Laporan 06 Muhammadrafiffaisal Op4
Laporan 06 Muhammadrafiffaisal Op4
Laporan 06 Muhammadrafiffaisal Op4
PERCOBAAN – LM4
NIM : 205090800111003
Fak/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok : 06
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
NIM : 205090800111003
Fak/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok : 06
Catatan :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Gelombang cahaya yang bergerak dalam garis lurus. Seberkas cahaya sempit (sinar
datang), miring membentuk sudut lalu bertemu dengan permukaan air datar (datar). Sebagian
cahaya dipantulkan oleh permukaan air, bergerak seolah-olah cahaya asli telah memantul
dari permukaan. Sisa cahaya bergerak melalui permukaan dan masuk ke dalam air,
membentuk sinar yang mengarah ke bawah. Karena cahaya dapat terlihat Dalam air karena
transparan. Ketika cahaya bertemu permukaan (atau antarmuka) yang dapat memisahkan dua
media berkas cahaya disebut pembiasan cahaya. Kecuali jika berkas cahaya datang tegak
lurus menuju permukaan, refraksi mengubah arah perjalanan cahaya. Untuk alasan ini, balok
dikatakan "bengkok" oleh pembiasan atau biasa disebut dipantulkan. Refleksi dan refraksi
diatur oleh dua hukum: Hukum refleksi: Sebuah sinar yang dipantulkan terletak pada bidang
datang dan memiliki sudut refleksi yang sama dengan sudut datang (baik relatif terhadap
sinar maupun mal) dan Hukum refraksi: Sinar yang dibiaskan terletak pada bidang datang
dan memiliki sudut bias θ2 yang berhubungan dengan sudut datang θ1. (Walker, 2011).
Saat cahaya berpindah dari satu media transparan ke media transparan lainnya, ia
dibiaskan karena kecepatan cahaya berbeda di antara kedua media. Indeks bias, 𝑛, dari
sebuah medium didefinisikan sebagai
rasio 𝑐/𝑣;
Seberkas cahaya datang pada salah satu permukaan sisi prisma (n2) tang terletak di
udara (n1), Prisma memiliki sudut puncak atau sudut pembias (β). Mula-mula sinar dating
dari udara memasuki prisma dari sebelah kiri. Sinar dibiaskan mendekati garis normal N1.
Didalam prisma sinar merambat menuju sisi kanan prisma. Di sisi kanan prisma, sinar ini
mengalami pembiasan lagi ke udara. Pada pembiasan kedua, sinar dating dari medium rapat
(prisma) ke medium renggang (udara) sehingga sinar dibiaskan menjauhi garis normal N2.
Jika sinar dating pada permukaan pertama prisma dan sinar bias pada permukaan kedua
prisma diperpanjang kedalam prisma, maka kedua garis ini dikena sebagai sudut deviasi
pris,a, dengan simbol δ. Jadi sudut deviaso prisma didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk
oleh perpanjangan sinar dating pan perpanjangan sinar bias. (Ruwanto, 2007)
Sebuah Prisma memsisahkan cahaya putih menjadi Pelangi berwarna warni. Hal ini
terjadi karena indeks biasmateri bergantung pada Panjang gelombang. Cahaya putih
merupakan campuran dari semua Panjang gelombang yang tampak, dan Ketika menembus
prisma, Panjang-panjang gelombang yang berbeda akan dibelokkan dengan derajat yang
berbeda-beda. Karena indeks bias lebih besar untuk Panjang gelombang yang lebih pendek,
cahaya ungu dibelokkan paling jauh dan merah paling sedikit. Penyebaran cahaya putih
menjadi spektrum ini disebut dispersi (Giancoli, 1998).
Cahaya datang yang dilewatkan pada prisma kemudian dibiaskan semakin dekat ke
garis normal. Hal ini disebakan karena indeks bias yang dimiliki oleh prisma nilainya lebih
besar dibandingkan nilai indeks bias pada udara. Saat cahaya keluar dari prisma, cahaya
tersebut akan dibiaskan semakin jauh dari garis normal. Garis normal yang dimaksud
merupakan garis tegak lurus pada bidang permukaan prisma. Sudut yang dimiliki antara sinar
yang datang atau masuk ke prisma dan sinar yang meninggalkan prisma merupakan sudut
deviasi sama seperti yang dijelaskan sebelumnya. Sudut deviasi dapat diilustrasikan sebagai
berikut.
Sudut betha pada segitiga POD merupakan sudut deviasi yang dimaksud. Dengan sinar AB
sebagai sinar datang dan sinar CD sebagai sinar pergi (Sani, 2016).
BAB II
METODOLOGI
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum indeks bias prisma adalah lampu,
celah sempit, pemegang filter, lensa, sebuah prisma, filter monokromatik, penggaris atau meteran,
layar.
b (cm) 𝝓 a (cm)
(Sudut Prisma)
Merah Hijau Biru
25 45° 12 11.2 10.6
6 10.6 11.7
9 12.2 12.1
20 45° 9.4 9.1 8
7.5 4 6.1
6 6.7 5.5
15 45° 6.2 7.2 7.5
5.3 7.7 7.4
6.6 6.4 10
3.2 Perhitungan
1
𝑠𝑖𝑛 ( 25.6410058 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 25.6410058° n1= 1 = 1.510777807
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 13.495733+ 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 13.495733° n2 = 1 = 1.276743943
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 19.7988764 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 19.7988764° n3 = 1 = 1.400161257
sin 45
2
𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin = (𝑎2+𝑏2) ∆n = √ = 0.117075
𝑛−1
∆n
Δδmin1 = 0.1053316° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 8.387115%
Δδmin3 = 0.11260623°
1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 0.8 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2
1
𝑠𝑖𝑛 (24.1323796 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 24.1323796° n1= 1 = 1.482577676
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 22.9769445 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 22.9769445° n2 = 1 = 1.460805577
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 26.0123759 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 26.0123759° n3 = 1 = 1.5176797
sin 45
2
𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin = (𝑎2+𝑏2) ∆n = √ = 0.028696
𝑛−1
∆n
Δδmin1 = 0.0343895° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 1.92978%
Δδmin3 = 0.0339957°
3.2.3 Data, b= 25 cm, 𝝓= 45°, filter= biru
1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 0.77 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 22.9769445 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 22.9769445° n1= 1 = 1.460805577
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 25.079594+ 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 25.079594° n2 = 1 = 1.500313897
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 25.8269821 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 25.8269821° n3 = 1 = 1.514236155
sin 45
2
𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.027718
𝑛−1
∆n
Δδmin1 = 0.03352316° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 1.85801%
Δδmin3 = 0.03301569°
3.2.4 Data, b= 20 cm, 𝝓= 45°, filter= merah
1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 1.7 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 25.1735245 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 25.1735245° n1= 1 = 1.502067142
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 20.5560452 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 20.5560452° n2 = 1 = 1.414709135
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 16.6992442 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 16.6992442° n3 = 1 = 1.339975939
sin 45
2
𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.081128
𝑛−1
∆n
Δδmin1 = 0.0794052° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 5.717563%
Δδmin3 = 0.08504207°
3.2.5 Data, b= 20 cm, 𝝓= 45°, filter= biru
1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 2.55 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
𝑛̅= 2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 24.4655351 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 24.4655351° n1= 1 = 1.488827495
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 11.3099325 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 11.3099325° n2 = 1 = 1.23302418
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 18.5208495 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 18.5208495° n3 = 1 = 1.375467524
sin 45
2
𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.128177
𝑛−1
∆n
Δδmin1 = 0.11511651° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 9.384935%
Δδmin3 = 0.12223112°
3.2.6 Data, b= 20 cm, 𝝓= 45°, filter = hijau
1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 1.3 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 21.8014095 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 21.8014095° n1= 1 = 1.438502329
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 16.9617059 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 16.9617059° n2 = 1 = 1.34511075
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 15.3762512 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 15.3762512° n3 = 1 = 1.313986379
sin 45
2
𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.064801
𝑛−1
∆n
Δδmin1 = 0.06487578° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 4.744307%
Δδmin3 = 0.06705953°
3.2.7 Data, b= 15 cm, 𝝓= 45°, filter= merah
1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 0.665 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 22.456939+ 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 22.456939° n1= 1 = 1.450958413
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 11.3099325 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 19.4600124° n2 = 1 = 1.39363065
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 23.7494945 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 23.7494945° n3 = 1 = 1.475379484
sin 45
2
𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin = (𝑎2+𝑏2) ∆n = √ = 2.91417
𝑛−1
∆n
Δδmin1 = 0.06487578° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 2.91417%
Δδmin3 = 0.06705953°
3.2.8 Data, b= 15 cm, 𝝓= 45°, filter = hijau
1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 0.665 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 25.6410058 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 25.6410058° n1= 1 = 1.510777807
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 27.1729411 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 27.1729411° n2 = 1 = 1.53914567
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 (23.1063269 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 23.1063269° n3 = 1 = 1.46325098
sin 45
2
𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.038348
𝑛−1
∆n
Δδmin1 = 0.04853402° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 2.54908%
Δδmin3 = 0.04901548°
3.2.9 Data, b= 15 cm, 𝝓= 45°, filter = biru
1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan
𝑏
∆a = √ = 1.47 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 26.5650512 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 26.5650512° n1= 1 = 1.527921606
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 ( 26.2586596 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 26.2586596° n2 = 1 = 1.522248082
sin 45
2
1
𝑠𝑖𝑛 (33.6900675 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 33.6900675° n3 = 1 = 1.522248082
sin 45
2
𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.076037
𝑛−1
∆n
Δδmin1 = 0.09189824° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 4.84634%
Δδmin3 = 0.08337348°
3.3 PEMBAHASAN
Pada percobaan praktikum medan magnet ini diperlukan peralatan dan bahan-bahan.
Alat dan bahan pun memiliki fungsi dan tujuan sendiri untuk percobaan ini. Digunakan
beberapa alat pada percobaan dengan fungsinya masing-masing. Fungsi alat pada praktikum
indeks bias prisma ini diantara lain lampu sebagai penghasil cahaya, filter mohokhromatik
yang berfungsi sebagai filter cahaya putih agar didapatkan cahaya monkromatik yang
diantaranya adalah merah, hijau, dan biru, lalu prisma yang berfungsi sebagai alat untuk
diubahnya arah cahaya, celah sempit yang berfungsi sebagai alat untuk diselipkannya filter
monokhromatik, pengaris yang berfungsi untuk diukurnya panjang bayangan, layar yang
berfungsi untuk dijadikannya pantulan terakhir cahaya, dan lensa cembung yang berfungsi
sebagai alat untuk difokuskannya cahaya yang berasal dari lampu.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu alat disusun yang terdiri dari lampu, lensa
cembung, celah sempit, filter, prisma dan layar. Lalu setelah disusun pastikan ruang
percobaan gelap agar titik bias nya dapat terlihat dengan jelas, sedangkan lampu untuk
percobaan dinyalakan agar bayangan yang terlihat lebih jelas. Pengambilan data dilakukan
sebanyak tiga kali untuk masing-masing filter dengan jarak b (jarak antara layer dengan
prisma) tertentu. Setelah didapatkan bayangan paling fokus dan jarak antara b yang kanan
dengan b yang kiri sudah sama panjang dilakukan pengambilan data. Selanjutnya prisma
hingga didapatkan panjang antar a kanan dan a kiri sama. Perhitungan dilakukan sebanyak
sembilan kali perhitungan tiga kali untuk tiap filter monokhromatik agar didapatkan
perngukuran berulang untuk variasi data dan kepastian nilainya. Ketika pembiasan menjauhi
sempurna akan tampak buram pada layar, sehingga prisma perlu diputar-putar agar didapat
yang paling terang.
Seberkas cahaya datang pada salah satu permukaan sisi prisma (n2) tang terletak di
udara (n1), Prisma memiliki sudut puncak atau sudut pembias (β). Mula-mula sinar dating
dari udara memasuki prisma dari sebelah kiri. Sinar dibiaskan mendekati garis normal N1.
Didalam prisma sinar merambat menuju sisi kanan prisma. Di sisi kanan prisma, sinar ini
mengalami pembiasan lagi ke udara. Pada pembiasan kedua, sinar dating dari medium rapat
(prisma) ke medium renggang (udara) sehingga sinar dibiaskan menjauhi garis normal N2.
Jika sinar dating pada permukaan pertama prisma dan sinar bias pada permukaan kedua
prisma diperpanjang kedalam prisma, maka kedua garis ini dikena sebagai sudut deviasi
pris,a, dengan simbol δ. Jadi sudut deviaso prisma didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk
oleh perpanjangan sinar dating pan perpanjangan sinar bias.
Hubungan indeks bias dengan Panjang gelombang adalah semakin besarnya sudut
bias pada cahaya di prisma maka Panjang gelombang tersebut semakin kecil dan sebaliknya
semakin kecil sudut bias cahaya pada prisma maka Panjang gelombang cahaya tersebut akan
semakin besar. Salah saktu bukti yang paling mudah dan dapat ditemui adalah pada pelangi.
Warna Pelangi yang pertama atau yang paling atas adalah merah. Dan gelombang atau
diameter terluar warna Pelangi adalah yang terbesar. Oleh karena itu warna merah adalah
warna yang paling terang sekaligus memiliki gelombang yang paling Panjang.
Salah satu aplikasi indeks bias prisma adalah refraktometer yang fungsinya untuk
diketahuinya indeks refraksi, kerapatan jenis, dan konsentrasi dari suatu larutan. Prinsip
kerjanya yaitu dengan diletakannya larutan atau zat pada ujung refraktor lalu cahaya yang
masuk akan di pantulkan ke belakang refraktor yang berfungsi sebagai celah untuk dilihatnya
kerapatan dan konsentrasi pada larutan tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah dilaksanakannya praktikum kali ini dapat ditentukannya indeks bias prisma dan
ketergantungannya pada panjang gelombang oleh praktikan dibuktikan dengan data yang diperoleh
yang dimiliki nilai keakuratan yang tinggi dan penjelasan dari hasil serta didukung oleh dasar teori
yang relevan. Hubungan indeks bias dengan Panjang gelombang adalah semakin besarnya sudut bias
pada cahaya di prisma maka Panjang gelombang tersebut semakin kecil dan sebaliknya semakin
kecil sudut bias cahaya pada prisma maka Panjang gelombang cahaya tersebut akan semakin besar.
4.2 SARAN
Untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti dan lebih sabar lagi dalam melakukan praktikum
percobaan. Alat ukur sebaiknya dicek terlebih dulu apakah masih layak pakai atau tidak. Karena
praktikum pada kali ini dilakukan secara online, terjadi kendala soal video praktikum yang terlalu
cepat durasinya sehingga penjelasan yang didapat kurang, mungkin untuk percobaan berikutnya
penjelasan di dalam video bisa di perjelas lagi
DAFTAR PUSAKA
Sani, Ridwan A. 2016. Demonstrasi dan Eksperimen Fisika. Jakarta: PT Bumi Aksara Group
Serway, Raymond A. 2012. College Physics 9th Edition. Boston: Brooks/Cole Cengage Learning
Walker, J. 2011. Fundamental of Physics 9th Edition. USA: John Wiley & Sons
LAMPIRAN
1. Dasar Teori
2. Terangkan mengapa nilai n tidak sama untuk setiap warna. Apa kesimpulan Saudara?
Jawaban
1. Warna filter monokhromatik mempengaruhi nilai n pada Indeks bias. Nilai n terkecil ada pada
filter berwarna merah, dan nilai n terbesar ada pada filter berwarna biru, sedangkan filter warna hijau
memiliki nilai n diantara filter merah, dan biru.
2. Karena saat melewati prisma, frekuensi gelombang tidak berubah namun kecepatan dan panjang
gelombangnya berubah. Panjang gelombang cahaya untuk setiap warna berbeda. Panjang
gelombang suatu warna cahaya tertentu terhadap medium yang dilaluinya. Karena 𝑛 ≥ 1, panjang
gelombang cahaya dalam suatu medium selalu lebih kecil daripada panjang gelombangnya di udara
dan untuk 𝑛 = 1, λ𝑛 = λ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎. Cahaya merah memiliki sudut deviasi terkecil dan cahaya ungu
memiliki sudut deviasi terbesar.