Makalah Etika Dan Hukum Kesehatan
Makalah Etika Dan Hukum Kesehatan
Makalah Etika Dan Hukum Kesehatan
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Dan Hukum Kesehatan
Dosen : Yona Septina, M. Tr.Keb
Disusun oleh :
Kelompok 1
2020
1
ABSTRAK
Etika profesi dan hukum kesehatan merupakan dasar dalam menjalankan perilaku
profesional di bidang kebidanan khusunya dan kesehatan pada umumnya. Seorang tenaga
kesehatan harus mampu dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) , oleh karena itu setiap tenaga kesehatan termasuk bidan penting
untuk mengetahui cakupan-cakupan yang ada dalam Hukum Kesehatan. Sikap etik profesional
yang kokoh dari setiap perawat atau bidan akan tercermin dalam setiap langkahnya,
termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul.
Jadi, pemahaman yang mendalam tentang etik dan moral serta penerapannya menjadi bagian
yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan kebidanan dimana nilai-nilai
pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi. Hal tersebut membutuhkan bidan
yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam
memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, screening antenatal, pelayanan
intrapartum, perawatan intensive pada neonatal, dan pengakhiran kehamilan.
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah menciptakan kami dengan akal dan budi,
kehidupan yang patut kami syukuri, keluarga yang mencintai kami, dan teman – teman yang
menginspirasi. Karena berkat rahmat–Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas Ujian Akhir
Semester Genap yang berjudul “Etika Dan Hukum Kesehatan Dalam Kebidanan” Shalawat
beserta salam kami sampaikan juga kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan
atas umatnya.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : Ibu Yona
Septina M.Tr.Keb Tugas Ujian Akhir Semester Genap ini dibuat adalah untuk membantu
mempermudah pemahaman dalam mendalami Mata Kuliah Etika dan Hukum Kesehatan..
Penulis menyadari segala keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu penulis memohon
saran dan kritik kepada semua pihak agar tugas Ujian Akhir Semester Genap ini menjadi
sempurna. Atas saran dan kritiknya penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga tugas
Ujian Akhir Semester Genap ini dapat bermanfaat, memberikan kelancaran, dan barokah.
Aamiin.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………….………………………1
Abstrak………………………………………………….………………………............2
Kata Pengantar………………………………………………………………………….3
Daftar Isi……………………………..……………………….…...................................4
BAB I...............................................................................................................................5
A. Latar Belakang………..……………………………......................................5
B. Rumusan masalah............................................................................................5
C. Tujuan Penulis.................................................................................................6
BAB II..............................................................................................................................7
A. Pengantar etika dan Hukum terkait kebidanan ……………………………..7
B. Pengantar Teori Etika dan Dilema…..…………......………………...……...9
C. Kerangka legislatif dalam kebidanan……......................................................11
D. Prinsip-prinsip Hukum dan Etika...................................................................15
E. Sistem Hukum di Indonesia dan Badan yang Relevan..................................17
BAB III........................................................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau
buruk (Jones, 1994). Moral merupakan pengetahuan atau keyakinan tentang adanya hal yang
baik dan buruk serta mempengaruhi sikap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik dan
buruk berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan, pendidikan,
sosial budaya, agama, dll, hal inilah yang disebut kesadaran moral atau kesadaran etik.
Moral juga merupakan keyakinan individu bahwa suatu adalah mutlak baik atau buruk
walaupun situasi berbeda.
Kesadaran moral erat kaitannya dengan nilai-nilai, keyakinan seseorang dan pada
prinsipnya semua manusia dewasa tahu akal yang baik dan buruk, inilah yang disebut suara
hati. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi berdampak pada perubahan pola pikir
manusia. Masyarakat semakin kritis sehingga terjadi penguatan tuntunan terhadap mutu
pelayanan kebidanan. Mutu pelayanan kebidanan yang baik perlu landasan komitmen yang
kuat dengan basis etik dan moral yang baik.
Dalam praktik kebidanan seringkali bidan dihadapkan pada beberapa permasalahan
dilematik, artinya pengambilan keputusan yang sulit berkaitan dengan etik, dilema muncul
karena terbentuk pada konflik moral, pertentangan batin atau pertentangan antara nilai-nilai
yang diyakinkan bidan dengan kenyataan yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengantar etika dan hukum terkait kebidanan ?
2. Apa yang dimaksud dengan pengantar teori etika dan dilema ?
3. Bagaimana kerangka legislative dalam kebidanan ?
4. Apasaja prinsip – prinsip hukum dan etika yang diterapkan dalam praktik kebidanan
sehari – hari ?
5. Apasaja yang menjadi sistem hukum di indonesia dan badan yang relevan yang
mempengaruhi kebijakan terhadap praktik kebidanan ?
5
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengantar etika dan hukum terkait kebidanan
2. Untuk mengetahui pengantar teori etika dan dilema
3. Untuk mngetahui kerangka legislative dalam kebidanan
4. Untuk mengetahui prinsip – prinsip hukum dan etika yang diterapkan dalam praktik
kebidanan sehari – hari
5. Untuk mengetahui sistem hukum di indonesia dan badan yang relevan yang
mempengaruhi kebijakan terhadap praktik kebidanan
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
3) Etika praktik.
Meta etika berasal dari bahasa Yunai meta, artinya melebihi, yang dipelajari disini
adalah ucapan-ucapan kita di bidang moralitas atau bahasa yang digunakan di bidang
moral. Metaetika mengenai status moral ucapan dan bahasa yang digunakan dalam
batasan pengertian baik, buruk atau bahagia. Etika atau teori moral untuk
memformulasikan prosedur atau mekanisme untuk memecahkan masalah etika. Teori
praktik. Etika praktik merupakan penerapan etika dalam praktik sehari-hari, dimana
dalam situasi praktik ketika kecelakaan terjadi keputusan harus segera dibuat.
Bagaimana menjaga prinsip moral, teori nilai dan penentuan suatu tindakan. Etika
pada hakekatnya berkaitan dengan falsafah dan moral, yaitu mengenai apa yang dianggap
baik atau buruk di masyarakat dalam kurun waktu tertentu, karena etika bisa berubah
dengan lewatnya waktu. Etika khusus adalah etika yang dikhususkan bagi profesi
tertentu, misalnya etika kedokteran, etika rumah sakit, etika kebidanan, etika
keperawatan, dll.
Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusia tentang:
- Apa yang baik atau buruk
- Apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak)
- Apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk
bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, dan
larangan-larangan, termasuk ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak hanya dalam menjalankan tugas
profesinya, melainkan berkaitan juga dengan tingkah lakunya secara umum dalam
pergaulan sehari-hari di masyarakat.
Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk kepentingan anggota dan
organisasi, meliputi :
1) Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
2) Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4) Meningkatkan mutu profesi.
8
Dimensi kode etik meliputi:
1) Anggota profesi dan klien;
2) Anggota profesi dan system;
3) Anggota profesi dan profesi lain;
4) Semua anggota profesi.
Prinsip kode etik terdiri dari:
1) Menghargai otonomi;
2) Melakukan tindakan yang benar;
3) Mencegah tindakan yang dapat merugikan;
4) Memperlakukan manusia secara adil;
5) Menjelaskan dengan benar;
6) Menepati janji yang telah disepakati;
7) Menjaga kerahasiaan.
9
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin atau
pertentangan antara nilai – nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. Ketika
mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab
profesional, yaitu:
- Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan kesejahteraan pasien atau
klien.
- Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian disertai
rasa tanggung jawab memperhatikan kondisi dan keamanan pasien atau klien.
Konflik Moral
Konflik adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih berusaha memaksa
tujuannya dengan cara mengusahakan unutk menggagalkan tujuan ang ingin dicapai
pihak lainnya.
Konflik intrapersonal terdiri dari 3 macam yaitu:
1. Approach-Approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan
positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling
terpisah satu sama lain.
2. Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan
terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat mengandung nilai positif
dan negative bagi orang yang mengalami konflik tersebut.
3. Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau
lebih hal yang negative tetapi tujuan- tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama
lain.
Konflik moral adalah pertentangan yang terjadi karena pengambilan keputusan yang
menyangkut dilema moral. Konflik moral atau dilema pada dasarnya sama, kenyataannya
konflik yang terjadi karena berada diantara prinsip moral dan tugas yang mana sering
menyebabkan dilema (Johnson 1990 dalam Jones 2000).4
- Informed Concent
10
Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan untuk
melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh informasi
lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan
- Negosiasi
Proses yang di dalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang / jasa dan berupaya
menyepakati tingkat kerjasama tersebut.
Negosiasi terjadi ketika suatu keadaan memenuhi syarat-syarat berikut ini:
a. Pertama, melibatkan dua pihak atau lebih. Kedua, terdapat suatu konflik
kepentingan antara pihak-pihak tersebut.
b. Keduanya menginginkan sesuatu yang menguntungkan untuk dirinya masing-
masing. Price versus profit, keuntungan bagi satu pihak merupakan harga yang
harus dibayar oleh pihak lain.
c. Ketiga, pihak-pihak yang terlibat sama-sama berusaha untuk mencapai
kesepakatan bukannya berkonflik. Kesepakatan dapat dicapai melalui kompromi
antara memberi dan menerima sesuatu antar pihak tersebut
- Persuasi
Persuasi bisa diartikan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan kepercayaan melalui
informasi dan argument.
Ketika target menerima pesan (message) yang berbeda dari pendiriannya maka
munculah respon yang bermacam-macam seperti :
a. reject the message (menolak pesan atau informasi)
b. derogate the source (mencela the sumber)
c. suspend judgment (mencari informasi tambahan untuk menentukan keputusan,
menolak atau menerima)
d. distort the message (tidak menanggapi informasi dan menyimpannya dalam
“skema” yang mungkin suatu saat akan mengubah sikapnya)
e. attempt counter persuasion (melancarkan argumentasi balik)
C. Kerangka Legislatif dalam Kebidanan
Kerangka legislatif yaitu kerangka dalam peraturan perundang-undangan atau
penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian
kegiatan Sertifikasi (peraturan kompetensi), Regitrasi (pengaturan kewenangan) dan
11
lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan). Kerangka legislatif dan peraturan
konsisten secara internal. Perkembangan yang ada selama ini di Indonesia.
Pengertian aspek hukum pelayanan kebidanan adalah penggunaan norma hukum
yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang
paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan membantu memenuhi kebutuhan
seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh bidan dalam upaya peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam kebidanan ada hukum yang
melindungi yaitu Undang-Undang No. 4 tahun 2019 dan permenkes No. 28 tahun 2017.
Tujuan Legislasi dalam pelayanan kebidanan diantaranya adalah:
1. Mempertahankan kualitas pelayanan
2. Memberikan kewenangan
3. Menjamin perlindungan hukum
4. Meningkatkan profesionalisme
Peran Legislasi dalam pelayanan kebidanan adalah:
1. Menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi
2. Menjamin perlindungan profesi bidan
3. Peran dalam pemberian pelayanan profesional
Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
a. UUD 1945
Pembangunan nasional yaitu pembangunan bidang guna kepentingan keselamatan,
kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia secara terarah, terpadu, dan
berkesinambungan.
b. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
Tujuan Pembangunan dan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap bagi warga negara Indonesia melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas.
c. Arus Globalisasi
Mampu mempunyai daya saing adalah bagaimana peningkatan kuliatas sumber daya
manusia.
d. Penyiapan Sumber Daya Manusia.
12
Karena pertayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama kurun kesehatan reproduksi
wanita, sejak remaja, masa calon pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas,
periode interval, masa klimakterium dan menopause serta memantau tumbuh kembang
balita serta anak pra sekolah.
e. Visi Misi Indonesia Sehat 2015
Visi Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah derajat kesehatan yang
optimal dengan strategi: Paradigma sehat, Profesionalisme, JPKM, dan Desentralisasi.
Aspek legislasi bidan Indonesia adalah melalui tahapan sebagai berikut:
1. Sertifikasi
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan pendidikan
formal maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan). Lembaga pendidikan non formal
misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM bidang kesehatan yang akreditasinya
ditentukan oleh profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non formal adalah berupa
sertifikat yang terakreditasi sesuai standar nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:
a) Ijasah merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu, mempunyai kekuatan
hukum atau sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan diperoleh dari pendidikan
formal.
b) Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa diperoleh dari
kegiatan pendidikan formal atau pendidikan berkelanjutan maupun lembaga pendidikan
non formal yang akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
• Tujuan sertifikasi antara lain: (Farelya & Nurrobikha, 2015)
a) Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi.
b) Meningkatkan mutu pelayanan.
c) Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan.
• Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:
a) Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) tenaga
profesi.
b) Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.
c) Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) pendidikan
tambahan tenaga profesi.
13
d) Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan tambahan tenaga profesi.
e) Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.
2. Registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan
dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna mendapatkan kewenangan dan hak
untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh badan tesebut.
Registrasi bidan adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau standar penampilan
minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik
profesinya. (Registrasi menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002)
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan haknya untuk
ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratan administrasi untuk lisensi.
Tujuan dilakukannya registrasi antara lain:
a) Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.
b) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian kasus
mal praktik.
c) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Alur proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut, bidan yang baru
lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada kepala
Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB
( surat ijin bidan ) selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima Ijasah bidan.
Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah
meliputi:
a) fotokopi ijasah bidan,
b) fotokopi transkrip nilai akademik,
c) surat keterangan sehat dari dokter,
d) pas foto sebanyak 2 lembar.
14
SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk
penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB (surat ijin praktik bidan). SIB tidak
berlaku lagi karena: dicabut atas dasas ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.
3. Lisensi
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang
berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang teregistrasi untuk
pelayanan mandiri. Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan
melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan IBI.Tujuan umum lisensi adalah untuk
melindungi masyarakat dari pelayan profesi. Tujuan khusus dari lisensi adalah
memberikan kejelasan batas wewenang dan menetapkan sarana dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB (Surat Ijan Praktik
Biadan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan
yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang
menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atua Kota setempat dengan
memenuhi persyaratan sebagai berikut : fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah
bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter, rekomendasi dari
organisasi profesi, pas foto.
Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan
penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta
kesanggupan melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan
keterampilan inilah yang diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji
Kompetensi bagi bidan yang mengurus SIPB atau lisensi. SIPB berlaku sepanjang SIB
belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. (Farelya & Nurrobikha,
2015).
D. Prinsip-Prinsip Hukum dan Etika yang Diterapkan dalam Praktik Sehari-hari
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk
tunggal mempunyai arti kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia, adat, akhlak, waktu,
perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak ta etha mempunyai arti adat
kebiasaan. Menurut filsuf Yunani Aristoteles, istilah etika sudah dipakai untuk
15
menunjukkan filsafat moral. Sehingga berdasarkan asal usul kata, maka etika berarti:
ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika berasal
dari bahasa Inggris Ethics, artinya pengertian, ukuran tingkah laku atau perilaku manusia
yang baik, yakni tindakan yang tepat yagn harus dilaksanakan oleh manusia sesuai
dengan moral pada umumnya. Etika berasal dari bahasa Latin Mos atau Mores (jamak),
artinya moral, yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan etika
adalah sama, hanya bahasa asalnya berbeda. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Poerwadarminta, 1953).
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang
dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai
perkembangan atau perubahan norma atau nilai. Moralitas berasal dari bahasa Latin
Moralis, artinya:
- Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.
- Sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruk.
Sebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara
lain :
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah laku
manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana yang boleh dilakukan sesuai
dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat.
2. Etika normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang
biasanya dikelompokkan menjadi :
a. Etika Umum : yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi
manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan
prinsip-prinsip moral.
b. Etika Khusus : terdiri dari etika sosial, etika individu dan etika terapan.
c. Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan antar sesama
manusia dalam aktivitasnya, Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-
kewajiban manusia sebagai pribadi.
d. Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi
16
Pada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapakn MPR-RI No.
VI/MPR/ 2001 tentang Etika Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan bangsa bersumber
pada agama yang universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yaitu Pancasila. Etika
kehidupan berbangsa antara lain meliputi : Etika Sosial Budaya, Etika Politik dan
Pemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakkan Hukum yang
Berkeadilan, Etika Keilmuan, Etika Lingkungan, Etika Kedokteran dan Etika
Kebidanan.
17
Kebidanan memiliki Undang-Undang tersendiri. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan disahkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 Maret
2019. Undang-Undang 4/2019 tentang Kebidanan diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 56 dan Penjelasan Atas UU No. 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6325
oleh Menkumham Yasonna H. Laoly pada tanggal 15 Maret 2019 di Jakarta.
Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil, masa
kehamilan, persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai
dengan tugas dan wewenangnya. Bidan adalah seorang perempuan yang telah
menyelesaikan program pendidikan Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar
negeri yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan
untuk melakukan praktik Kebidanan.
Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidct.n secara
mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian
pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan. Kompetensi
Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh Bidan yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk memberikan Pelayanan Kebidanan.
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
Pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin secara
konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hal ini merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang
menyeluruh, terarah, dan terpadu, termasuk pembangunan kesehatan. Pembangunan
kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
18
kemampuan hidup sehat sehingga dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilakukan berbagai
upaya kesehatan, salah satunya dalam bentuk pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok dan
masyarakat. Pelayanan Kebidanan, yang merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan ditujukan khusus kepada perempuan, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pelayanan Kebidanan harus diberikan secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu,
dan aman.
Profesi Bidan di Indonesia masih dihadapkan oleh berbagai macam kendala
seperti persebaran Bidan yang belum merata dan menjangkau seluruh wilayah
terpencil di Indonesia, serta pendidikan Kebidanan yang sampai saat ini sebagian
besar masih pada jenis pendidikan vokasi yang menyebabkan pengembangan profesi
Bidan berjalan sangat lambat. Dalam hal praktik Kebidanan, masih terdapat
ketidaksesuaian antara kewenangan dan kompetensi yang dimiliki oleh Bidan. Selain
itu, Bidan sebagai pemberi Pelayanan Kebidanan perlu dipersiapkan kemampuannya
untuk mengatasi perkembangan permasalahan kesehatan dalam masyarakat.
Bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan berperan sebagai pemberi
Pelayanan Kebidanan, pengelola Pelayanan Kebidanan, penyuluh dan konselor bagi
Klien, pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik, penggerak peran serta masyarakat
dan pemberdayaan perempuan, serta peneliti. Pelayanan Kebidanan yang diberikan
oleh Bidan didasarkan pada pengetahuan dan kompetensi di bidang ilmu Kebidanan
yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Klien.
Ketentuan mengenai profesi Bidan masih tersebar dalam berbagai peraturan
perundang-undangan dan belum menampung kebutuhan hukum dari profesi Bidan
maupun masyarakat. Hal ini mengakibatkan belum adanya kepastian hukum bagi
Bidan dalam menjalankan praktik profesinya, sehingga belum memberikan
pemerataan pelayanan, pelindungan, dan kepastian hukum bagi Bidan sebagai
pemberi Pelayanan Kebidanan dan masyarakat sebagai penerima Pelayanan
19
Kebidanan. Pengaturan Kebidanan bertujuan untuk meningkatkan mutu Bidan, mutu
pendidikan dan Pelayanan Kebidanan, memberikan pelindungan dan kepastian
hukum kepada Bidan dan Klien, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Undang-Undang ini mcngatur mengenai pendidikan Kebidanan, Registrasi dan
izin praktik, Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri, Bidan Warga Negara
Asing, Praktik Kebidanan, hak dan kewajiban, Organisasi Profesi Bidan,
pendayagunaan Bidan, serta pembinaan dan pengawasan.
2. Permenkes Nomor 28 Tahun 2017
Keberadaan Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan dalam rangka melindungi masyarakat penerima
pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan praktik
keprofesiannya harus memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 menjelaskan dalam menjalankan praktik
kebidanan, bidan paling rendah memiliki kualifikasi jenjang pendidikan Diploma
Tiga Kebidanan.
Selain itu, setiap bidan yang akan menyelenggarakan praktik kebidanan harus
memiliki Surat Tanda Registrasi Bidang (STRB). STRB diperoleh setelah bidan
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Disampingnya itu pula, setiap bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya
wajib memiliki Surat Izin Praktik Bidan (SIPB). SPIB ini diberikan kepada bidan
yang telah memiliki STRB. SIPB diterbitkan oleh instansi pemberi izin yang ditunjuk
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, serta memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB.
3. Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) adalah organisasi profesi berbentuk kesatuan,
bersifat nasional, berazaskan Pancasila yang bertujuan antara lain menggalang
persatuan dan persaudaraan antara sesama Bidan serta kaum wanita pada umumnya
20
dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa. Membina pengetahuan dan
keterampilan anggota dalam profesi kebidanan, khususnya dalam pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak serta kesejahteraan keluarga. Membantu pemerintah
(partisipasi aktif) dalam pelaksanaan pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakatkan meningkatkan martabat dan
kedudukan bidan dalam masyarakat.
IBI didirikan pada tanggal 24 juni 1951 di Jakarta, merupakan penggabungan
berbagai organisasi bidan didaerah-daerah. Pada 15 Oktober 1954 IBI diakui sebagai
sebuah organisasi yang berbadan hukum dan tertera dalam lembaran Negara No.
Y.A.5/ 927 (Departemen kehakiman). Pada tahun 1956 IBI diterima sebagai anggota
ICM (International Confederation of Midwifes). Pada tahun 1985 dan 2000 IBI
menjadi tuan rumah ICMmeeting untuk kawasan Asia Pasifik.
Visi : Satu-satunya wadah profesi bidan yang mandiri, berdaya saing dan mempunyai
wewenang “pengesahan” kepada bidan, lembaga pendidikannya serta mendukung
profesionalisme bidan Indonesia.
Misi : Mewujudkan organisasi IBI yang mandiri dan berdaya saing, mampu
meningkatkan profesionalisme bidan Indonesia dalm memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan
terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi. Hal tersebut
membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus
berpartisipasi dalam memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi,
screening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensive pada neonatal, dan
pengakhiran kehamilan.
Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang menyeluruh, moralitas
hanya terdapat pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk lain selain manusia.
Moralitas berasal dari bahasa latin moralis, artinya pada dasarnya sama dengan moral,
moralitas suatu perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.
Moralitas adalah sifat moral atau seluruh asas dan nilai yang menyangkut baik dan buruk.
Kaitan antara etika dan moralitas adalah, bahwa etika merupakan ilmu yang mempelajari
tentang tingkah laku moral atau ilmu yang membahas tentang moralitas. Moral adalah
mengenai apa yang dinilai seharusnya oleh masyarakat. Etika adalah penerapan dari
proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika berpusat pada prinsip dasar dan
konsep bahwa manusia dalam berfikir dan tindakannya didasari nilai-nilai.
Dilema terjadi ketika dihadapkan pada sesuatu hal yang kurang jelas sehingga
kesulitan dalam pengambilan keputusan. Bila akan dihadapkan pada kondisi yang sukar
karena menyangkut etik / bioetik, sehingga pengambilan keputusan membutuhkan
pertimbangan moral serta kebijaksanaan yang berhubungan dengan pelayanan kebidanan.
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin atau
pertentangan antara nilai – nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. Ketika
22
mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab
profesional.
Kerangka legislatif yaitu kerangka dalam peraturan perundang-undangan atau
penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan
Sertifikasi (peraturan kompetensi), Regitrasi (pengaturan kewenangan) dan lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenangan). Kerangka legislatif dan peraturan konsisten
secara internal. Perkembangan yang ada selama ini di Indonesia.
Kebidanan memiliki Undang-Undang tersendiri. Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan disahkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 Maret
2019. Undang-Undang 4/2019 tentang Kebidanan diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 56 dan Penjelasan Atas UU No. 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6325
oleh Menkumham Yasonna H. Laoly pada tanggal 15 Maret 2019 di Jakarta.
23
DAFTAR PUSTAKA
Astuti KHEW. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan: Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam
Praktik Kebidanan. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2016.
Jones SR. Ethics and the Midwife In: Henderson C, Macdonald S, editors. Mayes’ Midwofery, A
Textbook for Midwife. London: Bailliere Tindal; 2004.
Mafluha Y, Nurzannah S. Modul Etika dan Hukum Kesehatan Bagi Mahasiswa Diploma III
Kebidanan. Tangerang: Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang; 2016.
Wahyuningsih HP, Zein AY. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya; 2005.
24