Cedera Tulang Belakang Dan Medula Spinalis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

Nama : Anak Agung Ayu Lie Lhiannza Mahendra Putri

NIM : 1818011026
Kelas : B

Cedera Tulang Belakang dan Medula Spinalis


Cedera pada tulang belakang dan medulla spinalis dapat disebabkan oleh banyak hal meliput
jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, maupun kecelakaan saat berolahraga. Selain itu,
cedera ini terutama disebabkan oleh penyulit berupa infeksi saluran kemih, gagal ginjal,
pneumonia, maupun dekubitus.

a. Penyebab dan Bentuk


Terjadinya cedera tulang belakang disebabkan oleh fraktur vertebra, yang paling sering
terjadi di daerah servikal dan lumbal, akibat hiperflcksi, hiperekstensi, kompresi, atau
rotasi tulang belakang. Kelainan akibat cedera tulang belakang dapat berupa patah tulang
sederhana, kompresi, atau kominutif, dan dislokasi, sedangkan lesi medula spinalis dapat
berupa memar, konrusio, lesi transversa, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran
darah, atau perdarahan. Pada cedera medul spinalis, kerusakan bersifat permanen karena
jaringan saraf tak akan beregenerasi.

b. Gambaran Klinis
Lesi transversa (melintang) memberikan gambaran berupa hilangnya fungsi motorik
maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan, yang disertai dengan syok spinal, dan
biasanya berlangsung selama 1-6 minggu, ataupun lebih. Tanda yang dapat ditemukan
adalah kelumpuhan flasid, anestesia, arefleksi, hilangnya perspirasi, gangguan fungsi
rektum dan kandung kemih, priapismus, bradikardia, dan hipotensi. Tanda gangguan
fungsi otonom juga dapat terlihat seperti kulit kering, gangguan fungsi kandung ke- mih
dan gangguan defekasi.
Cedera medula spinalis anterior menunjukkan tanda berupa kelumpuhan otot lurik
di bawah tempat kerusakan disertai hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada kedua sisinya.
Sedangkan cedera daerah sentral jarang ditemukan, dengan gambaran klinis berupa
tetraparesis parsial. Gangguan ekstremitas bawah lebih ringan dibandingkan ekstremitas
atas, sedangkan daerah perianal tidak terganggu. Disisi lain, Sindrom Brown-Sequard
disebabkan oleh kerusakan paruh lateral medula spinalis. Gejala klinisnya berupa
gangguan motorik dan hilangnya rasa vibrasi pada posisi ipsilateral, sedangkan di
kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu. Apabila kerusakan medula spinalis
terjadi setinggi vertebra Ll-L2, maka dapat mengakibatkan sindrom konus medularis
(gangguan klinis berupa anestesia perianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi,
serta hilangnya refleks anal dan refleks bulbokavernosus). Sindrom kauda equina
disebabkan oleh adanya kompresi pada radiks lumbosakral setinggi ujung konus
medularis, yang menyebabkan timbulnya gejala klinis kelumpuhan dan anestesia daerah
lumbosakral yang mirip dengan sindrom konus medularis.

c. Tata Laksana
Tatalaksana penderita yang dicurigai mengalami cedera tulang belakang (jenis
kecelakaan, nyeri tulang belakang, terdapat kelemahan pada ekstremitas yang disertai
mati rasa) ditujukan untuk mencegah cedera sekunder, sehingga dilakukan imobilisasi di
tempat kejadian pada alas yang keras, serta dilakukan evaluasi jalan nafas dan sirkulasi.
Apabila dicurigai terjadi cedera servikal, posisikan kepala tidak menunduk dan tetap di
tengah dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan kain sebagai penyangga leher
pada saat pengangkutan. Setelah semua langkah tersebut dipenuhi, barulah dapat
dilakukan pemeriksaan fisik dan neurologik yang lebih cermat, serta pemeriksaan
penunjang (radiologis).
Pemasangan selang lambung diperlukaan akibat paralisis usus yang umumnya
terjadi selama 2-6 hari akibat hematoma retroperitoneum. Pemasangan kateter urin pada
fase awal dilakukan untuk mencegah dilatasi berlebih kandung kemih yang 1umpuh
akibat syok spinal, memantau produksi urin serta mencegah dekubitus karena menjamin
kulit tetap kering. Pneumonia harus dicegah, dan nutrisi harus tetap diberikan secara
optimal.

d. Tindak Bedah
Dekompresi diperlukan apabila terdapat tanda-tanda seperti kompresi medula spinalis
oleh deformitas fleksi, fragmen tulang, atau hematoma. Tindakan reposisi dan stabilisasi
dilakukan apabila terjadi dislokasi yang disertai instabilitas tulang belakang. Pembedahan
darurat dilakukan jika terdapat gangguan neurologik progresif akibat penekanan, pada
luka tembus, dan pada sindrom akut medula spinalis bagian anterior. Pembedahan akan
mengurangi kemungkinan penyulit, tetapi tidak harus dilakukan sebagai tindakan darurat
untuk mengatasi gangguan stabilitas tulang belakang. Fisioterapi juga harus
dipertimbangkan agar mobilisasi dan rehabilitasi penderita dapat belangsung lebih cepat.

Sumber:
1. Buku Ajar Ilmu Bedah De Jong, Ed.4, Vol. 3

Anda mungkin juga menyukai