Betty Neuman
Betty Neuman
Betty Neuman
KELOMPOK 4
VALERY AYAL
TESSA M SALHUTERU
FANUELLA SAHULEKA
JACK A ELAKE
BRIAN S PERULU
AMBON
2020
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu misalnya : konseling
pra nikah.
3. Intervensi yang bersifat kuratif
Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.
4. Intervensi yang bersifat rehabilitatif
Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu apabila garis pertahanan resisten yang
terganggu.
Intervensi yang bersifat kuratif dan rehabilitatif untuk gagguan pada garis pertahanan
resisten dapat berupa:
1) Melakukan prosedur keperawatan yang memerlukan kepakaran perawat.
Misal: melatih klien duduk atau berjalan
2) Memberikan konseling untuk penyelesaian masalah.
3) Melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektor untuk penyelesaian
masalah.
4) Melakukan rujukan keperawatan atau non keperawata bisa lintas program dan
lintas sektor
F. Aplikasi Penerapan Model Konseptual Betty Neuman
Komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu
komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai
pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan :
a. Pengkajian
b. Diagnosis keperawatan komunitas atau keluarga
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
1. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok adalah :
1) Care atau inti
2) Delapan sub sistem yang mempengaruhi komunitas
a. Perumahan. Perumahan yang dihuni penduduk, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
kepadatannya merupakan stressor bagi penduduk.
b. Pendidikan komunitas. Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuannya.
c. Keamanan dan keselamatan. Bagaimana keselamatan dan keamanan di lingkungan
tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress.
d. Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan. Apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
e. Pelayanan kesehatan yang tersedia. Untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau gangguan yang terjadi.
f. Sistem komunikasi. Sistem komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat dimanfaatkan di
komunikasi tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan
penyakit.
g. Sistem ekonomi. Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai
dengan upah minimum regional, dibawah atau diatas sehingga upaya pelayanan
ditujukan pada anjuran untuk mengkonsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi
masing-masing.
h. Rekreasi. Apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka,biayanya apakah terjangkau
komunitas atau tidak.
3. Perencanaan
Perencanaan yang dapat dilakukan adalah :
1) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gangguan kardiovaskuler
2) Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik relaksasi
3) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler melalui
pemeriksaan tekanan darah
4) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat bagi yang
berisiko
5) Lakukan kerjasama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat untuk
memperbaiki lingkungan atau komunitas apabila menjadi penyebab stressor
6) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila di perlukan
4. Pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan
yang sifatnya :
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit kardiovaskuler di
komunitas
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini sehat melaksanakan
peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
kardiovaskuler
4) Sebagai advokat komunitas yang sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas.
b. Kelemahan
a) Model sistem Neuman dapat digunakan oleh semua prifesi kesehatan
sehingga untuk profesi keperawatan menjadi tidak spesifik.
b) Penjelasan tentang perbedaan stressor interpersonal dan ekstrapersonal
masih dirasakan belum ada perbedaan yang jelas.
c) Model system Neuman tidak membahas secara detail tentang perawat –
klien, padahal hubungan perawat klien merupakan domain penting dalam
Asuhan Keperawatan
I. Contoh Kasus
Sebuah keluarga yang bahagia sedang menantikan kehadiran anak pertama mereka.
Sabg ibu telah mengandung 2 bulan. Namun, suatu saat ibu mengalami perdarahan dan
menurut dokter kehamilan tersebut tidak bisa dipertahankan. Oleh karena itu dilakukan
aborsi untuk menyelamatkan jiwa ibuny
Pada kasus di atas, perasaan duka cita dari pasangan tersebut memiliki karakteristik
yang kompleks. Misalnya, sang ibu berduka karena calon bayinya tidak bisa
dipertahankan (kehilangan interpersonal), atau hilangnya harapan terhadap kehamilan
yang telah ditunggu-tunggu(kehilangan intrapersonal), atau barangkali merasa bersalah
kepada anggota keluarga lainnya karena tidak sesuai harapan mereka (kehilangan
ekstrapersonal). Ketika kita akan menentukan tingkat pengaruh kehilangan pada diri
seseorang, kita jiga harus mengkaji dampak dari perasaa kehilanhan tersebut pada
kehidupan mereka sehari-hari, cara mereka mengatasi mengatasi kesedihannya, atau
nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut mengenai kehilangan. Secara umum kita akan
mengkaji fungsi dari masing-masing garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal,
garis perlawanan, dan struktur dasar. Pengkajian harus meliputi banyak aspek, meliputi :
aspek fisiologis, spiritual, psikologis, perkembangan, dan sosial budaya.
Untuk membantu pasangan tersebut mencapai rekonstitusi, dukungan interpersonal
dan ekstrapersonal merupakan 3 hal penting yang perlu dikaji. Siapakah anggota
keluarga yang dapat memberikan dukungan positif?. Apakah sistem pendukung secara
kultural dapat diterima oleh pasangan trsebut?. Setiap oragtua akan memberikan reaksi
yang berbeda, tergantung pada struktur dasar yang dimilikinya. Sebuah penelitian telah
membuktikan adanya perbedaan respon berdasarkan jenser terhadap perasaan
kehilangan pada masa perinatal, maka respon terhadap pengalaman duka cita bagi
masing-masing orang tidak akn sama termasuk rentang waktu pemulihannya pun
berbeda. Perbedaan dalam proses duka cita tentu akan memberikan stres tambahan
diantara para orangtua.Selanjutnya, faktor-taktor ekstrapersonal berpotensi
memberikan dampak bagi mereka.
Setelah dilakukan pengkajian scara menyeluruh, selanjutnya tahapan perencanaan,
intervensi, dan evaluasi akan menggunakan proses yang sama. Perangkat penilaian akan
mengukur hal-hal yang akan berdmpak secara khusus pada aspek-aspek fisiologis,
psikologis rohani, sosial budaya, dan perkembangan. Misalnya aspek sosial budaya akan
mempengaruhi jenis intervensi yang bisa diterima oleh keluarga. Kehilangan pada masa
perinatal merupakan suatu pengalaman yang sangat pribadi bagi banyak orang.
Pemahaman mengenai arti dari pengalaman pribadi akan sangat membantu petugas
kesehatan untuk menentukan intervensi yang spesifik dan terbaik. Intervensi terhadap
gangguan fisiologis yang dapat menghalangi proses rekonstitusi bisa juga diberikan
tergantug kondisi klien, misalnya perubahan pola tidur, nutrisi, dan sebagainya.
Aelanjutnya, perawat perlu mempertimbangkan aspek perkembangan seseorang dari
perasaan berduka. Intervensi yang sesuai untuk ibu muda primigravida tentunya akan
sangat berbeda dengan ibu yang telah memiliki anak sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
NEuman model system dikembangkan berdasarkan pada teori umum dan memandang
keluarga sebagai suatu system terbuka yang bereaksi terhadap tressor dan lingkungan.
Variabel klien adalah fisiologis, psikologis, social budaya, perkembangan dan spiritual.
Intervensi keperawatan terjadi melalui tiga cara pencegahan yaitu pencegahan primer,
sekunder dan tertier. Model ini digunakan dalam pendidikan keperawatan, riset,
administrasi dan langsung dipelayanan keperawatan.
Penggunaan model konsep keperawatan untuk menganalisis suatu konsep tertentu
dapay memberikan pedoman bagi kita dala pengembangan perangkat penilaian dan
oengukuran yang lebih spesifik, andal (reliable) dan akurat. Sebab fokus utama
keperawatan adalah klien, lingkungan, dan kesehatan. Model keperawatan memberikan
kerangka pikir holistik dan tak terpisahkan untuk menila konsep-konsep yang menarik
perhatian bagi rofesi perawat. Sudut pandang yang holistik sepertiitu penting sekali
digunakan bila perawat berhadapan dengan variabel yang bersifat multidimensional,
misalnya duka cita, nyeri, takut, marah, atau hal-hal lain yang penting dalam asuhan
keperawatan.
Dalam praktik pelayanan keperawatan, penggunaan model keperawatan akan
membantu perawat dalam mendefinisikan area panilaian dan memberikan pedoman
untuk menentukan standar outcome yang sesuai. Ketika perawat melakukan sebuah
riset keperawatan, maka model konseptualakan membantu dalam menyusun struktur
yang logis dan konsisten dengan asumsi-asumsi yang sudah ada, terutama dalam
menyusun berbagai instrumen, metode, dan indikator hadil pengukuran. Sebab banyak
dari konsep-konsep keperawatan yang justru menggunakan atau dijelaskan dengan
pendekatan disiplin ilmu lain. Seharusnya, kita dapat mendeskripsikan suatu
terminologi dengan perspektif ilmu keperawatan. Reformulasi informasi hasil penelitian
kedalam model keperawatan dapat memperkuat tubuh ilmu pengetahuan (body of
knowledge) keperawatan sehingga akan lebih mudah mempelajari dan memahami
manusia beserta iplikasinya
B. SARAN
Seperti yang kita ketahui bahwa manusia dipandang sebagai sistem holistik yang terdiri
dari bio-psiko-sosial-spiritual. Pada teori Peplau ini mempunyai kelemahan yaitu lebih
menitikberatkan pada keperawatan jiwa, hal ini dapat dibuktikan pada gagasan Peplau
yang dikembangkan pada pemantapan pengembangan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2005). Buku ajar Fundamental keperawatan. Volume 1. EGC. Jakarta.