Hanif Ni'matus S - 26040118140101 - MPPL C
Hanif Ni'matus S - 26040118140101 - MPPL C
Hanif Ni'matus S - 26040118140101 - MPPL C
(BBPBAP), JEPARA
Oleh :
HANIF NI’MATUS SHALIHAH
26040118140101
Mengesahkan,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
ii
RINGKASAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan YME karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat meyelesaikan Laporan PKL dengan Judul “Studi
Budidaya Benih Bandeng (Chanos chanos) di Balai Besar Perikanan Budidaya
Air Payau (BBPBAP), Jepara”.
Laporan PKL ini disusun sebagai bentuk dokumentasi tertulis atas telah di
laksanakannya kegiatan PKL di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
Jepara.
Laporan PKL ini dibuat dengan dukungan serta bantuan dari semua pihak
sehingga dapat diselesaikan. Maka dari itu, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan magang ini, yaitu kepada :
1. 1. Lisa Ruliaty, S.Pi selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam segala proses pelaksanaan
kegiatan PKL ini.
2.
3. 2. Sri Sedjati, M.Si selaku dosen pembimbing yang mengarahkan dan
membantu proses di lingkup kampus.
4.
5. 3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah terlibat banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan PKL dan
penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan PKL ini belum sempurna sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis dalam rangka
menyempurnakan penulisan laporan resmi ini. Akhir kata, Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan bagi penulis pada khususnya
serta pembaca pada umumnya.
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 2
1.2. Perumusan Masalah.............................................................. 2
1.3. Tujuan................................................................................... 2
1.4. Manfaat................................................................................. 2
BAB V. PENUTUP..................................................................................... 27
5.1. Kesimpulan........................................................................... 27
5.2. Saran..................................................................................... 27
LAMPIRAN ............................................................................................... 32
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Dokumentasi Penelitian........................................................................... 32
ix
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara maritim yang tidak bisa lepas dari budidaya
kontribusi bagi devisa Negara. Meskipun terjadi berbagai gejolak krisis ekonomi
sektor yang lainnya. Sektor perikanan di Indonesia sangat bervariasi mulai dari
kategori perikanan yaitu air laut, air tawar dan air payau. Ketiga kategori tersebut
memiliki keunggulan karena proses yang bisa dikontrol dan kemudahan dalam
Sejak akhir tahun 60-an para peneliti di Asia telah berusaha mengungkap
teknik pengembangbiakan bandeng ini, mengingat nilai ekonomis ikan ini cukup
tinggi. Namun, baru pada tahun 1989 teknik pematangan gonad dan pemijahan
Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan laut
1
pembenihan ikan bandeng telah diadopsi oleh masyarakat dalam rangka
meningkat dengan jumlah benih bandeng sekitar 40 juta ekor/bulan, ekspor sekitar
60 miliar pertahun dan gelondongan bandeng untuk usaha tambak dan Keramba
Jaring Apung (KJA) serta umpan hidup namun saat ini masih belum terpenuhi.
komoditas ikan bandeng harus terus dikembangkan. Hal ini telah membuka
dan metode penbenihan ikan bandeng secara jelas daaan menyeluruh melalui
kegiatan iniPraktik Kerja Lapangan (PKL), sehingga apa yang telah dipelajari
dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk mengetahui cara budidaya
beniih pada ikan bandeng (Chanos chanos), sehingga dapat dilakukan budidaya
1.3. Tujuan
2
1. Mengetahui dan mempelajari teknik pembenihan bandeng (Chanos
pembenihan bandeng
1.3. Manfaat
Ilmu Kelautan.
kebermanfaatan lembaga
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Filum : Chordate
Subfilum : Vertebrate
Superkelas : Gnathostomata
Kleas : Osteichthyes
Subkelas : Teleostei
Ordo : Gonorynchiformies
Subordo : Chanoidei
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Ikan bandeng memiliki tubuh ramping, mulut terminal, tipe sisik cycloid,
jari – jari semuanya lunak, jumlah sirip punggung 13 –17, sirip anal 9 –11, sirip
perut 11 – 12, sirip ekornya panjang dan bercagak, jumlah sisik pada gurat sisi ada
4
Gambar 1. Morfologi Bandeng (Chanos chanos),Keterangan : Mata (a), Tutup
insang (b), Strip pectoralis (c), Strip abdominalls (d), Strip analis (e),
Strip caudal (f), stripdorsalis (g), Linea lateralls (h), Mulut (1)
(Mas’ud, 2011)
Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah ikan budidaya yang digemari oleh
mempunyai potensi untuk dibudidayakan sebagai bahan baku hasil olahan yang
lebih beranekaragam. Ikan bandeng dapat hidup di air tawar dan air laut sehingga
disebut ikan air payau. Menurut data KKP 2018 hasil produksi bandeng tertinggi
pada tahun 2018 dimana sebanyak 778.000 ton. Hasil data perikanan budidaya,
ikan bandeng adalah perikanan budidaya yang diminati selain kakap dan kerapu
Ikan bandeng memiliki toleransi salinitas (35 ppt) hingga tawar (0 ppt),
sehingga dapat dibudidayakan pada perairan asin sampai tawar. Ikan bandeng
banyak didapatkan di perairan laut, muara sungai, dan perairan pantai. Ikan
Taiwan. Panjang ikan bandeng di laut ± 100 cm dan maksimum 180 cm. Ikan
adalah diatom, alga hijau berfilamen dan detritus (Djumanto et al., 2017).
Nener adalah larva yang ditetaskan oleh induk dan berwarna bening dari
dari unit pembenihan skala kecil dan besar yaitu Bali, Sulawesi Selatan dan Jawa.
data Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP)
5
Gondo 2018, Buleleng berhasil mengekspor benih bandeng ke berbagai negara, di
Malaysia, Hongkong, China, Colombia, Timor Timor dan Vietnam. Hal tersebut
didukung dengan hatcheri skala besar sebanyak 176 unit dan hatcheri skala kecil
Pelepasan telur ikan bandeng terjadi saat malam hari dan menetas selama 2
jam dan menjadi nener berukuran 5 mm. Nener terbawa arus air mendekati pantai
lalu ditangkap oleh para penyeser. Nener dapat diperoleh dari alam, tapi sangat
bergantung pada musim, lokasi , cara dan waktu penangkapan. Ukuran nener yang
ditangkap dari alam biasanya berukuran 13 cm. Pada saat musim nener jumlah
nener melimpah, namun harga nener menurun. Pada saat tidak musim nener,
Populasi benih ikan bandeng di alam dipengaruhi faktor alam, seperti arah
arus. Pergerakan arus dari Laut Arafura hingga ke Samudera Hindia dan
pergerakan Laut Cina Selatan hingga Samudera Pasifik. Terdapat dua arus besar
di Indonesia, yaitu pergerakan arus hangat di selatan dari Laut Arafura hingga ke
Samudera Hindia, dan pergerakan arus hangat di Laut Cina Selatan hingga
Samudera Pasifik juga sebaliknya. Arus hangat kaya akan bahan makanan
sehingga rantai makanan menjadi kompleks. Hal inilah menjadikan benih bandeng
budidaya berdasarkan umur, panjang total dan keseragaman populasi. Umur nener
6
pada nener hasil pembenihan adalah 21 hari dengan panjang 14-15 mm. Berat
nener alam sekitar 7-10 mg dengan keragaman populasi lebig dari atau sama
dengan 80%. Penentuan umur untuk nener dihitung sejak telur menetas dan untk
panjang dihitung dari ujung kepala sampai ujung ekor. Persyaratan kualitatif
untuk budidaya nener adalah nener memiliki kesehatan yang baik, tidak berlumut,
tidak memiliki parasite, memiliki bagian tubuh normal dan geraknya aktif
(Winarsih, 2011).
Nener memiliki karakter yang sensitif dan mudah mati apabila terkena
cekaman (stress). Pada saat budidaya penebaran nener bandeng ke kolam harus
secara aklimatisasi atau penyesuaian dengan air kolam terlebih dahulu. Waktu
yang tepat untuk penebaran nener pagi atau malam hari saat air masi sejuk.
Penebaran nener dihindari pada waktu siang hari karena temperature dan pH yang
relati ti nggi saat siang hari. Sebelum penebaran nener dari alam , salinitas air
kolam bandeng. Jika nener sudah sekitar satu bulan didalam kolam
untuk menangkap predator atau ikanikan yang memakan bibit bandeng, agar nener
dalam keadaan aman sampai umur satu bulan untuk dilepaskan kedalam tambak
besar. Pada beberapa daerah pakan berasal dapat diambil dari alam, seperti yang
dari laut atau sungai ke tambak yang terbawa oleh air rob (Romadon dan Subekti,
2011).
7
2.4. BBPBAP
telah ditetapkan lembaga ini sebagai Balai Budidaya Air Payau (BBAP) dibawah
meningkatnya peran & fungsi dalam pelaksanaan tugas serta beban kerja, maka
menetapkan lembaga ini menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
budidaya air payau yang dihasilkan oleh BBPBAP Jepara telah dimanfaatkan oleh
produktivitas perikanan budidaya air payau secara tepat. Dari teknologi inovasi
tersebut, berbagai spesies ikan komersial air payau berhasil dibudidayakan seperti
ikan bandeng, ikan kerapu, ikan nila salin, kepiting bakau dan rajungan serta
Center (NSBC udang windu), BBPBAP Jepara juga telah mengembangkan induk
unggul hasil domestikasi dan benih bermutu tinggi. Selain itu, berhasil
8
kualitas lingkungan, enzyme, powder mikroalga spirulina dan immunostimulan
untuk ikan/udang.
Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) terhadap budidaya ikan
adalah usaha agar produk yang dihasilkan dari perikanan budidaya mempunyai
jaminan mutu sesuai persyaratan yang diminta dari konsumen. BBPBAP Jepara
budidaya udang dan ikan yang beroperasi. Sehingga produk udang dan ikan yang
9
III. MATERI DAN METODE
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau, Jalan Cik Lanang, Bulu Jepara, RW.
3.2.1. Alat
No Alat Fungsi
1. Kolam semen Tempat budidaya benih bandeng
2. Kolam semen rotifer Tempat kultur
3. Aerasi Penambah oksigen
4. Ember Tempat pakan alami
5. Penyaring rotifere Menyaring rotifera
6. Botol Tempat pakan buatan
7. Paralon Saluran air
8. Kantong Plastik Tempat hasil panen
9. Gelas beaker Mengamati benih bandeng
10. Gayung Menebar pakan
11. Hand counter Menghitung telur
12. Sipon Memisahkan telur dan kotoran
13. Kamera Dokumentasi
14. Baskom Tempat telur
15. Terpal Menutup kolam saat hujan
16. Termometer Mengukur suhu
10
17. Alat tulis Mencatat data
18. Pembersih kolam Persiapan bak
19. Blender Mencampur pakan buatan
3.2.2.Bahan
Bahan yang dipakai yaitu telur Ikan bandeng (Chanos chanos), air, rotifera,
pakan buatan, madu, telu bebek, vitamin E, induk bandeng (Chanos chanos),
3.3. Metedologi
Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapanan (PKL) yaitu metode
objek apa adanya, tanpa perbandingan atau menghubungkan dengan variable lain.
Metode deskriptif atau penguraian empiris adalah metode yang paling sering
Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
dua macam cara, yaitu pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer
aktif, sedangkan data sekunder yaitu data atau informasi yang dikumpulkan dan
dilaporkan oleh seseorang untuk suatu tujuan tertentu maupun sebagai ilmiah.
11
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya,
kemudian diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer diambil secara
langsung dari sumbernya untuk pertama kali dan belum diproses sama sekali.
pengukuran tertentu yang khusus sesuai dengan tujuan. Data primer yang diambil
secara partisipasi aktif yaitu fertilitation rate dan parameter kualitas air.
3.3.2.2. Observasi
saat itu. Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung suatu obyek
yang diteliti dan pencatatan secara sistematis mengenai hasil pengamatan. Dalam
Praktik Kerja Lapangan ini observasi yang dilakukan adalah dengan cara
3.3.2.3. Wawancara
tujuan khusus untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan penelitian dan
dipusatkan pada isi yang dititikberatkan pada tujuan deskriptif, prediksi dan
12
jenis kegiatan serta masalah yang sering dihadapi pada saat melaksanakan
ikan bandeng di BBPBAP Jepara. Kegiatan partisipasi aktif ini dapat digunakan
peneliti terdahulu. Dalam Praktik Kerja Lapangan ini, data sekunder diperoleh
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
14
4.1.3. Parameter Kimia Air
Hasil pengukuran parameter kimia air 31 Desember 2019 – 7
Januari 2020 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 4. Pengukuran Parameter Kimia Air 31 Desember 2019 – 7 Januari
2020
Waktu Kode Lab NH3(mg/l) NO2(mg/l)
31-12-2019 Sardi Plankton 3.101 0.000
31-12-2019 Sardi Nener 0.750 0.018
07-01-2020 Sardi Nener 1.244 0.300
4.2. Pembahasan
bagian dinding dan dasar bak hingga seluruh kotoran yang menempel hilang.
Selain kotoran, terdapat pula teritip yang menempel pada bagian dinding dan
dasar bak. Sudah sejak lama teritip merupakan masalah yang sangat serius,
memiliki sifat yang dapat merusak dan memperpendek umur bangunan (Nasution
pembersih hingga teritip yang terdapat pada dinding dan dasar bak hancur. Setelah
kotoran dan teritip hilang, langkah selanjutnya yaitu melakukan pencucian bak.
Hal ini dilakukan dengan cara menyiramkan air pada bagian dinding dan dasar
bak yang sebelumnya telah dilakukan pembersihan. Bak pemeliharaan yang telah
15
dinding dan dasar bak. Kaporit [Ca(OCl2)] merupakan desinfektan yang sering
digunakan dalam disinfeksi karena cukup efektif dan terjangkau dari segi
ekonomi, bersifat stabil serta dapat disimpan lebih lama (Rozanto dan
dengan air bersih agar sisa-sisa larutan kaporit yang masih terdapat pada bak
hilang dan tidak meracuni ikan ketika dipelihara. Kagiatan persiapn bak
unit pembenihan ikan bandeng. Induk ikan bandeng di BBPBAP Jepara berasal
dari tambak tradisional dan tangkapan dari alam. Induk didatangkan langsung
kurang lebih umur2-3 tahun, kemudian dipelihara di bak calon induk sampai
induk siap untuk memijah setelah mencapai umur 4-5 tahun. Ikan bandeng yang
berat badan 3-5 kg dan telah berusia 4-6 tahun. Menurut Murtidjo (2002),
persyaratan calon induk ikan bandeng antara lain ikan bandeng antara lain ikan
ikan bandeng secara alami terjadi ketika ikan bandeng mencapai berat 3 kg atau
lebih serta ikan bandeng tersebut telah berumur 4-6 tahun. Calon induk dipilih
16
Induk ikan bandeng yang telah diseleksi kemudian ditempatkan pada bak
oksigen terlarut. Dibagian sisi atas dan dasra bak pemeliharaan, terdapat pipa
pengeluaran air. Pipa pengeluaran air yang terdapat di bagian sisi atas bak
berfungsi untuk mengurangi ketinggian air agar air tidak meluap serta sebagai
berada di dasar bak berfungsi untuk membuang sisa-sisa pakan maupun hasil
Air yang digunakan untuk media pemeliharaan induk ikan bandeng adalah
air laut. Ikan bandeng termasuk ikan laut, namun juga bisa hidup di air payau dan
air tawar, mampu menghadapi perubahan kadar garam yang sangat besar
(eurihaline) (Dharma et al.,2019). Secara fisik air laut harus jernih, tidak berbau
dan tidak membawa bahan endapan baik suspensi maupun emulsi. Untuk
mendapatkan air laut yang baik maka dibutuhkan instalasi air laut yang terdiri dari
filter, pompa dan jaringan distribusi air laut. Dalam mendapatkan air laut yang
Air laut didapatkan sejauh 580 m dari garis pantai dengan pompa yang dilewatkan
terlebih dahulu melalui presurred sand filter. Air yang telah disaring kemudian
diendapkan pada bak tendon yang berada di dekat bak pemeliharaan induk ikan,
setelah itu air disalurkan pada bak pemeliharaan dan siap dipakai untuk media
pemeliharaan bandeng.
17
Pergantian air minimal 150% per hari. Penurunan ketinggian air bak induk
sampai 50% pada pagi hari (08.30 WIB) sampai siang hari (12.00). Hal ini
maksimal bak induk setelah pukul 12.00 WIB. Pompa air laut 8 inchi dijalankan
Pemberian pakan diberikan 2-3% dari bobot biomas per hari, diberikan sebanyak
tiga kali per hari yakni pagi (09.00 WIB), siang (12.00 WIB) dan sore hari (16.00
WIB). Pakan yang diberikan yaitu pakan dengan kandungan protein sekitar 35%.
pakan. Bahan pengkaya pakan berupa campuran 10 butir telur bebek, 100 ml
madu, 3000 mg vitamin E, vitamin C dan 200 ml air yang diblender menjadi
dilakukan penambahan telur bebek dan minyak cumi pada proses pengkayaan
pakan. Proses pematangan gonad pada ikan dipengaruhi adanya peran pemberian
18
Vitamin E berperan penting dalam meningkatkan kualitas telur ikan.
Vitamin E memberikan pengaruh terhadap bobot dan diameter telur, karena fungsi
vitamin E sebagai zat antioksidan yang dapat mencegah terjadinya oksidasi lemak
(Prijono et al., 2017). Terutama untuk melindungi asam lemak tidak jenuh pada
fosfolipid dalam membrane sel. Madu dapat meningkatkan kualitas sperma induk
(35%) yang dapat digunakan sperma sebagai sumber energi dan juga madu
4.2.2.5. Pemijahan
jumlah induk ikan bandeng betina dan jantan yaitu 1:1. Pemijahan induk bandeng
terjadi pada malam hari dan akan terus menerus sepanjang tahun. Pada proses
musom seperti pada ikan kerapu yang bersifat ikan demersal. Bandeng setiap
bulan dapat memijah secara alami pemijahan tidak mengikuti musim yaitu pada
berbentuk segitiga pada waktu sore hari. Pada waktu pagi hari, dilakukan
pengecekan telur. Apabila terdapat telur, telur disaring dengan menggunakan seser
19
untuk ditempatkan kedalam ember. Proses pemanenan telur dapat dilihat pada
Gambar 4.
mm, masa inkubasi sampai menetas berlangsung 20-25 jam pada suhu 16-32 0 C
dan salinitas 29-34 ppt. telur yang telah dipanen kemudian diberi aerasi dan
salinitas air. Salinitas air yang tinngi dapat digunakan untuk mengetahui telur
yang terbuahi dan tidak terbuahi. Telur ikan bandeng yang terbuahi berwarna
bening transparan dan mengapung pada salinitas air > 30 ppt, sedangkan yang
tidak terbuahi akan tenggelam akan berwarna putih keruh. Telur yang mati dan
yang terjadi pada unit pembenihan ikan bandeng di BBPBAP Jepara. Untuk
Setelah diketahui jumlah telur sampel, kemudian dibagi degan volume sampel dan
dikalikan dengan volume bak penetasan. Berdasar hasil tersebut dapat dketahui
Fertilitation Rate dari 31 Desember 2019 -09 Januari 2020 dihitung menggunakan
rumus
20
Jumlah telur terbuahi
FR=
Jumlah telur total
Berdasarkan hasil tabel 2 tanggal 31 Desember 2019 sampai 08 Januari
tidak ada telur yang ditebar karena telur tidak terbuahi. Telur tidak terbuahi
bak pemeliharaan induk bandeng, air menjadi keruh dan salinitas mengalami
berat 3-5 tahun dengan panjang 0,5 -1,5 m mampu menghasilkan telur sampai
kurang lebih 500.000 butir. Telur yang dikeluarkan berdiameter rata-rata 1,12 mm
dan akan menetas 24-34 jam setelah proses pembuahan. Setelah proses
perhitungan telur, selanjutnya telur dipindahkan ke bak penetasan telur yang juga
merupakan bak pemeliharaann larva dan ditunggu selama 24-34 jam sampai telur
menetas semua (Kordi, 2010). Setelah itu dihitung jumlah larva yang berhasil
menetas untuk mengetahui tingkat fertilisasi dari induk ikan bandeng tersebut
(HR).
produksi larva yang dikehendaki dalam kaitan dengan ratio volume yang
digunakan dan ketepatan waktu. Wadah pemeliharaan Chorella sp. skala besar
21
pemeliharaan rotifer dan larva ikan bandeng. Pompa yang digunakan sebaiknya
harian yaitu sebagian hasil panen disisakan untuk bibit budidaya berikutnya.
meter dan diletakkkan terpisah jauh dari bak Chlorella sp. untuk mencegah
individu/ml. Apabila jumlah chlorella tidak mencukupi dapat digunakan ragi pada
60-70 mikrometer berukuran 40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang
per millimeter .
Larva ikan yang baru menetas mempunyai cadangan kuning telur atau
yang disebut yolk sack. Pada saat ini, mulut dan mata larva belum membuka.
22
Larva masih menggunakan kuning telur dan butiran minyak sebagai sumber
menetas dan telah berumur 3 hari. Larva diberi pakan alami Chlorella sp. hingga
warna air terlihat kehijauan diberi rotifer dengan kepadatan 20ind/ml. Pemberian
pakan larva tidak diberikan pada hari pertama maupun kedua karena larva masih
mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur dan larva masih belum
mampu mencerna makanan dari luar. Pemberian pakan diberi dengan selang
waktu 7 jam, dikarenakan pada selang waktu terbeut larva membutuhkan asupan
Larva ikan bandeng pada umur 10 hari sudah bisa diberi pakan buatan
yang berupa serbuk yang mengandung protein 43%, lemak 75%, kadar air 12 %,
serat 2%, abu 8%, kalsium 2% dan fosfor 1,5%. Pemberian pakan buatan
dilakukan selang satu jam sebelum pemberian pakan alami dengan frekuensi 2
Air sebagai media hidup ikan merupakan sarana yang vital dalam proses
produsi benih. Oleh karena itu air yang akan digunakan untuk media pemeliharaan
induk, penetasan telur, pemeliharaan benih dan kultur pakan alami harus
memenuhi standar baku mutu air, yaitu bersih, bebas hama dan parasite serta
dilakukan melalui proses pengendapan, filtrasi dan perlakuan air secara fisik,
23
dilakukan setiap satu minggu sekali. Parameter fisika yang diukur di BBPBAP
1. Suhu
Suhu air akan berpengarauh terhadap proses penetasan telur dan perkembangan
telur. Dari hasil pengukuran suhu pagi dan sore hari pada bak 3 diperoleh data
pengukuran suhu pada Tabel 2. Berdasarkan table diatas diketahui bahwa rata-rata
suhu pagi hari berkisar 26-290C, sedangkan sore hari berkisar 26-28oC. suhu ini
bagi metabolism ikan dan organisme lainnya yang dapat berasal dari proses
fotosintesis dan tanaman air serta difusi udara. Berdasarkan data tahun 2018
diketahui bahwa rata-rata DO pagi berkisar 4-6,5 ppm, sedangkan sore hari
berkisar 4,5-6,8 ppm. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pusat Penyuluhan
Kelautan Perikanan bahwa kadar oksigen terlarut bagi bandeng yang aman yaitu
3,0-8,5 ppm.
3. Salinitas
Berdasarkan data tahun 2018 diperoleh rata-rata salinitas antara 30-32 ppt. Hal
ini sesuai pernyataan Murtidjo (2002), yang menyatakan bahwa ikan bandeng
umumnya dapat tumbuh pada salinitas kisaran 25-40 ppt. Salinitas yang sesuai
parameter kualitas air di BBPBAP Jepara dilakukan setiap satu minggu sekali.
mg/l, sedangkan senyawa nitrit 0,000 mg/l-0,300 mg/l. hal ini sesuai WWF
24
(2014), menyatakan bahwa kadar nitrit yang baik untuk budidaya benih bandeng
adalah <1 mg/l, sedangkan kadar ammonia optimum untuk benih bandengadalah
<0,01 mg/l. Amonia yang tiggi ini dikarenakan adanya pecemar pada kolam ikan,
disebabkan karena proses budidaya terutama penumpukan sisa pakan yang tidak
termakan dan kotoran ikan yang menumpuk di dasar kolam. Apabila ikan berada
dalam air dengan konsentrasi ammonia cukup tinggi ikan menjadi lesu, kemudian
4.1.7. Pemanenan
seperti alat dah bahan , kondisi dan umur benih serta cara panen agar kematian
2. Seser yang digunakan harus terbuat dari bahan yang halus danlunak agra
tidak melukai benih. Akan tetapi lebih baik bila tidak menggunakan
25
ukuran 1,1-1,5 cm. Hal ini untuk menekan tingkat kelulusan hidup
26
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
disimpulkan :
5.2. Saran
lingkungan agar bak pemeliharaan tidak mudah terserang hama dan penyakit yang
27
DAFTAR PUSTAKA
Andrila, R., Karina, S., & Arisa, I. I. 2019. Pengaruh Pemuasaan Ikan Terhadap
Pertumbuhan, Efesiensi Pakan dan Kelagsungan Hidup Ikan Bandeng
(Chanos chanos). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah,
4 (3) : 33-41.
Dharma, T. S., & Wibawa, G. S. 2019. Pengamatan Profil Pemijahan Induk
Bandeng, (Chanos chanos) Generasi 1 (G1) dengan Implantasi Hormon
LHRH-a pada Pemeliharaan Secara Terkontrol. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis, 11 (1) : 163-170.
Dharma, T. S., Wibawa, G. S., & Alit, A. 2019. Biologi Induk Bandeng (Chanos-
Chanos forskall) Hasil Seleksi dalam Mendukung Pengembangan
Budidaya di Tambak. Prosiding Seminakel, 1 (1) : 26-31
Dharma, T. S., Wibawa, G. S., Alit, A. K., & Sumiarsa, G. S. (2019). Performansi
Biologis Induk Bandeng (Chanos chanos forskall) Hasil Seleksi dalam
Mendukung Domestikasi dan Pengembangan Budidaya di Tambak.
Biotropika: Journal of Tropical Biology, 7(2), 82-86.
Djumanto, D., Pranoto, B. E., Diani, V. S dan Setyobudi, E. 2017. Makanan dan
Pertumbuhan Ikan Bandeng, Chanos Chanos (Forsskål, 1775) Tebaran di
Waduk Sermo, Kulon Progo. Jurnal Ikhtiologi Indonesia., 17(1): 83-100.
Fitri, A. 2017. Penggunaan Daging dan Tulang Ikan Bandeng (Chanos chanos)
pada Stik Ikan Sebagai Makanan Ringan Berkalsium dan Berprotein
Tinggi. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian., 9(2): 65-77.
Gusrina. 2018. Genetika dan Reproduksi Ikan. Deepublish. Yogyakarta, 254 hlm.
Harun, M. A. 2020. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap
Pertumbuhan Ikan Bandeng Chanos-chanos. SIGANUS: Journal of
Fisheries and Marine Science., 2(1): 51-55.
Islamiyah, D., Rachmawati, D., & Susilowati, T. 2017. Pengaruh Penambahan
Madu pada Pakan Buatan dengan Dosis yang Berbeda terhadap Performa
Laju Pertumbuhan Relatif, Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan
Kelulushidupan Ikan Bandeng (Chanos chanos). Journal of Aquaculture
Management and Technology., 6(4): 67-76.
Kordi, M. G. 2010. Nikmat Rasanya, Nikmat Untungnya. Pintar Budidaya Ikan di
Tambak Secara Intensif. Lily Publisher, Yogyakarta, 101 hlm.
Marzuqi, M., Andamari, R., Astuti, N. W. W., Andriyanto, W., & Giri, N. A.
2018. Peningkatan Produksi dan Kualitas Telur Induk Bandeng (Chanos
chanos) dengan Penambahan Pengkaya pada PAkan. Media Akuakultur.,
13(1): 11-19.
28
Mas’ud, F. 2011. Prevalensi dan Derajat Infeksi Dactylogyrus sp. pada Insang
Benih Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Tradisional, Kecamatan
Glagah, Kabupaten Lamongan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.,
3(1): 27-40.
Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng.. Kanisius. Yogyakarta,
96 hlm.
Mutidjo, B.A. 2002. Tuntunan Bagi Petambak dan Peminat Budidaya Bandeng
Intensif. Kasinus, Yogyakarta, 204 hlm.
Nasution, M. A., & Mudzni, A. 2016. Kepadatan dan Sebaran Teritip
(Amphibalanus spp.) di Pelabuhan Kota Dumai. Jurnal Perikanan Tropis.,
3(1) : 20-30.
Prijono, A., Sugama, K., Azwar, Z. I., Setiadharma, T., & Sutarmat, T. 2017.
Implantasi vitamin E untuk memacu pematangan gonad induk ikan
bandeng (Chanos chanos Forskal). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesi.,
3(1): 21-28.
Raharjo, S. 2018. Lapora Kerja BBPBP Jepara. Jepara, 210 hlm.
Romadon, A., & Subekti, E. 2011. Teknik budidaya ikan bandeng di Kabupaten
Demak. MEDIAGRO., 7(2) : 47-55.
Rozanto, N. E., & Windraswara, R. 2017. Kondisi Sanitasi Lingkungan Kolam
Renang, Kadar Sisa Khlor, dan Keluhan Iritasi Mata. Journal of Public
Health Research and Development., 1(1): 89-95.
Sembiring, S. B. M., Wibawa, G. S., Setiadharma, T., & Haryanti, H. 2018..
Pertumbuhan dan Variasi Genetik Ikan Bandeng Chanos chanods dari
Provinsi Aceh, Bali dan Goronytalo, Indonesia. Jurnal Riset Akuakultur.,
12(4): 307-314.
Sustianti, A. F., & Suryanto, A. 2014. Kajian Kualitas Air dalam Menilai
Kesesuaian Budidaya Bandeng (Chanos chanos Forsk) di Sekitar PT Kayu
Lapis Indonesia Kendal. Management of Aquatic Resources Journa/., 3(2):
1-10.
Winarsih, W. H. 2011. Budi Daya dan Pengolahan Bandeng. AUP Unair.
Surabaya, 96 hlm.
Zamroni, A., Mulyawan, I., & Priyatna, F. N. 2015. Potensi Ekspor Nener
Bandeng Indonesia: Peluang Dan Tantangan. Jurnal Kebijakan Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan., 5(2): 129-136.
29
LAMPIRAN
30
Lampiran 1. Dokumentasi
31
Lampiran 1. (Lanjutan)
32
Lampiran 2. Sertifikat
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Lampiran 4. Lembar Penilaian
44
Lampiran ?. Lembar Penilaian Ujian PKL
Nama Mahasiswa :
NIM :
Judul PKL :
Komponen Penilaian:
1. Penulisan Laporan = 30 % 82
2. Penguasaan Materi= 70 % 85
45