A1a119047 Nadyaagustindp r002 Tugas Makalah Perdagangan Internasional
A1a119047 Nadyaagustindp r002 Tugas Makalah Perdagangan Internasional
A1a119047 Nadyaagustindp r002 Tugas Makalah Perdagangan Internasional
EKONOMI PEMBANGUNAN
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH:
NIM. A1A119047
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perdagangan Internasional Indonesia dengan China dalam
bidang ekonomi sektor pertanian” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah
terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
mata kuliah Ekonomi Pembangunan. Disamping itu, saya mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu saya selama pembuatan makalah ini berlangsung
sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Saya mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat saya perbaiki. Karena saya sadar, makalah yang saya buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
tanpa ada bantuan dari negara lain. Seperti yang telah diketahui, tiap negara mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Timbul adanya rasa saling membutuhkan antara keduanya, oleh sebab itu rasa
saling membutuhkan tersebut dapat dijangkau dengan adanya hubungan/kerjasama
bilateral/multirateral negara-negara. Kita ambil contoh hubungan kerjasama yang
dilakukan antara Cina dan Indonesia. Bntuk- bentuk kerjasama yang dilakukan baik dari
segi ekonomi, sosial dan budaya serta keamanan menjadi isu penting. Dari sisi ekonomi
hubungan Indonesia Cina adalah saling ketergantungan, Cina membutuhkan bahan
mentah sebagai alat produksi yang tentunya didapat dari ekspor yang dilakukan
Indonesia. Sedangkan Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan kebutuhan
penduduknya yang besar pula belum bisa memenuhi kebutuhan secara mandiri.
Kerjasama Indonesia dan China dalam memenuhi kebutuhan negara salah satunya
berupa kerjasama di bidang pertanian. Kerjasama yang termasuk dalam bidang
pertanian antara lain: perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan, dan
hortikultura. Dalam bidang pertanian, antara Indonesia dan China telah terbrntuk forum
kerjasama bilateral di bidang pertanian yang diharpkan mampu menjembatani kebutuhan
kedua negara seperti dalam hal pertukaran teknologi, kerjasama dalam pengembangan
riset dan penelitian bidang pertanian ataupun kepentingan pengembangan agrobisnis
seperti peningkatan ekspor-impor produk-produk pertanian kedua negara. Oleh sebab itu
dilakukan impor barang jadi dari Cina, dengan harga yang rendah sesuai dengan
kemampuan penduduk Indonesia umumnya. Kerjasama ekonomi yang dilakukan juga
mencakup pada bidang pertanian. Dari fenomena diatas kami tertarik membahas tentang
hubungan kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Cina.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kerjasama bilateral Indonesia dengan Cina di bidang ekonomi dan
perdagangan pada sektor pertanian?
2. Apa dampak dari kerjasama Indonesia dengan China (Tiongkok) di bidang ekonomi
pada sektor pertanian ?
3. Bagaimana Analisis SWOT mengenai Perdagangan Internasional Indonesia dan
China
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu
negara dengan pemerintah negara lain. (Maharaindra, Raka Bintang. 2014).
Kerjasama Bilateral yang terjadi antara dua negara. Kerjasama Bilateral merupakan
suatu hubungan diplomatik yang bersifat idealis dan kompetitif dan banyak hal yang
menguntungkan dari kerjasama ini, karena dapat menciptakan suatu hubungan
bilateral yang dinamis, baik kerjasama melaui persaingan produk antara kedua
negara maupun antar pendapatan dari kedua negara yang terikat dalam bentuk
kerjasama itu.
Hubungan Bilateral berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Plano dan Olton
adalah Hubungan kerjasama yang terjadi antara dua negara di dunia ini pada
dasarnya tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara.
Kepentingan nasional merupakan unsur yang sangat vital mencakup kelangsungan
hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan, militer dan
kesejahteraan ekonomi”. (Plane, 1990, 7). Hubungan bilateral mengandung dua
unsur pemaknaan, yakni konflik dan kerjasama. Kedua unsur tersebut dapat memiliki
arti penting secara bergantian menurut motivasi-motivasi internal dan opini yang
melingkupi pada kedua negara. Hubungan bilateral yang tercipta pada dua negara
dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi diantara keduanya. Seperti
yang dikemukakan oleh Coplin bahwa Melalui adanya kerjasama internasional
negara-negara berusaha untuk memecahkan permasalahan ekonomi, sosial dan
politik. Terdapat dua tipe di dalam kerja sama internasional. Tipe pertama, terkait
kondisi di lingkungan internasional sehingga dibutuhkan pengaturan khusus sehingga
tidak akan menimbulkan ancaman pada negara-negara yang terlibat. Tipe kedua,
mencakup keadaan ekonomi, sosial dan politik tertentu yang dianggap membawa
konsekuensi luas terhadap sistem internasional sehingga dipersepsikan sebagai
masalah internasionalbersama. (Coplin, 1992, 263).
Secara general hubungan bilateral mengandung arti sebagai konsep interaksi
hubungan kerjasama antar dua negara yang saling menguntungkan. Berdasarkan
letak geografis yang saling berjauhan, tidak lagi menjadi hambatan bagi kedua
negara. Karena semakin tinggi tingkat ketergantungan kedua negara, maka semakin
kecilnya hambatan kedua negara untuk melakukan hubungan termasuk letak
geografis. Hubungan bilateral akan terjalin sesuai dengan tujuan spesifik serta
bidang bidang khusus yang menjadi tolak ukur bagi suatu negara dengan negara
lain. Di dalam hubungan tersebut sangat ditentukan oleh hasil interaksi kedua negara
6
dalam berbagai bidang.
Dalam ilmu hubungan internasional, pola interaksi timbal balik antara dua negara
didefinisikan sebagai hubungan bilateral. Kemudian hubungan bilateral menjadi
sebuah konsep yang memiliki makna yang lebih kompleks serta mengandung
pengertian yang berkaitan dengan dinamika hubungan internasional itu sendiri.
Beberapa bidang yang meliputi hubungan bilateral secara umum terdiri dari bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, perdagangan hingga pertahanan
keamanan. Kerjasama akan menghasilkan kesepakatan yang merupakan kebijakan
yang akan menguntungkan kedua belah pihak sesuai tujuan masing-masing.
Kesepakatan berupa ketentuan yang harus dipatuhi bersama demi tercipta
harmonisasi
Hubungan bilateral antara China dan Indonesia terutama dalam bidang ekonomi
saat ini terus meningkat. Hal ini tercermin dari meningkatnya nilai perdagangan
kedua negara, yang pada tahun 2008 mencapai US$ 31 miliar. Dalam lima tahun
ke depan, Presiden Republik Indonesia (RI) Bapak Susilo B. Yudhoyono
memperkirakan nilai perdagangan Indonesia-China akan mencapai US$ 50 miliar.
Peningkatan hubungan bilateral tersebut, diungkapkan oleh Dubes China, tidak
terlepas dari terjalinnya Free Trade Asean-China. Selain itu, China menganggap
Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi sangat besar. Namun untuk
merealisasikan potensi itu diperlukan penghapusan beberapa hambatan, baik dari
pihak China maupun dari pihak Indonesia. Indonesia berharap lambannya
realisasi dana pinjaman China agar bisa cepat terealisasikan sehingga bisa
dioptimalkan dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Sebaliknya, dunia usaha
China yang ingin berinvestasi di Indonesia juga memerlukan jaminan dari
pemerintah RI untuk menghadapi risiko perubahan kebijakan pemerintah daerah.
Tampilnya Cina sebagai kekuatan besar di dunia, dianggap bisa membantu
Indonesia mengimbangi pengaruh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang di
kawasan Asia Pasifik. Bagi Indonesia yang menginginkan kondisi stabil di
kawasan, bermitra dengan China menjadi sesuatu yang tak terelakan sekaligus
langkah strategis bagi kepentingan nasional.
Salah satu cara untuk mempererat hubungan satu negara dengan negara lainnya
dalah dengan melakukan perdagangan internasional. Perdagangan internasional
merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia.
Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin dan
tercipta suatu hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi suatu negara dengan
negara lain serta lalu lintas barang dan jasa akan membentuk perdagangan antar
bangsa. Perdagangan internasional pada saat ini secara tidak langsung
8
mendorong terjadinya globalisasi, hal ini ditandai dengan semakin
berkembangnya sistem inovasi teknologi informasi, perdagangan, reformasi
politik, transnasionalisasi sistem keuangan, dan investasi. Dan ini bisa menjadi
modal yang penting bagi suatu negara untuk menarik investor masuk ke dalam
negerinya untuk menanam investasi di negarnya. Apalagi didukung dengan situasi
politik yang kondusif dan lingkungan bisnis yang kompetitif di dalam negara
tersebut, maka bukan tidak mungkin perkembangan ekonomi negara tersebut akan
tumbuh semakin cepat.
Selama periode Januari – Juni 2013, Indonesia melakukan ekspor komoditas pertanian
ke berbagai negara. Negara tujuan ekspor komoditas pertanian kedua Setelah India
10
adalah China, dimana sub sektor perkebunan kembali memberikan kontribusi nilai
ekspor terbesar mencapai US$ 1,83 milyar. Komoditas utama sub sektor perkebunan
yang diekspor ke China adalah kelapa sawit yang mencapai US$ 997,84 juta dan karet
sebesar US$ 724,17 juta. Komoditas perkebunan lainnya yang juga banyak diekspor ke
China adalah kelapa dan kakao walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu besar, yakni
masing-masing sebesar US$ 42,97 juta dan US$ 19,89 juta.
Sementara, ekspor komoditas sub sektor lainnya relatif lebih kecil dibandingkan
dengan ekspor komoditas perkebunan.
Tabel 1. Negara Utama Tujuan Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia, Januari – Juni
Ekspor sub sektor peternakan ke China hanya menyumbang devisa Indonesia sebesar
US$ 16,00 juta dengan komoditas utamanya adalah kulit & jangat serta lemak masing-
masing sebesar US$ 11,04 juta dan US$ 3,34 juta. Sub sektor hortikultura menyumbang
devisa dari ekspor ke China dengan urutan berikutnya, yakni sebesar US$ 5,53 juta,
dengan komoditas utamanya adalah anggur dan nenas. Komoditas tanaman pangan
yang diekspor ke China mencapai US$ 2,61 juta dengan komoditas utamanya adalah ubi
kayu dan jagung masing-masing sebesar US$ 1,25 juta dan US$ 796 ribu. Komoditas
pertanian utama yang diekspor ke China pada periode Januari-Juni 2013 secara rinci
tersaji pada Tabel 2.
11
3. Impor Komoditas Pertanian China Ke Indonesia
China merupakan salah satu negara yang mengekspor komoditas pertaniannya ke
Indonesia. Negara “Tirai Bambu” ini menduduki urutanke empat dari negara asal impor
komoditas pertanian Indonesia,. Seperti pada tabel 3 di bawah ini.
12
Dapat kita ketahui bahwa Indonesia memang anyak melakukan impor produk
hortikultura (pertanian) dari China. Terutama kebutuhan rumah tangga didominasi oleh
produk-produk hortikultura (pertanian), oleh karena itu impor ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat Indonesia yang kurang terpeuhi oleh
produk dalam negeri.
13
3) Dapat terjadi alih teknologi dari China ke Indonesia maupunsebaliknya.
4) Pasar yang luas di kedua negara dengan jumlah penduduk melimpah, mebuat
peluang keuntungan kedua negara meningkat.
5) Harga barang-barang impor China yang lebih murah dari negaraprodusen lainnya.
6) Peningkatan jumlah devisa negara dari hasil ekspor.
14
sebaliknya.
4. Pasar yang luas di kedua negara
dengan jumlah penduduk melimpah,
mebuat peluang keuntungan kedua
negara meningkat.
5. Harga barang-barang impor China
yang lebih murah dari negara
produsen lainnya.
6. Peningkatan jumlah devisa
negara dari hasil ekspor.
Kelemahan(Weakness) 1. Mengancam pasar dalam negeri.
2. Kesiapan mental dan sumber daya
manusia sangat menentukan
keberhasilan perdagangan, jika tidak
terpenuhi ancamannya
stabilitas ekonomi nasional.
3. Perbandingan kurs Rupiah -Yuan
juga menjadi sorotan.
2.4 Dampak dari Kerjasama Indonesia dengan China (Tiongkok) di Bidang Ekonomi
pada Sektor Pertanian
Dampak positif kerjasama dari sisi konsumen atau masyarakat, kesepakatan ini membuat
pasar dibanjiri oleh produk-produk dengan harga lebih murah dan banyak pilihan.
Dengan demikian akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat sehingga
diharapkan kesejahteraan pun dapat ditingkatkan. Namun, kesepakatan tersebut juga
memberikan dampak negatif yang justru membuat industri petanian lokal gelisah. Hal ini
15
dikarenakan industri petanian lokal dinilai belum cukup siap menghadapi serbuan
produk-produk China yang berharga murah. Produk- produk dalam negeri masih
memiliki biaya produksi yang cukup tinggi sehingga harga pasaran pun masih sulit
ditekan. Keadaan ini dikhawatirkan akan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK)
dikarenakan ditutupnya perusahaan dalam negeri akibat kalah bersaing.
Dari keseluruhan ekspor dan impor yang ada, bisa dikatakan Indonesia lebih banyak
mengimpor. Jika melihat dari keseluruhan total impor yang ada. Dari subsektor
hotikultura Indonesia bisa dikatakan masih bergantung pada impor. Misalnya buah-
buahan dan sayur-sayuran Indonesia sampai sekarang masih dikatakan ketergantungan
akan impor dari Cina. Tetapi disisi lain, kenaikan ekspor yang ada dinikmati oleh
subsektor perkebunan, yaitu minyak sawit.
Ini membuktikan, produk unggulan ekspor kita dalam sektor pertanian hanya minyak
sawit dan produk unggulan impor kita dari Cina adalah buah-buahan yang bisa dilihat
baik pasar modern maupun tradisional, lebih banyak buah yang diimpor daripada buah
lokal. Hal ini memberikan dampak yang tidak baik bagi perkembangan sektor pertanian
di Indonesia, karena dengan membanjirnya impor dari Cina, hal ini sangat merugikan
petani Indonesia yang mempunyai pekerjaan di sektor pertanian. Dan hasilnya, lahan
untuk pertanian dibuka menjadi lahan perkebunan kelapa sawit karena permintaan
ekspor yang semakin meningkat.
Ini menunjukkan peran pemerintah Indonesia yang bisa dikatakan lebih mementingkan
produk unggulan seperti kelapa sawit untuk dibuka selebar- lebarnya agar dapat
mengekspor sebanyak mungkin dan produk yang ekspornya menurun dibiarkan tanpa
tindakan yang menudukung untuk ditingkatkan perannya dalam ekspor pertanian.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerjasama yang dilakukan negara-negara terdiri dari beberapa macam seperti
multirateral, bilateral dan regional. Aspek yang menjadi pola kerjasama yakni ekonomi,
sosial serta budaya. Suasana/ iklim dunia dapat memperngaruhi pola kerjasama yang
dilakukan. Adanya faktor saling membutuhkan dan saling bergantung menjadikan suatu
negara harus melakukan kerjasama dengan negara lain. Negara kaya atau tentram
sekaligus masih membutuhkan negara berkembang untuk mereka jadikan sebagai pasar.
3.2 Saran
Agar terwujudnya suatu bentuk kerjasama yang sesuai dengan harapan masyarakat
masing-masing negara. Dan kerjasama baik bilateral, multelateral maupun regional
berjalan dengan baik maka pemimnpin dan masyarakat suatu negara harus menyatukan
visi dan misi agar memiliki tujuan akhir yang sama yakni kerjasama yang meberikan
dampak baik bagi kemajuan bangsa dan negaranya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Maharaindra, Raka Bintang. 2014. Peta Asia Tenggara & Bentuk Kerjasama.
18