Laprak Praktikum Fisika M-1
Laprak Praktikum Fisika M-1
Laprak Praktikum Fisika M-1
NPM : 230210200075
M-1
KOLOM NILAI
Jatinangor, ………………………
Asisten
___________________________
NPM
Abstrak
Pengukuran adalah suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut
dengan aturann-aturan yang terstandar. Alat ukur merupakan alat bantu dalam
proses pengukuran. Contoh alat ukur yaitu mistar, jangka sorong, mikrometer
sekrup, neraca, stopwatch, thermometer, dan lain sebagainya. Besaran ialah segala
sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka serta memiliki satuan dan
satuan ialah segala sesuatu yang menyatakan hasil pengukuran atau pembanding
dari suatu besaran. Dalam pengukuran pula akan ada ketidakpastian hasil
dikarenakan adanya keterbatasan pada manusia maupun pada alat-alat pengukuran.
Untuk membuktikannya, dilakukan percobaan pada objek daun dengan alat ukur
mistar. Pengukuran dilakukan berulang kali lalu data yang didapat diolah untuk
mengetahui nilai ketidakpastian atau sesatannya. Dari percobaan tersebut didapat
bahwa pengukuran objek daun oleh alat ukur mistar memiliki ketidakpastian dalam
pengukuran. Maka dari itu, nilai ketidakpastian harus dicantumkan pada hasil
pengukuran supaya hasil pengukuran dapat dituliskan dengan tepat.
Kata Kunci: pengukuran, mistar, ketidakpastian
BAB I
PENDAHULUAN
Keterangan:
x0 = hasil pengukuran yang didapat
Δx = sesatan alat yang digunakan
y = satuan
2) Nilai Pengukuran Rata-rata
𝛴𝑥
𝑥̅ =
𝑁
Keterangan:
x = besaran yang akan diukur
N = banyak pengukuran yang dilakukan
3) Sesatan Pengukuran Majemuk
∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆𝑥̅ = √
𝑁(𝑁 − 1)
xi = data ke-i
𝑥̅ = rata-rata nilai pengukuran
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Percobaan
Tabel 1. Data Daun Ke-1 Tipe A
Daun 1 Tipe A x0 x2 x=(x0±Δx)y xi - 𝑥̅ (xi - 𝑥̅ )2
1 9.00 cm 81 (9.00 ± 0.05) 0.05 0.0025
2 8.90 cm 79.21 (8.90 ± 0.05) -0.05 0.0025
3 8.95 cm 80.1025 (8.95 ± 0.05) 0 0
Jumlah 26.85 cm 240.3125 0.005
Rata-rata 8.95 cm 80.1025 0.0017
∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑠𝑥̅1 = √
𝑁(𝑁 − 1)
0.005
𝑠𝑥̅1 = √
3(3 − 1)
0.005
𝑠𝑥̅1 = √
3(2)
0.005
𝑠𝑥̅1 = √ = 0.03 𝑐𝑚
6
atau
∑𝑥𝑁 2 − 𝑁𝑥̅ 2
𝑠𝑥̅1 = √
𝑁(𝑁 − 1)
∑(240.3125 − 3 × 80.1025)
𝑠𝑥̅1 = √
3(3 − 1)
240.3125 − 240.3075
𝑠𝑥̅1 = √
3(2)
0.005
𝑠𝑥̅1 = √ = 0.03 𝑐𝑚
6
∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑠𝑥̅2 = √
𝑁(𝑁 − 1)
0.0067
𝑠𝑥̅2 = √
3(3 − 1)
0.0067
𝑠𝑥̅2 = √
3(2)
0.0067
𝑠𝑥̅2 = √ = √0.001 = 0.03 𝑐𝑚
6
∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑠𝑥̅1 = √
𝑁(𝑁 − 1)
0.649
𝑠𝑥̅1 = √
10(10 − 1)
0.649
𝑠𝑥̅1 = √
10(9)
0.649
𝑠𝑥̅1 = √ = √0.007 = 0.085 𝑐𝑚
90
Atau
∑𝑥𝑁 2 − 𝑁𝑥̅ 2
𝑠𝑥̅1 = √
𝑁(𝑁 − 1)
∑(408.97 − 10 × 40.832)
𝑠𝑥̅1 = √
10(10 − 1)
408.97 − 408.32
𝑠𝑥̅1 = √
10(9)
0.65
𝑠𝑥̅1 = √ = √0.007 = 0.085 𝑐𝑚
90
Dari pengolahan data yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pengukuran
objek daun oleh alat ukur mistar memiliki ketidakpastian dalam pengukuran
dikarenakan adanya keterbatasan pada manusia maupun pada alat-alat pengukuran.
Maka dari itu, nilai ketidakpastian harus dicantumkan pada hasil pengukuran
supaya hasil pengukuran dapat dituliskan dengan tepat. Nilai ketidakpastian atau
sesatan dapat dicari melalui rumus sesatan tunggal maupun majemuk.
Daftar Pustaka