Dek Dekkkkk
Dek Dekkkkk
Dek Dekkkkk
2024
PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
NIM : 19020016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya yang
begitu besar sehingga penyusunan proposal penelitian ini dapat diselesaikan
dengan judul “Identifikasi Parasit pada Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus
coioides) di Keramba Jaring Apung, Mela II, Tapanuli Tengah”. Adapun tujuan
proposal adalah untuk menjadi panduan dalam melaksanakan penelitian dan
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program sarjana pada program
studi Akuakultur Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli.
Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa serta dukungan kepada
penulis sehingga proposal penelitian ini dapat terselesaikan.
2. Ibu Dr. Ir. Henny Syawal, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan yang sangat bermanfaat dalam proposal penelitian ini.
3. Ibu Anne Rumondang, S.Pi., M.P sebagai Pembimbing II yang telah
berkontribusi memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan usulan
penelitian ini.
4. Seluruh pihak yang terkait dalam pembuatan proposal ini.
Penulis berharap dapat melanjutkan pengerjaan proposal penelitian ini
wajib dan harus semangat agar seluruh harapan dapat terwujud. Untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pihak manapun demi
kesempurnaan pennelitian ini.
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 3
II.TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
2.1 Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides) .................................... 4
2.1.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides)... 4
2.1.2 Habitat Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides) ............................... 5
2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan Lumpur (E. coioides) .......................... 5
2.1.4 Pertumbuhan ................................................................................ 6
2.2 Parasit Yang Menyerang Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides) .......... 6
2.2.1 Endoparasit .................................................................................. 6
2.2.2 Ektoparasit ................................................................................... 7
2.3 Kualitas Air.......................................................................................... 7
2.4 Jenis Parasit Yang Menyerang Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides) . . 8
2.5 Ciri-ciri Ikan Yang Terjangkit Parasit................................................. 10
2.6 Cara Penanganan ................................................................................ 10
III. METODE PENELITIAN................................................................. 12
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan Yang Digunakan........................................................ 12
3.3 Metode Penelitian................................................................................ 12
3.4 Prosedur Penelitian.............................................................................. 13
3.4.1 Pengambilan Sampel..................................................................... 13
3.4.2 Pemeriksaan Sampel...................................................................... 13
3.4.3 Identifikasi Sampel........................................................................ 13
3.4.4 Parametr dan Perhitungan ............................................................. 14
3.4.5 Prosedur Kualitas Air.................................................................... 14
3.4.6 Intensitas........................................................................................ 15
3.4.7 Dominansi...................................................................................... 15
3.4.6 Analisis Data.................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 17
LAMPIRAN ............................................................................................ 20
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
kerapu, dan menyimpulkan ikan rucah yang dijadikan pakan ikan kerapu juga
dapat menjadi sumber parasit. Justin et al., (2010). pada 28 spesies ikan kerapu
yang dipelihara dalam jaring apung. Koesharyani et al., (2001) mendapatkan
kematian ikan kerapu mencapai 20-30% akibat serangan penyakit borok pada
kulit ikan.
Fidyandini (2012) menyatakan bahwa meskipun kejadian penyakit yang
disebabkan oleh parasit relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan yang
disebabkan oleh bakteri dan virus. Namun kasus dari parasit ini tidak dapat
diabaikan begitu saja karena infeksi yang disebabkan oleh parasit dapat
menyebabkan infeksi primer. Infeksi primer ini dapat mengakibatkan kondisi ikan
yang menjadi lemah akibat serangan parasit dan akan memudahkan masuknya
mikroorganisme lain yang tentu akan memperparah kondisi ikan dan
mempercepat terjadinya kematian atau mortalitas.
Secara umum, ikan kerapu lumpur (E. coioides) memiliki kepala yang besar,
mulut lebar, dan tubuhya ditutupi sisik sisik kecil. Bentuk tubuh Ikan kerapu
lumpur (E. coioides) memanjang Bagian kepala dan punggung berwarna gelap
kehitaman, sedangkan perut berwarna keputihan. seluruh tubuh Ikan kerapu
lumpur (E. coioides) dipenuhi bintik-bintik kasar berwarna kecokelatan atau
kemerahan. Bagian tepi operkulum, bergerigi dan terdapat duri-duri pada
operkulum. Letak dua sirip punggungnya (yang pertama berbentuk duri-duri),
5
terpisah. Semua jenis kerapu mempunyai tiga duri pada sirip dubur dan tiga duri
pada bagian tepi operculum (Purba, 2010).
2.1.2 Habitat Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides)
Ikan kerapu lumpur (E. coioides) hidup di perairan muara sungai dengan
kisaran kadar garam 15 - 30 ppt, kadar oksigen terlarut antara 4,9 - 9,3 mg/l dan
suhu air 24 – 31oC. Ikan kerapu lumpur (E. coioides) juga dapat hidup dan tumbuh
di tambak berkadar garam antara. 7,1 - 31 ppt. Sebagaimana halnya dengan ikan
kerapu jenis lainnya, Ikan kerapu lumpur (E. coioides) bersifat protogony
hermaphrodit. Artinya, jenis kelamin ikan akan berubah sejalan dengan
pertumbuhannya. Pada waktu masih berumur 3 tahun atau kurang, Ikan kerapu
lumpur (E. coioides) ini berkelamin betina. Namun sesudah ikan kerapu ini
berumur lebih dari 4 tahun ikan kerapu ini berubah kelamin menjadi jantan tanpa
perubahan morfologi yang jelas. Ikan kerapu merupakan jenis ikan demersal yang
menyukai hidup di perairan karang, diantaranya celah-celah karang atau di dalam
gua di dasar perairan (Widodo, 2006).
2.1.3 Kebiasaan makan Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides)
Kebiasaan makanan (food habit) ikan kerapu lumpur adalah udang kecil
sumber makanan tersebut sering di makan dibandingkan dengan ikan kecil.
Menurut Asriyana et al., (2009) kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan
kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Makanan alami ikan berasal dari
berbagai kelompok tumbuhan dan hewan yang berada di perairan tersebut. Suatu
spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan
makanannya. Ketersediaan makanan merupakan faktor yang menentukan
dinamika populasi, pertumbuhan, reproduksi serta kondisi ikan yang ada di suatu
perairan (Asriyana et al., 2009).
Menurut Akbar (2001), bahwa ikan kerapu tergolong buas (carnivora) yang
rakus, sifat kanibalnya akan muncul apabila kekurangan pakan, hidupnya
menyendiri dan banyak ditemui pada daerah terumbu karang. Pengamatan
menunjukan bahwa kerapu mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum
matahari terbit dan sore hari menjelang terbenam (Tampubolon dalam Ditjenkan,
1999). Kerapu yang dipelihara di dalam Karamba Jaring Apung (KJA) atau dalam
bak terkontrol mempunyai kebiasaan menyergap pakan yang diberikan satu
6
persatu sebelum pakan itu sampai ke dasar. Kerapu yang dalam keadaan lapar
terlihat siaga dan selalu menghadap ke permukaan dengan mata bergerak-gerak
mengintai dan siap untuk memangsa pakan. Jenis pakan yang disukai adalah
udang krosok, belanak, jenaha, cumi-cumi yang berukuran 10-25% dari ukuran
tubuhnya (Akbar, 2000).
2.1.4 Pertumbuhan
Pada umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus
sepanjang hidupnya. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan merupakan salah
satu aspek yang dipelajari dalam dunia perikanan dikarenakan pertumbuhan
menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan.
Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah atau ukuran yang bersifat kuantitatif,
karena mudah di amati dan bersifat irreversible atau tidak dapat kembali seperti
semula. Serta dapat dinyatakan dengan angka, grafik, dan sebagainya (Suriyono,
2016).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang
meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang
berhubungan dengan lingkungan. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi
kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolik, ketersediaan pakan, dan
penyakit. Meskipun secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan
sangat penting adalah zat hara dan suhu lingkungan. Akan tetapi, di daerah tropis
zat hara lebih penting dibandingkan lingkungan. Tidak semua makanan yang
dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari
makanan digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Suriyono,
2016).
semakin cepat terjadi. Keberhasilan dalam budidaya ikan kerapu lumpur berkisar
antara 24 – 31oC (Widodo, 2006).
b. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada budidaya ikan
kerapu lumpur. Salinitas berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme
tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi (Gracia et al., 2006 dalam Yurisma et
al., 2013). Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah
tekanan osmotik dan konsentrasi cairan tubuh serta kebutuhan oksigen.
Lingkungan perairan dengan perubahan salinitas dapat mempengaruhi laju
konsumsi oksigen (LKO) ikan. Kerapu Lumpur tergolong jenis ikan yang cukup
luas salinitasnya yaitu berkisar antara 15-30 ppt. Salinitas ideal untuk
pemeliharaan kerapu lumpur berkisar antara 15-30 ppt (Soemarjati et al., 2015).
c. pH
pH adalah derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan, menyatakan
logaritma negative konsentrasi ion H dengan bilangan pokok 10. Larutan netral
mempunyai pH 7, asam lebih kecil dari 7, basa lebih besar dari 7.Di perairan yang
tidak tercemar pH di control oleh ion CO2, Carbonate dan Bicarbonate. Hal ini
sesuai dengan pendapat Ghufran (2010) ikan kerapu macan diketahui sangat baik
pertumbuhannya pada pH normal air laut yaitu antara 6,0 ± 8,2. Apabila terjadi
perubahan asam atau basa di perairan dapat mengganggu sistem keseimbangan
ekologi, selain itu pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik langsung dari fotosintesis yang
menggunakan CO2 selama proses tersebut.
d. DO (Dissolved Oxygen)
DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut adalah merupakan salah satu
parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur
dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O 2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar (Prahutama, 2013). Menurut
9
(Evalawati et al., 2001) Ikan kerapu macan dapat hidup layak dalam karamba
jaring apung dengan konsentrasi oksigen terlarut 4,9 - 9,3 mg/l.
10
2.4 Jenis Parasit yang Menyerang Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides)
2.4.1 Ektoparasit yang menyerang ikan kerapu lumpur
a. Argulus sp.
Parasit ini berukuran 50-250 mikro, membentuk koloni dan tersusun pada
tangkai yang bercabang-cabang namun bersifat “non-contractile”. berkembang
biak dengan pembelahan. Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata berkoloni
yang berbentuk silinder tipis atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan
nonkontraktil dengan panjang kira-kira 0,4-0,5 mikrometer.
c. Gyrodactylus sp.
kompleks, yang melibatkan berbagai inang vertebrata dan invertebrata. Siklus ini
dikenal kurang dari seperempat dari spesies yang dijelaskan.
b. Prosorhynchus sp.
makan berkurang, tubuh kurus, permukaan tubuh berwarna hitam, dan usus
membengkak.
Efek pada inang : Menghambat pertumbuhan Pencegahan dan pengobatan :
- Air pemeliharaan difilter, Inang perantara dimusnahkan, dan bak pemeliharaan
dikeringkan dan dikapur untuk membunuh telur nematoda.
3. Parenteral/ injeksi.
Teknik pengobatan melalui injeksi ini adalah metode yang sangat manjur
penanggulangan penyakit ikan. Obat yang diberikan akan masuk ke dalam
tubuh ikan dengan dosis yang tepat dan cepat bereaksi. Namun metode ini
juga memiliki kelemahan yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tidak dapat dilakukan pada ikan yang berukuran kecil
b. Kurang efektif jika dilakukan dalam Jumlah banyak
c. Petugas harus mempunyai keahlian dalam menyuntik
d. Belum banyak obat ikan yang diberikan pada metode injeksi
e. Respon ikan terhadap obat yang dibeikan berbeda-beda
15
Tabel 2. Kriteria frekuensi infeksi parasit menurut Williams dan Williams (1996).
No Prevalensi Kategori Keterangan
1 99-100% Selalu Infeksi sangat parah
2 90-98% Hampir selalu Infeksi parah
3 70-89% Biasanya Infeksi sedang
4 50-69% Sangat sering Infeksi sangat sering
5 30-49% Umumnya Infeksi biasa
6 10-29% Sering Infeksi sering
7 1-9% Kadang Infeksi kadang
8 <1-0,1% Jarang Infeksi jarang
9 <0,1-0,1% Sangat jarang Infeksi sangat jarang
10 <0,01% Hampir tidak ada Infeksi tidak pernah
17
Prevalensi parasit (%), intensitas parasit dan dominansi parasit (%) disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Prevalensi parasit (%), intensitas parasit dan dominansi parasit (%)
Prevalensi Dominansi
Keramba Jenis Parasit Intensitas
(%) (%)
Dactylogyrus sp. 20 25,67 86,03
Tricodina sp. 3 5 2,79
A
Epistylis sp. 7 10 11,17
Parasit Dactylogyrus sp. atau dapat disebut sebagai cacing insang, umumnya
banyak ditemukan menginfeksi bagian insang ikan. Infeksi parasit ini dapat
mengubah warna tubuh ikan menjadi pucat, warna kehitaman pada insang serta
meningkatnya lendir. Hingga menyebabkan kerusakan insang pada ikan yang
terinfeksi parasit Dactylogyrus sp. dalam jumlah yang besar. Epitel lamela insang
akan mengalami hyperplasia. Selain itu, infeksi parasit ini menyebabkan produksi
lendir meningkat yang menyebabkan terganggunya proses respirasi ikan (Wahyuni,
2013).
melalui air atau kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi dan penularannya
didukung oleh rendahnya kualitas air pada wadah tempat ikan dipelihara.
Parasit Trichodina sp. dapat menyebabkan stres hingga kerusakan pada
morfologi ikan. Parasit ini tergolong parasit yang cukup patogen dan penyebab
kematian pada inang. Jika tingkat infeksi Trichodina sp. tinggi hal tersebut didukung
oleh kondisi perairan, yang mempercepat perkembangbiakan Trichodina sp.
25%
20%
20%
Prevalensi Parasit
15% 13%
10%
10%
7%
5% 3% 3%
0% 0% 0%
0%
Keramba A Keramba B Keramba C
Keramba Pengambilan Sampel
DAFTAR PUSTAKA
Akbar S. & Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Bebek.
Jakarta: Penebar Swadaya. hlm. 103.
Asriyana, Rahardjo M.F., Sukimin S., Batu L.F.D., Kartamihardja., S.E. 2009.
Keanekaragaman Ikan di Perairan Teluk Kendari Sulawesi Tenggara.
2009. Jurnal Iktiologi Indonesia Vol: 9 (2) 97-112 hal.
Evalawati, Meiyana, M., dan Aditya, T.W. 2001. Modul Pembesaran Kerapu
Macan (Epinephelus fuscogutattus) Dan Kerapu Tikus (Epinephelus
altivelis) di Keramba Jaring Apung. Lampung: Departemen Kelautan dan
Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Laut.
Hassan, M. 2008. Parasites of Native and Exotic Freshwater Fishes in the South-
West of Western Australia. Thesis. Murdoch University. Perth, Western
Australia. 173 hal.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor
and Francis, London Philadelphia. 318 p.
Karlina, N. K. Y. 2022. gambar angka lempeng total pada ikan bakar di daerah
wisata lovina (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Tahun 2022).
Noble ER, Noble GA. 1989. Parasitologi. Biologi parasit hewan. Edisi kelima.
Diterjemahkan oleh drh Wardiarto. Editor Prof.Dr. Noerhajati Soeripto.
Gajah Mada University Press.
Purba, Radiks. 2010. Analisis Biaya dan Manfaat. Jakarta: Rineka Cipta.
Putri, S. M., Haditomo, A. H. C., & Destinasi. (2016). Infestasi Monogenea pada
insang ikan konsumsi air tawar di kolam budidaya Desa Ngrajek
Magelang. Aquacultur Management AndTechnology, 5(1), 162-170.
Ratna dkk., 2014. kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Laporan Teknis Proyek
Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, T.A. 2003. Hal. 39-59.
Williams, E.H., L.B Williams. 1996. Parasites offshore big game fishes of Puerto
Rico and the Western Atlantic. University Puerto Rico, Mayagues
9
10
LAMPIRAN
11
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6
1. Peneliti
Nama : Sri Wahyuni Pasaribu
Nim : 19020016
Prodi : Akuakultur
Alamat : Jl. Padangsidempuan, Kel. Hajoran Kec. Pandan Kab.
Tapanuli Tengah
2. Dosen Pembimbing I
Nama : Dr. Ir. Henny Syawal, M.Si
NIP : 0012036202
Pekerjaann : Dosen STPK Matauli
Alamat : Lab. Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan
Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM 12.5, Simpang
Baru Pekanbaru 28293
3. Dosen Pembimbing II
Nama : Anne Rumondang, S.Pi., M.P
NIP : 0105048501
Pekerjaann : Dosen STPK Matauli
Alamat : Jl. Pancur sikkap, Desa Mela II, Kec. Tapian Nauli Kab.
Tapteng
Lampiran 4. Rancangan anggaran biaya (RAB) Penelitian
Jumlah 600.000
Pelaksanaan Penelitian
4 ``Biaya Transportasi 100.000
5 Persiapan Alat Penelitian 800.000
6 Persiapan Bahan Penelitian 100.000
7 Biaya Pemakaian Lab dan Alat 500.000
Jumlah 1.500.000
Penulisan Skripsi
8 Pengetikan (kertas dan print) 100.000
10 Biaya Tak Terduga 300.000
Jumlah 400.000
TOTAL (1+2+3) Rp 2.500.000