Laporan Praktikum Penilaian Status Gizi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI


Dosen Pembimbing
Dr. Sunarto Kadir, M.Kes

OLEH
KELOMPOK 2

NASRUDDIN (811418057)
AISHA MELINDA (811418144)
EGA ISTA NENGRUM (811418136)
SARINTAN HIOLA (811418034)
MIFTA HULZANA YUNUS (811418127)
VILDA REVITHA L. MONTU (811418120)
VIONITA MILINIA PIANAUNG (811418043)
FRISILIA LAIYA (811418156)
RAHAYU MA’RUF (811418047)
SITI NUR AIN B HAMID (811418012)
INDAH INDRIYANI UMAR (811418047)
IRMAWATI MAULUDU (811418045)
DESRI NATALIA KUSI (811418148)
YULIANA FATRICIA ARAPA (811418079)
TIARA SEPTIANA MOHAMAD (811418083)

PEMINATAN GIZI
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
PRAKTIKUM I
A. Judul
Pengukuran Konsumsi Makanan Individu Melalui Metode (Food
Frekuency Questionaire / FFQ).
B. Tujuan Praktikum
Agar dapat menggunakan metode Kuesioner Frekuensi Pangan (Food
Frequency Questionaire / FFQ untuk untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu.
C. Dasar Teori
Food Frequency Questionnaire (FFQ) adalah salah satu metode penilaian
konsumsi pangan. Metode FFQ memiliki kekhususan dibanding metode
lainnya.
Metode kuisioner frekuensi pangan (Food FrequencyQuestionaire / FFQ)
merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan dalam survei
konsumsi gizi yang memiliki banyak kelebihan, yaitu cepat, murah, mudah
dilakukan di lapangan dan mampu mendeteksi kebiasaan masyarakat dalam
jangka panjang dalam waktu relatif singkat. Langkah pertama dalam
melakukan FFQ membuat kuisioner frekuensi pangan berdasarkan kebutuhan
zat yang diteliti serta kebiasaan makan masyarakat, sehingga tidak perlu semua
nama makanan masuk kedalamkuisioner namun juga tidak ada nama makanan
yang tidak terekam di kuisioner karena terlewat didata (Teaching, 2021).
Metode FFQ dikenal sebagai metode frekuensi pangan,dimaksudkan untuk
memperoleh informasi pola konsumsi pangan seseorang. untuk itu diperlukan
kuesioner yang terdiri atas dua komponen yaitu daftar jenis pangan dan
frekuensi konsumsi pangan (Riyadi,2004) ada metode ini ditanyakan tentang
frekuensi konsumsi sejumlah makanan jadi atau bahan makanan selama
periode tertentu seperti hari, minggu, bulanatau tahun
A. PRINSIP PENGGUNAAN FFQ
Prinsip umum dalam penggunaan FFQ dan Semi FFQ adalah kekerapan
konsumsi pangan sebagai faktor risiko munculnya kasus gizi salah. Kekerapan
konsumsi pangan inilah yang harus dapat terukur dengan tepat melalui metode
FFQ. Berdasarkan pertimbangan ini maka beberapa prinsip FFQ adalah sebagai
berikut:
1. Studi pendahuluan
2. Daftar makanan dan minuman
3. Kelompok bahan makanan
4. Periode waktu lama
5. Kalibrasi dengan metode lain
6. Mengukur kecenderungan
7. Diagnosis dini (prospektif)
8. Pada individu atau kelompok berisiko
9. Instrumen diujicoba
10. Skor konsumsi pangan
11. Kelompok literasi rendah
12. Interview langsung
a. Studi Pendahuluan
Pengukuran yang sistematis pada metode FFQ maupun semi FFQ
adalah diawali dengan studi pendahuluan. Studi pendahuluan bertujuan
untuk mengidentifikasi bahan makanan yang akan dimasukkan dalam
daftar FFQ maupun Semi FFQ. Daftar bahan makanan disesuaikan dengan
besarnya korelasi dengan risiko paparan konsumsi dan timbulnya penyakit.
Penyakit yang dimaksudkan adalah penyakit yang terbukti berhubungan
dengan risiko gizi salah. Makanan yang tidak ada kaitannya dengan risiko
gizi salah (malnutrition) sebaikan dihapus dalam daftar FFQ maupun semi
FFQ (Shai etal. 2004). Penghapusan beberpa item makanan dalam FFQ
adalah bertujuan untuk efisiensi waktu wawanca dan tepat dalam
interprertasi hasil. Daftar bahan makanan yang terlalu banyak sementara
tidak satupun yang dikonsumsi oleh subjek adalah salah satu sebab
wawancara lama dilakukan. Prinsip kekerapan konsumsi adalah penting
diperhatikan dalam bentuk kesesuaian daftar makanan dengan pilihan
paling populer responden (Rafael A Garcia, Douglas Taren, Nocolette
2000). Cara untuk memastikan satu jenis makanan atau minuman
dimasukkan dalam daftar adalah apabila ia memiliki kekerapan konsumsi
yang tinggi. Skor konsumsi yang tinggi dari hasil studi pendahuluan
dijadikan dasar dalam penentuan makanan terpilih. Tidak ada ketetapan
baku ambang batas skor konsumsi. Hal ini diserahkan kepada peneliti
untuk menentukan skor terendah sebagai batas penerimaan. Misalnya
dalam sebuahstudi pendahuluan tentang konsumsi sayuran ditemukan
kangkung memiliki rerata skor20. Jika skor 20 dipandang kecil untuk
memberikan efek yang signifikan penyebabmunculnya risiko malnutrition,
maka kangkung tidak didaftar dalam formulir FFQ. Hal yang berbeda juga
demikian, jika dipandang skor 20 adalah signifikan memberikan efek
malnutrisi, maka kangkung didaftar dalam daftar FFQ atau semi FFQ.
(Rafael A Garcia, Douglas Taren, Nocolette 2000), (Shai et al. 2004).
Pertimbangan lain adalah menetapkan ambang batas skor berdasarkan
muatan instrument. Jika setelah dilakukan penskoran dari skor tertinggi
hingga sekor terendah ditemukan jumlah bahan makanan 50 items, ingin
dipilih 20 item saja, maka skor dari urutan tertinggi hingga urutan ke 20
dimasukkan kedalam daftar. Pembuatan daftar bahan makanan potensial
ini didasarkan pada survei pasar. Misalnya seorang ahli gizi melakukan
survei pasar akhirnya memeroleh jenis bahan makanan yang potensial di
satu daerah tempat SKP dilakukan sebagai berikut.
Metode FFQ memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh metode
lainnya. Kekhususan yang dimaksud adalah proses penggunaanya
memerlukan persiapan yang meliputi studi pendahuluan terhadap makanan
yang dikonsumsi seseorang. Penyakit degeneratif adalah penyakit kronik
yang prevalensinya meningkat setiap tahun. Penyakit degeneratif
diakibatkan oleh faktor asupan makanan baik berlebihan maupun
kekurangan zat gizi tertentu dalam jangka panjang. Dampak konsumsi
jangka panjang makanan yang tidak seimbang adalah pada berbagai level.
Delapan tahapan defisien gizi pada makanan sampai menimbulkan
kerusakan secara klinis. Berikut kronologi kerusukan tubuh berawal dari
defisiensi konsumsi pangan:
1) Kandungan gizi makanan rendah
2) Kadar zat gizi dalam jaringan menurun
3) Kadar zat gizi dalam cairan tubuh menurun
4) Menurunnya fungsi jaringan
5) Menurunnya aktifitas enzim
6) Terjadi perubahan fungsional jaringan
7) muncul gejala kinis
8) Kelainan anatomii tubuh .
Berdasarkan kronologi defisiensi gizi diatas, maka dengan mudah
dapat dipahami bahwa masalah gizi tidak muncul dengan tiba tiba
khususnya luaran (outcome) gejala klinis atau kelainan anatomi tubuh.
Kondisi awal adalah dapat dibaca dengan frekuensi makan makanan
sebagai sumber lahirnya risiko. Metode FFQ jelas merupakan metode
penilaian konsumsi pangan jangka panjang, (Slater et al. 2003),
(Moghames et al. 2016). Pertanyaan tentang jenis makanan yang sering
dikonsumsi adalah diartikan konsumsi sejak beberapa bulan lalu, bukan
konsumsi beberapa hari yang lalu. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan
bahwa kekerapan konsumsi makanan sebagaimana yang ada dalam daftar
tetap adalah benar.
Metode FFQ berbeda dengan metode lain, karena jenis makanan
yang ditanyakan adalah tertutup. Pernyataan tertutup artinya hanya
makanan yang ada dalam daftar yang akan diinvestigasi kepada subjek.
Daftar berbagai jenis makanan dan minuman yang ada dalam FFQ juga
dibuat sedemikian rupa melalui studi pendahuluan kebiasaan makan subjek
atau populasi (Sirajuddin 2015).
Metode FFQ adalah metode semi kualitatif, dimana informasi
tentang bahan makanan yang dikonsumsi hanya berupa nama sedangkan
jumlahnya tidak secara tegas dibedakan. Setiap subjek yang menyatakan
sering mengonsumsi makanan dan minuman tertentu, tidak selalu harus
diuraikan lebih lanjut menjadi ukuran dan porsi yang dikonsumsi. Metode
FFQ hanya memerlukan data bahwa jenis makanan tertentu sering atau
tidak sering dikonsumsi dan berapa kekerapan konsumsinya. Meskipun
metode FFQ hanya menanyakan kekerapan konsumsi makanan dari daftar
yang terbatas, namun tidak berarti metode ini mengabaikan jumlah dan
porsi. Atas alasan ini maka metode FFQ biasanya harus divalidasi dengan
metode food recall 24 jam atau food record. Informasi hasil validasi
intrumen FFQ adalah berguna untuk mengurangi bias saat menggunakan
metode FFQ. Salah satu alasan sehingga metode food recall 24 jam dapat
digunakan untuk melengkapi FFQ adalah untuk mendapatkan informasi
tambahan kuantitas asupan gizi pada subjek. Metode FFQ tidak
memberikan informasi asupan gizi secara kuantitas untuk kondisi aktual.
Informasi konsumsi aktual dari hasil metode food recall 24 jam, adalah
berguna untuk meyakinkan kita besarnya risiko kekurangan atau kelebihan
asuoan zat gizi sepesifik. Meskipun informasi asupan gizi aktual belum
tentu sama dengan informasi konsumsi jangka pangan. Kecil kemungkinan
ditemukan hal yang tidak konsisten antara kedua metode ini. Contoh
informasi yang diperoleh dari hasil FFQ adalah bahwa subjek terlalu
sering makan makanan berisiko misalnya makanan berlemak. Maka hasil
food recall 24 jam dapat melengkapi informasi tersebut dengan
menyebutkan jumlah asupan lemak aktual subjek. Jadi jelas bahwa kedua
metode ini adalah saling melengkapi (Shahar et al. 2003)
Kemudahan penggunaan FFQ adalah karena jenis makanan yang
ada dalam daftar sudah disusun dengan teratur menurut sumbernya.
Makanan menurut sumbernya adalah makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, sayuran dan buah. Pembagian makanan yang demikian adalah yang
lazim untuk susunan hidangan masyarakat di Indonesia. Pengelompokan
makanan yang demikian ditujukan untuk mengkalsifikasikan makanan
menurut skor konsumsi pada subjek. Meskipun demikian semua makanan
yang dimasukkan kedalam daftar FFQ adalah makanan yang diduga
memiliki risiko outcome terhadap kesehatan yang sedang diinvestigasi
(Shahar et al. 2003).
Pembuktian secara ilmu pengetahuan terhadap korelasi asupan
makanan dengan kesehatan dan penyakit adalah sudah dapat dibuktikan
dari berbegai penelitian mutakhir. Outcome dari asupan makanan salah
satunya adalah penyakit tidak menular seperti kanker dan penyakit
jantung. Bukti telusur keterkaitan sejumlah items makanan tertentu positif
sebagai faktor risiko. Risiko malnutrisi akibat defisiensi atau kelebihan
konsumsi zat gizi spesidik dalam jangka waktu lama. Penilaian konsumsi
pangan dengan FFQ dapat digunakan untuk menelusuri jenis zat gizi dari
sumber pangan apa yang berpotensi sebagai penyebab mayoritas. Ini
adalah salah satu alasan penting digunakannya metode FFQ (Souza et al.
2016).
Beberapa contoh penggunaan metode FFQ adalah pada riset yang
fokus untuk mengetahui faktor risiko gizi salah (malnutrition) antara lain
pada riset (1) Risiko konsumsi kafein terhadap kasus lumpuh otak (2)
Risiko konsumsi makanan sumber lauk hewani terhadap menstruasi
pertama pada remaja putri (3) Risiko konsumsi susu terhadap kejadian
Diatebetes Type II (3) Metode FFQ pernah digunakan untuk mengukur
dampak konsumsi minuman ringan berkafein terhadap kejadian kasus
lumpuh otak (cerebral palsy risk). Konsumsi minuman berkaffein selama
kehamilan diduga berdampak pada kasus lumpuh otak pada ibu di
Norwegia. Penelitian dengan disain kohor. Ini bukati bahwa metode FFQ
adalah berkaitan dengan risiko kesehatan akibat makanan dalam jangka
panjang (Strandberg-larsenet al. 2016).
Metode FFQ juga digunakan pada penelitian tentang risiko masa
menstruasi sebagai akibat dari konsumsi makanan sumber lauk hewani.
Penelitian ini membuktukan bahwa frekuensi makanan makanan sumber
lauk hewani berkorelasi dengan masa menstruasi pertama (menarche)
(Jansen et al. 2016). Metode FFQ juga pernah digunakan untuk menilai
luaran (outcome) konsumsi susu terhadap besarnya risiko Diabetes Type 2
pada usia remaja. Penelitian ini adalah penelitian kohor dengan
menggunakan metode FFQ selama kurun waktu 1998-2005 (Malik et al.
2011). Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti kanker di Indonesia
meningkat dengan pesat. Kanker menyebabkan kematian sebanyak 23%
dan menempati urutan kedua setelah penyakit jantung. Untuk mengetahui
besarnya faktor risiko makanan berlemak terhadap insiden kejadian kanker
payudara digunakan metode penilaian konsumsi pangan semi food
frequency questionnaire (Soemanadi et al. 2015). Manfaat konsumsi
flavonoid terhadap pencegahan stroke, juga digunakan metode FFQ.
Semakin tinggi konsumsi flavonoid maka risiko kejadian stroke semakin
rendah (Study et al. 2016).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Gambar Fungsi
Menangkap
gambar dari
suatu objek

1. Kamera

Mengukur
berat bahan
yang menjadi
objek
2. Timbangan
penelitian

3. Piring Tempat
penyajian
makanan
terbuat dari
kaca
2. Bahan
No Nama Gambar Fungsi

Sebagai objek
1. Hamburger
penelitian

Untuk
Food mencari dan
2. Frekuensi mandapatkan
Makanan suatu
(Food keterangan
Frequency tertentu
Questionaire
/FFQ)

E. Cara Pengukuran
Tahapan Melakukan Metode Frood Frekuensi Makanan (Food Frequency
Questionaire FFQ)
1. Subjek diminta mencatat, pada saat mengkonsumsi seluruh makanan dan
minuman fast food yang dikonsumsi pada periode waktu tertentu (hari,
minggu dan bulan).
2. Deskriptif detail tentang seluruh makanan dan minuman yang dikonsumsi
(termasuk nama dagangnya).
3. Ukuran porsi dapat ditaksir oleh responden dengan menggunakan
beberapa cara tergantung dari presisi (tingkat ketepatan) yang diinginkan
4. Ukuran RT yang sudah terstandarisasi seperti mangkok, piring, sendok
serta luas (dalam cm) dari fast food atau kue cake dapat digunakan
5. Pengukuran biasanya di ubah ke gram oleh peneliti sebelum menghitung
intake zat gizi.
6. Kesalahan dapat terjadi bila ada ketidakmampuan responden menghitung
ukuran porsi yang dikonsumsi dan akibat kesulitan yang berhubungan
dengan konversi penafsiran volume untuk jumlah dalam gram
7. Jumlah waktu yang diperlukan pada umumnya hari/minggu dan bulan
8. Hari diakhir pekan (sabtu dan ahad) harus dimasukkan dalam penelitian
9. Belum ada kesepakatan berapa hari yang diperlukan untuk mencatat
sehingga memberikan estimasi yang paling tepat untuk intake rata-rata.
F. Hasil Praktikum

Berat Hamburger 112 gram


Tabel 1
Food Frequency Questonaire/FFQ untuk Hamburger
Jenis FREKUENSI
bahan Jmlh
4+/ 2-3/ 1/ 5-6/ 2-4/ 1/ 1-3/ <1/ Tdk skor
makanan Jmh
hari hari hari mgu mgu mgu bln bln prnh

Hambu 15 0 0 0 0 0 4 5 1 5 15
1,67
rger skor 0 0 0 0 0 4 5 1 5 15
G. Pembahasan
Dalam praktikum ini kami melakukan pencatatan konsumsi makanan
Hamburger selama sebulan terakhir. Didapatkan bahwa 4 orang mengkonsumsi
Hamburger sebanyak 1 perminggu, 5 orang mengkonsumsi Hamburger hanya
1-3 perbulannya, 1 orang mengkonsumsi Hamburger < 1 perbulan dan yang
tidak pernah mengkonsumsi Hamburger dalam 1 bulan terakhir ada 5 orang.
Jadi, apabila dirata-ratakan maka survey konsumsi Hamburger untuk kelompok
2 adalah sebanyak 1 buah Hamburger perbulannya. hal ini berarti pola
konsumsi Hamburger kelompok kami dalam 1-3 bulan adalah 1 x konsumsi.
Dalam 1 potong Hamburger yang memiliki berat 112 gram terdapat 260
kalori, dengan rincian Kalori: 13% lemak, 24 % karbohidrat, 12% protein.

Informasi Gizi per 100 gram (g)


1088 kj
Energi
260 kkal
Lemak 13 g
LemakJenuh 7g
Lemak trans 0g
Kolestrol 100 mg
Protein 12 g
Karbohidrat 24 g
Sodium 960 mg
Kalium 260 mg

Pada praktikum ini berat Hamburger yang kami jadikan sampel adalah 112
gram, apabila disesuaikan dengan kandungan kalori dalam 100 gram, maka
hasilnya adalah 112 x 260 Kkal = 29.120 Kkal. Jadi, kandungan Hamburger
yang kami konsumsi yaitu 29.120 Kkal perbulannya atau sama dengan
970,667 kkal perharinya.
Junk food merupakan sekelompok makanan rendah gizi alias minim
nutrisi, meliputi vitamin, protein dan mineral. Sedangkan fast food cenderung
pada cara penyajiannya yakni istilah untuk makanan yang dihidangkan dengan
cepat. Disamping pola konsumsi makanan fastfood, hal lain yang menjadi
indikator kesehatan adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
kondisi medis/ pelayanan kesehatan serta aktifitas fisik dan juga pola konsumsi
makanan selain fastfood. Dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan apabila
kita mengkonsumsifastfood yang berlebihan atau konsumsi fastfood tersebut
menyebabkan kita kelebihan kebutuhan kalori perharinya maka penyakit yang
akan mucul yaitu obesitas dan overweight, diabetes melitus, resiko kanker,
resiko tekanan darah tinggi dan penyakit lainnya.
H. Kesimpulan
1. Metode kuisioner frekuensi pangan (Food FrequencyQuestionaire / FFQ)
merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan dalam survei
konsumsi gizi yang memiliki banyak kelebihan, yaitu cepat, murah, mudah
dilakukan di lapangan dan mampu mendeteksi kebiasaan masyarakat
dalam jangka panjang dalam waktu relatif singkat
2. Fast food dan junk food adalah makanan yang sudah diolah dan siap untuk
langsung disajikan di tempat usaha atau diluar tempat usaha. Yang
dimaksud ini adalah makanan yang mudah dikemas, mudah disajikan,
praktis atau bias diolah dengan cara sederhana
3. Mengkonsumsi fast food berlebihan itu akan berdampak buruk pada
kesehatan kita yaitu akan menyebabkan kelebihan kebutuhan kalori
perharinya dan penyakit yang akan muncul yaitu Overweight, DM,
Memicu Kanker, Hipertensi dan Penyakit lainnya.
4. Disamping pola konsumsi makanan fastfood, hal lain yang menjadi
indikator kesehatan adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
kondisi medis/ pelayanan kesehatan serta aktifitas fisik dan juga pola
konsumsi makanan selain fastfood.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Khomsan. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sirajuddin, 2018. Survey Konsumsi Pangan. Bppsmdk.kemkes.go.id (di akses
pada Kamis, 12 Maret 2020)

Supariasa. 2001.Penilaian Status Gizi, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


Supariasa, dkk. 2002 .Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Team teaching. 2021. Panduan Praktikum Pengukuran Konsumsi Makanan
Individu Melalui Metode (Food Frequency Questionaire/FFQ).Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo.

PRAKTIKUM II
A. Judul
Pengkuran Aktivitas Sedentary ( Aktivitas Kurang Gerak)
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengukur aktivitas sedentary yang merupakan gaya
hidup dimana unsur gerak fisik sangat minimal.
C. Dasar Teori
1. Definisi
Sedentary lifestyle / aktivitas sedentary adalah sebuah pola hidup
dimana manusia tidak terlibat dalam aktivitas yang cukup seperti pada
umumnya yang dianggap hidup sehat. Orang dengan sedentary
lifestyle sering mengabaikan aktivitas fisik atau melakukan kegiatan
yang tidak membutuhkan banyak energi. Hal ini dapat terlihat bahwa
saat ini orang lebih suka duduk didepan televisi ataupun komputer.
Sering perkembangan waktu, banyak tercipta teknologi yang
membantu memudahkan manusia dalam berbagai aspek, hal tersebut
pada akhirnya membuat manusia menjadi kurang aktif. Sebagai
contoh, dibidang perkantoran, pekerjaan dipermudah dengan adanya
komputer, selain itu penggunaan telfon genggam juga mengurangi kita
dalam hal beraktifitas. Dilain pihak saat ini banyak orang yang
mengkonsumsi makanan cepat saji yang tidak seimbang kadar gizinya.
Sehingga tidak tercaai keseimbangan pola hidup sehat. Hidup dengan
gaya hidup menetap ini tidak selalu identik dengan kemalasan, karena
seseorang bisa sangat sibuk dengan pekerjaan dan keluarganya tetapi
tanpa mempunyai kesempatan mendekatkan diri untuk berolah raga.
2. Pencatatan aktivitas
Metode pengukuran dapat dilakukan dengan melakukan pencatatan
recording baik oleh orang lain, pengamat obsevasi maupun subjek itu
sendiri yang menulisnya dalam bentuk diari. Pengamatan juga dapat
dilakukan dengan bantuan kamera untuk mudah menghubungkannya
dengan sttus kesehatan tertentu pada saat dianalisis.
Aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia akan berhubungan erat
dengan kualitas hidup, kesehatan, dan kesejahteraan (Chen, Hui, Lang,
& Tao, 2016). Sebaliknya, apabila manusia tidak melakukan aktivitas
fisik sesuai kebutuhannya maka kemungkinan besar akan mudah
terjangkit penyakit akibat kurang gerak (hipokinetik) seperti diabetes
tipe 2 (Gram, Dahl, & Dela, 2014). Tingkat aktivitas fisik yang rendah
akan meningkatkan risiko obesitas dan banyak penyakit kronis lain
termasuk penyakit jantung koroner, diabetes dan kanker usus (Ogilvie,
Lamb, Ferguson, & Ellaway, 2011). Selain itu, ada hubungan yang
bersifat dua arah antara partisipasi olahraga dengan indeks masa tubuh
(Cairney & Veldhuizen, 2017) Aktivitas fisik dilakukan sepanjang
hayat untuk menunjang kehidupan manusia, tanpa terkecuali pada
orang lanjut usia. Akan tetapi penurunan aktivitas fisik secara umum
akan terjadi pada masa lanjut usia seiring dengan penurunan
kemampuan otot, munculnya rasa kaku, dan sakit pada persendian
(Buckwalter & DiNubile, 1997).
Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup dan
meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup.
Gerak adalah aktivitas fisik atau aktivitas jasmani. Kehidupan sehari-
hari di dunia ini tidak terlepas dari berbagai bentuk aktivitas jasmani,
baik aktivitas yang membutuhkan energi yang banyak maupun sedikit.
Adanya berbagai fasilitas teknologi yang semakin hari semakin
berkembang dengan pesat dapat mengubah pola hidup masyarakat. Hal
tersebut cenderung membuat masyarakat kurang aktif dalam bergerak.
Berbagai bentuk pemikiran masyarakat yang mulai terpengaruh
dengan adanya teknologi membuat sebagian masyarakat
memanfaatkan segala bentuk teknologi untuk beraktivitas sehari-hari.
Pengaruh teknologi ini juga akan mempengaruhi dunia kerja yang
semakin ringan dan tidak membutuhkan gerak tubuh maksimal.
Bertolak pada pemikiran di atas, maka untuk dapat mencapai
kondisi kesehatan yang optimal, kesehatan masyarakat haruslah
dimulai dari bawah, yaitu tercapainya keadaan dan kesadaran tiap
individu atau keluarga dalam masyarakat untuk mengupayakan hidup
sehat dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, di Indonesia sendiri,
sebagian besar masyarakat cenderung menggunakan waktu luangnya
untuk menonton televisi, membaca koran atau komik, tidur, bermain
gadget maupun bermain komputer. Hal ini menimbulkan masyarakat
dan anak-anak kurang aktif dalam melakukan aktivitas jasmani.
Masyarakat yang kurang aktif bergerak dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan kondisi kesehatan tubuh menurun dan gangguan
kesehatan. Berbagai akibat yang akan 2 ditimbulkan karena kurangnya
aktivitas jasamani seperti obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus, dan penyakit jantung koroner. Data WHO (2011)
menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia yang mengalami
kegemukan, dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2 pada usia
15 tahun ke atas, meningkat dari tahun ke tahun.
D. Bahan
1. Formulir pencatatan aktivitas sedentary
Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk kegiatan dibawah ini dalam sehari
No Jenis Aktivitas Sedentary Lama (Jam)
1. Menonton Tv 3 jam
2. Menonton Vidio / DVD 2 jam
3. Bermain game dalam komputer 4 jam
Menggunakan komputer untuk menyelesaikan
4. 3 jam
pekerjaan sekolah
5. Belajar dirumah 1 jam
6. Melakukan perjalanan dengan mobil / bus/ bentor 1 jam
7. Duduk sambil membaca 1 jam
8. Duduk sambil mengerjakan tugas sekolah 2 jam
9. Duduk sambil menelfon/chating atau sms 2 jam
10. Duduk sambil mengobrol 1 jam
11. Membaca sambil tidur-tiduran disofa 1 jam
12. Bermain musik 30 menit
13. Pergi ke masjid 30 menit

E. PEMBAHASAN
Berdasarkan dari tabel pencatatan aktivitas sedentary diatas yang
dilakukan dalam sehari, energi yang digunakan untuk aktifitas dalam
sehari yaitu dari jam 06.00 – 24.00 WITA. Energi tertinggi yang
digunakan untuk melakukan aktifitas adalah sebanyak 6,8 kkal/kg/hari
untuk aktifitas Bermain game dalam komputer selama 240 menit (4 jam),
sedangkan energi terendah yang digunakan adalah sebanyak 0,5
kkal/kg/hari yang dimana digunakan untuk aktifitas bermain musik dan
pergi ke mesjid selama 30 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Chen, T., Hui, E. C. M., Lang, W., & Tao, L. (2016). People, recreational
facility and physical activity: New-type urbanization planning for
the healthy communities in China. Habitat International, 58, 12–
22.
Cairney, J., & Veldhuizen, S. (2017). Organized sport and physical
activity participation and body mass index in children and youth: A
longitudinal study. Preventive Medicine Reports, 6, 336–338.
Gram, M., Dahl, R., & Dela, F. (2014). Physical inactivity and muscle
oxidative capacity in humans. European Journal of Sport Science,
14(4), 376–383.
Ogilvie, D., Lamb, K. E., Ferguson, N. S., & Ellaway, A. (2011).
Recreational physical activity facilities within walking and cycling
distance: Sociospatial patterning of access in Scotland. Health and
Place, 17(5), 1015–1022.
Team teaching. 2021. Panduan Praktikum Pengkuran Aktivitas Sedentary
(Aktivitas Kurang Gerak).Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo
WHO.(2010).Physical activity  factsheet. From: http//www.who.int/media
centre /factsheets/fs385/en/.Diakses pada 12 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai