Makalah Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Di Berbagai Kalangan
Makalah Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Di Berbagai Kalangan
Makalah Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Di Berbagai Kalangan
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Risiko Bisnis C1 yang diampu oleh :
Dr. Akhmad Toha, M.Si
Disusun Oleh :
Nama : Tika Apriliana Wati
NIM : 180910202022
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Risiko Bisnis C1
yang berjudul Dampak COVID-19 Terhadap Perekenomian di Berbagai Kalangan
dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Dr. Akhmad Toha, M.Si mata kuliah Risiko Bisnis C1. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Dampak COVID-19 Terhadap
Perekenomian di Berbagai Kalangan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga berterima kasih kepada Dr. Akhmad Toha, M.Si pada mata kuliah
Risiko Bisnis C1, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kebijakan dan kesigapan pemerintah sangat menentukan dalam
mengatasi berbagai dampak yang muncul akibat pandemi virus COVID-19 ini,
selain dukungan sistem dan perilaku masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Covid-19
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit ringan sampai berat seperti, common cold atu pilek dan penyakit yang
serius seperti MERS dan SARS. Penularannya dari hewan ke manusia
(zoonosis) dan penularan dari manusia ke manusia sangat terbatas. Untuk 2019-
nCov (COVID-19) masih belum jelas bagaimana awal penularannya, diduga
dari hewan ke manusia karena kasus-kasus yang muncul dari Wuhan semuanya
mempunyai riwayat kontak dengan pasar hewan Huanan.
Covid-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
Tiongkok pada Bulan Desember 2019. Dan ditetapkan sebagai pandemi oleh
WHO pada 11 Maret 2020. Hingga 23 April 2020 lebih dari 2.000.000 kasus
COVID-19 telah dilaporkan di lebih dari 210 negara dan wilayah,
mengakibatkan lebih dari 195,755 orang meninggal dunia dan lebih dari
781,109 orang sembuh. Virus COVID-19 diduga menyebar di antara orang-
orang terutama melalui percikan pernapasan yang dihasilkan selama batuk.
Percikan ini juga dapat dihasilkan dari bersin dan pernapasan normal. Selain
itu, virus dapat menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang
terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah seseorang. Penyakit COVID-
19 paling menular saat orang yang menderitanya memiliki gejala, meskipun
penyebaran mungkin saja terjadi sebelum gejala muncul. Periode waktu antara
paparan virus dan munculnya gejala biasanya sekitar lima hari, tetapi dapat
berkisar dari dua hingga empat belas hari. Gejala umum di antaranya demam,
batuk, dan sesak napas. Komplikasi dapat berupa pneumonia dan penyakit
pernapasan akut berat. Tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus
untuk penyakit ini. Pengobatan primer yang diberikan berupa terapi simtomatik
dan suportif. Langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan di
antaranya mencuci tangan, menutup mulut saat batuk, menjaga jarak dari orang
3
lain, serta pemantauan dan isolasi diri untuk orang yang mencurigai bahwa
mereka terinfeksi.
Dengan adanya perkembangan virus Covid-19 membuat perekonomian
beberapa negara menjadi tidak stabil, salah satunya negara Indonesia.
4
penurunan impor terbesar dari China juga terlihat dari komoditas buah-
buahan.
b. Sektor Pariwisata
Sejak merebaknya virus COVID-19, selain memberlakukan
kebijakan pembatasan impor hewan hidup dari China, pada tanggal 5
Februari 2020 pemerintah memberhentikan penerbangan dari dan ke
China, hal tersebut mengakibatkan banyak perusahaan travel dan
penerbangan yang mengalami kerugian akibat penghentian penerbangan
ini. Dari Januari-Maret 2020 ada 12.703 penerbangan di 15 bandara di
batalkan, yaitu untuk 11.680 untuk penerbangan domestik dan 1.023 untuk
penerbangan internasional.
c. Sektor Pasar Modal
Munculnya virus ini juga berdampak kepada kinerja setiap lembaga
jasa keuangan, termasuk pada industri non-bank yang temasuk asuransi di
dalamnya. Manajemen Bursa Efek Indonesia juga menyampaikan terjadi
penurunan aktivitas jual beli saham secara signifikan selama wabah virus
COVID-19. Dalam situasi yangpenuh ketidakpastian seperti saat ini,
investor asing keluar dari pasar saham domestik dan beralih ke instrumen
investasi yang berkarakter safe haven. Nilai rata-rata transaksi harian juga
mengalami penurunan yang drastis hampir 24% dampak dari ketakutan
yang menyerang investor.
Sepanjang pandemi COVID-19 para investor asing mencatat nett sell
atau jual bersih sebesar Rp2,7 triliun. Ini juga langsung berdampak pada
investasi di berbagai bidang seperti manufaktur, perhotelan, consumer
goods, hingga komoditas perkebunan yang menjadi korban utama dari
COVID-19. Di tahun 2020 ini hampir semua indeks pasar global
mengalami penurunan, dengan penurunan nilai kapitalisasi besar. Yang
tertinggi dialami Austria, sedangkan penurunan market cap tertinggi
dialami di Amerika Serikat sebesar US$ 3 triliun.
5
d. Sektor Industri
Adanya pandemi COVID-19 dan diberlakukannya social distancing
berdampak pada bebebrapa industri mengalami kesulitan dalam proses
produksi. Industri yang paling terkena dampak cukup tinggi adalah
industri garment, otomotif, supplier otomotif, konsumer, pariwisata,
maskapai penerbangan hingga pengiriman. Kemudian industri yang
terkena dampak secara moderat antara lain industri minuman, kimia,
manufaktur, media, logam dan tambang, minyak dan gas, properti,
agrikultur, hingga perusahaan tenologi hardware. Industri yang terkena
dampak minim adalah industri konstruksi, pertahanan, peralatan,
transportasi, farmasi, pengemasan, ritel makanan hingga telekomunikasi.
Banyak perusahaan dari skala kecil maupun besar yang melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan kemungkinan Tunjangan Hari
Raya karyawan tidak dibayarkan. Padahal kewajiban perusahaan
membayar THR bagi pegawainya sudah tecantum dalam Undang-Undang
yang berlaku saat ini, namun banyak perusahaan yang tidak mampu
membayar THR. Hal tersebut terjadi karena, virus corona telah
menggangu mata rantai produksi industri sehingga perputaran bisnis tak
lancar, sementara kewajiban para pengusaha tetap harus berjalan.
Beberapa hal yang memicu terjadinya PHK antara lain bahan baku yang
mulai menipis , pelemahan Rupiah terhadap Dollar, Penurunan jumlah
kunjungan wisatawan ke destinasi pariwisata, dan anjloknya harga minyak
dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun ada beberapa industri
yang tetap dipriotaskan untuk berproduksi, karena produk-produknya
memberi kontribusi terbesar untuk PDB dan juga melakukan penyerapan
tenaga kerja secara besar dari sektor industri manufaktur. Industri tersebut
diantaranya adalah industri otomotif, industri elektronik, industri makanan
dan minuman, industri petrokimikel, dan industri garmen.
e. UMKM
Dampak perkembangan COVID-19 terhadap UMKM adalah
terganggunya keampuan pemenuhan wajib kredit sehingga mengakibatkan
6
kredit macet secara signifikan yang berpotensi memperburuk
perekonomian. Buruh di sektor UMKM menjadi kelompok yang paling
terdampak akibat pandemi COVID-19. Usaha sektor UMKM yang banyak
merumahkan karyawannya yaitu industri sektor pariwisata dan turunannya
seperti hotel, restoran, catering, usaha kerajinan. Penerapan Social
Distancing para pekerja mengganggu proses produksi dan distribusi
produk UMKM. Distribusi pasokan barang mentah untuk produksi
UMKM juga tersendat akibat pemberlakuan penutupan wilayah dan
pengurangan aktivitas pengiriman barang. Permintaan para konsumen juga
mengalami penurunan drastis, hal ini berdampak pada penurunan
pendapatan yang secara tidak langsung mengurangi pengeluaran dan pola
konsumsi mereka.
Risiko terhempasnya UMKM akibat pandemi COVID-19
membutuhkan tindakan pemerintah berupa kebijakan yang tepat, cepat,
dan akurat. Tindakan pertama yang dilakukan pemerintah adalah dengan
memeberikan bantuan kredit dalam skala besar kepada UMKM yang
terdampak COVID-19. Proses pemberian kemudahan dan relaksasi kredit
dapat diberikan oleh lembaga perbankan konvensional hingga fintech.
Tindakan yang kedua adalah dengan mengimplementasikan program
bantuan khusus hingga membuka pasar baru bagi UMKM. Ketiga,
pemerintah perlu membuat langkah alternatif dengan melakukan
kerjasama dengan UMKM konveksi yang selama pandemi mengalami
penurunan omset dalam produksi pakaian untuk memproduksi Alat
Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh tenaga kesehatan dalam
menangani pasien virus COVID-19. Selain itu, pemerintah juga akan
melakukan pembebasan pajak UMKM selama 6 bulan untuk membantu
pelaku UMKM agar tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19.
f. Pekerja Informal
Virus COVID-19 juga memberikan dampak bagi masyarakat yang
mencari nafkah, mulai dari pegawai swasta, pekerja buruh, terlebih pekerja
sektor informal. Banyak sekali ojek online yang pendapatannya anjlok
7
hingga 80% karena sepi penumpang. Banyak warung yang tutup karena
sepinya pembeli semenjak pemerintah menerapkan kebijakan isolasi
wilayah. Meskipun mereka tetap berjualan, namun pendapatan yang
dihasilkan berkurang karena minimnya aktivitas masyarakat sejak diimbau
untuk dirumah saja. Turunnya penghasilan secara drastis membuat para
pekerja informal kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidup di tengah
pandemi virus COVID-19. Semenjak beberapa daerah menerapkan
kebijakan pembatasan sosial, banyak pedagang kaki lima yang mengalami
kerugian karena pembeli sangat jarang bahkan tak ada sama sekali. Di
tengah pandemi COVID-19 seperti ini, pedagang kaki lima masih tetap
berjualan dan tetap berjuang mencari nafkah agar kebutuhan keluarganya
tetap terpenuhi. Mereka juga khawatir pada naiknya harga sembako akibat
pandemi ini. Rencana pemerintah dalam mengatasi masalah ini adalah
dengan mengeluarkan paket stimulus tangkal corona yang akan diberikan
kepada pekerja sektor informal termasuk pedagang kaki lima.
8
perubahaan kondisi pasar dan harga. Risiko pasar diantaranya ada risiko suku
bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas. Salah satu proksi
dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antara suku bunga
pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending)
atau dalam istilah perbankan disebut Net Interest Margin (NIM). NIM
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan
pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit,
mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga
dari kredit yang disalurkan. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk
rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank
maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas asset produktif yang dikelola
oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat yang
berdampak pada semakin baiknya kinerja keuangan perbankan.
Dalam operasi bank, kredit memiliki peranan yang sangat penting
karena sebagian besar bank masih mengandalkan pendapatan utamanyadari
bisnis pengkreditan. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.
13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, Risiko Kredit adalah risiko akibat
kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
bank. Risiko kredit pada umumnya meliputi aktivitas bank yang dipengaruhi
oleh kinerja pihak lawan (couterparty), penerbit (issuer), atau kinerja
peminjam dana (borrower). Semakin tinggi risiko kredit dari ketidaklancaran
pembayaran pokok pinjaman dan bunga maka secara langsung akan berdampak
pada penurunan kinerja perbankan.
2.4 Hubungan Antara Risiko Pasar Maupun Risiko Kredit dengan Adanya
Pandemi Covid-19
Adanya pandemi Covid-19 juga berdampak pada sektor perbankan. Hal
ini yang menjadi tanda antara risiko pasar maupun risiko kredit berkaitan
dengan pandemi Covid-19. Ada beberapa hal yang perlu diantisipasi sektor
perbankan, diantaranya adalah adanya potensi risiko gagal bayar debitur,
potensi peningkatan rasio NPL, potensi risiko penurunan pendapatan bank,
9
potensi tidak terpenuhinya target lapangan, penurunan dana pihak ketiga akibat
penarikan simpanan dan deposito nasabah yang terdampak COVID-19. Sektor
perbankan diharapkan dapat berupaya untuk mengurangi risiko bencana
COVID-19 dengan baik berdasarkan risiko kredit, risiko pasar, risiko
liquiditas, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko kepatuhan.
Dalam menjalankan roda usahanya banyak pebisnis memanfaatkan
fasilitas pembiayaan oleh pihak Bank melalui fasilitas kredit. Kredit diberikan
dalam rangka menunjang operasional dunia usaha demi mencapai produktifitas
usaha. Fasilitas kredit tentunya dimanfaatkan oleh pebisnis sebagai tambahan
modal dan insentif untuk membantu pebisnis meningkatkan kapasitas
produksinya hingga membantu memperluas jaringan usaha. Pada praktiknya,
dalam memanfaatkan fasilitas kredit, antara Bank dengan pelaku usaha
membuat perjanjian kredit sebagai dasar kesepakatan kedua belah pihak.dalam
perjanjian kredit pastinya telah diatur hak dan kewajiban para pihak. Pihak
Bank selaku kreditor berkewajiban menyalurkan kredit sesuai nilai dan
mekanisme yang disepakati sedangkan pebisnis selaku debitur berkewajiban
mengembalikan nilai kredit plus bunga sesuai jadwal pembayaran yang
disepakati.
Dalam situasi krisis corona saat ini yang turut mengganggu kinerja
dunia usaha dan berdampak juga pada terganggunya proses pengembalian nilai
kredit yang dipinjamkan oleh bank kepada pebisnis. Banyak pelaku usaha
kesulitan melakukan pembayaran kredit ke bank akibat dari menurunnya
tingkat pendapat mereka, bahkan ada yang mengalami defisit.Solusi untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan kebijakan restruktrisasi
kredit. Peraturan Bank Indonesia memberikan kewenangan bagi bank untk
melakukan restrukturisasi kredit dalam rangka mengelola risiko kredit dan dan
meminimalisir risiko kredit macet. Menurut PBI 7/2005, restrukturisasi kredit
adalah upaya perbaikan yang dilakukan Bank dalam kegiatan perkreditan
terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajibannya. Dalam hal ini, bank memiliki kewenangan melakukan
restrukturisasi kredit untuk memperbaiki kemampuan debitur melakukan
10
pembayaran hutang kreditnya. Restukturisasi kredit ini dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk. Seperti pengurangan nilai bunga, pengurangan nilai pokok
kredit, meningkatkan nilai bunga dengan ketentuan memperpanjang masa
pembayaran, penjadwalan ulang masa pembayaran kredit hingga konversi
kredit menjadi penyertaan modal sementara.
Dalam pelaksanaannya, restrukturisasi kredit diterapkan kepada debitur
yang memiliki kesulitan pembayaran terhadap nilai pokok kredit dan bunga
kredit. Namun pengenaan restrukturisasi tersebut juga mempertimbangkan
kemampuan debitur melakukan pembayaran kredit setelah direstrukturisasi.
Pertimbangan untuk menilai kemampuan pembayaran dilihat dari prospek
usaha yang dijalankan apakah prospek usaha yang sedang dijalankan diprediksi
mampu membuat debitur melakukan pembayaran kredit atau tidak. Upaya
restrukturisasi kredit dapat dimulai dengan melakukan review atas perjanjian
kredit antara bank sebagai kreditur dan pelaku usaha sebagai debitur.
Selama proses restrukturisasi, pihak bank juga wajib menerapkan
prinsip kehati-hatian sekaligus menerapkan manajemen risiko yang efektif dan
ketat. Tujuannya agar kebijakan reskturisasi yang akan dijalankan dapat
terhindar dari risiko penyalahgunaan penerapan aturan (moral hazard) yang
dapat disalahgunakan oleh oknum-oknum debitur yang tidak bertanggung
jawab.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
ringan sampai berat seperti, common cold atau pilek dan penyakit yang serius
seperti MERS dan SARS. Virus COVID-19 diduga menyebar di antara orang-orang
terutama melalui percikan pernapasan yang dihasilkan selama batuk. Penyakit
COVID-19 paling menular saat orang yang menderitanya memiliki gejala,
meskipun penyebaran mungkin saja terjadi sebelum gejala muncul. Dengan adanya
perkembangan virus Covid-19 membuat perekonomian beberapa negara menjadi
tidak stabil, salah satunya negara Indonesia. Dampak adanya wabah virus Covid-
19 membuat beberapa sektor mengalami kerugian. Diantaranya seperti sektor
perdagangan, sektor pariwisata, sektor pasar modal, sektor industri, UMKM, dan
pekerja informal. Adanya pandemi COVID-19 juga berdampak pada sektor
perbankan, hal ini yang menjadi tanda antara risiko pasar maupun risiko kredit
berkaitan dengan pandemi Covid-19. Sektor perbankan diharapkan dapat berupaya
untuk mengurangi risiko bencana COVID-19 dengan baik berdasarkan risiko
kredit, risiko pasar, risiko liquiditas, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko
kepatuhan. Dalam menjalankan roda usahanya banyak pebisnis memanfaatkan
fasilitas pembiayaan oleh pihak Bank melalui fasilitas kredit. Fasilitas kredit
tentunya dimanfaatkan oleh pebisnis sebagai tambahan modal dan insentif untuk
membantu pebisnis meningkatkan kapasitas produksinya hingga membantu
memperluas jaringan usaha. Peraturan Bank Indonesia memberikan kewenangan
bagi bank untk melakukan restrukturisasi kredit dalam rangka mengelola risiko
kredit dan dan meminimalisir risiko kredit macet. Pertimbangan untuk menilai
kemampuan pembayaran dilihat dari prospek usaha yang dijalankan apakah
prospek usaha yang sedang dijalankan diprediksi mampu membuat debitur
melakukan pembayaran kredit atau tidak. Upaya restrukturisasi kredit dapat dimulai
dengan melakukan review atas perjanjian kredit antara bank sebagai kreditur dan
pelaku usaha sebagai debitur.
12
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanti, Eka. 2020. Dampak Virus Corona Terhadap Sektor Perdagangan dan
Pariwisata Indonesia. Jurnal Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik. 12(4): 19-24
Fitri, Aulia Diani. 2016. Pengaruh Risiko Pasar, Risiko Kredit dan Risiko
Operasional Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Empiris pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2015)
Lombogia, Rexsa. 2015. Analisis Komparasi Kinerja Keuangan Berdasarkan
Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Dan Liquidity Coverage Ratio (Studi
Kasus Pada Bank BUMN Go Public Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan OJK).
Jurnal EMBA. 3(3): 798-806
S, Otjih. 2020. Dampak Strategis Penyebaran Virus Corona
https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_koronavirus_2019%E2%80%932020
Al-Daniah, N. A. 2020. Pandemi Covid-19 dan Keresahan Pedagang Kaki Lima
Akibat Anjloknya Pendapatan. https://sukabumiupdate.com/detail/bale-
warga//opini/67376-Pandemi-Covid-19-dan-Keresahan-Pedagang-Kaki-Lima-
Akibat-Anjloknya-Pendapatan . [Diakses pada tanggal 27 Februari 2020]
Antika, P. P. 2020. Beberapa Dampak Corona Kepada Industri di Indonesia.
https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/67639-Beberapa-Dampak
Corona-Kepada-Industri-di-Indonesia . [Diakses pada tanggal 27 Februari 2020]
Harmawan, B. N. 2020. Stimulus UMKM di Tengah Badai Corona.
https://news.detik.com/kolom/d-4974884/stimulus-umkm-di-tengah-badai-corona
.[Diakses pada tanggal 27 Februari 2020]
Ditya, G. Y. Restrkturisasi Kredit: Upaya Pertahankan Dunia Usaha di Tengah
Corona. https://www.suara.com/yoursay/2020/04/02/112929/retrukturisasi-kredit-
upaya-pertahankan-dunia-usaha-di-tengah-corona .[Diakses pada tanggal 27
Februari 2020]
Sidik, S. 2020. Bos BEI Buka-bukaan soal Kondisi Bursa RI, Transaksi Drop 24%.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200424104933-17-154146/bos-bei-
buka-bukaan-soal-kondisi-bursa-ri-transaksi-drop-24 . [Diakses pada tanggal 27
Februari 2020]
13