla dapat memerlukan waktu 6 - 12 bulan. 3 Perencanaan Kegiatan a. Penataan Ruang Persemaian - Setelah lokasi persemaian ditentukan, selanjutnya dapat dilakukan penataan ruangan. Tiga puluh persen dari luas lokasi diperuntukkan untuk sarana dan prasarana, seperti pondok kerja, rumah perkecambahan, jalan pemeriksaan, kolam air dil. Sedangkan selebihnya yaitu sekitar 70% digunakan untuk ruang produksi bibit. b. Rencana/Jadual Kegiatan Maksud dibuatnya jadual adalah agar semua pekerjaan dapat berlangsung sesuai dengan waktu yang diharapkan, disamping juga untuk memudahkan pengawasan, oleh karena kegiatan persemaian terikat dengan waktu, Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan rencana kegiatan adalah : 1) Waktu penanaman bibit di lapangan. 2) Lamanya bibit harus dirawat/dipelihara. 3) Jumlah bibit yang akan dihasilkan, 4. Pelaksanaan Kegiatan a, Pembersihan Lapangan Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan lapangan dari rumput, semak belukar dan alang-alang sekaligus untuk mengumpulkan lapisan tanah (top soil) yang akan digunakan sebagai bahan media. Pembersihan lapangan dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan parang, cangkul, atau secara mekanis menggunakan traktor, serta secara kimia menggunakan_ berbagai herbisida. Namun cara yang terakhir ini tidak dianjurkan. b. Persiapan Lapangan Kegiatan persiapan lapangan meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut : 1) Pemagaran. Pemagaran perlu dilakukan untuk menghindari adanya gangguan penggembalaan temnak serta hewan liar lainnya. 2) Pembuatan jalan pemeriksaan. Jalan pemeriksaan sebaiknya dibuat lebar agar dapat juga berfungsi sebagai jalan pengangkutan bibit. Materi Pelengkap Krida Binawana -46_ 3) Penanaman pohon pelindung. Sebagai pohon pelindung harus dipilih jenis-jenis tanaman yang cepat tumbuh, tahan pemangkasan, tahan api/tidak mengalami, tahan hama dan penyakit. ‘Untuk keperluan tersebut dapat ditanam Acacia mangium, Lamtorogung, Flamboyan, Pinus merkusi dan \ain-lain. c. Pengadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang perlu dibuat/diadakan adalah sebagai berikut : 1) Pondok kerja Pondok kerja dibuat berdasarkan standart yang telah ditetapkan. Di dalam pondok kerja perlu dilengkapi dengan papan visualisasi kegiatan, papan mutasi bibit, daftar inventarisasi peralatan dan lain-lain. 2) Kolam air ‘Agar penyediaan air dapat berlangsung terus menerus perlu disediakan kolam air. Pembuatannya disesuaikan dengan biaya yang tersedia, 3) Rumah kecambah Beberapa jenis benih dari biji,:utamanya benih-benih berukuran kecil seperti Eucalitpus sp, Pinus sp, Acasia sp dan lain-lain perlu dikecambahkan terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke bedeng sapih. Untuk itu diperlukan rumah kecambah. 4) Bedeng pertumbuhan Bedeng pertumbuhan yang dimaksud adalah bedeng semai untuk produksi bibit akar telanjang dan stump maupun bedeng sapih untuk produksi bibit dalam kantong plastik (pada umumnya untuk persemaian sementara). Secara garis besar pembuatan bedengan dapat dilakukan sebagai berikut : a) Bedengan dibuat membujur dari arah utara ke selatan dengan ukuran 1 x 10 matau 1 x Sm. b) Permukaan bedengan ditinggikan 15 cm, dipinggimya diperkuat dengan menggunakan kayu, bata merah atau batako dan bedengan tersebut dibuat miring, ke arah timur. Khusus bagi bedengan sapih, dasar bedengan sebaiknya diperkeras dan pada bagian yang lebih rendah dibuat lubang- Tubang saluran air. c) Antar bedeng dibuat jalan pemeriksaan dan pada setiap bedengan disiapkan sarana untuk naungan. Catatan : untuk persemaian permanen biasanya terdapat seeding area dan open area dengan standar teknis tertentu. d.Penyediaan Media 1) Media perkecambahan Sebagai bahan media perkecambahan dapat digunakan pasir atau tanah halus. ‘Agar bahan media yang digunakan bebas dari hama dan penyakit maka perlu digoreng sangan (sangrai) terlebih dahulu, Materi Pelengkap Krida Binawana -47_ 2) Media pertumbuhan dapat menggunakan campuran taneh, pasir dan kompos dengan perbandingan 7:2:1. Untuk memperkaya mineral yang terdapat pada bahan media dapat ditambahkan pupuk TSP sebanyak 1 gram setiap kantong plastik. Media semai alternatif lainnya (bahkan yang dianjurkan) adalah seperti gambut, akar pakis, ampas tebu, ampas singkong, daun acasia mangium, jerami, dan lain-lain yang dapat dicampur dengan sckam padi dan atau kapur sesuai kebutuhan. - Penyiapan bahan dan peralatan persemaian Bahan-bahan dan peralatan persemaian yang perlu disiapkan antara lain : 1 Pe 1) 2 3) Kantong plastik. Pupuk kandang, TSP, NPK, pupuk daun. Fungisida, insektisida. Bak kecambah, Papan-papan pengenal. Benih, jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan, Pada lampitan 1 disajikan kebutuhan biji/benih tiap jenis tanaman. in Seleksi benih (dari biji). Untuk mendapatkan benih yang berkualitas tinggi perlu dilakukan seleksi benih. Cara yang sederhana adalah dengan mengapungkan di dalam air. Benih yang baik adalah benih yang tenggelam. Perlakuan pendahuluan Beberapa jenis benih (dari biji) memerlukan perlakuan khusus sebelum disemaikan. Pada umumnya benih mulai berkecambah bila 80-90% air telah masuk ke dalam benih. Karenanya perlu diberi perlakuan terhadap kandungan air ini misalnya dengan melakukan perendaman dalam air dingin dan atau dengan penyiraman dengan air panas. (untuk lebih lengkapnya periksa Jampiran —~ 2). Penaburan benih (dari biji) Untuk produksi bibit dalam pot/wadah dilakukan di dalam bak tabur atau Jangsung di dalam pot/wadah, sedangkan untuk produksi bibit akar telanjang dan stump, penaburan langsung di dalam bedeng semai. Teknik penaburan dilakukan dengan dua cara yaitu : “menabur daiam larik dan menabur lebar” Cara. penaburan dalam larik misalnya untuk jenis pinus (dalam bak tabur). Kaliandra, Lamtorogung (dalam bedeng semai) digunakan jarak antar larik 5 Materi Pelengkap Krida Binawana -48_ em. Selanjutnya benih ditutup dengan tanah halus atau pasir halus yang tebalnya kira-kira sama dengan tebalnya benih yang ditabur. Cara menabur lebar, misalnya untuk jenis Acacia mangium, Acacia auriculiformis, Eucalyptus urophylla, Eucalyptus deglupta, dan jenis benih Jembut lainnya, agar merata maka dicampur dengan tepung arang kira-kira sebanyak 10 kali banyaknya benih yang ditabur. Sebelum benih ditabur, bahan media terlebih dahulu disiram air sampai jenuh. Setelah benih ditabur sebaiknya disemprot dengan fungisida (Dithane M-45) dan dilanjutkan setiap 3 - 5 hari sekali. Penyiraman harus menggunakan sprayer dengan nozle menghadap ke atas dan tidak boleh terlalu banyak (dengan cara pengabutan). g. Penyapihan Bibit Penyapihan bibit dilakukan hanya apabila bibit melewati proses perkecambahan di bak-bak kecambah kemudian dipindahkan ke pot seperti kantong plastik, pot-trays, atau poly tube. Penyapihan dilakukan bila umur semai telah dianggap cukup. Untuk Pinus telah mencapai sebesar korek api, untuk jenis Acacia dan Eucalyptus telah berdaun sepasang atau dua pasang. Pengambilan semai dilakukan dengan sendok kayu, hanya semai yang kelihatan sehat dan subur tumbuhnya saja yang dipindahkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan bibit 1) Waktu penyapihan pada pagi hari jam 06.00 - 09.00 dan atau sora harinya dari jam 16.00 sore sampai malam. 2) Akar tidak boleh terlipat. 3) Semai berdiri tegak. 4) Tidak terjadi ruang kosong disekeliling akar. 5) Untuk menghindari terjadinya kekeringan setelah pengambilan dari bak kecambah maka semai harus ditempatkan dalam wadah yang berisi air. 6) Semai tidak boleh terlalu sering dipegang agar tidak luka. h. Pemeliharaan Semai 1) Naungan Beberapa jenis bibit memerlukan naungan dipersemaian, namun ada juga yang tidak, Untuk lebih jelasnya berbagai jenis bibit yang membutuhkan naungan dapat dilihat pada lampiran 2. 2) Penyiraman Penyiraman dilakukan tiap pagi (pukul 06.00 s.d. 09.00) dan atau sore hari (pukul 15.00 s.d. 18.00). Materi Pelengkap Krida Binawana -49_ 4) 5) Penyiangan Penyiangan diJakukan bila banyak rumput tumbuh di persemaian. Pemupukan Pemupukan dilakukan bila unzur semai telah 1 bulan, Frekuens} pemupukan adalah 2 minggu sekali dengan menggunakan NPK/Urea dan pupuk daun (bila aun kurang subur tumbuhnya), Dosis NPK adalah 2 kg NPK 14 : 14; 14 atau 1,5 kg NPK 15 :-15 = 15 yang dilarutkan dalam 200 liter air (untuk 50.000 - 75.000 batang semai). Setelah pemupukan sebaiknya semai disemprot dengan air. Pemberantasan hama dan penyakit Untuk mencegah serangan hama sebaiknya setiap seminggu sekali disemprot dengan insektisida, sedangkan untuk pemberantasan penyakit seperti jamur disemprot dengan fungisida. Dosis serta cara pemakaiannya dapat mengikuti petunjuk yang tertera pada Label kemasan yang bersangkutan. Pengangkutan bibit Sebelum bibit diangkut ke lokasj tanaman perlu dilakukan seleksi, yaity untuk memilih bibit yang memenuhi syarat ukuran tinggi (30 em - up) dan syarat kualitas (sehat dan baik pertumbuhannya denga kriteria sebagai berikut : daun segar, batang kokoh dan tegar, perakaran banyak dan tidak ada tanda-tanda terserang penyakit). Dalam pengangkutan bibit kekompakan medianya harus tetap dipertahankan. Oleh karena itu pengangkutan bibit dalam kantong plastik harus. ditempatkan pada kotak angkut bibit dan bagi bibit dari pot-trays/poly tube menggunakan kantong belanja yang ditempatkan pada rak-rak, Sedangkan bagi bibit akar telanjang dan stump dapat menggunakan karung goni basah. Selama pengangkutan bak kendaraan yang digunakan harus ditutup untuk mengurangi penguapan. Banyaknya bibit yang diangkut disesuaikan dengan kemampuan penanaman pada hari itu. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore/malam hari. Sebelum bibit didistribusikan ke lubang-lubang tanaman perlu diseleksi ulang, agar bibit yang ditanam benar-benat bibit berkualitas. ‘Materi Pelengkap Krida Binawana * -50_ pabbibalitas i oF aa RTRIS [FE 08, aap saw | "EE 08 worpuT nam | TE oe aR uE wg [TE 08 Ystowou sng | OF os oa 8 8 ae oe 3 a8 Se a ¥ 08 (a oF ee 08 iz of i 08 Talenz weisonoers | Gr 08 unease eNTaRTORTE | Fi 08 Siysear smdeongs [UT 08, ado rateora | IT oe ‘eqn antenna | st of +i 08 a OF, tr of 1 oF Or a 6 8 = co ~ 08, TuBaaa eam [> oe. “equTepes smieydasoinny = of, oi TuassAyoA saDRATY | 08 96. BHORTUETOT SHREBY_ © 08 06 sraopue estoy | 08 06 “onan wey | —T = = z 7 " @ % af Suormm HE (pug uvdaede, ers) | (@q0o yoepeys) | Bue Bueg apy rosnwmwy | Syed. | yoru marron 09 oN sH wedi | eEuEmpodip | wf uossyey | hep osruDsiog ssnazsieg | the 1a ont quod voy | Som yroog we 1 (y) uoreuesieg BH / SueIeq ODO OOF deRas yaIUN UEUTEUEY 1fiq WEYTANGEy FEE]: | wEsICurey j>qe, “7S PoEMeUg epLDY dexSuajod HOI, ‘0607005 oF 8 08 Fa 00 er Spas eons, |e ‘007005 08 $8 $8. $6, 0005 quae rues murs | 8 ‘0007005 8 $6. 56 96 ‘00% Tae ‘yrsondsy anus | Ue 000005" 08 Sat "SL 6 0007 Ou Birudanew eos | 9e (900'005 08 56 56 06, 00% i ‘wopipuERt eawes9s | Se 6 £ ¥. £ t T Lampiran2 _: Daftar Perlakuan Penyemaian dan Permulean Berkecambah Untuk setiap Jenis Tanaman No. | Namalenis Tanaman | Perlekuan Pendahuluan | Tempat Permufaan Keterangan : (Daerah) sebelum disemaikan | Penyemsian _|_Perkecambshan i 2 3 4 5 6 T. | Acasia aurieutiformis Disiram air mendidin | Dipanas _~ | 6—1Ohari = A.Cunn ddan direndam selama 24 | matahari Jam dalam air siraman itu 2, | Agathis lorantifolia salisb | Biji direndam 24jam | Di bawah Fhe = (damar) dalam air dingin naungen 3. _ | Albizia falcata backer Disiram air mendigin | Di bawah 2= Shank = (leungjing, Seagon laut) | dan direndam selama 24 | neungen : jam | Albizia procera Buh ~ ‘Di panas > (kihgjong, Weru)_ ‘matahari 5. | Aleurises motuccana wid [= Di bawah = : (Kemiri, Muncang) naungan atau persemaian ditutup alang- alang tebal 5 cm %& | Altingia exceisa noronha | = Di panas > > (Rasamala) ~ matahari 7. —| Anthosephalus cadamba | - Di bawah Ti 12 hari > Gabon) naungan % | Cassia fistula L (Trengguli) | - Di panas > Dapat distamp matahati 9. _ | Dalbergia latifolia Roxb. ‘Di bawah = Dapat distump (Sonokeling) naungan 10. | Dalbergia sisso Roxb. ‘Di bawah Dapat distump (Sono sisso) raungen sesudah ber- kecambah diberi sinar rmataheri © PIL] Casuarina equisetifolia L | Biji diambil dari buah, | Di panas - : (Cemara) disiram air 60°C, matehari = ° > L 4 iKering) Aaungan _ ~ 13. | Eucalyptus dogiupia Bh. | - Di bawah 4- Ghar = (Heda) aungen 14 | Eucalyptus plaxyphyla | - Di panas a= Thert Box perse- F.vM (Hue) matahari ‘maian ditutup ‘untuk mena- Jan bujen 15. | Gonpphyleum faleatumn BI. ~ ° (Mangir) 16 | instia biyuga D. Kez > Dapat distump (Merbau) ¥7._| Lagerstromia speciosa Pers > Dapat distump (Bungur, Wungu) Leucaena glauce Benth, 3-1 her Dapat distump ‘(Kemlandingan) irendam panas mataheri Materi Pelengkap Kride Binawana -53- WS.) Mlateusa tevcadendron L | Bijidirendam dalam air | Di panas Chart TO gram bi (Seyu putib) dingin selama 24 jam) matahari dicampur 1 Keg orang yang |_ | citumbat 720._| Pinus meskust jungleet DI | Biji direndam air dingin | Di panas 3-17 hast - VR CTusam, Pinus) selama 24 jem, matahar | 2I,_| Plerocapus indica Willa | Biji diambit dari i panas : Dapat disump {Sono kembang) fnatahari_| 22] Santalum afbura © - Di bawah 26 hart : (Cendena) naungan 23. | Seima noronhae Rein W. | Di bawal > : -Puspa Jnaungan 2A | Schleichera oleosamer Di panas 10-13 ber > (Kosambi) 25. Swietenia macrophyiia 14 hari Dapat diswmp King (Mahoni daun besar) 26, | Tectona grandis LF. Gat) apat distomp 27._| Toone sareni Wierr (1) 7 - Suren) ‘nasingan ‘Materi Pelengkap Krida Binawaia -54- D. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN A. Pengertian Penghijauan adalah upaya memulihkan atau memperbaiki kembali lahan kritis di luar kawasan hutan melalui kegiatan tanam menanam agar dapat berfungsi sebagai media produksi dan media pengatur tata air yang baik, serta upaya mempertahankan dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan peruntukannya. Hutan_rakyat adalah tanaman yang didominasi oleh jenis kayu-kayuan di lahan milik petani di luar kawasan hutan. Kebun rakyat adalah areal tanaman yang didominasi oleh jenis tanaman buah-buahan dan atau tanaman industri, di lahan petani di luar kawasan hutan. Reboisasi adalah upaya rehabilitasi lahan kritis di dalam kawasan hutan melalui penanaman kayu-kayuan termasuk di dalamnya pembuatan sarana dan prasarana. Rencana Teknik Reboisasi (RTR) adalah rencana jangka pendek (tahunan) reboisasi secara detail operasional yang memuat tentang lokasi, jenis dan volume kegiatan, jenis tanaman, kebutuhan bibit, pola tanam, sarana dan prasarana, peta serta rancangan untuk setiap jenis kegiatan. Persemaian adalah suatu tempat yang dipergunakan untuk penyemaian benih dan pemeliharaan bibit untuk dapat menghasilkan bibit tanaman yang berkualitas baik dan dalam jumlah yang cukup. Sistim__Tumpangsari adalah sistim pembuatan tanaman kayu-kayuan yang dikombinasikan dengan penanaman tanaman semusim yang dilaksanakan oleh peserta tumpangsari berdasarkan perjanjian kerja selama jangka waktu 1's/d 3 tahun. Tanaman serausim pada kegiatan Reboisasi adalah merupakan tanaman sementara pada kegiatan reboisasi yang perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok maupun tanaman sela. Tanaman Pokok adalah tanaman pada kegiatan Reboisasi yang diarahkan menjadi tegakan pokok dikemudian hari. ‘Tanaman jenis MPTS(Multi Purpose Trees Species) adalah tanaman bermanfast ganda, disamping menghasilkan kayu juga menghasilkan hasil hutan non kayu (hasil hutan) seperti buah, biji, getah serta mampu memberikan perbaikan lingkungan. Banjarharian adalah pembuatan tanaman yang dilakukan dengan upah harian. Materi pelengkap krida Binawana -55- Banjarharian_dengan cara cemplongan adalh penanaman tanaman pokok dalam jubang-lubang tanaman yang sudeh disiapkan sebelumnya. Pembersihan tanaman terbatas pada piringan tanaman masing-masing lubang, Banjarharian dengan cara jalur adalah penanaman tanaman pokok dalam lubang yang disiapkan pada jalur-jalur yang telah dibersihkan sclebar + 1 meter. Pembersihan lapangan dapat menggunakan herbisida atau dengan alat manual. Banjarharian dengan cara pembersihan total adalah pembuatan tanaman pada lapangan yang telah dibersihkan secara keseluruhan. Pembersihan lapangan dapat menggunakan herbisida atau alat manual lainnya. Reboisasi_mekanis adalah sistem pembuatan tanaman yang sebagian atau keseluruhan tahapan Kegiatannya dilaksanakan secara mekanis. Pada dasarnya dalam sistem ini, Kegiatan pembersihan lapangan dan pengolahan tanah _dilaksanakan dengan menggunakan mesin-mesin antara lain buldozer, wheel tractor berikut perlengkapannya, ‘Suksesi_Alami adalah upaya rchabilitasi lahan atau regenerasi areal hutan yang diserahkan kepada alam dengan disertai campur tangan pengelola hutan terutama dalam menanggulangi faktor pengganggu dan mempercepat terhadap terjadinya proses suksesi alami. Kegiatan suksesi alami terdiri dari kegiatan pengamanan, pembuatan tanaman dan penyuluhan. Pemeliharaan Tanaman adalah upaya untuk memelihara sejumlah tanaman dalam luasan dan kurun waktu tertentu guna mendapatkan tanaman yang berkualitas baik dengan jumlah persatuan yang luas, dan cukup serta sesuai dengan standar hasil yang ditentukan. Upaya ini meliputi penyulaman, penyiangan, pendangitan dan pemangkasan tanaman. Penyulaman adalah upaya penanaman kembali untuk mengganti tanaman pokok yang mati atau diperkirakan tidak mampu tumbuh. Penyiangan adalah upaya pembebasan tanaman pokok dan tanaman sela dari jenis-jenis pengganggw/gulma antara lain rumput lide, semak-semak dan liana, Pendangiran adalah upaya penggemburan tanah disekeliling tanaman pokok dengan maksud memperbaiki kondisi fisik tanah. Pemangkasan Tanaman Sela adalah upaya pembebasan tanaman pokok dari tajuk tanaman sela yang mengganggu tanaman pokok. Jalan Hutan adalah jalan yang dibuat untuk keperluan angkutan benib/bibit, pekerja dan alat-alat reboisasi, pengawasan , pencegahan kebakaran dan keperluan lainnya. Haran Api(sekat bakar) adalah jalur untuk mencegah/membatasi kebakaran hutan. Materi petengkap krida Binawana -56- 3. Pondok Kerja adalah bangunan semi permanen yang dipergunakan untuk tempat kerja selama dan setelah selesai-sehubungan dengan pemeliharaan dan pengamanan tanaman reboisasi. Pos Ronda adalah bangunan semi permanen yang dipergunakan untuk pos jaga/pengawasan polisi hutan/petugas lapangan yang menjaga hutan dan hasil reboisasi. Kantor Air adalah bangunan penampungan air yang akan digunakan pada waktu musim kemarau bila terjadi kebakaran hutan/tanaman, dibuat terutama pada lokasi-lokasi yang tidak terdapat sumber air. Pengendalian hama dan penyakit adalah pencegahan dari gangguan-gangguan pada tanaman baik dari gangguan hama maupun penyakit sehingga terjadi keseimbangan yang. tidak saling merusak. Ajir adalah patok yang terbuat dari bambu atau kayu untuk menandsi jarak tanam dan setelah penanaman ajir ditancapkan disamping tanaman, Kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik pada ketinggian yang sama. ‘Arah larikan adalah jalur tanam dengan jarak tanam yang telah ditentukan, arah larikan sejajar kontur. * Perkayaan adalah suatu penanaman pada areal bekas tebangan dimaksud untuk memperbaiki komposisi jenis, penyebaran pobon dan nilai tegakan. Penjarangan adalah tindakan pemeliharaan untuk mengatur ruang tumbuh dengan cara mengurangi kerapatan tegakan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan pohon dan kualitas batang. Maksud dan Tujuan a. Maksud dari penanaman adalah untuk meningkatkan produktivitas Iahan melalui penanaman kayu-kayuan atau buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sedangkan maksud dari pemeliharaan tanaman adalah agar tanaman muda mampu menjadi pohon dengan pertumbuhan sesuai dengan yang diharapkan. b. Tujuan dari penanaman dan pemeliharaan kayu-kayuan dan buah-buahan adalah untuk mendapatkan tegakan/tanaman. yang subur dengan Iuasan dan jenis yang diinginkan dan dapat memberikan hasil yang menguntungkan secara optimal. Perencanaan Lapangan Perencanaan lapangan terdiri dari risalah lapangan, pengukuran dan pemetaan lapangan. Materi pelengkap krida Binawana -57- a. Risalah Lapangan Kegiatan risalah lapangan adalah Areal yang akan ditanami dipelajari melalui peta dan dilakukan risalah lapangan untuk mengetahui topografi, vegetasi, iklim, tanah, tata guna tanah, sumber kebakaran, sumber tenaga kerja dan lain-lain. b. Pengukuran dan Pemetaan 1). Areal yang akan ditanami dibagi-bagi ke dalam blok-blok tanaman dengan luas rata-rata 200 ha, Batas blok berupa jalan, sungai dan batas alam lainnya. - 2) Bagian-bagian areal yang dapat ditanami di dalam blok yang direncanakan untuk ditanami tahun berjalan dipancang pada sudut dengan patok kayu lalu diukur dan dipetakan dengan skala 1 : 10.000 (peta kerja). Tiap bagian blok diberi kode nomor. 3) Satuan blok tanaman dibagi menjadi petak-petak dengan Iuas antara 20-25 ha batas petak dapat menggunakan batas alam seperti alur, anak sungai, jalan pemeriksaan dan lain-lain. 4) Masing-masing petak dicatat Iuasnya, jenis tanaman dan teknik penanaman yang digunakan. 5) Untuk memudahkan pengawasan sebaiknya pemetaan dilakukan dengan sistim grid. c. Penyusunan Rencana Teknis Data yang diperoich dari risalah lapangan dan pengukuran digunakan untuk menetapkan tujuan penanaman, jenis tanaman, teknik penanaman, teknik penyiapan Jahan, ukuran lubang tanaman, dan lain-lain. Selanjutnya dituangkan dalam bentuk rencana teknik atau rancangan. 4. Pelaksanaan Pelaksanaan penanaman meliputi kegiatan persiapan lapangan dan penanaman. a. Penyiapan Lahan Penyiapan lahan terdiri dari kegiatan pembersihan lapangan dan pengolahan tanah. Berdasarkan hasil analisa data vegetasi penutup lahan dan kemiringan Jahan dilakukan pengkajian untuk menentukan. cara pembersihan’lahan (manual atau herbicida), demikian juga dengan cara pengolaban tanah, terlebih dahulu dilakukan pengkajian terhadap sifat tanah (kepekaan terhadap erosi) dan kemiringan lahan untuk menentukan apakah pengolahan dilakukan secara manual/cemplongan atau mekanis. Materi pelengkap krida Binawana -58- 1) Pembersihan Lahan Pembersihan lahan dilakukan untuk memperoleh lahan siap tanam, terbebas dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti gulma, semak belukar dan tumbuhan lain. Untuk jenis tanaman toleran (tahan naungan) pembersihan dilakukan secara jalur sedang untuk jenis intoleran dilakukan secara total. Persyaratan teknis pemilihan cara pembersihan lahan 2 a) b) °) @) Pembersihan lahan secara mekanis (1) Kondisi fisik lapangan cukup keras atau dapat dilalui alat berat, tidak mudah erosi. (2) Prosentasi lereng < 15%. (3) Terdapat iklim kering 6 bulan dan 6 bulan iklim basah. (4) Kondisi vegetasi awal berupa belukar, berdiameter kecil, jumlah dan penyebaran tanggul cukup sedikit. (5) Jenis tanaman yang akan ditanam jenis intoleran. (© Waktu pelaksanaan pada musim kemarau. Pembersihan lahan secara kimia (1) Kondisi fisik lapangan tidak dapat dilalui peralatan berat (tingkat erosi tinggi). (2) Prosentase lereng lebih besar dari 15%. (3) Mempunyai iklim kering 6 bulan dan 6 bulan iklim basah. (4) Vegetasi awal ditumbuhi alang-alang mumi. (5) Jenis tanaman yang ditanam jenis tanaman intoleran. (6) Waktu pelaksanaan pada musim kemarau. Pembersihan lahan secara manual (1) Kondisi fisik lapangan tidak dapat dilalui peralatan berat (tingkat erosi tinggi (2). Prosentase lereng lebih besar dari 15%, (3) Vegetasi awal hutan rawang, alang-alang dan semak belukar. (4) Jenis tanaman yang ditanam jenis tanaman intoleran. Pembersihan lahan dengan cara mengkombinasikan cara-cara tersebut seperti manual dengan herbisida atau manual dengan mekanis. Pengolahan Tanah. a) b) Pengolahan tanah pada cemplongan manual dilaksanakan secara menyeluruh (penuh) dengan tujuan untuk memperbaiki sifat tanah, membersihkan lahan dari akan dan alang-alang, dengan jalan melakukan paling sedikit | kali bajak dan 1 kali garu. Pengolahan tanah pada tahapan pengisian petak tidak dilakukan secara penuh (hanya 50% dari luas petak). Lahan yang diolah berbentuk jalur, dan pengolahan tanah dilakukan sedikitnya satu kali bajak dan satu kali garu. ‘Materi pelengkap krida Binawana -59- b. Penanaman ‘Tahapan palaksanaan penanaman meliputi pengaturan arah larikan, pemasangan ajir, distribusi bibit, pembuatan lubang tanam dan penanaman. dy 2) 3) 4) Pengaturan Arah Larikan Teknik penentuan arab larikan pada persiapan lahan secara manual dan kimiawi (berbisida) dilakukan sebelum. kegiatan pembersihan lahan. Arah larikan tanaman pada areal yang datar atau landai dapat dibuat arah utara - selatan atau timur - barat, sedangkan pada areal yang bertopografi agak curam sampai- dengan sangat curam arah larikan tanaman sejajar kontur. ‘Untuk lahan yang dikerjakan secara mekanis pembuatan arah larikan dilakukan setelah pengolahan tanah/lahan siap tanam. Pemasangan Ajir Pemasangan ajir mengikuti arah larikan tanaman. Pemasangan ajir pada areal penyiapan lahan secara manual/herbisida dilakukan setelah pembersihan lahan. Cara pemasangannya dengan cara menarik tali dari ajir arah larikan pertama dengan arah yang sejajar. Sedangkan pada areal lahan yang dikerjakan secara mekanis pemasangan ajit dapat dilakukan bersamaan dengan pembuatan arah larikan. Pemasangan ajir tanaman mengikuti jarak tanam yang telah ditetapkan pada rancangan tanaman, Distribusi Bibit Pada pembersihan lahan secara manual dan herbisida, distribusi dilakukan setelah kegiatan pembuatan lubang tanam, sedangkan pada persiapan sistim mekanis distribusi bibit dilakukan setelah pemasangan ajir. Penanaman a) Bibit dalam kantong plastik Sebelum melakukan penanaman perlu memperhatikan langkah-langkah berikut + Pertama Pethatikan ondisi lubang tanam apakah lubang tanam telah dibuat/dipersiapkan dengan baik dan benar, kalau belum memenuhi syarat, perlu dipesbaiki, baik lebar maupun dalam: Ukuran yang ideal + 30 cm x 30 cm x 30 cm, diusahakan jangan ada air yang tergenang pada lubang tanam. Pastikan lubang tanaman tidak terendam air, apabila terendam air terlebih dahulu air tersebut dikeluarkan atau sedikit ditutup tanah. Materi pelengkap krida Binawana -60- ») Kedua Lihatlah dan amati kondisi bibit, apakah bibit yang dikirim adalah bibit yang sehat dan memenubi standar untuk ditanam (ukuran tinggi + 30 cm). Ketiga Kepal-kepal bumbung tanaman (media tanaman) dengan kedua telapak tangan, sampai media tanaman kompak (tidak pecah), dan media tanaman longgar dari bumbung plastik, sehingga memudahkan melepas bumbung plastiknya. Keempat Lepaskan bumbung plastik dari media dengan cara menarik ujung bawah plastik, apabila masih sulit robek plastik dengan hati-hati jangan sampai media pecah (akan merusak akar tanaman/akar tanaman putus). Kelima Letakkan bibit tersebut di lubang tanam dengan tegak lurus, diusahakan jangan sampai terlalu dalam, diperkirakan 1/4 dari tinggi tanaman. Timbunlah lubang tanaman sampai lebih tinggi dari permukaan tanah di sekitamya, dan terus dipadatkan dengan jalan diinjak-injak dekat tanaman, sampai dipastikan tanaman berdiri kokoh/tidak mudah roboh. Keenam Kantong plastik tancapkan pada ajir tanaman sebagai tanda telah diadakan penanaman. Penanaman Stek Penanaman dengan stek lebih sederhana dari pada penanaman dengan ‘sistem bumbung antara lain : Pertama Penanaman dengan stek tidak memerlukan persyaratan lubang tanam seperti bibit bumbung. Kedua Perhatikan bakal tanaman/stek, apakah cukup baik (tidak kering, terdapat bakal tunas dan panjang yang cukup). Ketiga Tanamkan stek ke lubang tanam dengan posisi agak miring, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelepasan air dalam tanaman terlalu cepat. Materi pelengkap krida Binawana -61- c) Penanaman Stum Penanaman dengan stum hampir sama dengan penanaman dengan stek. Penanaman di lapangan dilakukan pada waktu musim hujan, utamanya apabila hujan telah merataa dan tanah sudah cukup lembab, Waktu penanaman paling baik adalah pagi hari atau pada cuaca mendung/berawan. Dalam penanaman perlu diperhatikan yaitu kecepatan/kemampuan distribusi bibit dengan tenaga penanaman harus seimbang dan ketelitian pekerja dalam memperhatikan kondisi bibit dan teknis penanaman. ¢. Pemupukan Penggunaan pupuk sebaiknya menggunakan pupuk organik atau pupuk anorganik. Pemupukan pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dengan dosis tidak lebih dari 100 gram NPK (15 : 15 : 15) untuk setiap batang tanaman atau sesuai dengan apa yang direkomendasi dalam rancangan. 5. Pemeliharaan Tanaman a. Penyulaman 1) Penyulaman dilakukan terhadap semua tanaman yang akan rusak atau telah mati. 2) Bibit untuk penyulaman, dapat digunakan berupa anakan atau stek dari jenis tanaman yang sama dengan jenis yang disulam. 3) Waktu penyulaman, dilakukan pada awal musim penghujan.dengan hujan yang tmerata dan cukup teratur pada tanaman yang telah berumur satu bulan. b. Penyiangan dan Pendangiran Penyiangan dan pendangiran dilakukan setiap tahun menjelang musim kemarau sampai dengan tahun ketiga dan identitas pelaksanaan minimal dua kali setahun. Penyiangan dan pendangiran adalah usaha untuk membebaskan tanaman pokok, tanaman sela dari jenis tanaman pengganggwguilma, serta memberikan kondisi tanaman pokok/tanaman sela untuk hidup yang lebih baik. 1) Penyiangan a) Penyiangan tanaman sela pada sistim Banjarharian cara jalur dilakukan - pembersihan pada seluruh jalur tanaman. b) Penyiangan tanaman pada sistim Banjarharian cara camplongan dilakukan pembersihan hanya pada piringan tanaman dengan radius 50 cm, yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara menghilangkan/ mematikan tanaman pengganggu yang merupakan saingan bagi tanaman pokok/tanaman sela dalam hal persaingan hara dan mineral. c) Penyiangan tanaman dengan sistim mekanis dilakukan pembersihan pada seluruh jalur tanaman baik secara manual maupun mekanis. Materi pelengkap krida Binawana -62- e. 2) Pendangiran Pendangiran dilakukan pada sekitar tanaman pokok tanaman sela dengan radius 25 om. Dengan cara menggemburkan tanah pada sekitar batang agar tanah lebih gembur dan acrasi udara cukup baik. Pada sistim tumpangsari selain pendaringan dilakukan pula pemeliharaan tanaman sela melalui pemangkasan dengan ketentuan sebagai berikut : a) Pemangkasan tanaman sela dilakukan bila tajuk tanaman sela mengganggu tanaman pokok. b) Tanaman sela dipangkas kurang lebih 10 cm dari pangkal akar. Hasil pemangkasan disimpan di kiri kanan larikan tanaman pokok dan ditimbun dengan tanah agar dapat berfungsi sebagai pupuk hijau. c) Setiap jarak 1 meter ditinggalkan satu pohon tanaman sela yang tidak dipangkas untuk dijadikan sebagai induk penghasil biji. Pengendalian hama dan penyakit Pada umumnya tanaman murni (monokultur) yang terdiri dari satu jenis dan berumur amat muda diserang berbagai jenis hama dan penyakit. Beberapa cara pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit adalah sebagai berikut : 1) Secara Biologis Pengendalian hama dan penyakit dengan cara biologis dapat dilakukan antara Jain dengan cara memberikan serangga pemakan (predator) pada areal tanaman yang terkena serangan hama. Cara yang lain dengan membuat penanaman jenis secara campuran. 2) Secara Kimia Pengendalian hama dan penyakit secara kimia dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida dan fungisida. Tetapi dalam pemakaiannya harus mompertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan makhluk hidup yang lain. 3) Secara Mekanis Pengendalian hama dan penyakit secara mekanis dapat dilakukan dengan cara pemotongan tanaman yang terkena serangan. Pengendalian penggembalaan tak terkendali dan binatang liar. Apabila lokasi penanaman berdekatan dengan perkampungan penduduk, ternak- temak yang digembalakan secara tidak terkendali sering mengganggu tanaman hutan, misalnya memakan pucuk tunas muda. Cara. pencegahan yang dapat dilakukan antara lain membuat pagar disekeliling tanaman. Akan tetapi tidak ekonomis karena biayanya mahal. Cara lain dengan membangun padang penggembalaan secara khusus. Binatang liar seperti babi hutan, rusa, tikus, kera dan sebagainya sering merusak tanaman hutan. Cara untuk pemberantasannya dapat dilakukan dengan memasang Materi pelengkap krida Binawana -63- perangkap dan mengadakan pemburuan dan sebagainya. Di samping itu penggembalaan tak terkendali sering kali menyebabkan kebakaran hutan, oleh Karena suatu kebiasaan pengembalaan membakar alang-alang tua untuk mendapatkan alang-alang/rumput muda. Pengendalian Api (kebakaran hutan) Api merupakan permasalahan yang paling serius mengancam tanaman lebih-lebih bila tanaman berlokasi di !ahan alang-alang. Asal atau sumber api biasanya dari pembakaran alang-alang. (perladangan berpindah) penggembalaan tak terkendali, puntung rokok dan sebagainya. Aspek-aspek dalam pengendalian api yang perlu diketahui antara lain : 1) Pencegahan Tindakan pencegahan timbulnya api merupakan hal yang penting dalam kegiatan pengendalian api, dan dapat dilakukan antara lain sebagai berikut : a) Penyuluhan bahaya api terhadap masyarakat di sekitar lokasi tanaman yang dilaksanakan baik secara langsung misalnya dengan kunjungan dari rumah ke rumah, pemutaran film slide di pertemuan maupun sekolah dan sebagainya, gambar-gambar tentang bahaya api terutama dimusim kemarau. b) Pembangunan sarana prasarana, seperti antara lain : (1) Pembangunan sekat bakar. (2) Pembangunan jalan hutan. (3) Pembuatan kantong-kantong air. 2) Deteksi Api Deteksi api adalah kegiatan penemuan api sedini mungkin. Deteksi api dilakukan dengan cara : a) Pembuatan menara pengawas api Menara pengawas api adalah merupakan salah satu cara efektif untuk mengetahui adanya api secara dini dan didesain serta dibangun secara baik di lapangan. . Menara api tersebut perlu dilengkapi dengan radio komunikasi, teropong, peta dan sebagainya dan dipergunakan sepanjang hari, terutama pada musim kemarau. b) Patroli dan perondaan pada musim kemarau perlu dilakukan secara intensif, guna mengetahui kemunculan api sedini mungkin. Patroli dapat dilakukan dengan jalan kaki, sepeda motor, kendaraan roda empat maupun dari udara {helikopter). 3) Pemadaman Api Tindakan terakhir dalam pengendalian api adalah pemadaman. Pekerjaan pemadaman api merupakan pekerjaan yang banyak memerlukan pikiran dan tenaga. Materi pelengkap krida Binawana -64- Hal-bal yang perlu dipikirkan antara lain : a) Peralatan pemadaman api ‘Agar pemadaman api dapat dilakukan secara efektif perlu disediakan peralatan seperti mesin pompa air, pemukul api, alat semprot, punggung kendaraan bermotor, peralatan berat (buldozer, Wheel Traktor, radio komunikasi (SSB,CB) dan VHP transcelver). >) Organisasi regu pemadam api. Regu pemadam api yang telah terlatih dan terorganisir dengan baik amat mendukung tindakan pemadam api. Untuk itu dalam alokasi penanaman, perlu disusun regu pemadaman api dengan melibatkan seluruh staf/pekerja. Cara pemadaman api dapat dilakukan sebagai berikut : (1) Pemadaman api secara biasa Apabila api terjadi pada blok tanaman hutan agar tidak meluas ke blok yang lain secepatnya dibuat sekat bakar/ilaran api yang dibuat dengan buldozer atau wheel traktor berjarak 100 meter dari sumber api. Bila tidak tersedia buldozer dan sebagainya api dapat digiring ke sungai, lembah-lembah yang bervegetasi belukar. Dengan penggiringan api tersebut regu pemadam api dapat secara mudah mematikan api. Sebaiknya apabila telah mempunyai alat pemadam kebakaran hutan yang lengkap, pemadaman api dengan menggunakan alat. pompa penyemprotan air, pemukul api dapat secara langsung dilakukan setelah pembuatan sekat bakar. Komandan regu dipegang satu orang. (2) Pemadaman api secara pembakaran terbalik Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan pembakaran terbalik, dengan maksud menghabiskan bahan-bahan seperti tumbuhan yang mudah menyala. 6. Jadwal Pelaksanaan Penanaman Jadwal pelaksanaan penanaman harus diusahakan dapat dilakukan pada awal sampai periode musim hujan setempat. Untuk memberi késempatan tumbuh bagi bibit yang ditanam selama hujan yang tersisa sekurang-kurangnya 2 bulan. Dengan demikian penyiapan bibit siap tanam dan pengolahan tanah harus diatur sedemikian rupa agar jadwal penanaman dimaksud dapat berjalan sesuai dengan musim. Materi pelengkap krida Binawana -65- 1 2. E. PERLEBAHAN Pengertian b, Perlebahan adalah suatu rangkaian kegiatan pemanfaatan lebah dan produk- produknya serta vegetasi penunjang untuk memperoleh manfaat yang sebesar- ‘besamya bagi kepentingan masyarakat dengan memperhatikan aspek kelestariannya. Lebah madu adalah serangga sosial, yang hidup bergerombol dalam keluarga lebah (koloni). Lebah ratu adalah lebah madu berkelamin betina sempurna yang merupakan induk dari suatu koloni lebah. Lebah jantan adalah lebah madu berkelamin jantan yang bertugas mengawini ratu. Lebah pekerja adalah lebah madu berkelamin betina tidak sempurna yang mempunyai tugas merawat ratu, jantan dan larva, membersihkan sarang, membangun sarang, menjaga temperatur sarang, menjaga keamanan, mencari air, nektar dan pollen. Madu adalah substansi manis yang dihasilkan oleh lebah madu berasal dari nektar bunga atau sekresi tumbuh-tumbuhan yang dikumpulkan, ditransformasikan dan disimpan dalam sisiran sarang oleh lebah madu (menurut FAO). Royal Jelly adalah makanan larva lebah ratu yang terdapat di dalam sel calon ratu dihasilkan oleh kelenjar hipopharing dan kelenjar mandibula lebah pekerja muda; mengandung gula, air, vitamin-vitamin, asam pantothenat, biopterin dan neopterin. Lilin lebah adalah parafin yang dihasilkan oleh kelenjar lilin di bagian ventral abdomen lebah pekerja. Propolis adalah substansi resin berwarna jingga kecoklatan sampai dengan merah yang dihasilkan oleh lebah madu berasal dari bagian tanaman atau bagian luka tanaman berkayu. Polinasi adalah perpindahan pollen/tepung sari dari organ bunga jantan ke bagian organ bunga betina pada suatu bunga yang sama atau bunga lain dari species tumbuh-tumbuhan yang sama, Manfaat Lebah Madu Bagi kehidupan manusia budidaya lebah madu dapat memberikan manfaat baik secara Jangsung maupun tidak langsing. Materi Pelengkap Krida Binawana -66- a. Manfaat langsung. Manfaat langsung budidaya perlebahan, yaitu meningkatkan pendapatan masya- rakat dari hasil perlebahan berupa madu, tepungsari, royal jelly, propolis, Tin lebab lebah, racun lebah dan lain-lain, b. Manfaat tidak langsung budidaya perlebahan, yaitu : 1) Peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. 2) Peningkatan produksi pertanian, perkebunan, dan kehutanan melalui penyerbukan (polinasi). 3) Menciptakan kesempatan kerja dan beruseha. 4) Mendukung perhutanan sosial dan rehabilitasi lahan melalui kegiatan tanam menanam 3. Biologi Lebah ‘a, Sistematika. Secara lengkap klasifikasi lebah, sebagai berikut : Phylum : Arthropoda Classis : Insecta Ordo : Hymenoptera Familia : Apidae Genus : Apis Species i+ Apis andreniformis - Apis florea + Apis dorsata - Apis cerana - Apis koschevnikovi - Apis mellifera - Apis nigrocincta - Apis nuluensis Berdasarkan cara membangun sarangnya lebah madu dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: 1) Jenis lebah yang membangun sarang secara tunggal, yaity : a) Apis andreniformis (lebah kecil/klanceng berwarna putih). b) Apis florea (lebah kecil/klanceng berwarna hitam). ¢) Apis dorsata (lebah hutan/tawon gung/odeng). 2) Jenis lebah yang membangun sarang secara berganda, yaitu : a) Apis cerana (lebah madu likal, tawon gelodok/jawa, nyiruan/sunda). b) Apis koschevnikovi (lebah merah asli Kalimantan). ¢) Apis mellifera (lebah Eropa). d) Apis nigrocincta (lebah asli Sulawesi, mirip Apis cerana). Materi Pelengkap Krida Binawana = -67- ©) Apis nuluensis (Jebah asli Kalimantan berwarna kehitam-hitaman yang hidup di dataran tinggi). Dari beberapa jenis lebah tersebut Apis cerana dan Apis mellifera paling lazim dibudidayakan oleh para peternak lebah, sedangkan Apis dorsata pemanfaatannya dengan jalan memburu sarangnya di hutan yang biasanya dilaksanakan oleh masyarakat sekitar hutan di luar Jawa. Kehidupan koloni. Lebah madu hidupnya bergerombol membentuk koloni, setiap koloni terdiri atas : 1) Lebah ratu, dengan ciri-ciri : a) Dalam satu koloni hanya terdapat satu ekor ratu. b) Bentuk badan bulat panjang, berbentuk oval, lebih besar dari lebah jantan maupun lebah pekerja. ©) Berkelamin betina sempuma. Peranannya, yaitu : Bertugas mengembangkan keturunan terus-menerus (dalam keadaan sehat Apis cerana mampu bertelur 500-900 butir dan Apis mellifera mampu bertelur sampai 1.500 butir dalam schari, kemampuan bertelur berlangsung 3-5 tahun dan masa produktif sampai 2 tahun. 2) Lebah jantan, dengan ciri-ciri : a) Dalam satu koloni terdapat beberapa puluh ekor lebah jantan. b) Ukuran badan lebih besar dari lebah pekerja, tetapi lebih kecil dari lebah ratu. c) Berkelamin jantan sempuma, tidak mempunyai sengat. Peranannya, yaitu : Tugas utama mengawini lebah ratu, apabila sempat kawin lalu mati. 3) Lebah pekerja, dengan ciri-ciri : a) Dalam satu koloni terdapat beberapa ribu Iebah pekerja. b) Ukuran badan paling kecil. ¢) Berkelamin betina sempurna, mempunyai sengat. Peranannya, yaitu : a) memberi makan lebah ratu dan larva. b)_membangun dan membersihkan sarang. c) menjaga temperatur sarang. d)_ menjaga keamanan. e) mencari air, madu dan tepungsari. f) Memproses dan menyimpan madu serta menjaga sarang. Materi Pelengkap Krida Binawana -68- 4, Tanaman Pakan Lebah Lebah madu sebagaimana makhluk hidup lainnya memerlukan makan untuk mempertahankan hidupnya. Sumber pakan bagi lebah madu sebagian besar dihasilkan oleh tanaman yaitu berupa polen (tepungsari), nektar (cairan manis yang dihasilkan oleh bagian tanaman baik berupa bunga maupun kuncup-kuncup daun muda). Jenis-jenis tanaman yang merupakan sumber pakan bagi lebah dinamakan tanaman pakan lebah. Beberapa jenis tanaman pakan lebah yang sudah banyak dikenal, antara lain. No. | Nama daerah /lokal | Nama latin Kandungan 1 | Kelapa Cocos nucifera Nektar (N) Polen (P) 2 | Kaliandra Calliandra calothyrsus N 3. | Kapuk randu Ceiba pentandra NP 4 | Mangga Mangifera indica N 5 | Rambutan Nephelium lappaceum N 6 | Lengkeng Euphorbia longan N,P 7 ‘| Sonobrit Dalbergia sisso N,P 8 | Akasia Acacia mangium N 9 | Durian Durio zibethinus N 10 | Semangka Citrullus lanatus NP 11 | Krokot Portulaca oleracea P 12 | Jeruk Citrus sp N,P 13. | Kopi Coffea sp NP 14 | Karet - Hevea brasiliensis N 15. | Kedele Glycine soja N,P 16 | Bunga matahari Helianthus anuus N,P 17 | Lamtoro Leucaena leucocephala P 18 | Apel Pyrus malus N,P 19 | Alpuket Persea americana N,P 20 | Asam Tamarindus indica N 21 | Aren Arenga pinnata P 22 | Blimbing Averroa belimbi N,P 23 | Jagung Zea mays P 24 | Pisang Musa paradisiaca N,P 25 | Putri Malu Mimosa pudica P 26_| Rumput-rumputan Gramineae P 5. Teknik Budidaya a. Menentukan lokasi Keberhasilan budidaya-lebah madu sangat tergantung pada langkah awal, yaitu penentuan lokasi sebagai berikut : Materi Pelengkap Krida Binawana = -69- 1) Terdapat pakan lebah dalam jumlah yang memadai pada radius terbang antara 400 - 700 meter, 2) Tanaman pakan lebah tersedia sepanjang tahun, satu atau kombinasi’ dari beberapa jenis tanaman, 3) ‘Terdapat air bersih. 4) Tinggi tempat sampai dengan kurang lebih 1.200 meter dpl, dengan suhu rata- rata antara 20-30%C dan kelembaban kurang dari 80%. 5) Tidak ada polusi udara dan suara. 6) Tidak ada angin kencang. 7) Bukan daerah pertanian intensif yang penggunaan kadar insektisidanya tinggi. Berburu lebah madu. Untuk mendapatkan koloni lebah madu (Apis cerana) dapat dilakukan dengan cara berburu lebah, yaita menangkap koloni lebah yang hidup liar di alam, di rumah, Pohon-pohon atau di gua. Untuk memudahkan penangkapan biasanya dilakukan ‘pemasangan perangkap berupa glodok. Glodok yang digunakan adalah yang sudah siap ditempati lebah, atau bi!a glodok baru hendaknya dilumuri terlebih dahulu dengan iilin lebah. Tempatkan glodok perangkap di lokasi yang ada Iebahnya dan biarkan sampai dihuni lebah tangkapan, kemudian setelah cukup lama lebah tangkapan tersebut dipindahkan ke dalam kotak lebah (stup). Apabila berburu lebah dilakukan pada tempat yang jauh maka diperlukan peralatan seperti : kurungan ratu, kotak buru, kain kasa hitam betbentuk kerucut dan masker. Cara berbura, yaitu : 1) Apabila ditemukan koloni maka segera dicari lebah ratunya, dan rat diaman- kan dalam kurungan ratu. 2) Tempatkan kurungan ratu pada ujung kain kasa bagian dalam. 3) Kain kasa diatur dalam posisi terbalik di atas koloni Iebah, selanjutnya koloni Jebah diusik agar lebah terbang semuanya masuk ke dalam kain kasa. 4) Apabila lebah sudah masuk dalam kain kasa, kain kasa ditutup dan diikat, kemudian siap di bawa pulang. 5) Pilih sarang yang utuh (ada madu, polen dan anakan). 6) Potong sarang secara hati-hati dan tempelkan pada sisiran (bingkai) serta diikat. 7) Simpan bingkai dalam kotak lebah. ; 8) Koloni lebah hasil buruan beserta bingkainya tersebut ditertibkan dalam kotak eram. Penempatan koloni 1) Koloni ditempatkan dekat dengan jalan pemeriksaan. 2) Terlindung dari sinar matahari langsung dan curahan air hujan. 3) Kotak lebah disusun berderet dengan jarak 1 - 1,5 m. 4) Kotak lebah diletakkan di atas standar kurang lebih 0,5 m di atas permukaan tanah, Kaki standar diolesi minyak/oli agar semut tidak naik. 5) Posisi kotak menghadap matahari terbit dan membelakangi jalan pemeriksaan Materi Pelengkap Krida Binawane -70- 6 d. Cara memperbanyak koloni lebah Koloni lebah yang akan dipecah harus dalam keadaan kuat/prima, dalam kotak terdapat 8 sisiran yang penuh lebah, ratu lebah aktif bertelur, koloni bebas dari hama dan penyakit serta cukup 'tersedia pakan lebah. Apabila syarat tersebut terpenuhi, maka koloni lebah dapat dipecah dengan cara : koloni dibagi 2, diletakkan berjauhan agar lebah tidak kembali ke sarang semnula. Koloni baru yang belum ada ratunya akan membentuk ratu sendiri bilamana di dalam koloni tersebut terdapat telm atau larva lebah pekerja yang berumur kurang dari 3 (tiga) hari. Peralatan Budidaya Dalam budidaya lebah madu yang sudah maju (modern) dikenal peralatan, seperti : petalatan utama berupa kotak lebah beserta sisiran/bingkai sarang, peralatan pelengkap dan peralatan petugas. a. Kotak lebah. . Kotak lebah sangat dianjurkan penggunaannya, karena lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan glodok. Keuntungan tersebut, yaitu : 1) Kita dapat memeriksa keadaan koloni lebah tanpa merusak sarang. 2) Pemanenan madu dapat dilakukan dengan selektif dan tidak merusakkan sarang yang tidak perlu (misal sarang yang berisi anakan lebah). b. Peralatan pelengkap. Peralatan pelengkap, digunakan untuk tertibnya pemeliharaan lebah, antara lain berupa : 1) Fondasi sarang (comb fondation), berguna untuk mempercepat pembangunan sarang. 2) -Sekat ratu (queen excluder), berguna untuk menahan gerakan lebah ratu agar tidak naik ke kotak super. 3) Kurungan ratu (queen cage), berguna untuk mengamankan yatu atau mengadaptasikan ratu. 4) Mangkok ratu (queen cell), berguna untuk membuat calon ratu. 5) Bingkai stintulasi (feeder), berguna untuk wadah pakan tambahan yang berupa sirop. ¢. Perlengkapan petugas 1) Pengasap (smoker), berguna untuk menjinakkan lebah. 2). Penutup muka (masker), berguna untuk melindungi muka dari serangan lebah 3) Pengungkit (hive tool), berguna untuk membantu mengangkat sisiran yang melekat pada kotak. 4) Sarung tangan (glove), berguna untuk melindungi tangan dari sengatan lebah. 5) Sikat lebalh (bee brush), berguna untuk menghalau lebah dari sisiran. Materi Pelengkap Krida Binawana -71- 7. Penanggulangan Hama dan Penyakit a. Hama lebah Hama lebah madu cukup banyak baik yang mengganggu ketenangan koloni lebah maupun yang memangsanya. Hama lebah sebagai berikut : 1) Ngengat filin. Sejenis larva kupu-kupu, dapat memakan lilin lebah sehingga merusak sisiran yang belum ditempati. Cara penanggulangan : a) Usahakan kotak selalu bersih. b) Pintu masuk diperkecil. c) Pasang lampu perangkap pada malam hari. d) Bila dijumpai telur ulat/ngengat segera dimusnahkan. e) Kuatkan koloni. 2) Tungau Jenis hama ini sangat berbahaya bagi kehidupan lebah apis mellifera, karena menyebabkan pertumbuhan Jebah tidak sempurna atau mati. Tungau mengisap cairan tubuh lebah dari tingkat larva sampai dewasa. Dua jenis Tungau yang penting, yaitu Varroa jacobsoni dan Tropilaelaps clarae. Cara penanggulangan : a) Gunakan akarisida, dosis 1 CC/1 liter air. Aplikasi 2-3 kali, selang waktu 4 ‘hari dengan penyemprotan pada pagi hari. b) Gunakan campuran serbuk kapur barus dan belerang dengan perbandingan 3:1, Tebarkan di atas karton dan masukkan ke dalam kotak lebah, lakukan sore hari kurang lebih selama 3 jam. Aplikasi 2-3 kali selang waktu 4 hari. ©) Gunakan strip pemberantas kutu, misalnya Apistan, Folbex VA. 3) Semut Serangga ini mengganggu koloni dengan memakan anakan polen atau madu. Cara penanggulangan : a) Olesi kaki standar kotak lebah dengan oli/minyak. 6) Musnahkan sarang semut. 4) Tabuhan (Vespa spp) Scrangga ini sejenis kumbang pemangsa lebah. Cara penanggulangan : a) Tangkap dengan jaring dan dibunuh. b) Musnahkan sarang tabuhan Vespa spp. Materi Petengkap Krida Binawana -72- c). Bila menangkapnya, ikatkan kapas yang telah dicelupkan kedalam insektisida dan dilepas, racun yang menempel pada tabuhan akan dapat membunuh tabuhan lain yang berasal dari sarang tabuhan yang sama. b. Penyakit lebah yang penting 1) Busuk larva Larva lebah membusuk, disebabkan adanya serangan bakteri. Cara penanggulangan : a) Kuatkan koloni lebah. b) Berikan stimulasi polen. ©) Berikan stimulasi gula yang dicampur dengan terramycin. d) Musnahkan sisitan yang terserang. 2) Keracunan Lebah madu teracuni insektisida akibat penggunaan di sekitar lokasi kegiatan perlebahan. Cara penanggulangan : a) Dalam penentuan lokasi pemeliharaan lebah terutama pada saat penggembalaan, sedapat mungkin dihindari adanya lokasi pertanian disckitarnya yang sering diadakan penyemprotan insektisida secara intensif. b) Tutup pint kotak lebah saat petani menggunakan insektisida, biarkan selama 2.3 hari setelah aplikasi insektisida. ©) Berikan stimulasi gula sebelum pintu kotak lebah ditutup. 8. Panenan Madu Bila dalam koloni lebah sudah banyak terdapat madu, dilakukan pengambilan/panen madu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam panen madu, sebagai berikut : a. Panen dilakukan pada pagi dan sore hari. b. Dipilih sisiran yang baik, yaitu 2/3 bagian dari sel-sel madunya tertutup. c. Menggunakan sikat lebah, lebah yang menempel pada bingkai/sisiran madu dihalau agar terbang kembali ke kotak lebah. d. Madu diambil dengan cara dipres atau dengan menggunakan alat ekstraktor (pemanen madu), setelah sisiran lebah dilepas dari bingkainya dengan menggunakan pisau panen. e. Setelah madu diambil, dilakukan penyaringan agar didapat hasil madu yang bersih dari kotoran. ‘Agar madu hasil panen dapat lebih tahan lama, maka dalam penyimpanannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Materi Pelengkap Krida Binawana -73- a, Tempat penyimpanan terbust dari bahan yang tidak mudah bereaksi (gelas, botol dan lastik. b. Suh penyimpanan adalah suhu kamar, maksimum 37 Derajat Celsius, jangan disimpan di lemari es. c. Kadar air paling tinggi 20%. d. Penyimpanan madu sebaiknya tertutup rapat, untuk menghindari kontaminasi dari juar (sifat madu Higroskopis). 9. Komposisi dan Mutu Madu Bobot jenis 1,4225 ‘Nilai kalori 100 gram = 303 kal Daya pemanis dan kesetaraan gula : a. 1 volume madu = 1,67 volume gula pasir. b. 0,453 kg madu = 0,430 kg gula pasir. b. Mutu madu Berdasarkan standar muta madu yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3545-1994), madu Indonesia harus memenuhi bbeberapa persyaratan sebagai berikut : Materi Pelengkap Krida Binawana’ -74- 1. 2. 3. 4, 5. 6. 7 8. 9 9.1 Timbal (Pb) 9.2 Tembaga (Cu) 9.3 Arsen (As) _ Materi Pelengkap Krida Binawana -75- F. BUDIDAYA JAMUR Umum a. Pengertian Jamur Jamur termasuk golongan fungi atau cendawan. Menurut masyarakat awam, jamur jalah tubuh buah yang dapat dimakan. Sedangkan menurut ahli mikrobiologi, jamur atau mushroom ialah fungi yang mempunyai bentuk tubuh buah seperti payung. Struktur reproduksi berbentuk bilah yang terletak pada permukaan bawah dari Payung/tudung. Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil termasuk ordo Agaricales kelas Basidiomicetes, Sebagai organisme yang tidak berklorofil, jamur tidak dapat melakukan proses fotosintesa seperti halnya tumbuh-tumbuhan. Jamur mendapat makanan dalam bentuk jadi seperti selulose, glukose, protein dan senyawa pati. Secara alami jamur dapat tumbuh pada musim tertentu dalam satu tahun, karena jamur dalam hidupnya tergantung temperatur dan kelembaban. b. Penentuan Jamur Beracun Seperti kita ketahui tidak semua jamur dapat dimakan, dan beberapa jamur diketahui sebagai jamur beracun. Cara yang baik untuk’ membedakan jenis jamur adalah mengidentifikasi dengan bantuan kunci identifikasi, Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membantu dalam menghindarkan keracunan jamur, ialah : 1) Hindari pengumpulan jamur dalam stadia kancing, karena pada stadia tersebut sulit untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain (pertumbuhan awal). 2) Hindari jamur yang tumbuh pada kotoran binatang yang bilahnya berwama ‘coklat dan kehitaman, 3) Hindari jamur yang bila dipotong mengeluarkan cairan putih seperti susu. 4) Jangan memakan jamur dalam stadia lanjut/hampir busuk. 5) Jamur yang menampakkan bekas gigitan kelinci/binatang tidak merupakan jaminan bahwa jamur tersebut dapat dimakan. 6) Jangan memakan jamur mentah/belum dimasak. ¢. Jenis Jamur Berdasarkan hasil penelitian, jamur dapat tumbuh pada media yang mengandung selulosa dan lignin seperti jerami, daun pisang, ampas tebu, tongkol jagung, sekam padi, dedak, kapas, Kulit kacang tanah, dan serbuk gergajian kayu. Berdasarkan jenis media tumbuh dikenal jenis-jenis jamur yang dapat dimakan antara lain jamur merang dan jamur kayu. Materi Pelengkap Krida Binawana -76- a. 1) Jamur Kayu, terdiri dari : a) Jamur Tiram (1)Pleurotus ostreatus (Jamur Tiram Putih/White Oyster/Hiratake). (2)Pleurotus sayor caju (Jamur Tiram Abu-abu). )Pleurotus cystidiosus/P. abalonus (Tiram coklat/ Tedokihiratake / Jamur abalon). (4)Pleurotus flabellatus (Jamur Tiram Pink/Pink oyster/Amyhiratake/ Sakura-shimeji). (6)Tricholoma (Jamur Tiram Putih Lebat). b) Jamur Kuping (1) Auricularia polytrica (Jamur Kuping Hitam/Black Jelly/Arageki- kurage). (2)Auricularia yudae (Jamur Kuping Merah/Red Jelly/Kikurage). (3)Tremella fuciformis (Jamur Kuping Agar/White Jelly/ Sirokikurage). c) Jamur Payung Lentinus edodes (Jamur payung, Jamur Jengkol, Shiitake). 2) Jamur Merang Nilai Gizi dan Manfaat Jamur Jamur mempunyai kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada tumbuh-tumbuhan lainnya. Jamur juga mengandung macam-macam vitamin, kalori dan kolesterol rendah serta beberapa jamur. dapat dipakai sebagai obat-obatan. Kandungan gizi jamur kayu antara lain mengandung Karbohidrat 56%, Lemak 1,7% dan Protein 29,4%. Jamur kuping (Auricularia) mempunyai khasiat untuk mengobati sakit tenggorokan dan jamur shiitake dapat mencegah kanker dan mengobati hipertensi. 2. Persyaratan Tumbuh Setiap jamur memerlukan persyaratan tumbuh yang berbeda, diantaranya adalah sebagai berikut : a Temperatur dan Kelembaban 1) Jamur Kuping : 20 - 28 derajat celcius, kelembaban 80% - 90%. 2) Jamur Tiram Coklat : 18 - 28 derajat celcius, kelembaban 80% - 90%. 3) Jamur Payung Coklat 15 - 20 derajat celcius, kelembaban 80% - 95%. 4) Jamur Merang 20 - 28 derajat celcius, kelembaban 85% - 95%, Keasaman (pH) ‘Umumnya berkisar antara 5 - 6, Tingkat keasaman di bawah dan di atas kisaran tersebut pertumbuhan jamur terhambat. Materi Pelengkap Krida Binawana -77- ce. Zat Asam (02) Diperiukan dalam kadar yang cukup, kekurangan O2 dan kelebihan CO2 dalam udara akan menghambat perturnbuhan jamur, Cahaya Jamur hanya sedikit memerlukan cehaya. Badan buah keci] dan panjang mencerminkan bahwa jamur tersebut kekurangan cahaya. 3, Teknik Budidaya a. Persiapan 1) Penentuan Lokasi Relatif sejuk, terlindung dari sinar matahari langsung, dekat sumber air dan mudah untuk pembuangan air yang berlebihan. 2) Kubung (tempat menampung media tanam) 3) Ventilasi udara cukup. b) Suhy dan kelembaban ruangan dapat diatur/dikendalikan. ¢) Dapat dibuat dari bahan yang relatif murah (bambu, kayu, atap alang- alang). d) Untuk menghemat ruangan, di dalam kubung dapat dibuat rak-rak bertingkat. 3) Pembuatan Media Bahan-bahan terdiri dari : a) Jamur Kayu (1) Serbuk gergaji kaya ~ 100 bagian. (2) Dedak halus - 10 bagian. (3) Kapur tembok halus - 0,5 bagian. (4) Gips - 1,5 bagian. (5) Urea ~ 0,5 bagian. (6) TSP = 0,5 bagian. (7) Air secukupnya (ukuran dalam satuan berat). b) Jamur Merang (1) Jerami = 100 bagian (2) Kapur tembok - 1 bagian G3) Urea - Sbagian (4) Dedak halus = 10 bagian (5) Air secukupnya (ukuran dalam satuan berat). Materi Pelengkap Krida Binawana -78- b. Cara Kerja Pembuatan Media Jamur 1) Jamur Kayu Serbuk gergaji diayak agar potongan kayu dan bahan lain tidak terbawa. Kemudian serbuk kayu dicampur dengan dedak halus ditambah air sedikit demi sedikit dicampur Urea dan TSP. Campuran tersebut digundukkan di atas plastik Jalu ditutup dengan lembaran plastik agar terjadi pengomposan. Pengomposan berlangsung 12-14 hari, dengan pembalikan-kompos setiap 3 - 4 hari sekali. Gundukan tersebut dibongkar kemudian dicampur dengan kapur serta gips dengan segera pada hari yang sama, campuran tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik. 2) Jamur Merang Jerami, kapur, urea direndam dalam air selama 2 - 3 jam kemudian ditiriskan dan. ditutup dengan plastik dan dibiarkan terjadi fermentasi selama 4 sampai 6 hari. Setiap hari timbunan jerami harus dibalik. Sebelum diletakkan di rak-rak bedeng, kompos jerami ditambah dedak halus. Untuk meningkatkan hasil produksi jamur dapat ditambahkan lapisan limbah kapas pemintalan atau eceng gondok yang telah direndam dan difermentasi. c. Pasteurisasi Pasteurisasi media jamur kayu dilakukan sebagai berikut : 1) Media tanam yang telah dimasukkan ke dalam kantong harus segera dilakukan pasteurisasi dengan maksud agar media tanam bebas dari bakteri dan lain-lain sehingga pertumbuhan jamur dapat normal. 2) Pasteurisasi dengan memasukkan media tanam dalam langseng pengukus (+ 8 - 10 jam) pada temperatur 95 - 100 derajat Celsius atau menggunakan autoclav selama 1 - 2 jam. 4. Penyediaan Bibit Bibit jamur yang siap tanam dapat diperoleh dengan cara membeli dari pengusaha bibit atau dengan cara membuat sendiri. Cara membuat bibit adalah sebagai berikut : 1) Bahan dan alat yang diperlukan : a) Jamur segar. b) Medium (PDA) dapat diperoleh di apotik. ©) Cawan Patri. d) Tabung gelas. ©) Alkohol. £) Pisau anti karat. g) Kompos yang telah disterilkan. fh) Ruangan steril aseptik untuk mengerjakan inokulasi. Materi Pelengkap Krida Binawana -79- 2» Cara Kerja a) Badan jamur segar diolesi dengan alkohol, kemudian dipotong-potong kecil dengan pisau anti karat. 'b) Masukkan potongan badan jamur ke dalam cawan patri yang telah diisi dengan medium agar ditutup rapat dan biarkan sampai jamur tumbuh pada medium tersebut. ¢) Pindahkan jamur yang tumbuh dari media agar_ke media kompos dalam tabung gelas yang telah disterilkan. e. Penanaman ) 2) Jamur Kayu : a) Kantong media yang telah steril dibiarkan selama + 12 jam. b) Penanaman/pemasukan pengisian bibit di dalam media dilakukan dengan hati-hati dan dalam keadaan steril, kemudian disimpan dalam ruangan pertumbuhan jamur yang steril (sterilisasi-menggunakan formalin atau alkohol). c) Penanaman bibit dapat dilakukan di dalam kotak (inkas) yang terbuat dari kaywtriplek, dengan bagian atas dari kaca diberi engsel agar dapat dibuka/ditutup atau dilakukan pada ruang khusus (di dalam ruang pemeliharaan). Jamur Merang : a) Bibit diletakkan pada jarak 75 cm dari sisi bedengan, jarak bibit yang satu dengan yang lain 10 - 15 cm. b) Sebelum penanaman jerami dibasahi dengan menggunakan sprayer (semprotan tangan). f. Masa Pertumbuhan Jamur (inkubasi). Kondisi pertumbuhan jamur kayu adalah sebagai berikut : ) 2 3) Berlangsung di ruang inkubasi (steril). Suhu kamar yang sesuai (+ 25 derajat Celsius). Masa pertumbuhan berlangsung | - 2 bulan, apabila benang jamur (misilium) telah memenuhi media tumbuh (kantong plastik) dipindabkan ke ruang produksi/kubung dan kantong plastik dibuka. 4, Pemeliharaan Jamur a. Cara Pemeliharaan Jamur ) 2) Kondisi ruangan tempat penanaman Jamur (Kubung atau Ruang Produksi) agar dijaga kelembaban serta kadar air tetap dalam kondisi optimal dengan melakukan penyiraman dengan cara penyemprotan air bersih. Suhu kelembaban dapat diatur dengan mengatur ventilasi. Penyemprotan air bersih tersebut dilakukan dua kali sehari pagi dan sore sampai lantai basah, dihindarkan penyemprotan langsung mengenai badan buah untuk menghindari kematian/busuk. ‘Materi Pelengkap Krida Rinawana -80- b. Pencegahan Hama dan Penyakit Jenis hama dan penyakit yang umumnya mengganggu pertumbuhan jamur kayu adalah lalat dan cendawan liar. Cara pencegahan dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Lalat: a) Pencegahannya dengan menutup jendela ventilasi atau tempat-tempaat yang memungkinkan lalat masuk dengan menggunakan kain kasa/kelambu. b) Penyemprotan naungan dengan formalin 2%. 2) Cendawan liar : Pencegahannya dengan penyemprotan atau fumigasi ruangan dengan formalin 2% yang dilakukan 2 hari sebelum penanaman bibit jamur. S$, Pemungutan Hasil a. Ciri-ciri Jamur Siap Panen 1) Jamur Kayu a) Wama lembaran badan buah putih agak kelam (wama yang belum siap panen lebih putih). b) Ukuran lembaran badan buah biasanya antara 4 - 10 cm. ¢) Permukaan atas lembaran badan buah relatif rata. 2) Jamur Merang Badan buah belum mengalami perpanjangan. b. Cara Pemanenan 1) Jamur Kayu a) Pemanenan dilakukan pada seluruh kelompok badan buah yang telah masak. b) Pemanenan dilakukan dengan tangan atau dengan sebilah bambu yang bersih untuk mencongkel. 2). Jamur Merang Pemanenan dilakukan dengan tangan secara hati-hati. Usahakan jangan mengganggu tubuh buah jamur yang masih sangat muda, karena akan merusak dan menggagalkan perkembangannya. c. Pengolahan Hasil Jamur yang bara dipanen segera dibersihkan dari sisa serbuk gergajian. Jamur ditaruh di atas nampan yang berlubang-lubang, bila pemanenan cukup banyak, jangan ditumpuk untuk menghindari terjadinya panas yang dapat mempercepat pembusukan. Materi Pelengkap Krida Binawana -81- d. Penyimpanan/Pengawetan Jamur ‘Untuk pemasaran jamur dikemas dalam kantong plastik yang telah dilubangi agar tidak terjadi fermentasi/pemeraman yang menyebabkan jamur cepat busuk, Pembusukan jamur ditandai dengan berubahnya warna jamur menjadi kecoklat- coklatan. Jamur dapat dicelup dalam air panas yang mengandung 1% garam selama + 5 menit, baru disimpan dalam lemari es sampai 2 - 3 hari. Supaya jamur tahan Jama dapat dilakukan dengan pengalengan. 6. Syarat Mutu Jamur Ekspor Mutu merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar layak ekspor, Untuk jammur ada beberapa syarat mutu yang meliputi ukuran, bentok dan warnanya, a. Jamur Kayu | ‘Menurut ukuran diameter payungnya, Jamur Shiitake dibagi menjadi 3 Kelas, yaitu A, B, dan C. Kelas A dan B diameter 5 - 6 cm dan kelas C di bawah 5 cm. Untuk ekspor syarat yang diminta adalah kelas A dan B dengan bentuk setengah bole, tebalnya sekitar 2 - 3 cm dan berwarna coklat kehitaman. Syarat Jamur Kuping yang layak ekspor adalah yang tidak terlalu keriting berwama coklat seperti beludru dan di belakangnya agak keputihan (jamur ini hasil silangan antara jamur kuping putih dan merah), Junak tidak begitu lebar dan tebal. Jamur Kuping segar yang selama ini dihesilkan para petani yang biasa ditemui i pasar tradisional maupun swalayan adalah tipis dan sangat keriting. Jamur Shimeji dan abalon agak sulit diekspor dalam bentuk segar, karena kedua jamur ini tinggi kadar aimya, sehingga mudah busuk dan hancur. Oleh karena itu lebih baik jamur diekspor dalam keadaan kering. b. Jamur Merang, Untuk konsumen lokal biasanya orang lebih memilih jamur merang yang wamanya putih bersih atau agak kecoKlatan, berbentuk bujat dan belum mekar, Sedangkan untuk ekspor jamur merang yang disukai adalah yang memiliki tudung berwama hitam yang mulus tanpa bercak (black head), terutama oleh negara-negara Eropa dan Amerika. Untuk ekspor jamur merang dibedakan dalam unpeeled (tidak terkupas vulvanya), peeled (vulvanya terkupas), dimana masing-masing terdiri dari ukuran S, M, L. Disamping itu ada pula kelas stem, slice dan broken. Jamur merang unpeeled L, M, dan § masing-masing berdiameter 29 - 35 mm, 22 - 28 mm dan 15 - 21 mm, sedang jamur merang peeled berdiameter kurang dari 15 mm. Stem terdiri dari potongan tangkai jamur yang sangat disukai oleh konsumen dari Korea dan Jepang. Slice terdiri dari campuran potongan vulva dan tangkainya. Broken terdiri dari potongan atau kupasan vulva saja. Mateci Pelengkap Krida Binswana -82- 7. Analisis Biaya Budidaya Jamur Analisis biaya untuk memperkirakan rugi laba usaha budidaya Jamur dapat dihitung berdasarkan komponen-komponen sebagai berikut : a c. ‘Modal Tetap (Mt) 1) Biaya pembuatan Kubung dan penyediaan bahan-bahannya (bambu, kawat, paku, plastik untuk atap), drum, slang plastik, kompor dan tabung minyak. 2) Satuan Mt dalam Rupiah. Modal Kerja (Mk) 1) Biaya penyediaan bibit jamur, jerami/serbuk gergaji, kapur tembok, dedak halus (bekatul), minyak tanah, Urea/TSP. 2) Upah tanam dan panen. 3) Satuan Mk dalam Rupiah. Pendapatan atau Hasil Penjualan (Hpn) Pendapatan atau Hasil Penjualan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berkut : HPn = HP x H Keterangan : HPn = Pendapatan atau Hasil Penjualan dalam Rupiah. HP =Hasil Produksi Jamur dalam Kg. H_ = Harga dalam Rupiah per Kg. Keuntungan Keuntungan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : K =HPn-(Mt+ Mb). Tingkat pengembalian modal, menggunakan rumus : Jumlah Modal yang diperlukan pancte nnn ence —- x 12 bulan Untung Bersih + Penyusutan Materi Pelengkap Krida Binawana -83- G. PERSUTERAAN ALAM 1, Pengertian a. Persuteraan “Alam adalah salah satu kegiatan usaha tani dalam rangka upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan budidaya tanaman murbei yang dikombinasikan dengan pemeliharaan ulat sutera dan penanganan pasca panennya. ~ b,. Pertanaman murbei (Morikultur) adalah budidaya menanam dan memelihara tanaman murbei untuk menghasilkan daun sebagai pakan ulat sutera. ¢. Pemeliharaan ulat sutera (Serikultur) adalah kegiatan pemeliharaan ulat sutera dengan memberikan pakan daun murbei mulai instar ke 1 s/d ke 5, lalu mengokonkan dan panen kokon untuk menghasikan kokon sebagai bahan baku benang sutera. d. Pengolahan kokon (Filatur) adalah memintal kokon yang dihasilkan oleh ulat sutera menjadi benang sutera, Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya guna dan nilai ekonomi dari kokon tersebut. . Pengolahan sutera (Pertenunan sutera) adalah mempersiapkan dan menenun benang sutera termasuk pencelupan menjadi kain sutera sebagai bahan pakaian atau bahan kerajinan sutera lainnya. £ Pengembangan Persuteraan Alam adalah kegiatan dalam upaya mengembang- kan budidaya ulat sutera kepada masyarakal yang dilakukan atas dasar syarat- syarat teknik yang dipadukan dengan potensi lokusi/daerah pengembangan persuteraan alam mulai dari pengembangan tanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, pengolahan kokon, pertenunan dan pemasaran hasil seria pembiayaan- nya. g. Pola Pengembangan Persuteraan Alam adalah suatu cara pengembangan usaha tani persuteraan alam yang dianggap paling sesuai dengan kondisi dan situasi daerah pengembangan setempat. Pola pengembanyan tersebut dapat berupa pola Kelompok Tani, Koperasi, BUMS, BUMN dan Kemitraan, h. Wilayah pengembangan adalah lahan milik atau kawasan hutan yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman murbei serto pemeliharaan ulat sutera serta lingkungan yang mendukung usaha tani tersebut. 2. Pertanaman Murbei a, Jenis-jenis tanaman murbei Tanaman murbei termasuk dalam Famili Moraceae terdiri dari banyak jenis tetapi yang umum ditanam di Indonesia ada 4 jenis (Morus alba, M. cathayana, M. Materi Pelengkap Krida Binawana -84- multicaulis dan M. nigra). Sedangkan yang dianjurkan untuk dikembangkan yaitu M. cathayana, M. multicaulis, M. Kanva II dan jenis lainnya yang produktivitas daunnya cukup tinggi. Perbanyakan tanaman murbei dapat dilakukan secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (stek, layering dan grafting). Perbanyakan dengan stek adalah yang paling banyak dipakai karena praktis dan ekonomis, 1) Morus Alba. Daun berwarma hijau tua, ujung raning muda berwama merah, tangkai daun muda sedikit merah, batang berumur 1 tahun berwarna coklat. Pertumbuhan batang lurus, percabangan mulai keluar pada bagian tengah batang utama. Panjang buku 7-8 cm. Hasil per ha/tabun +30 ton. 2) Morus Cathayana. Daun berwama hijau tua, ujung ranting muda-sedikit merah, tangkai daun muda sedikit merah, batang berumur 1 tahun berwama coklat. Pertumbuh- an batang, Jurus, percabangan mulai-keluar pada bagian tengah batang utama. Panjang buku 7-8 om. Hasil-per haNahun + 35 ton. 3) Morus Multicaulis. Daun berwarna hijau tua, ujung ranting muda tidak berwama merah, batang berumur'] tahun berwama kelabu tua kehijauan. Cabang lurus dan jumlahnya sedikit. Panjang 8-9 cm. Hasil per ha/tahun +35 ton. 4)» Morus Kanva It Daun berwama hijau tua ujung ranting muda sedikit merah, tangkai daun muda sedikit merah. Pertumbuhan batang lurus dan jumlahnya banyak, panjang buku 6- 7 cm, Hasil per ha per tahun + 37 ton. 5) Morus Nigra. ‘Ujung ranting muda berwarna sedikit merah, tangkai daun muda sedikit merah, batang yang sudah berumur satu tahun berwama coklat tua bercampur hijau. Pertumbuhan batang lurus keatas, cabang mulai tumbuh pada bagian tengah dari batang utama. Jarak antara mata atav panjang buku 6 em. Daun berwama hijau tua, Jenis ini tidak dianjurkan untuk dikembangkan karena produktifitas daunnya sangat rendah. b. Pembuatan Tanaman Murbei 1) Pemilihan Areal Tanaman Murbei. Tanaman murbei paling baik tumbuhnya pada tanah yang gembur, subur, dekat dengan sumber air, dan tidak metupakan daerah yang tergenang air waktu hujan (drainase baik), datar dan tidak terlalu -niring. 2) Penyiapan lahan. . Tajuan’ penyiapan Jahan adalal: untuk menggemburkan tanah, agar akar tanaman yang baru tumbuh dengan mudah menembus lepisan tanah untuk Materi Pelengkap Krida Binawana -85- menunjang pertumbuhan tanaman selanjutnya. Penyiapan lahan dapat dilakukan secara mekanis dan manual. Secara manual dilakukan dengan 2 cara : a) Pembuatan lubang tarikan tanaman, tanah hanya diolah pada bagian yang akan ditanami saja. Kedalaman lubang antara 30-40 cm, dengan lebar sekitar 30cm. b) Pembuatan tanpa lubang yaitu dengan membuat guludan-guludan sesuai jarak baris tanaman. Sedangkan secara mekanis dapat dilakukan dengan hand traktor/ traktor. 3) Pengadaan Stek Tanaman ‘Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan stek adalah : pemilihan stek, pengangkutan stek, pengamanan stek dan pemotongan stek. a) Pemilihan stek : sebaiknya diambil dari tanaman jenis unggul yang berumur diatas 1 tahun, dari cabang yang sehat, lurus dari cabang yang berumur 4-6 bulan setelah dipangkas. Diametei cabang + 1 cm. . b) Pengangkutan stek sebaiknya diangkut pada pagi atau sore hari agar tidak kering dalam perjalanan. c) Pengamanan stek : penyimpanan stck secara tidak langsung ditanam di lapangan sebaiknya ditempat yany sejuk dan lembab serta tidak terkena sinar matahari langsung. d) Pemotongan stek : bahan stek dipotong sepanjang 20-25 cm (4-5 mata), dengan alat yang tajam agar tidak pecah. 4) Penanaman Waktu tanam yang tepat adalah awal atau pertengahan musim hujan. Penentuan jarak tanam adalah sebagai berikut : a) Monokultur : Kebun murbei yang diusahakan secara monokultur, jarak tanamnya 0,4 x 12m. b) Tumpang sari : Kebun murbei yang akan diusahakan tumpang sari, jarak tanam memanjang/baris 0,4 m sedangkan antar baris tergantung jenis tanaman - tumpang sarinya, namun sebaliknya merupakan kelipatan 1,2 m agar mudah saat akan ditambah jumiah tanaman murbeinya. Cara penanaman dilakukan dengan membenamkan 2 mata tunas kedalam tanah dan 2-3 mata tunas diatas permukaan tanah. ¢, Pemeliharaan Tanaman Murbei 1) Penyiangan Dilakukan dengan menghilangkan tanaman .pengganggu untuk mencegah persaingan dengan tanaman murbei. Materi Pelengkap Krida Binawana -86- 2) Pendangiran Dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar tanaman murbei setiap 3 bulan sekali. 3) Pemupukan Pemupukan dilakukan bervariasi tergantung jenis, sistem penanaman dan jarak tanam. Sebagai contoh : untuk monokultur dengan jarak tanam 0,4 x 1,2 m, memerlukan 300 kg N, 100 kg P, 130 kg K per ha/tahun, Waktu pemberian setelah pangkas pada awal atau pertengahan musim penghujan. Cara-cara pemupukan : a) Menugal : Iubang dibuat 30 cm dari batang tanaman, kemudian pupuk ditaburkan dan ditutup kembali, baik difakukan untuk tanaman yang berumur kurang dari | tahun. b) Cara jalur : Tanah dicangkul sepanjang baris tanaman, jarak 30 em dari tanaman, pupuk ditaburkan kemudian ditimbun tanah. Cara ini baik dilakukan untuk tanaman yang suclah tua. 4) Pemangkasan a) Pemangkasan pembentukan batang Hal ini dilakukan pada tanaman yang sudah berumur 9-12 bulan setelah tanam dengan memotong miring ke atas 45. derajat. Pemangkasan ini bertujuan untuk membentuk batang pokok tanaman murbei. Cara pemangkasan ini terdiri dari 3 macam yaitu : (1) Pemangkasan rendah Tanaman murbei dipangkas setinggi 10-30 cm dari permukaan tanah. Jenis pangkasan ini menghasilkan jumlah daun yang banyak, daun tidak cepat mengeras, pemungutan daun dan pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan mudah. (2) Pangkasan sedang Tanaman murbei dipangkas 50-75 cm dari permukaan tanah. Jenis pangkasan ini memungkinkan untuk perakaran yang dalam. ) Pangkasan tinggi Tanaman murbei dipotong pada tinggi lebih 75 cm dari muka tanah, Jenis pangkasan ini serine digunakan pada daerah yang sering mengalami luapan air. b) . Pemangkasan pemeliharaan Hal ini dilakukan secara periodik. setelah_pangkasan pembentukan batang, bertujuan memelihara pohon murbei dengan memangkas cabang yang terserang penyakit dan cabang-cabang yang tidak produktif. d. Pemanenan Daun Panen daun sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mencegah kelayuan. Penyediaan daun untuk pakan ulat sutera ada dua macam : Materi Pelengkap Krida Binawana = -87- y 2) Penyediaan daun untuk ulat kecil. Ulat kecil membutuhkan daun yang lunak, yaitu daun muda (umur-pangkas 1 bulan). Untuk pemeliharaan ufat sutera dalam skala besar dibuat kebun khusus untuk ulat kecil yang letaknya dekat dengan tempat pemeliharaan, Penyediaan daun untuk ulat kecil dapat diperoleh dengan 2 cara : a) Daun dari umur pangkasan 1 bulan (kebun khusus). b) Daun muda pada umur pangkasan 2-3 bulan (3 lembar daun dari ujung atas) khususnya untuk jenis Morus Multicaulis dan Morus Cathayana. ©) Penyimpanan daun untuk ulat kecil, dilakukan pada ruangan Khusus untuk penyimpanan, yang biasanya terdapat pada ruangan pemeliharaan ulat kecil agar tetap terjaga kebersihan dan kesegarannya dengan ditutup kain basah. Penyediaan daun untuk ulat besar Jumlah daun yang dibutuhkan lebih banyak dari pada kebutuhan ulat kecil. Daun untuk ulat besar diperoleh pada umur pangkasan 2-3 bulan dengan: cara memotong cabang pada batas daun yang terbawah (hijau dan segar). Penyimpanan daun untuk ulat besar, dilakukan pada ruangan Khusus untuk penyimpanan, yang biasanya terdapat pada ruangan pemeliharaan ulat besar, agar terjaga kebersihan dan kesegarannya dengan ditutup kain basah. Pengendalian Hama dan Penyakit Berdasarkan pengamatan ada 4 jenis hama yang sering menyerang tanaman murbei : yy 2 Hama pucuk Glyphodes pulverulentalis (Hampson). a) Ciri dan sifat: (1) Termasuk Famili Pyralidae Ordo Lepidoptera. (2) Sangst :::eugganggu terhadap penyediaan pakan untuk ulat kecil, kerena memakan daun muda yang mcrupakan pakan ulat kecil. (3) Telur menetas 5-6 hari setelah peletakan telur, larva yang baru menetas memakan daun-daun muda yang masih lunak dan larva tua memakan seluruh jaringan daun murbei kecuali tulang daunnya, © (4) Larva berwarna hijau bening. kepala coklat muda dan setelah dewasa menjadi coklat kemerahan. (5) Dalam satu kali siklus hidupnya mengalami 4 kali pergantian periode (tiap periode 8-10 hari). b) Usaha Pengendalian : dengan menyemprotkan insektisida kosentrasi 0,5 co per liter air. Jumlah larutan semprot 1.000 - 1.500 liter larutan per hektar dengan residual toksisitas 15 hari (Basudin 60 EC), Kutu Daun (Mealy bug), Mconellicoccus hirsutus (Green). a) Ciri dan sifat: (1) Termasuk Famili Coccidae, Ordo Hemiptera. Materi Pelengkap Krida Binawana. -88- (2) Menyerang daun tanaman murbei, schingga menyebabkan timbulnya bercak- it -bercak hitam dan kemudian terhentinya pertumbuhan kuncup daun muda. Daun mengerut kunoup daun membengkak. b) Cara pengendalian: (1) Dengan melakukan pemangkasan 3-5 cm dari cabang pokok dan membuang semua daur/tunas-tunas sisa yang terserang. (2) Rerumputan disekitar tanaman harus dibersihkan, karena sebagian merupakan tanaman inang bagi hama tersebut. Tunas/cabang hasih pangkasan harus segera dibuang. 3) Penggerek Batang (stem borer) Epepctes plarator (Newman) a) Ciri dan sifat: (J) Cir serangga dewasa betina panjangnya 25 mm, sedang yang jantan 20 mm. . (2) Memakan tunas-tunas muda atau kulit batang. Batang yang terserang menjadi lemah, patah dan mati. >) Usaha penanggulangan dengan cara pangkasan rendah dan membatasi ruang lingkup penggerek batang. 4). -Kutu Batang (Scale insect), Pseudeulacapsis pentagona (Targioni Tozzetti) a) Ciri dan sifat: (1) Termasuk famili Coccidae, Ordo Hemiptera, (2) Hidup parasit pada permukaan batang, (3) Menghisap cairan pada kulit batang, pada serangan cukup berat akan menyebabkan kernatian. b) Usaha pencegahan dengan cara mengurangi kelombaban di lingkungan kebun, antara lain dengan pengaturan jarak tanam dan mengurangi naungan. f Penyakit Tanaman Murbei Faktor penycbab timbulnya penyakit adalah 1) Tanaman inang, patogen dan lingkuiigan yang mendukung merupakan faktor- faktor yang dapat menimbulkan adanya penyakit. 2) Untuk mencegah timbulnya penyakit yaitu dengan memelihara kebersihan kebun murbei secara baik. Penyakit Tanaman Murbei adalah : 1) Penyakit Tepung. a) Ciri dan sifat: Menyerang lapisan bawah dan menimbulkan spot-spot berapa tepung putih kemudian menyebar ke tempat lain hingga daun-daun memutih. Materi Pelengkap Krida Binawana -89- 2 3) 4) b) Pengendalian dengan cara : (1) Dengan penyemprotan fungisida secara serentak pada semua daerah sekitar serangan dengan frekuensi yang tinggi. (2) Pengelolaan kebun murbei yang baik. (3) Pemilihan varietas yang resisten. Penyakit bintik daun a) Ciri dan sifat: (1) Menyerang permukaan lapisan bawah daun sehingga daun menjadi kotor, hitam seperti kena asap api. (2) Intensitas serangan tinggi pada musim kemarau dan rendah pada musim hujan. b) Pengendalian dengan cara : (1) Dengan penyemprotan fungisida secara serentak pada semua daerah sekitar serangan dengan frekuensi yang tinggi. (2) Pengelolaan kebun murbei yang baik. (3) Pemilihan varietas yang resisten. Penyakit bercak daun a) Ciri dan sifat : (1) Menyerang lapisan bawah daun, mengakibatkan daun berwama coklat gelap kemudian menjadi coklat hitam. (2) Bercak-bercak bentuknya bulat atau tidak berbentuk (diameter 3 - 5 mm). b) Usaha Pengendalian : (1) Menghilangkan tanaman pengganggu. (2) Memperbaiki sirkulasi udara. (3) Pemeliharaan kebun dengan baik. Penyakit Karat a) Ciri dan sifat : (1) Terjadi pada daerah subu rendah, banyak hujan dan kelembaban tinggi. (2) Menyerang kuncup, tunas schingga pertumbuhan daun tidak baik dan warnanya menjadi kuning pucat. Dapat menyebabkan bercak pada bagian atas dan bawah daun sehingga daun menjadi gemuk. Kerusakan pada urat daun mengakibatkan daun tersebut membengkak. : b) Usaha pengendalian : (1) Bagian tanaman yang terserang dibuang. (2) Mengurangi kelembaban pada lingkungan kebun dengan mengatur jarak tanam. ‘Materi Pelengkap Krida Binawana -90- 5) Penyakit Bakteri (Bacterial blight) a) Ciri dan sifat : (2) Disebarkan oleh angin dan masuk mielalui stomata. (2) Serangan banyak pada waktu dingin dan suhu rendah. (3) Daun yang terserang menyebabkan adanya bercak-bercak kemudian berlubang. Daun mengerut, kuncup menjadi hitam kemudian mati. b) Usaha pengendalian : (1) Memilih varietas yang resisten. (2) Menghindari pemupukan N yang berlebihan. (3) Menghindari serangan hama. (4). Membuang tanaman yang terserang. 6) Penyakit Plasta a) Ciri dan sifat : (1) Menyerang bagian. batang atau cabang murbei dan biasanya muncul bersama kutu batang. Bila serangan berat akan menimbulkan penyakit plasta. (2) Akibat penyakit tersebut akan menimbulkan miselium (bentukan dari cendawan semacam spora) pada permukaan cabang dari batang, lalu disebarkan ke seluruh cabang dan batang. (3) Bentuk miselium bulat atau bulat panjang. b) Usaha pengendalian : (1) Memberantas serangan kutu batang. (2) Pangkasan rendah. 3. Pemeliharaan Ulat Sutera a, Siklus Hidup dan Morphologi Ulat sutera (Bombyx mori L) adalah serangga yang berguna sebagai penghasil benang sutera. Dalam siklus hidupnya mempunyai meta morfosa sempuma mulai dari telur, larva (ulat), pupa dan kupu-kupu. 1) Telur a) Berbentuk bulat lonjong, panjang 1,3.mm_, lebar Imm dan tebal 0,5mm, -wamanya putih kekuningan. b). Telur biasanya menetas 10 - 12 hari sejak dilakukan perlakuan khusus (treatmeat telur). Inkubasi pada suhu 25 derajat dan kelembaban udara 80% - 85%. 2) Ulat sutera dalam pertumbuhannya mengalami lima tingkat pertumbuhan/instar yaitu : a) Instar 2,2 dan 3 disebut ulat kecil dengan masa tumbuh sekitar 12 hari. b) Instar 4 dan 5 disebut ulat besar dengan masa tumbuh sckitar 13 hari, Materi Pelengkap Krida Binawana -91- 3) 4) c) Setiap menjelang pindah instar didahului oleh masa istirahat/tidur selama 1- 2 hari. Ulat kecil (instar 1, 2, dan 3) membutuhkan suhu agak tinggi (28 - 30 derajat celcius) dan kelembaban udara 90% - 95%. Ulat besar (instar 4 dan 5) : a) Membutuhkan subu antara 23 derajat - 25 derajat celsius dengan kelembaban udara antara 70%-75%. b) Setelah instar 5 betakhir ulat akan mengokon. Pupa a) Terjadi setelah ulat selesai mengeluarkan serat sutera (mengokon). b) Lama masa pupa + 12 hari. Kupu-kupu a) Kupu-kupu ulat sutera berwarna coklat muda, mempunyai sayap yang kecil dan tidak dapat terbang. b) Kupu-kupu jantan lebih aktif bergerak daripada betina. Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh kupu-kupu betina + 500 butir. b. Persiapan pemeliharaan ulat kecil (nistar 1 s.d. 3) y 2» 3) 4 Persyaratan bangunan pemeliharaan terbagi tiga ruangan : ruang peralatan 3 x 2 m2, ruang pemeliharaan 12 x 6 m2 dan ruang daun 3 x 2m2. Bangunan tersebut dapat menampung + 30 boks. Setiap 1 boks terdiri dari 20.000 butir telur. Posisi bangunan memanjang arah timur - barat, dekat dengan sumber air dan ada tempat pencucian alat-alat pemeliharaan. Alat-alat a) Rak dan sasag kayu/besi dengan ukuran 110 x 80 cm2 (8 sasag untuk I boks ulat). b) Termometer, timbangan daun, keranjang daun, gunting stek, pisau daun, ember dan baskom. Tempat sekitar bangunan Lingkungan barus bersih, shu ruangan 28 - 30 derajat celsius, kelembaban udara 80%-90% dengan cahaya dan sirkulasi udara cukup. Densifeksi ruangan pemeliharaan dilakukan + 3 hari sebelum pemeliharaan ulat mulai. Penyemprotan ruangan dilakukan dengan campuran air dan kaporit 5 griliter air. Inkubasi telur a) Telur disebarkan merata pada kotak penetasan, ditutup dengan kertas tipis dan disimpan dalam ruangan sejuk atau subu 25 derajat celsius dan kelembaban udara 75-80%. Materi Pelengkap Krida Binawena -92- b) Tidak terkena cahaya matahari langsung. . c) Setelah telur mencapai titik. biru, dibungkus Kain hitam dan pada saat menetas Kain hitam dibuka pada pagi hari.diberi cahaya lampu agar telur menetas serentak. c. Pemeliharaan ulat kecil ) 2 3) 4) 5) 6) Pengambilan daun a) Daun untuk ulat kecil, umur pangkasan 25-30 hari, waktu pengambilan pagi atau sore hari dengan ani-ani atau gunting stek. b) Cara pengambilan daun untuk tiap instar : (1) Instar ke 1 lembar 3 - 5 dari pucuk. (2) Instar ke 2 lembar 5 - 7 dari pucuk. G) Instar ke 3 lembar 8 - 12 dari pucuk. Desinfeksi tubuh ulat Desinfeksi untuk tubuh ulat kecil (instar ke 1 s/d ke 3) menggunakan campuran 5 gram kaporit dan 95 gram kapur diaduk merata. Caranya dengan menaburkan bahan desinfeksi tipis dan merata pada tubuh ulat dengan ayakan plastik sebelum hakitate pada awal instrar 2 dan awal instar 3. ‘Hakitate (memberi makan pertama pada ulat yang baru menetas) a) Waktu pukul 08.00 - 10.00 pagi b) Kotak penetasan diletakkan pada sasag yang telah diberi kertas alas dan kertas parafin (kertas roti), ulat yang melekat pada kertas dipindahkan ke kotak penetasan. ¢) Dilakukan desinfeksi tubuh ulat. d) Diberi jaring, kemudian diberi makan dan terakhir ditutup kertas parafin. Pemberian pakan a) Keadaan daun baik, tidak basah, segar dan bersih. b) 2 jam setelah hakikate, lat dipindahkan ke sasag, dibiarkan terbuka selama 1 jam, kemudian diberi makan dan ditutup kembali. ©) Selanjutnya diberi makan sehari 3 kali. d) Satu jam sebelum pemberian makan, kertas penutup dibuka. Luas tempat ulat disesuaikan dengan pertumbuhan ulat : a) Instar | : 1 sasag/boks ¢) Instar 3 : 8 sasag/boks dengan ukuran sasag 110 x 80 cm. Pembersihan tempat ulat a) Dilakukan seperlunya sebelum pemberian pakan. b) Pembersihan dilakukan apabila sisa pakan sudah banyak. Selama instar 1 tidak perlu dibersihkan. ‘Materi Pelengkap Krida Binawana -93- ©) Cara pembersihan, mula-mula jaring dipasang di atas tempat ulat, daun diletakkan diatas jaring. Sebelum pemberian pakan berikutnya jaring diangkat dan dipindahkan ke sasag lain. 4) Kotoran dan sisa pakan dibuang, ulat yang sakit dan mati dimasukkan ke dalam tempat tertatup berisi bahan desinfektan (larutan kaporit). 7) Perlakuan selama ulat-tidur (ganti kulit) Kertas penutup dibuka, jendela dibuka agar udara masuk kemudian tempat ulat diperluas dan ulat ditaburi kapur. 8) Perlakuan setelah ulat bangun Tempat ulat dipersempit, jendela ditutup, dilakukan disinfeksi tubuh ulat, jaring dipasang dan kemudian diberi makan. 9) Penyaluran ulat kepada pemelihara ulat besar (petani) a) Dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat tidur instar ke 3. b) Ulat dibungkus dengan kertas alas (digulung) kedua sisi dan tengahnya diikat, disimpan berdiri agar ulat tidak tertekan. |. Pemeliharaan Ulat Besar (instar ke 4 dan ke 5) 1) Bangunan a) Harus khusus dengan pembagian ruang terdiri dari tempat daun dan tempat pemeliharaan, b) Suhu muangan 22-25 derajat celcius kelembaban 70-75%. ©) Cahaya dan aliran udara baik. 2) Alat dan bahan Rak bersusun dua, alas karung plastik, tali plastik. 3) Desinfeksi Ruangan Dengan kaporit 5 gram/I liter air diaduk merata, kemudian disemprotkan secara merata keseluruh ruangan dengan dosis 1 liter/m2. 4) Pengambilan daun a) Umur pangkas 2,5 - 3 bulan. b) Pengambilan pada pagi hari dan sore hari. ¢) Daun dipangkas bersama cabangnya. 5) Pemberian pakan a) Daun harus baik, tidak basah, segar dan bersih. b) Daun diberikan sehari 3 kali ( pk-7.00 : 25%, pk.12.00 : 25% dan pk.17.00 : 50%). 6) Membersihkan tempat ulat a) Dilakukan sebelum pemberian makan. Materi Pelengkap Krida Binawana -94- b) Instar 4 ; dilakukon setolah wlat ganti kulit, pertengahan instar dan menjelang ulat tidur. ©) _Insfar 5 : dilakukan setelah ulat ganti kulit setiap dua hari atau kotoran sudah terlalu banyak. 4) Terakhis menjelang ulat mengokon. 7) Desinfekti tubuh ulat a) Kapur dicampur dengan kaporit perbandingan berat 9 : 1, kemudian ditaburkan tipis dan merata pada tubuh ulat dengan menggunakan dengan ayakan plastik atau kain kasa, b) Dilakukan sebelum pemberian pakan. 8) Pengokonan Ulat Ulat dikokonkan setelah matang dengan menggunakan alat pengokonan yang terbuat dari bambu, rotan atau plastik. e. Panen Kokon 1) Pemanenan kokon dilakukan 5-6 hari setelah mengokon, dengan mengambil kokon dari tempat pengokonan. 2) Pemanenan kokon sebaiknya dilakukan tidak terlalu cepat atau tetlalu lambat. Kalau terlalu cepat, pupa mudah pecah yang mengakibatkan kokon kotor didalam, tetapi kalau terlalu lambat, pupa akan berubah menjadi kupu-kupu. » Pada wakiw panen, kokon segera dibersihkan dari “ floss “ nya. Kemudian diadakan seleksi kokon sehingga kokon yang baik terpisah dari kokon yang tidak baik. 4) Kokon disimpan pada tempat yang baik, aman dari gangguan hama seperti semut, tikus, dan sebagainya. : £ Pengendalian Hama dan Penyakit 1) Hama ulat sutera Hama yang sering mengganggu adalah tikus, semut, cccak, tokek, burung dan lain-lain. Usaha pengendalian dengan cara : a) Bangunan pemeliharaan ulat harus diusahakan agar terhindar dari masuknya hama tersebut. b) Lingkungan tempat pemeliharaan dibersihkan dari hama tersebut. 2) Penyakit ulat sutera a) Protozoa (1) Protozoa yang menyerang lat sutera, menyebabkan timbulnya penyakit pebrine. (2) Dapat ditularkan melalui induk kupu-kupu betina ke telumya sehingga penggunaan telur mutlak harus melalui pemeriksaan induk | secara mikroskopis yang diproduksi oleh produsen telur yang mempunyai ijin. ‘Materi Pelengkap Krida Binawana -95- 4. b) Fungi/jamur Tumbuh dan berkembang mengeluarkan spora di atas tubuh ulat, kemudian membuat micelium dan micelium masuk sampai ke dalam pori-pori ulat. Terlihat adanya bintik-bintik berminyak, warna putih, coklat atau hitam pada permukaan kulit tubuh ulat. Kemudian menyerang bagian tubuh ulat lainnya dan akhirnya mengeluarkan fibre yang halus dalam jumlah banyak, selanjutnya membentuk spora sehingga tampak adanya wama. Spora yang telah dibentuk ini merupakan sumber pathogen yang menimbulkan infkesi terhadap ulat sutera. ©) Bakteri Ulat sutera mudah terserang bakteri pada saat kondisi buruk atau terserang penyakit lain. 4) Virus Timbulnya penyakit virus pada ulat sutera dimulai dengan hadimya spora- spora virus yang terdapat pada daun murbei, kemudian termakan dan masuk/berkembang dalam tubuh ulat. Cara penanggulangan penyakit. Terdapat 2 tahap penanggulangan penyakit ulat sutera, yaitu : 1) Pembersihan, pencucian tempat/ruangan pemeliharaan dan peralatan : a) Alat-alat yang terdapat dalam ruangan pemeliharaan dikeluarkan, kemudian dibersihkan/dicuci dengan air menggunakan sikat kemudian dijemur disinar matahari. b) Ruang tempat pemeliharaan dibersihkan/dicuci pakai ijuk dan diguyur air. ¢) Alat-alat yang sudah kering dimasukkan ke ruangan pemeliharaan. 2) Desinfeksi. a) Bertujuan untuk memberantas patogen yang terdapat pada ruang pemeliharaan dan peralatan yang digunakan agar ulat yang dipelihara terhindar dari serangan penyakit, b) Jenis obat desinfeksi adalah formalin atau kaporit. Penanganan Kokon Kokon adalah bahan dasar untuk pembuatan benang sutera melalui proses pernintalan. Sebutir kokon normal mempunyai berat 1,5 - 2,2 gr. Kokon betina lebih berat dari kokon jantan. Kulit kokon yang merupakan bahan baku benang sutera mempunyai persentase sebesar 20 - 23% dari berat kokon. Persentase kulit kokon jantan biasanya lebih tinggi dari pada kulit kokon betina. Rata-rata panjang filamen dari sebutir kokon + 1.200 m (kira-kira 80% dari berat kulit kokon). Rata-rata ukuran filamen kokon adalah 2,5 - 3 denier (1 denier) = filamen yang mempunayi panjang 9.000 m dengan berat 1 gram. Materi Pelengkap Krida Binawana -96- Menurut kondisinya kokon dibedakan menjadi 2 yaitu kokon baik (kokon yang dapat dipintal) dan kokon tidak baik (tidak dapat dipintal). Kokon yang tidak baik, terdiri dari : a. Kokon dobel b. Kokon menempel pada alat pengokonan ¢. Kokon berbentuk aneh. 4d. Kokon berujung tipis e. Kokon tipis/jelek f. Kokon berlubang. a.. Pengolahan kokon 1) Pengeringan kokon 2) a) b) 9 4) Pengeringan kokon bertujuan untuk mematikan pupa yang ada didalam kokon agar tidak berubah menjadi kupu-kupu sehingga kokon dapat disimpan lama. Pengeringan kokon dapat dilakukan dengan dijemur atau dioven. Penjemuran dilakukan dengan menempatkan kokon diatas seng atau lantai jemur dengan ketebalan 1 lapis di bawah terik matahari selama 3 hari. Bila berat kokon menyusut 10% menandakan bahwa pupa telah mati. Dari hasil pengeringan ini kokon dapat disimpan selama satu minggu. Pengeringan menggunakan oven dilakukan dengan menempatkan kokon maksimum 3 lapis pada setiap sasag dalam oven. Udara didalam oven harus bersih dari sisa pembakaran. Pengeringan dilakukan dengan mengatur suhu 100 - 150 derajat celcius selama 5 jam dan diusahakan oven selalu tertutup rapat. Hasil pengeringan yang baik berat kokon keting mencapai 45% dari berat asal. Dari hasil pengeringan ini kokon dapat disimpan sampai 3 bulan. Kokon-kokon yang telah dikeringkan perlu diseleksi untuk memisahkan kokon yang berkualitas baik dan kurang baik, selanjutnya disimpan pada tempat yang khusus untuk mencegah gangguan hama dan penyakit yang menurunkan kualitas kokon. Pemintalan Pemintalan bertujuan untuk menghasilkan benang sutera kasar. a) b) Alat pemintalan Pemintalan dapat menggunakan alat pintal tradisional maupun alat pemintalan mesin atau mesin otomatis (Automatic Reeling Machine). Alat-alat pintal yang dipakai oleh petani di Sulawesi Selatan adalah alat pemintalan model Bili-bili type IV sedangkan alat pemintal mesin, seperti yang dipakai oleh Perum Perhutani. Proses pemintalan (1) Perebusan kokon. (@) Menggunakan air bersih dan jemi Materi Pelengkap Krida Binawana -97- 3) (&) Kokon dimasukkan dalam ir dingin, kemudian dipindahkan kedalam air panas sambil ditekan sampai tenggelam. (c) Kokon dipindahkan ke alat pintal. (2) Mencari ujung Filamen (@) Menggunakan kuas yang terbuat dari batang padi disapukan: pada petmukean kokon sehingga ujung filamen terkait. (b) Tarik ujung filamen masuk ke alat pintal. c) Memintal (1) Setiap 1 lembar benang terdiri dari 10 - 12 filamen. (2) Masukan ujung-ujung filamen tersebut kedalam penyaring benang terus ke peluncur. (3) Lilitkan benang antara peluncur 1 dan 2, panjang lilitan minimal 4 cm, selanjutnya ke haspel (penggulang benang). (4) Penambahan kokon disesuaikan dengan banyaknya kokon yang habis. (5) Filamen yang putus harus disambung dengan sisa potongan + 0,2 cm. (6) Pemintalan dilakukan sampai habis filamennya. Pengemasan Benang a) Satukan ujung pangkal benang kemudian diberi tanda dengan benang lain. ») Pada tiga tempat diberi anyaman dengan benang wama lain. ©) Benang dikeluarkan dari haspel dengan hati-hati dan dikering anginkan 4) Benang digulung (digintir) dengan melilitkan beberapa kali dilipat dua kemudian diikat dengan benang lain. " e) - Ditimbang satu kilogram kemudian ikat dan masukan dalam kantong plastik. 5. Analisa Biaya Persuteraan Alam (bulan Oktober 1994) a. Untuk perawatan tanaman murbei 1 ha per tahun. 1) Perawatan tanaman, 4 periods a Rp. 150.000,- Rp. 600,000,- 2) Pupuk organik dan NPK “Rp. 180.000,- 3) Pestisida 8 It Rp. 80.000,- 4) Peralatan Rp.__40,000,- Jumlah 1 Rp. 900.000,- Jumlah yang diperlukan tiap periode Rp. 225.000,- ‘b. Pemeliharaan wlat besar | ha tanaman murbei/periode (isi tanaman minimal 10,000 pohon murbei/hektar). 1) 2) 3 Bibit ulat instar 3 10 boks Rp. 250.000,- @Rp. 25.000,- berasel dari Unit pemeliharaan ulat keeil. Bahan penolong Rp. 2.000,-/boks Rp. - 20.000,- Peralatan Rp. 20.000,- Materi Pelengkap Krida Binawana -98- 4) Pemeliharaan bangunan Rp. 40.000,- Jumlah 2 Rp. 330.000,- atau Rp. 1.320.000,-/ th. Biaya pemeliharaan tanaman dan pemeliharaan ulat besar : Rp. 225.000,- + Rp. 330.000,- = Rp. 555.000,- / periode atau Rp. 2.200.000,- per tahun, c. Perhitungan hasil. 1) Produksi kokon 1 periode 10x24kg = 240kg Produksikokon I tahun 4x240kg = 960kg 2) Harga 1 kg kokon Rp. 5.500,- Hasil 1 periode 240 x Rp. 5.500,- = Rp. 1.320.000,- Hasil 1 tahun 4x Rp. 1.320.000,- = Rp. 5.280.000,- d. Hasil bersih petani per hektar per periode : Rp. 1.320,000,- - Rp. 555.000, = Rp. 765.000,-, atau Rp. 3.060.000,- per tahun, Materi Pelengkap Krida Binawana -99-

Anda mungkin juga menyukai