Laporan 06 Muhammadrafiffaisal Op4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(INDEKS BIAS PRISMA)

PERCOBAAN – LM4

Nama : Muhammad Rafif Faisal

NIM : 205090800111003

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok : 06

Tgl.Praktikum : 22 Maret 2021

Nama Asisten : Pebriyanti Dwi Marizky

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(INDEKS BIAS PRISMA)

Nama : Muhammad Rafif Faisal

NIM : 205090800111003

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok : 06

Tgl. Praktikum : 22 Maret 2021

Nama Asisten : Pebriyanti Dwi Marizky

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN

Setelah dilakukannya percobaan praktikum topik indeks bias prisma, diharapkan


indek bias prisma dapat ditentukan oleh praktikan. Serta dapat dijelaskannya ketergantungan
indek bias pada panjang gelombang oleh praktikan. oleh peserta praktikum Fisika Dasar.

1.2 DASAR TEORI

Gelombang cahaya yang bergerak dalam garis lurus. Seberkas cahaya sempit (sinar
datang), miring membentuk sudut lalu bertemu dengan permukaan air datar (datar). Sebagian
cahaya dipantulkan oleh permukaan air, bergerak seolah-olah cahaya asli telah memantul
dari permukaan. Sisa cahaya bergerak melalui permukaan dan masuk ke dalam air,
membentuk sinar yang mengarah ke bawah. Karena cahaya dapat terlihat Dalam air karena
transparan. Ketika cahaya bertemu permukaan (atau antarmuka) yang dapat memisahkan dua
media berkas cahaya disebut pembiasan cahaya. Kecuali jika berkas cahaya datang tegak
lurus menuju permukaan, refraksi mengubah arah perjalanan cahaya. Untuk alasan ini, balok
dikatakan "bengkok" oleh pembiasan atau biasa disebut dipantulkan. Refleksi dan refraksi
diatur oleh dua hukum: Hukum refleksi: Sebuah sinar yang dipantulkan terletak pada bidang
datang dan memiliki sudut refleksi yang sama dengan sudut datang (baik relatif terhadap
sinar maupun mal) dan Hukum refraksi: Sinar yang dibiaskan terletak pada bidang datang
dan memiliki sudut bias θ2 yang berhubungan dengan sudut datang θ1. (Walker, 2011).

Saat cahaya berpindah dari satu media transparan ke media transparan lainnya, ia
dibiaskan karena kecepatan cahaya berbeda di antara kedua media. Indeks bias, 𝑛, dari
sebuah medium didefinisikan sebagai

rasio 𝑐/𝑣;

𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑚𝑝𝑎 𝑐


𝑛= =
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑣
Dari definisi ini, kita melihat bahwa indeks bias adalah bilangan tak berdimensi yang
lebih besar dari atau sama dengan 1 karena 𝑣 selalu lebih kecil dari 𝑐. Selanjutnya, 𝑛 adalah
setara pada ruang hampa. Tabel 22.1 mencantumkan indeks refraksi untuk berbagai zat. Saat
cahaya bergerak dari satu medium ke medium lain, frekuensinya tidak berubah (Serway,
2012).

Gambar 1.1 Pembiasan Cahaya Pada Prisma

Seberkas cahaya datang pada salah satu permukaan sisi prisma (n2) tang terletak di
udara (n1), Prisma memiliki sudut puncak atau sudut pembias (β). Mula-mula sinar dating
dari udara memasuki prisma dari sebelah kiri. Sinar dibiaskan mendekati garis normal N1.
Didalam prisma sinar merambat menuju sisi kanan prisma. Di sisi kanan prisma, sinar ini
mengalami pembiasan lagi ke udara. Pada pembiasan kedua, sinar dating dari medium rapat
(prisma) ke medium renggang (udara) sehingga sinar dibiaskan menjauhi garis normal N2.
Jika sinar dating pada permukaan pertama prisma dan sinar bias pada permukaan kedua
prisma diperpanjang kedalam prisma, maka kedua garis ini dikena sebagai sudut deviasi
pris,a, dengan simbol δ. Jadi sudut deviaso prisma didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk
oleh perpanjangan sinar dating pan perpanjangan sinar bias. (Ruwanto, 2007)

Sebuah Prisma memsisahkan cahaya putih menjadi Pelangi berwarna warni. Hal ini
terjadi karena indeks biasmateri bergantung pada Panjang gelombang. Cahaya putih
merupakan campuran dari semua Panjang gelombang yang tampak, dan Ketika menembus
prisma, Panjang-panjang gelombang yang berbeda akan dibelokkan dengan derajat yang
berbeda-beda. Karena indeks bias lebih besar untuk Panjang gelombang yang lebih pendek,
cahaya ungu dibelokkan paling jauh dan merah paling sedikit. Penyebaran cahaya putih
menjadi spektrum ini disebut dispersi (Giancoli, 1998).
Cahaya datang yang dilewatkan pada prisma kemudian dibiaskan semakin dekat ke
garis normal. Hal ini disebakan karena indeks bias yang dimiliki oleh prisma nilainya lebih
besar dibandingkan nilai indeks bias pada udara. Saat cahaya keluar dari prisma, cahaya
tersebut akan dibiaskan semakin jauh dari garis normal. Garis normal yang dimaksud
merupakan garis tegak lurus pada bidang permukaan prisma. Sudut yang dimiliki antara sinar
yang datang atau masuk ke prisma dan sinar yang meninggalkan prisma merupakan sudut
deviasi sama seperti yang dijelaskan sebelumnya. Sudut deviasi dapat diilustrasikan sebagai
berikut.

Gambar 1.2 Sudut Datang dan Sudut Bias Pada Prisma

Sudut betha pada segitiga POD merupakan sudut deviasi yang dimaksud. Dengan sinar AB
sebagai sinar datang dan sinar CD sebagai sinar pergi (Sani, 2016).
BAB II

METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum indeks bias prisma adalah lampu,
celah sempit, pemegang filter, lensa, sebuah prisma, filter monokromatik, penggaris atau meteran,
layar.

2.2 TATA LASANA PERCOBAAN

Peralatan disusun sesuai dengan gambar di diktat

Lampu dinyalakan dan dicari bayangan yang paling jelas pada


layer dan diberi titik A

Filter merah dan prisma dipasangkan

Cari posisi bayangan yang paling jelas dan berilah tanda B

Ukurlah jarak titik AB sebanyak tiga kali

Ulangi percobaan dengan jarak ke layar yang berbeda


sebanyak tiga kali

Langkah 3 sampai 6 diulangi untuk filter monokhromatik hijau


dan biru
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 DATA HASIL PERCOBAAN

b (cm) 𝝓 a (cm)
(Sudut Prisma)
Merah Hijau Biru
25 45° 12 11.2 10.6
6 10.6 11.7
9 12.2 12.1
20 45° 9.4 9.1 8
7.5 4 6.1
6 6.7 5.5
15 45° 6.2 7.2 7.5
5.3 7.7 7.4
6.6 6.4 10

3.2 Perhitungan

3.2.1 Data, b= 25 cm, 𝝓= 45°, filter= merah

ā=9 ∆a=3 ∆b=0.5

No. a (cm) b (cm) n ∆n kr


𝜹min (°) ∆𝜹min(°)
1 12 25 25.6410058 0.1053316 1.510777807
2 6 25 13.4957333 0.11800303 1.276743943 0.117075 8.387115
3 9 25 19.7988764 0.11260623 1.400161257
1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ =3 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 25.6410058 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 25.6410058° n1= 1 = 1.510777807
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 13.495733+ 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 13.495733° n2 = 1 = 1.276743943
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 19.7988764 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 19.7988764° n3 = 1 = 1.400161257
sin 45
2
𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin = (𝑎2+𝑏2) ∆n = √ = 0.117075
𝑛−1

∆n
Δδmin1 = 0.1053316° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 8.387115%

Δδmin2 = 0.11800303° n=𝑛


̅ ±∆n = 1.395894336 ± 0.117075

Δδmin3 = 0.11260623°

3.2.2 Data, b= 25 cm, 𝝓= 45°, filter= hijau

ā= 11.3333333 ∆a= 0.808290377 ∆b= 0.5

No. a (cm) b (cm) 𝜹min(°) ∆𝜹min(°) n ∆n Kr

1 11.2 25 24.1323796 0.0343895 1.482577676


2 10.6 25 22.9769445 0.03459268 1.460805577 0.028696 1.92978
3 12.2 25 26.0123759 0.03399573 1.5176797

1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 0.8 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2

1
𝑠𝑖𝑛 (24.1323796 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 24.1323796° n1= 1 = 1.482577676
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 22.9769445 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 22.9769445° n2 = 1 = 1.460805577
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 26.0123759 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 26.0123759° n3 = 1 = 1.5176797
sin 45
2

𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin = (𝑎2+𝑏2) ∆n = √ = 0.028696
𝑛−1

∆n
Δδmin1 = 0.0343895° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 1.92978%

Δδmin2 = 0.03459268° n=𝑛


̅ ±∆n = 1.487020985±0.028696

Δδmin3 = 0.0339957°
3.2.3 Data, b= 25 cm, 𝝓= 45°, filter= biru

ā=11.46666667 ∆a=0.776745347 ∆b= 0.5

No. a (cm) b (cm) 𝜹min(°) ∆𝜹min(°) n ∆n Kr

1 10.6 25 22.9769445 0.03352316 1.460805577


2 11.7 25 25.079594 0.03316572 1.500313897 0.027718 1.85801
3 12.1 25 25.8269821 0.03301569 1.514236155

1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 0.77 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 22.9769445 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 22.9769445° n1= 1 = 1.460805577
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 25.079594+ 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 25.079594° n2 = 1 = 1.500313897
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 25.8269821 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 25.8269821° n3 = 1 = 1.514236155
sin 45
2

𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.027718
𝑛−1

∆n
Δδmin1 = 0.03352316° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 1.85801%

Δδmin2 = 0.03316572° n=𝑛


̅ ±∆n = 1.49178521±0.027718

Δδmin3 = 0.03301569°
3.2.4 Data, b= 20 cm, 𝝓= 45°, filter= merah

ā=7.633333333 ∆a=1.703917056 ∆b=0.5

No. a (cm) b (cm) 𝜹min(°) ∆𝜹min(°) n ∆n Kr

1 9.4 20 25.1735245 0.07940524 1.502067142


2 7.5 20 20.5560452 0.08291143 1.414709135 0.081128 5.717563
3 6 20 16.6992442 0.08504207 1.339975939

1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 1.7 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 25.1735245 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 25.1735245° n1= 1 = 1.502067142
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 20.5560452 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 20.5560452° n2 = 1 = 1.414709135
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 16.6992442 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 16.6992442° n3 = 1 = 1.339975939
sin 45
2

𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.081128
𝑛−1

∆n
Δδmin1 = 0.0794052° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 5.717563%

Δδmin2 = 0.08291143° n=𝑛


̅ ±∆n = 1.418917406±0.081128

Δδmin3 = 0.08504207°
3.2.5 Data, b= 20 cm, 𝝓= 45°, filter= biru

ā=6.6 ∆a=2.551470164 ∆b=0.5

No. a (cm) b (cm) 𝜹min(°) ∆𝜹min(°) n ∆n Kr

1 9.1 20 24.4655351 0.11511651 1.488827495


2 4 20 11.3099325 0.12747453 1.23302418 0.128177 9.384935
3 6.7 20 18.5208495 0.12223112 1.375467524

1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 2.55 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
𝑛̅= 2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 24.4655351 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 24.4655351° n1= 1 = 1.488827495
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 11.3099325 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 11.3099325° n2 = 1 = 1.23302418
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 18.5208495 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 18.5208495° n3 = 1 = 1.375467524
sin 45
2

𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.128177
𝑛−1

∆n
Δδmin1 = 0.11511651° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 9.384935%

Δδmin2 = 0.12747453° n=𝑛


̅ ±∆n = 1.365773066±0.128177

Δδmin3 = 0.12223112°
3.2.6 Data, b= 20 cm, 𝝓= 45°, filter = hijau

ā=6.533333333 ∆a=1.30511813 ∆b=0.5

No. a (cm) b (cm) 𝜹min(°) ∆𝜹min(°) n ∆n Kr

1 8 20 21.8014095 0.06487578 1.438502329


2 6.1 20 16.9617059 0.06667817 1.34511075 0.064801 4.744307
3 5.5 20 15.3762512 0.06705953 1.313986379

1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 1.3 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 21.8014095 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 21.8014095° n1= 1 = 1.438502329
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 16.9617059 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 16.9617059° n2 = 1 = 1.34511075
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 15.3762512 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 15.3762512° n3 = 1 = 1.313986379
sin 45
2

𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.064801
𝑛−1

∆n
Δδmin1 = 0.06487578° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 4.744307%

Δδmin2 = 0.06667817° n=𝑛


̅ ±∆n = 1.365866486±0.064801

Δδmin3 = 0.06705953°
3.2.7 Data, b= 15 cm, 𝝓= 45°, filter= merah

ā=6.033333333 ∆a=0.665832812 ∆b=0.5

No. a (cm) b (cm) 𝜹min(°) ∆𝜹min(°) n ∆n Kr

1 6.2 15 22.456939 0.04967921 1.450958413


2 5.3 15 19.4600124 0.0499328 1.39363065 0.041964 2.91417
3 6.6 15 23.7494945 0.04947681 1.475379484

1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 0.665 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 22.456939+ 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 22.456939° n1= 1 = 1.450958413
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 11.3099325 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 19.4600124° n2 = 1 = 1.39363065
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 23.7494945 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 23.7494945° n3 = 1 = 1.475379484
sin 45
2

𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin = (𝑎2+𝑏2) ∆n = √ = 2.91417
𝑛−1

∆n
Δδmin1 = 0.06487578° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 2.91417%

Δδmin2 = 0.06667817° n=𝑛


̅ ±∆n = 1.439989516±2.91417

Δδmin3 = 0.06705953°
3.2.8 Data, b= 15 cm, 𝝓= 45°, filter = hijau

ā=7.1 ∆a=0.655743852 ∆b=0.5

No. a (cm) b (cm) 𝜹min(°) ∆𝜹min(°) n ∆n Kr

1 7.2 15 25.6410058 0.04853402 1.510777807


2 7.7 15 27.1729411 0.04814154 1.53914567
0.038348 2.549088
3 15 23.1063269 0.04901548 1.46325098
6.4

1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan 𝑏
∆a = √ = 0.665 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 25.6410058 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 25.6410058° n1= 1 = 1.510777807
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 27.1729411 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 27.1729411° n2 = 1 = 1.53914567
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 (23.1063269 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 23.1063269° n3 = 1 = 1.46325098
sin 45
2

𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.038348
𝑛−1

∆n
Δδmin1 = 0.04853402° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 2.54908%

Δδmin2 = 0.04814154° n=𝑛


̅ ±∆n = 1.504391486±0.038348

Δδmin3 = 0.04901548°
3.2.9 Data, b= 15 cm, 𝝓= 45°, filter = biru

ā=8.3 ∆a=1.473091986 ∆b=0.5

No. a (cm) b (cm) 𝜹min(°) ∆𝜹min(°) n ∆n Kr

1 7.5 15 26.5650512 0.09189824 1.527921606


2 7.4 15 26.2586596 0.09220896 1.522248082 0.076037 4.84634
3 10 15 33.6900675 0.08337348 1.522248082

1
𝑎 Σ(a − a̅ )2 𝑠𝑖𝑛 (δmin + ϕ)
δmin = arctan
𝑏
∆a = √ = 1.47 n = 2
1
𝑛−1 sin ϕ
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 26.5650512 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 1 = 26.5650512° n1= 1 = 1.527921606
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 ( 26.2586596 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 2 = 26.2586596° n2 = 1 = 1.522248082
sin 45
2

1
𝑠𝑖𝑛 (33.6900675 + 45)
2
𝛿𝑚𝑖𝑛 3 = 33.6900675° n3 = 1 = 1.522248082
sin 45
2

𝑎 Σ(n −𝑛̅ )2
Δδmin =
(𝑎 2+𝑏 2)
∆n = √ = 0.076037
𝑛−1

∆n
Δδmin1 = 0.09189824° 𝐾𝑟 = 𝑛̅
𝑥 100% = 4.84634%

Δδmin2 = 0.09220896° n=𝑛


̅ ±∆n = 1.568954179±0.076037

Δδmin3 = 0.08337348°

3.3 PEMBAHASAN

3.3.1 Analisa Prosedur

3.3.1.1 Fungsi Alat

Pada percobaan praktikum medan magnet ini diperlukan peralatan dan bahan-bahan.
Alat dan bahan pun memiliki fungsi dan tujuan sendiri untuk percobaan ini. Digunakan
beberapa alat pada percobaan dengan fungsinya masing-masing. Fungsi alat pada praktikum
indeks bias prisma ini diantara lain lampu sebagai penghasil cahaya, filter mohokhromatik
yang berfungsi sebagai filter cahaya putih agar didapatkan cahaya monkromatik yang
diantaranya adalah merah, hijau, dan biru, lalu prisma yang berfungsi sebagai alat untuk
diubahnya arah cahaya, celah sempit yang berfungsi sebagai alat untuk diselipkannya filter
monokhromatik, pengaris yang berfungsi untuk diukurnya panjang bayangan, layar yang
berfungsi untuk dijadikannya pantulan terakhir cahaya, dan lensa cembung yang berfungsi
sebagai alat untuk difokuskannya cahaya yang berasal dari lampu.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan

Langkah pertama yang dilakukan yaitu alat disusun yang terdiri dari lampu, lensa
cembung, celah sempit, filter, prisma dan layar. Lalu setelah disusun pastikan ruang
percobaan gelap agar titik bias nya dapat terlihat dengan jelas, sedangkan lampu untuk
percobaan dinyalakan agar bayangan yang terlihat lebih jelas. Pengambilan data dilakukan
sebanyak tiga kali untuk masing-masing filter dengan jarak b (jarak antara layer dengan
prisma) tertentu. Setelah didapatkan bayangan paling fokus dan jarak antara b yang kanan
dengan b yang kiri sudah sama panjang dilakukan pengambilan data. Selanjutnya prisma
hingga didapatkan panjang antar a kanan dan a kiri sama. Perhitungan dilakukan sebanyak
sembilan kali perhitungan tiga kali untuk tiap filter monokhromatik agar didapatkan
perngukuran berulang untuk variasi data dan kepastian nilainya. Ketika pembiasan menjauhi
sempurna akan tampak buram pada layar, sehingga prisma perlu diputar-putar agar didapat
yang paling terang.

3.3.2 Analisa Hasil

Setelah dilaksanakannya praktikum didapatkan data hasil percobaan yang telah


dihitung di bab sebelumnya. Dari data hasil perhitungan, didapatkan hasil yang berbeda pada
ketiga warna filter monokromatik pada jarak antara prisma dan layar yang berbeda yaitu
25cm, 20cm, dan 15cm. Pada sudut hasil pembiasan di warna filter pada jarak 25cm
didapatkan besar sudut rata-rata pada warna filter merah hijau biru berturut-turut adalah 19.6,
24.4, dan 24.6 derajat. Pada jarak 20 cm dari layar didapatkan besar sudut rata-rata pada
warna filter merah hijau biru berturut-turut adalah 20.8, 18.1, dan 18 derajat. Pada jarak 15
cm dari layar didapatkan besar sudut rata-rata pada warna filter merah hijau biru berturut-
turut adalah 21.9, 25.3, dan 28.8 derajat. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa semakin
besar nilai jarak antar titik biasnya, maka nilai sudut hasil pembiasannya besar pula. Lalu
untuk perubahan nilai pembiasaan, pada filter merah dan hijau didapat nilai rata-rata sekitar
0,01 derajat, sedangkan biru didapatkan nilai rata-rata sebesar 0,2 derajat. Nilainya
cenderung semakin kecil apabila jaraknya semakin besar berbanding terbalik dengan hasil
pembiasan Sedangkan untuk nilai indeks bias (n), sama seperti nilai sudut hasil pembiasan.
Dimana semakin besar nilai jarak antar titik biasnya, maka nilai indeks biasnya besar pula.
Nilai Kr dari setiap filter dibawah 1% semua sehingga data yang didapatkan dapat dipercaya
keakuratannya.

Gambar 3.1 Pembiasan Cahaya Pada Prisma

Seberkas cahaya datang pada salah satu permukaan sisi prisma (n2) tang terletak di
udara (n1), Prisma memiliki sudut puncak atau sudut pembias (β). Mula-mula sinar dating
dari udara memasuki prisma dari sebelah kiri. Sinar dibiaskan mendekati garis normal N1.
Didalam prisma sinar merambat menuju sisi kanan prisma. Di sisi kanan prisma, sinar ini
mengalami pembiasan lagi ke udara. Pada pembiasan kedua, sinar dating dari medium rapat
(prisma) ke medium renggang (udara) sehingga sinar dibiaskan menjauhi garis normal N2.
Jika sinar dating pada permukaan pertama prisma dan sinar bias pada permukaan kedua
prisma diperpanjang kedalam prisma, maka kedua garis ini dikena sebagai sudut deviasi
pris,a, dengan simbol δ. Jadi sudut deviaso prisma didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk
oleh perpanjangan sinar dating pan perpanjangan sinar bias.

Hubungan indeks bias dengan Panjang gelombang adalah semakin besarnya sudut
bias pada cahaya di prisma maka Panjang gelombang tersebut semakin kecil dan sebaliknya
semakin kecil sudut bias cahaya pada prisma maka Panjang gelombang cahaya tersebut akan
semakin besar. Salah saktu bukti yang paling mudah dan dapat ditemui adalah pada pelangi.
Warna Pelangi yang pertama atau yang paling atas adalah merah. Dan gelombang atau
diameter terluar warna Pelangi adalah yang terbesar. Oleh karena itu warna merah adalah
warna yang paling terang sekaligus memiliki gelombang yang paling Panjang.

Salah satu aplikasi indeks bias prisma adalah refraktometer yang fungsinya untuk
diketahuinya indeks refraksi, kerapatan jenis, dan konsentrasi dari suatu larutan. Prinsip
kerjanya yaitu dengan diletakannya larutan atau zat pada ujung refraktor lalu cahaya yang
masuk akan di pantulkan ke belakang refraktor yang berfungsi sebagai celah untuk dilihatnya
kerapatan dan konsentrasi pada larutan tersebut.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setelah dilaksanakannya praktikum kali ini dapat ditentukannya indeks bias prisma dan
ketergantungannya pada panjang gelombang oleh praktikan dibuktikan dengan data yang diperoleh
yang dimiliki nilai keakuratan yang tinggi dan penjelasan dari hasil serta didukung oleh dasar teori
yang relevan. Hubungan indeks bias dengan Panjang gelombang adalah semakin besarnya sudut bias
pada cahaya di prisma maka Panjang gelombang tersebut semakin kecil dan sebaliknya semakin
kecil sudut bias cahaya pada prisma maka Panjang gelombang cahaya tersebut akan semakin besar.

4.2 SARAN

Untuk praktikan selanjutnya agar lebih teliti dan lebih sabar lagi dalam melakukan praktikum
percobaan. Alat ukur sebaiknya dicek terlebih dulu apakah masih layak pakai atau tidak. Karena
praktikum pada kali ini dilakukan secara online, terjadi kendala soal video praktikum yang terlalu
cepat durasinya sehingga penjelasan yang didapat kurang, mungkin untuk percobaan berikutnya
penjelasan di dalam video bisa di perjelas lagi
DAFTAR PUSAKA

Giancoli, D.C. 1998. Fisika Jilid 2 Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Ruwanto, Bambang. 2007. Asas-Asas Fisika. Bogor: Yudhistira

Sani, Ridwan A. 2016. Demonstrasi dan Eksperimen Fisika. Jakarta: PT Bumi Aksara Group

Serway, Raymond A. 2012. College Physics 9th Edition. Boston: Brooks/Cole Cengage Learning

Walker, J. 2011. Fundamental of Physics 9th Edition. USA: John Wiley & Sons
LAMPIRAN
1. Dasar Teori

Gambar 1.1 Dasar Teori (Walker, 2011).

Gambar 1.2 Dasar Teori (Walker, 2011).


Gambar 1.3 Dasar Teori (Walker, 2011)

Gambar 1.4 Dasar Teori (Serway, 2012)


Gambar 1.5 Dasar Teori (Serway, 2012)

Gambar 1.6 (Dasar Teori (Ruwanto, 2007)


Gambar 1.7 (Dasar Teori Giancoli, 1998)

Gambar 1.8 (Dasar Teori Sani, 2016)


2. Lembar DHP

Gambar 2. Lembar DHP

3. Rangkaiat alat percobaan

Gambar 3. Rangkaian Alat Percobaan


4. Post Test

Gambar 4.1 Post Test Halaman 1


Gambar 4.2 Post Test Halaman 2
Tugas Pendahuluan

1. Hitung nilai b minimum dan n untuk setiap warna.

2. Terangkan mengapa nilai n tidak sama untuk setiap warna. Apa kesimpulan Saudara?

Jawaban

1. Warna filter monokhromatik mempengaruhi nilai n pada Indeks bias. Nilai n terkecil ada pada
filter berwarna merah, dan nilai n terbesar ada pada filter berwarna biru, sedangkan filter warna hijau
memiliki nilai n diantara filter merah, dan biru.

2. Karena saat melewati prisma, frekuensi gelombang tidak berubah namun kecepatan dan panjang
gelombangnya berubah. Panjang gelombang cahaya untuk setiap warna berbeda. Panjang
gelombang suatu warna cahaya tertentu terhadap medium yang dilaluinya. Karena 𝑛 ≥ 1, panjang
gelombang cahaya dalam suatu medium selalu lebih kecil daripada panjang gelombangnya di udara
dan untuk 𝑛 = 1, λ𝑛 = λ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎. Cahaya merah memiliki sudut deviasi terkecil dan cahaya ungu
memiliki sudut deviasi terbesar.

Anda mungkin juga menyukai