Isi Vertigo
Isi Vertigo
Isi Vertigo
PENDAHULUAN
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari sistem
otonom yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh dari berbagai
keadaan atau penyakit.
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. 3
1
1.3 Manfaat Penulisan
1. Sebagai sumber media informasi mengenai vertigo vestibular secara
umum.
2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang vertigo
vestibular .
3. Untuk memenuhi tugas Case Program Internsip di RSUD Padang
Pariaman.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul,terutama dari sistem
otonom yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh dari berbagai
keadaan atau penyakit.
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan.
2.2 EPIDEMIOLOGI
3
Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya
faktor resiko yang berkaitan, diantaranya hipertensi, diabetes
melitus,atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum
berusia 65 tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-
80 tahun. Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia
70 tahun.
2.3 ETIOLOGI
4
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf
vestibularis, sklerosis multipel, dan patah
tulang otak yang disertai cedera pada
labirin, persarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis :Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu
bagian otak ( transient ischemic attack )
pada arteri vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai
ke korteks.
5
SENTRAL
Supratentorial
Trauma
Epilepsi
Infratentorial
Insufisiensi vertebrobasiler
2.4 KLASIFIKASI
6
Perbedaan umum Vertigo periferdan Vertigo sentral
2.5 GEJALA
7
Perbedaan vertigo vestibular dengan non vestibular
2.6 PATOFISIOLOGI
8
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
9
jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola
gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.Jika
pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi
mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai
berperan.
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter
tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan
timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres
yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan
kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang
selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas
sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang
sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat
aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan
hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf
parasimpatis.
1) PEMERIKSAAN FISIK
10
UMUM
STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4 M6 V5
Tanda rangsangan selaput otak
Brudzinsky I :-/+
Brudzinsky II :-/+
N.1
11
Apakah ada kelainan pada penciuman, ex : anosmia,hiposmia,kakosmia,dll
N.II
Nilai bagaimana tajam penglihatan, lapangan pandang, melihat warna pada kedua
mata pasien.
N.III, IV, VI
Nilai bagaimana pergerakan bola mata kearah atas : atas dalam, atas luar, medial,
bawah, bawah luar,bawah dalam,dan pergerakan ke lateral
N. V
Pemeriksaan motorik : membuka dan menutup mulut, palpasi otot masseter dan
temporalis, kekuatan otot
N. VII
N. VIII
N. IX
Pemeriksaan sensasi lidah 1/3 belakang, reflex muntah dan gangguan reflex
N. X
N. XI
12
N. XII
1. Romberg’s sign
13
Gambar 1. Uji Romberg
Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan mata tertutup – jika pasien
berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada sisi
tersebut.
14
Gambar 2. Uji unterberger
15
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah
garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke
kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan
uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
B. Test hiperventilasi
16
diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur ersebut
menginduksi terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa
nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus
terjadi setelah hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII.
C. Tes Kalori
17
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin
normal hipoaktif atau tidak berfungsi. Pemeriksaan ini juga dapat ditinjau
dengan melakukan :
1. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus
tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.
2. Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang
mempunyai peranan penting : sistem visual, vestibular, dan
somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap :
1. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun
dalam keadaan biasa (normal)
2. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi
(serupa dengan tes romberg)
3. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada
tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka
input visus tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi
ruangan.
4. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang.
Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik
dari badan bagian bawah dapat diganggu.
5. mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
6. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan
berpijak digoyang.
D. Fungsi Pendengaran
18
a. Tes garpu tala: Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli
konduktif dan tuli perseptif
b. Audiometri: Loudness Balance Test, Bekesy Audiometry
19
Gambar 5. Head impulses test
F. Pemeriksaan Cardiovascular
Perubahan orthostatic pada tekanan darah sistolik (misalnya turun
20 mmHg atau lebih) dan nadi (misalnya meningkat 10 denyutan per
menit) pada pasien dengan vertigo dapat menentukan masalah dehidrasi
dan disfungsi otonom.
Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien
mengeluhkan gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak jelas maka
dapat dilakukan audiometric pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan
gangguan pendengaran.
20
Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan
dizziness . Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas.
2.9 DIAGNOSIS
A. ANAMNESA
21
B. PENATALAKSANAAN
Terapi kausal : Sesuai dengan penyebab
Terapi simtomatik
1. Pengobatan simtomatik vertigo
- Ca-entry blocker : Flunarizin (sibelium ) 3 x 5-10 mg/hr
- Antihistamin : Cinnarizine 3 x 25 mg/hr ,
Dimenhidrinat (Dramamine ) 3 x 50mg/hr
- Histaminik : Betahistine (merislon) 3x 8 mg
- Benzodiazepine (Diazepam) 3 x 25mg/hr
- Fenotiazine : Chlorpromazine (largaktil) 3 x 25
mg/hr
- Antiepileptik : (bila ada tanda kelainan epilepsi
dan kelainan EKG) Carbamazine (tegretol) 3 x
200mg/hr,Fenitoin (dilantin) 3 x 300mg
22
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. HR
Umur : 52 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Lubuk Alung
Suku Bangsa : Minang
Tanggal Masuk : 29 Desember 2019
3.2 ANAMNESA
1. Keluhan Utama :
Pusing berputar secara tiba-tiba sejak 2 jam SMRS
23
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi tidak terkontrol sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat DM disangkal
Riwayat Maag (+)
Riwayat Stroke disangkal
Riwayat Trauma Kepala disangkal
Riwayat Infeksi THT disangkal
Riwayat TB disangkal
Status Generalisata
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Vital Signs
a. Kesadaran : Compos mentis cooperatif
b. Tekanan Darah : 140/80 mmHg
c. Frekuensi Nadi : 88 x/ menit
d. Frekuensi Napas : 20 x/menit
e. Suhu : 36,8 ºC
3. Status Gizi
a. Berat Badan : 68 kg
b. Tinggi Badan : 168 cm
c. IMT : 24,1 (Satus Gizi : Normoweight)
24
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
25
Pemeriksaan Neurologi
1.Pemeriksaan GCS
GCS 15 (E4M6V5)
Kaku Kuduk :-
Burdzinsky I :-
Burdzinsky II :-
Pupil : isokor
26
5.Pemeriksaan Fungsi Motorik
Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan aktif aktif aktif Aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
6.Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas Nyeri :-
Sensibilitas Rabaan :-
7. Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
8.Sistem Refleks
27
3.4 DIAGNOSA
3.5 Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologi
Istirahat
Diet Makanan Biasa
2. Farmakologi
Th/ :
Hasil Labor :
Hb : 10,8 g/dl
28
Ht : 33 %
3.7 Prognosa
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
3.8 Follow Up
Hari/ Subject Objektif Assessment Planing
Tanggal
Minggu, 29 Pusing (+) ↓ K.Umum: Sedang Vertigo Non farmakologi:
Perbaikan Vestibuler + - Istirahat
Desember
Mual (+)↓ Vital Signs Dyspepsia - Diet Makan
2019 Perbaikan Kes: CMC Biasa
Muntah (-) Tekanan Darah:
Nafsu makan 130/80 mmHg Farmakologi:
29
normal Frekuensi Nadi :89 Drip
Keringat x/menit regular Ondansentron 1
dingin (-) Frekuensi Napas : ampul dalam RL
Nyeri ulu hati 20 x/menit 12jam/kolf
(+) Suhu:36,7 ºC Betahistine tab
BAB dan 2x12 mg PO
BAK DBN Tes Keseimbangan : Flunarizine tab
Romberg Test : Jatuh 1x10 mg PO
kekiri Candesartan tab
1x8 mg PO
Tes Jari-Hidung :
Fokus ↓ Lorazepam tab
1x0,5 mg PO
Abdomen : (malam)
Palpasi : Nyeri tekan Sucralfat syr 3x1
(+), Nyeri lepas (-) cth PO
Inj OMZ 1x40 mg
IV
Anjuran :
Istirahat yang cukup
Senin, 30 Pusing (+) ↓ K.Umum: Sedang Vertigo Non farmakologi:
Perbaikan Vestibuler + - Istirahat
Desember
Mual (-) Vital Signs Dyspepsia - Diet Makan
2019 Muntah (-) Kes: CMC (Perbaikan) Biasa
Nafsu makan Tekanan Darah:
normal 110/90 mmHg Farmakologi:
Keringat Frekuensi Nadi:88 Drip
dingin (-) x/menit regular Ondansentron 1
Nyeri ulu hati Frekuensi Napas : ampul dalam RL
(-) 19 x/menit 12jam/kolf =>
Suhu:36,5 ºC AFF
BAB dan
RL 12jam/kolf
BAK DBN
Abdomen : Betahistine tab
Palpasi : Nyeri tekan 2x12 mg PO
(-), Nyeri lepas (-) Flunarizine tab
1x10 mg PO
Candesartan tab
1x8 mg PO
Lorazepam tab
1x0,5 mg PO
(malam)
Sucralfat syr 3x1
cth PO
Inj OMZ 1x40 mg
IV
Anjuran :
30
-Istirahat yang
cukup
Selasa,31 Pusing (-) K.Umum: Sedang Vertigo Non farmakologi:
Mual (-) Vestibuler + - Istirahat
Desember Vital Signs
Muntah (-) Dyspepsia - Diet Makan
2019 Nafsu makan Kes: CMC (Perbaikan) Biasa
normal Tekanan Farmakologi:
Keringat Darah:110/80 Perbaikan KU
dingin (-) mmHg Rencana Pulang
Nyeri ulu hati Frekuensi Nadi: Obat Pulang :
(-) 80x/menit regular Betahistine tab
RR:19 x/menit 2x12 mg PO
BAB dan
Suhu:36,6 ºC Flunarizine tab
BAK DBN
1x10 mg PO
Candesartan tab
1x8 mg PO
Lorazepam tab
1x0,5 mg PO
(malam)
Sucralfat syr 3x1
cth PO
Edukasi :
Hindari aktivitas
yang berat
Makan yang bergizi
Hindari makan dan
minuman yang
mengandung cafein
Istirahat yang
cukup dan hindari
begadang
Anjuran :
Kontrol Ke Poli
Neurologi Sabtu, 04
Januari 2020
DAFTAR PUSTAKA
1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care,
Journal : BJMP 2010;3(4):a351.
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine. Journal of Nerology 2009:25:333-338.
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo . Journal : American Family
Physician January 15, 2006 .Volume 73, Number 2.
31
4. Wibowo, Daniel S. 2009. AnatomiTubuhManusia. .Singapore : Elsevier.
5. ArsyadSoepardi, Efiaty, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
tenggorokan Kepala & Leher. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI.
6. Marril, KA.Central Vertigo. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh tanggal 8
januari 2020. http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217.
7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that
Needed for establish of Vetigo. The Practitioner Journal September 2010 - 254
(1732): 19-23.
8. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment
and Diagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6.
9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign
10. Paroxysmal Positional Vertigo . Journal Gerontological. December:2006 .
11. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo. WebMD LLC. 10 September 2009.
Diunduh tanggal 8 januari 2020. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104.
12. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
Dizziness and Vertigo. Illnois Journal :Wolter kluwerlippincot William and
wilkins.
13. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo. Journal of American Family
Physician March 15,2005:71:6.
32