Dek Dekkkkk

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU LUMPUR


(Epinephelus coioides) DI KERAMBA JARING APUNG, MELA
II, TAPANULI TENGAH

SRI WAHYUNI PASARIBU


19020016

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PANDAN TAPANULI TENGAH
2024
IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU LUMPUR
(Epinephelus coioides) DI KERAMBA JARING APUNG, MELA
II, TAPANULI TENGAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanankan Penelitian


pada Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli

SRI WAHYUNI PASARIBU


NIM: 19020016

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PANDAN TAPANULI TENGAH
ii

2024
PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

Judul : Identifikasi Parasit Pada Ikan Kerapu Lumpur


(Epinephelus coioides) di Keramba Jaring Apung,
Mela II, Tapanuli Tengah

Nama : Sri Wahyuni Pasaribu

NIM : 19020016

Program Studi : Akuakultur


Pandan, Maret 2024
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Ir. Henny Syawal, M.Si


NIDN. 0012036202 Anne Rumondang, S.Pi, M.P
NIDN. 0105048501

Ketua STPK Matauli

Dr. Ir. Eddiwan, M.Sc


NIP. 196312311991031031
Diketahui oleh:
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya yang
begitu besar sehingga penyusunan proposal penelitian ini dapat diselesaikan
dengan judul “Identifikasi Parasit pada Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus
coioides) di Keramba Jaring Apung, Mela II, Tapanuli Tengah”. Adapun tujuan
proposal adalah untuk menjadi panduan dalam melaksanakan penelitian dan
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program sarjana pada program
studi Akuakultur Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli.
Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa serta dukungan kepada
penulis sehingga proposal penelitian ini dapat terselesaikan.
2. Ibu Dr. Ir. Henny Syawal, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan yang sangat bermanfaat dalam proposal penelitian ini.
3. Ibu Anne Rumondang, S.Pi., M.P sebagai Pembimbing II yang telah
berkontribusi memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan usulan
penelitian ini.
4. Seluruh pihak yang terkait dalam pembuatan proposal ini.
Penulis berharap dapat melanjutkan pengerjaan proposal penelitian ini
wajib dan harus semangat agar seluruh harapan dapat terwujud. Untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pihak manapun demi
kesempurnaan pennelitian ini.

Pandan, Maret 2024

Sri Wahyuni Paasaribu


ii

DAFTAR ISI
Isi Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 3
II.TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
2.1 Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides) .................................... 4
2.1.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides)... 4
2.1.2 Habitat Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides) ............................... 5
2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan Lumpur (E. coioides) .......................... 5
2.1.4 Pertumbuhan ................................................................................ 6
2.2 Parasit Yang Menyerang Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides) .......... 6
2.2.1 Endoparasit .................................................................................. 6
2.2.2 Ektoparasit ................................................................................... 7
2.3 Kualitas Air.......................................................................................... 7
2.4 Jenis Parasit Yang Menyerang Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides) . . 8
2.5 Ciri-ciri Ikan Yang Terjangkit Parasit................................................. 10
2.6 Cara Penanganan ................................................................................ 10
III. METODE PENELITIAN................................................................. 12
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan Yang Digunakan........................................................ 12
3.3 Metode Penelitian................................................................................ 12
3.4 Prosedur Penelitian.............................................................................. 13
3.4.1 Pengambilan Sampel..................................................................... 13
3.4.2 Pemeriksaan Sampel...................................................................... 13
3.4.3 Identifikasi Sampel........................................................................ 13
3.4.4 Parametr dan Perhitungan ............................................................. 14
3.4.5 Prosedur Kualitas Air.................................................................... 14
3.4.6 Intensitas........................................................................................ 15
3.4.7 Dominansi...................................................................................... 15
3.4.6 Analisis Data.................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 17
LAMPIRAN ............................................................................................ 20
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides)........................................... 4


iv

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

1. Rencana Kegiatan Penelitian................................................................. 7


v

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian................................................................................ 21


2. Organisasi Penelitian ................................................................................ 23
3. Rancangan Anggaran Biaya (RAB) Penelitian.......................................... 24
4. Outline Sementara ..................................................................................... 25
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan merupakan salah satu potensi sumberdaya alam yang dapat
dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kebutuhan pangan
bagi masyarakat. Menurut Karlina (2022), Sebagai sumber energi, ikan memiliki
nutrisi yang sangat baik seperti protein, asam lemak omega 3 dan 6, vitamin, dan
berbagai mineral yang bermanfaat dan sebagai bahan makanan, memiliki
kandungan protein yang tinggi, mengandung asam amino esensial, dan memiliki
nilai biologis 90%, memiliki jaringan ikat yang lebih sedikit dan lebih mudah
dicerna.
Ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides) merupakan salah satu jenis ikan
laut yang bernilai ekonomis serta dapat dikembangkan menjadi komoditas
budidaya yang menjanjikan. Ikan Kerapu adalah ikan karang yang memiliki nilai
ekonomis tinggi dan telah menjadi komoditas ekspor penting terutama ke
Hongkong, Jepang, Singapura dan Cina (Made 2017). Berkat potensinya yang
cukup besar, Departemen Kelautan dan Perikanan telah menjadikan ikan kerapu
sebagai salah satu komoditas unggulan nasional (Subyakto, 2019).
Budidaya ikan kerapu lumpur yang sudah dilakukan adalah budidaya di
keramba jaring apung (KJA). Faktor yang sangat penting dalam menunjang
kelangsungan hidup ikan kerapu lumpur yang dibudidayakan salah satunya adalah
lingkungan perairan yang tertata dengan baik. Seiring berkembangnya usaha
budidaya ikan di keramba jaring apung laut terdapat pula beberapa masalah yang
sering mengganggu, sehingga menghambat perkembangan usaha tersebut seperti
penyakit yang disebabkan oleh parasit (Bunga 2008).
Ruckert et al., (2009) yang mengungkapkan bahwa ikan kerapu E. coioides
dalam karamba jaring apung dapat terinfeksi oleh 13 spesies parasit. Ektoparasit
yang umumnya menyerang ikan kerapu macan ada tiga golongan, yaitu protozoa
(Trichodina dan Cryptocaryon irritans), krustasea (Caligus), dan trematoda
(Benedia, Neo-benedenia, Diplectanum, dan Haliotrema) (Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut, 2002). Ruckert et al., (2009) juga menemukan 62
spesies parasit, di antaranya 39% ektoparasit terdapat pada ikan rucah untuk ikan
2

kerapu, dan menyimpulkan ikan rucah yang dijadikan pakan ikan kerapu juga
dapat menjadi sumber parasit. Justin et al., (2010). pada 28 spesies ikan kerapu
yang dipelihara dalam jaring apung. Koesharyani et al., (2001) mendapatkan
kematian ikan kerapu mencapai 20-30% akibat serangan penyakit borok pada
kulit ikan.
Fidyandini (2012) menyatakan bahwa meskipun kejadian penyakit yang
disebabkan oleh parasit relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan yang
disebabkan oleh bakteri dan virus. Namun kasus dari parasit ini tidak dapat
diabaikan begitu saja karena infeksi yang disebabkan oleh parasit dapat
menyebabkan infeksi primer. Infeksi primer ini dapat mengakibatkan kondisi ikan
yang menjadi lemah akibat serangan parasit dan akan memudahkan masuknya
mikroorganisme lain yang tentu akan memperparah kondisi ikan dan
mempercepat terjadinya kematian atau mortalitas.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah penyakit pada ikan disebabkan oleh parasit yang dapat
menyebabkan penurunan kualitas ikan. Selanjutnya parasit yang menyerang ikan
budidaya juga akan memberikan gangguan kesehatan pada manusia. Hal tersebut
dapat mengakibatkan efek kematian pada populasi ikan dan konsekuensinya dapat
menyebabkan kerugian besar bagi industri perikanan. Parasit adalah organisme
yang hidupnya tergantung pada organisme lain dan memiliki hubungan timbal
balik dengan organisme yang ditumpanginya. Parasit pada ikan adalah parasit
yang hidup di tubuh ikan dan menjadikan ikan sebagai inang (Noble and Noble,
1989). Potensi ikan kerapu untuk kegiatan budidaya sangat terbuka, untuk itu
informasi keberadaan parasit pada ikan tersebut sangat dibutuhkan, mengingat
parasit merupakan salah satu pembatas dalam keberhasilan suatu usaha budidaya.
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ikan kerapu lumpur (E. coioides) yang dipelihara pada Keramba
Jaring Apung, Mela II terinfeksi endoparasit dan ektoparasit?
2. Berapa tingkat prevalensi, intensitas endoparasit dan ektoparasit pada ikan
kerapu lumpur (E. coioides) di Keramba Jaring Apung, Mela II ?
3

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis endoparasit dan ektoparasit yang menyerang
ikan kerapu lumpur (E.coioides) di keramba jaring apung, Mela II.
2. Mengetahui tingkat prevalensi, intrensitas, dominasi endoparasit dan
ektoparasit pada ikan kerapu lumpur (E. coioides) di keramba jaring apung,
Mela II.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan data yang
akurat tentang endoparasit dan ektoparasit apa saja yang menyerang
perkembangan dan pertumbuhan ikan kerapu lumpur (E. coioides) di keramba
jaring apung, Mela II serta dapat menambah wawasan tentang jenis dan
penyebaran parasit pada daerah tersebut. Selain itu juga, dapat memberikan upaya
untuk mengurangi parasit pada ikan kerapu lumpur (E. coioides) di keramba
jaring apung, Mela II, sehingga adanya timbal balik antara yang diteliti dan juga
untuk pembudidaya sendiri.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi (Epinephelus coioides)
Ikan kerapu lumpur (E. coioides) termasuk kedalam ikan migratory. Ikan
tersebut merupakan ikan karang yang sering ditemukan di kawasan terumbu
karang di daerah intertidal. Penyebaran ikan ini sangat luas, mulai dari Laut
Merah dan Afrika Selatan hingga Indonesia, Philipina, Jepang, Hawaii dan
Australia (Ratna et al., 2014). Menurut (Murtidjo, 2014) Klasifikasi ikan kerapu
lumpur adalah sebagai berikut: Kingdom Animalia Filum Chordata; Kelas
Actinopterygii; Ordo Perciformes; Famili Serranidae; Genus Epinephelus; Spesies
Epinephelus coioides

Gambar 1. Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides)


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Secara umum, ikan kerapu lumpur (E. coioides) memiliki kepala yang besar,
mulut lebar, dan tubuhya ditutupi sisik sisik kecil. Bentuk tubuh Ikan kerapu
lumpur (E. coioides) memanjang Bagian kepala dan punggung berwarna gelap
kehitaman, sedangkan perut berwarna keputihan. seluruh tubuh Ikan kerapu
lumpur (E. coioides) dipenuhi bintik-bintik kasar berwarna kecokelatan atau
kemerahan. Bagian tepi operkulum, bergerigi dan terdapat duri-duri pada
operkulum. Letak dua sirip punggungnya (yang pertama berbentuk duri-duri),
5

terpisah. Semua jenis kerapu mempunyai tiga duri pada sirip dubur dan tiga duri
pada bagian tepi operculum (Purba, 2010).
2.1.2 Habitat Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides)
Ikan kerapu lumpur (E. coioides) hidup di perairan muara sungai dengan
kisaran kadar garam 15 - 30 ppt, kadar oksigen terlarut antara 4,9 - 9,3 mg/l dan
suhu air 24 – 31oC. Ikan kerapu lumpur (E. coioides) juga dapat hidup dan tumbuh
di tambak berkadar garam antara. 7,1 - 31 ppt. Sebagaimana halnya dengan ikan
kerapu jenis lainnya, Ikan kerapu lumpur (E. coioides) bersifat protogony
hermaphrodit. Artinya, jenis kelamin ikan akan berubah sejalan dengan
pertumbuhannya. Pada waktu masih berumur 3 tahun atau kurang, Ikan kerapu
lumpur (E. coioides) ini berkelamin betina. Namun sesudah ikan kerapu ini
berumur lebih dari 4 tahun ikan kerapu ini berubah kelamin menjadi jantan tanpa
perubahan morfologi yang jelas. Ikan kerapu merupakan jenis ikan demersal yang
menyukai hidup di perairan karang, diantaranya celah-celah karang atau di dalam
gua di dasar perairan (Widodo, 2006).
2.1.3 Kebiasaan makan Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides)
Kebiasaan makanan (food habit) ikan kerapu lumpur adalah udang kecil
sumber makanan tersebut sering di makan dibandingkan dengan ikan kecil.
Menurut Asriyana et al., (2009) kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan
kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Makanan alami ikan berasal dari
berbagai kelompok tumbuhan dan hewan yang berada di perairan tersebut. Suatu
spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan
makanannya. Ketersediaan makanan merupakan faktor yang menentukan
dinamika populasi, pertumbuhan, reproduksi serta kondisi ikan yang ada di suatu
perairan (Asriyana et al., 2009).
Menurut Akbar (2001), bahwa ikan kerapu tergolong buas (carnivora) yang
rakus, sifat kanibalnya akan muncul apabila kekurangan pakan, hidupnya
menyendiri dan banyak ditemui pada daerah terumbu karang. Pengamatan
menunjukan bahwa kerapu mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum
matahari terbit dan sore hari menjelang terbenam (Tampubolon dalam Ditjenkan,
1999). Kerapu yang dipelihara di dalam Karamba Jaring Apung (KJA) atau dalam
bak terkontrol mempunyai kebiasaan menyergap pakan yang diberikan satu
6

persatu sebelum pakan itu sampai ke dasar. Kerapu yang dalam keadaan lapar
terlihat siaga dan selalu menghadap ke permukaan dengan mata bergerak-gerak
mengintai dan siap untuk memangsa pakan. Jenis pakan yang disukai adalah
udang krosok, belanak, jenaha, cumi-cumi yang berukuran 10-25% dari ukuran
tubuhnya (Akbar, 2000).
2.1.4 Pertumbuhan
Pada umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus
sepanjang hidupnya. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan merupakan salah
satu aspek yang dipelajari dalam dunia perikanan dikarenakan pertumbuhan
menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan.
Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah atau ukuran yang bersifat kuantitatif,
karena mudah di amati dan bersifat irreversible atau tidak dapat kembali seperti
semula. Serta dapat dinyatakan dengan angka, grafik, dan sebagainya (Suriyono,
2016).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang
meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang
berhubungan dengan lingkungan. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi
kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolik, ketersediaan pakan, dan
penyakit. Meskipun secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan
sangat penting adalah zat hara dan suhu lingkungan. Akan tetapi, di daerah tropis
zat hara lebih penting dibandingkan lingkungan. Tidak semua makanan yang
dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari
makanan digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Suriyono,
2016).

2.2 Parasit Yang Menyerang Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides)


2.2.1 Endoparasit
Endoparsit adalah parasit yang hidup dalam jaringan atau dalam hospes
seperti cacing cestoda, nematoda, trematoda dan protozoa yang dapat
mengakibatkan gangguan perumbuhan, anemia dan diare. Endoparasit parasit
yang menyerang bagian dalam tubuh ikan, misalnya usus, ginjal dan hati.
Keberadaan endoparasit dapat menyebabkan kematian pada populasi inang dan
7

konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian besar bagi industri perikanan.


Infeksi endoparasit dapat menyebabkan dampak yang dapat merugikan secara
ekonomi, yaitu ikan kehilangan berat badan, penolakan oleh konsumen karena
perubahan patologi pada inang, penurunan fekunditas ikan dan penurunan jumlah
dalam penetasan ikan dan larva (Anshary, 2008).
Perkembangan endoparasit dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor lingkungan, diantaranya suhu dan kandungan bahan kimia suatu perairan
(Hassan, 2008). Selain itu, adanya organisme invertebrata yang hidup di sekitar
karamba jaring apung juga menjadi faktor penyebaran endoparasit pada ikan,
karena organisme tersebut dapat berperan sebagai inang perantara dari beberapa
spesies endoparasit (Ruckert et al., 2009).
2.2.2 Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang ditemukan di luar tubuh ikan. Hal ini
disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang menguntungkan yang dapat
menyebabkan ikan mengalami stres. Dimana dalam keadaan stres ikan menjadi
lemah dan mudah terserang penyakit yang biasanya disebabkan oleh parasit
seperti cacing jamur ataupun bakteri (Hernawati, 2015). Penyakit akibat infeksi
ektoparasit dapat menyebabkan iritasi pada organ luar seperti insang dan kulit Hal
ini dapat menyebabkan terganggunya proses respirasi dan osmoregulasi serta
menurunkan imunitas ikan. Kerentanan pada ikan yang terinfeksi menjadi patogen
yang menyebar secara cepat dan mampu berpindah diantara ikan-ikan (Putri, Hadi
Utomo & Desrina, 2016).
2.3 Kualitas Air
Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik,
kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air
relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Adapun macam-macam
parameter yang sesuai untuk mengukur kualitas air adalah sebagai berikut:
a. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap konsumsi oksigen, pertumbuhan ikan
kerappu lumpur dalam lingkungan budidaya perairan. Suhu berpengaruh terhadap
proses metabolisme dalam tubuh ikan. Semakin tinggi suhu maka metabolisme
8

semakin cepat terjadi. Keberhasilan dalam budidaya ikan kerapu lumpur berkisar
antara 24 – 31oC (Widodo, 2006).

b. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada budidaya ikan
kerapu lumpur. Salinitas berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme
tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi (Gracia et al., 2006 dalam Yurisma et
al., 2013). Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah
tekanan osmotik dan konsentrasi cairan tubuh serta kebutuhan oksigen.
Lingkungan perairan dengan perubahan salinitas dapat mempengaruhi laju
konsumsi oksigen (LKO) ikan. Kerapu Lumpur tergolong jenis ikan yang cukup
luas salinitasnya yaitu berkisar antara 15-30 ppt. Salinitas ideal untuk
pemeliharaan kerapu lumpur berkisar antara 15-30 ppt (Soemarjati et al., 2015).
c. pH
pH adalah derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan, menyatakan
logaritma negative konsentrasi ion H dengan bilangan pokok 10. Larutan netral
mempunyai pH 7, asam lebih kecil dari 7, basa lebih besar dari 7.Di perairan yang
tidak tercemar pH di control oleh ion CO2, Carbonate dan Bicarbonate. Hal ini
sesuai dengan pendapat Ghufran (2010) ikan kerapu macan diketahui sangat baik
pertumbuhannya pada pH normal air laut yaitu antara 6,0 ± 8,2. Apabila terjadi
perubahan asam atau basa di perairan dapat mengganggu sistem keseimbangan
ekologi, selain itu pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik langsung dari fotosintesis yang
menggunakan CO2 selama proses tersebut.
d. DO (Dissolved Oxygen)
DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut adalah merupakan salah satu
parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur
dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O 2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar (Prahutama, 2013). Menurut
9

(Evalawati et al., 2001) Ikan kerapu macan dapat hidup layak dalam karamba
jaring apung dengan konsentrasi oksigen terlarut 4,9 - 9,3 mg/l.
10

2.4 Jenis Parasit yang Menyerang Ikan Kerapu Lumpur (E. coioides)
2.4.1 Ektoparasit yang menyerang ikan kerapu lumpur
a. Argulus sp.

Gambar 2. Argulus sp.


Ciri utama yang paling menonjol pada Argulus sp. adalah adanya sucker
besar pada bagian ventral. Sucker merupakan modifikasi maxillae pertama dan
berfungsi sebagai organ penempel utama pada Argulus sp. dewasa. Selain itu
terdapat preoral dan proboscis untuk melukai dan menghisap sari makanan dari
inang. Bentuk tubuh Argulus sp. adalah pipih bulat dengan diameter ± 5 mm.
Tubuhnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu cephalothorax, thorax, dan abdomen.
Ciri utama yang paling menonjol pada Argulus sp. adalah adanya sucker besar
pada bagian ventral. Sucker merupakan modifikasi maxillae pertama dan
berfungsi sebagai organ penempel utama pada Argulus sp. dewasa. Selain itu
terdapat preoral dan proboscis untuk melukai dan menghisap sari makanan dari
inang.
b. Epistylis sp.

Gambar 3. Epistylis sp.


11

Parasit ini berukuran 50-250 mikro, membentuk koloni dan tersusun pada
tangkai yang bercabang-cabang namun bersifat “non-contractile”. berkembang
biak dengan pembelahan. Epistylis sp. merupakan protozoa bersiliata berkoloni
yang berbentuk silinder tipis atau lonceng dengan tangkai yang panjang dan
nonkontraktil dengan panjang kira-kira 0,4-0,5 mikrometer.
c. Gyrodactylus sp.

Gambar 4. Gyrodactylus sp.


Gyrodactylus sp. tergolong dalam cacing monogenea. Cacing ini berbentuk
pipih dan pada ujung badannya terdapat sejenis alat yang berfungsi sebagai
pengait dan juga alat yang berfungsi dalam menghisap darah.
Cacing ini menyerang pada bagian sirip dan kulit ikan sehingga
menyebabkan penyakit gyodactyliasis. Penulrana penyakit ini dapat melalui air
maupun kontak langung antara ikan yang terinfeksi dengan ikan yang sehat.
Faktor yang mendukung berkembangnya.
2.4.2 Endoparasit yang menyerang ikan kerapu lumpur
a. Acanthocephalus sp.

Gambar 5. Acanthocephalus sp.


Acanthocephalus sp. adalah parasit obligat invertebrata, yang ciri utamanya
adalah adanya belalai yang dapat dipertanyakan, dipersenjatai dengan duri, yang
memungkinkan mereka menempelkan diri ke mukosa usus usus inang mereka.
Nama Acanthocephala berasal dari bahasa Yunani acanthus, yang berarti duri,
dan kephale, yang berarti kepala. Acanthocephalans memiliki siklus hidup yang
12

kompleks, yang melibatkan berbagai inang vertebrata dan invertebrata. Siklus ini
dikenal kurang dari seperempat dari spesies yang dijelaskan.
b. Prosorhynchus sp.

Gambar 6. Prosorhynchus sp.


Endoparasit, berbentuk pipih, Ukuran 1 – 2,6 x 0,2 – 0,8 mm - Mempunyai
dua alat penghisap di anterior dan bagian ventral Gejala klinis : - Adanya kista
kecil berwarna putih kekuningan atau kecoklatan pada kulit, sirip dan insang, dan
Perut ikan menggembung Efek pada inang : - Menghambat pertumbuhan dan
mengganggu fungsi organ vital - Pada insang, dydymozoid menyebabkan
hiperplasia epitel - Bila dikonsumsi manusia dapat menyebabkan diare, gangguan
jantung dan komplikasi yang parah. Pencegahan : - Inang intemediet (moluska)
yang diketahui sebagai pembawa larva parasit sebaiknya dimusnahkan dari tempat
pemeliharaan.
c. Echinocephalus Sp.

Gambar 7. Echinocephalus Sp.


Echinocephalus Sp. Menyerang ikan kerapu pada bagian lambung dan usus.
Ciri-ciri parasit : Berbentuk silinder, tidak bersegmen, berukuran 7 – 21 x 0,18 –
0,8 mm (betina), berukuran 3 – 9 x 0,1 – 0,5 mm (jantan) Gejala klinis : - Nafsu
13

makan berkurang, tubuh kurus, permukaan tubuh berwarna hitam, dan usus
membengkak.
Efek pada inang : Menghambat pertumbuhan Pencegahan dan pengobatan :
- Air pemeliharaan difilter, Inang perantara dimusnahkan, dan bak pemeliharaan
dikeringkan dan dikapur untuk membunuh telur nematoda.

2.5 Ciri-ciri ikan yang terserang penyakit parasit


Adapun ciri-ciri ikan yang terserang penyakit parasit adalah nafsu makan
berkurang, tubuh kurus, permukaan tubuh bewarna hitam atau gelap, sirip rusak
atau tidak sempurna, tubuh lemah dan tidak luas bergerak, dan sisik yang tidak
sempurna. Selain itu juga, ikan akan kehilangan berat badan, pengurangan
kestabilan pertumbuhan dan dapat mengakibatkan mortalitas pada ikan.

2.6 Cara Penanganan


Adapun cara penanganan untuk menghindari adanya penyakit yang
disebabkan oleh parasit adalah sebagai berikut:
1. Perendaman/ imersi.
Tehnik perendaman dilakukan dengan melarutkan obat sesuai dengan
konsentrasi yang telah ditentukan, kemudian mencampurkannya dengan air
dimana telah ditempatkan ikan yang akan diobati.
2. Per oral/ pakan.
Pemberian obat melalui pakan banyak digunakan untuk pengobatan
penyakit, peningkatan kekebalan tubuh ataupun memperbaiki gizi pada ikan.
Pengobatan melalui pakan sebaiknya dilakukan pada tahap awal seangan
penyakit, saat ikan masih memiliki nafsu makan. Akan tetapi, metode ini
memiliki kelemahan yaitu:
a. Hanya dapat dilakukan jika ikan dalam kondisi mau makan
b. Proses persiapan obat harus repot, obat harus dicampur dahulu dengan p
akan dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang Panjang
c. Pada obat tetentu, palatabilitasnya kurang sehingga tidak dimakan oleh i
kan.
14

3. Parenteral/ injeksi.
Teknik pengobatan melalui injeksi ini adalah metode yang sangat manjur
penanggulangan penyakit ikan. Obat yang diberikan akan masuk ke dalam
tubuh ikan dengan dosis yang tepat dan cepat bereaksi. Namun metode ini
juga memiliki kelemahan yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tidak dapat dilakukan pada ikan yang berukuran kecil
b. Kurang efektif jika dilakukan dalam Jumlah banyak
c. Petugas harus mempunyai keahlian dalam menyuntik
d. Belum banyak obat ikan yang diberikan pada metode injeksi
e. Respon ikan terhadap obat yang dibeikan berbeda-beda
15

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - November 2023 di
Keramba Jaring Apung Mela II, untuk Identifikasi Endoparasit dan Ektoparasit
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan Sekolah Tinggi Perikanan dan
Kelautan Matauli, Pandan.
III.2 Alat dan Bahan Yang Digunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Tabel 1. Alat dan Bahan


No Alat yang digunakan Bahan yang digunakan
.
1. Penggaris Kerapu lumpur (Epinephelus
coioides)
2. Alat tulis Tisu
3. Kamera Aquades
4. Timbangan digital Larutan garam fisiologis
5. 1 set alat bedah (bisturi)
6. Pinset
7. Object glass
8. Cover glass
9. Pipet tetes
10. Mikroskop

3.3 Metode Penelitian


Pengambilan sampel dilakukan 1 x 2 minggu selama 3 bulan secara
purposive sampling pada ikan yang memperlihatkan gejala klinis sakit. Sebanyak
30 ekor ikan diambil setiap sampling dari 3 unit Keramba Jaring Apung Mela II,
16

Tapanuli tengah dan juga pengamatan secara langsung di Laboratorium Kesehatan


Ikan Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan Dan Perikanan Matauli.

III.3 Paramater yang diamati


III.3.1 Identifikasi Jenis Parasit
Identifikasi parasit dilakukan pada bagian luar tubuh ikan yang meliputi
mucus, insang, sirip dan mata. Identifikasi parasit dan organ yang diserang dilaku
kan sesuai prosedur dan hasilnya dicatat.
III.3.2 Prevalensi Parasit
Parameter penelitian yang diamati adalah intensitas ektoparasit serta prevale
nsi. Prevalensi parasit dihitung dengan menggunakan rumus Kabata (1985) dalam
Maulana dkk. (2017) sebagai berikut:
Σ Ikan yang terserang parasit
Prevalensi= × 100 %
Σ Ikan yang diperiksa
Hasil perhitungan prevalensi dan intensitas ektoparasit ikan kerapu lumpur
akan dimasukkan dalam kategori prevalensi parasit yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 2. Kriteria frekuensi infeksi parasit menurut Williams dan Williams (1996).
No Prevalensi Kategori Keterangan
1 99-100% Selalu Infeksi sangat parah
2 90-98% Hampir selalu Infeksi parah
3 70-89% Biasanya Infeksi sedang
4 50-69% Sangat sering Infeksi sangat sering
5 30-49% Umumnya Infeksi biasa
6 10-29% Sering Infeksi sering
7 1-9% Kadang Infeksi kadang
8 <1-0,1% Jarang Infeksi jarang
9 <0,1-0,1% Sangat jarang Infeksi sangat jarang
10 <0,01% Hampir tidak ada Infeksi tidak pernah
17

3.3.3 Intensitas Parasit


Intensitas merupakan jumlah rata-rata parasit per ikan yang terinfeksi.
Intensitas dihitung dengan menggunakan rumus Kabata (1985) sebagai berikut:

Σ Parasit yang ditemukan


Intensitas ¿
Σ Ikan yang terinfeksi

Hasil dari perhitungan nilai Intensitas mempunyai kategori yang dapat


dilihat sesuai dengan tabel berikut ini:

Tabel 3. Kreteria intensitas menurut Williams dan Williams (1996)


No Intensitas (ind/ekor) Kategori
1 <1 Sangat Ringan
2 1-5 Ringan
3 6-55 Kadang-Kadang
4 51-100 Berat
5 >100 Sangat Berat
6 >1000 Sangat Hebat

3.3.4 Dominansi Parasit


Dominasi adalah jenis ektoparasit dalam keseluruhan ikan sampel yang
diperiksa. Dominansi bisa dihitung rumus Kabata (1985):

Jumlah satu parasit yang menginfeksi ikan


Dominansi = x100%
Jumlah total parasit yang menginfeksi ikan
3.3.5 Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur selama kegiatan penelitian adalah suhu,
pH, amoniak dan oksigen terlarut (DO). Pengukuran kualitas air dilakukan 3 kali
selama penelitian yaitu pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. Pengukuran
dilakukan pada pagi, siang dan malam hari.
Kualitas air yang diukur selama pemeliharaan dan pengamatan larva adalah
suhu yang diukur dengan menggunakan thermometer, oksigen terlarut diukur
18

dengan menggunakan DO-meter, amoniak menggunakan spektrofotometer, dan


pH diukur dengan pH meter.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan 1x dalam 2 minggu dengan 3x pengambilan
sampel. Jumlah sampel sebanyak 90 ekor dengan ukuran sampel 10 – 30 cm.
Sampel ikan kerapu lumpur (E. coioides) dibawa dalam keadaan hidup, kemudian
dimasukan ke dalam kantong plastik dan diberi oksigen, selanjutnya dibawa ke
Laboratorium Kesehatan Ikan Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli.
3.4.2 Pemeriksaan Sampel
a. Pemeriksaan endoparasit
Ikan kerapu lumpur (E. coioides) dibedah, organ pencernaan yaitu
lambung dan usus dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi larutan garam
fisiologis NaCl 0,9 % selama 5 menit, lalu digunting dan disayat tipis, kemudian
diletakkan di kaca objek, di amati di bawah lensa mikroskop dengan perbesaran
10x10 dan 10x40.
b. Pemeriksaan ektoparasit
Pemeriksaan Insang dilakukan dengan cara menggunting operkulum
sehingga lembaran insang jelas kelihatan. Lembaran insang diambil, kemudian
setiap lembar diletakkan di kaca objek ditetesi larutan garam fisiologis,
selanjutnya dilihat di bawah lensa mikroskop. Pemeriksaan sirip, setiap sirip yang
ada, termasuk sirip dada dan sirip ekor juga diperiksa. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara menggunting seluruh sirip ikan, kemudian dimasukkan ke gelas piala
yang di dalamnya sudah ada larutan garam fisiologis. Kemudian sirip yang tipis
tersebut diletakkan di atas kaca objek dan dilihat di bawah lensa mikroskop.
Pemeriksaan mukus atau lendir yang terdapat dipermukaan tubuhnya dikerok dari
kepala ke arah ekor, kemudian dibuat preparat ulas tipis lendir di atas kaca objek
yang telah diberi larutan garam fisiologis, lalu diperiksa di bawah lensa
mikroskop.
19

3.4.3 Identifikasi sampel


Pengamatan parasit dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler
dan Identifikasi parasit menggunakan buku panduan yang ditulis oleh Kabata
(1985).

3.4.5 Prosedur Kualitas Air


A. Suhu
Termometer air adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu air yaitu
dengan mencelupkan atau memasukan termometer pada air yang ingin diukur.
B. DO
DO (Larutan Oksigen) Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kadar oksigen dalam air atau dalam larutan menggunakan sistem digital, yang
dimana alat tersebut dimasukan ke dalam air dan tunggu sebentar hingga akan
muncul berapa kadar oksigen pada air yang diteliti.
C. Salinitas
Salinometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur salinitas dalam air
laut yang dimana alat ini dimasukan sebagian kedalam air yang akan diteliti dan
tunggu sebentar hingga alat tersebut menunjukan nilai salinitas perairan tersebut.
D. pH
pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur level pH (level dasar
atau tingkat keasaman) dalam air. Alat ini dimasukan kedalam air yang akan
diteliti dan ditunggu ssebentar untuk mendapatkan hasil dari pH yang diinginkan.

3.4.6 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil identifikasi parasit, dianalisis secara
deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. Sedangkan nilai
prevalensi dan instensitas untuk setiap sampel ikan yang disajikan dalam bentuk
tabel yang mengacu pada Williams dalam Syarida (2021) dan Kabata (1985).
Pengamatan menggunakan mikroskop dan identifikasi parasit dilakukan
berdasarkan buku Kabata (1985).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data tentang


jenis ektoparasit dan organ yang diserang pada ikan kerapu, prevalensi parasit
(%), intensitas parasit, dan dominansi parasit (%). Jenis ektoparasit dan organ
yang diserang pada ikan kerapu disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis Ektoparasit dan Organ yang Diserang


Jenis Organ yang Diserang
Dactylogyrus sp. Insang dan mukus
Tricodina sp. Insang dan mukus
Epistylis sp. Mukus

Prevalensi parasit (%), intensitas parasit dan dominansi parasit (%) disajikan
pada Tabel 5.

Tabel 5. Prevalensi parasit (%), intensitas parasit dan dominansi parasit (%)
Prevalensi Dominansi
Keramba Jenis Parasit Intensitas
(%) (%)
Dactylogyrus sp. 20 25,67 86,03
Tricodina sp. 3 5 2,79
A
Epistylis sp. 7 10 11,17

Dactylogyrus sp. 10 26,33 100


Tricodina sp. 0 0 0
B
Epistylis sp. 0 0 0

Dactylogyrus sp. 13,33 27,25 91,60


Tricodina sp. 0 0 0
C
Epistylis sp. 3 10 8,40

4.1 Identifikasi Jenis Ektoparasit


4.1.1 Dactylogyrus sp.
Klasifikasi Dactylogyrus sp. menurut Fautama (2018) berasal dari
Kingdom: Animalia; Phylum: Platyhelminthes; Class: Trematoda; Ordo:
Dactylogyridae; Genus: Dactylogyrus; Spesies: Dactylogyrus sp.
2

Dactylogyrus sp. merupakan parasit yang umumnya ditemukan pada


perairan tawar dan laut. Secara morfometrik Dactylogyrus sp. mempunyai tubuh
pipih, di bagian anterior terdapat pharink, kemudian di bagian posterior terdapat
disk (lempengan) berisi beberapa jangkar, dua di bagian tengah dan 14 di bagian
sisi. Jangkar tengah berfungsi sebagai alat pengait. Dactylogyrus sp. menjadi
parasit yang paling sering ditemukan dalam sampel ikan kerapu lumpur. Parasit
Dactylogyrus sp. yang diambil dari sampel ikan kerapu lumpur dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8. Dactylogyrus sp.


Pudjiastuti dan Setiati (2015) menyatakan ikan yang terserang Dactylogyrus
sp. biasanya bertubuh kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak
menutup dengan sempurna karena insangnya rusak, serta kulit ikan terlihat buram.
Berdasarkan hasil penelitian Dactylogyrus sp. ditemukan pada bagian insang dan
juga mukus ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides).
Hal ini sejalan dengan pendapat Yuliartati (2011) bahwa Dactylogyrus sp.
hanya menyerang insang ikan dan tidak ditemukan pada organ lainnya.
Dactylogyrus sp. tergolong dalam cacing monogenea. Cacing ini berbentuk pipih
dan pada pangkal tubuhnya terdapat sejenis alat yang fungsinya sebagai pengait
dan juga alat yang berfungsi dalam menghisap darah. Cacing ini menginfeksi sirip
dan kulit sehingga menyebabkan penyakit gyodactyliasis. Penularan parasit
melalui air maupun kontak langung antara ikan yang terinfeksi dengan ikan yang
sehat.
3

Parasit Dactylogyrus sp. atau dapat disebut sebagai cacing insang, umumnya
banyak ditemukan menginfeksi bagian insang ikan. Infeksi parasit ini dapat
mengubah warna tubuh ikan menjadi pucat, warna kehitaman pada insang serta
meningkatnya lendir. Hingga menyebabkan kerusakan insang pada ikan yang
terinfeksi parasit Dactylogyrus sp. dalam jumlah yang besar. Epitel lamela insang
akan mengalami hyperplasia. Selain itu, infeksi parasit ini menyebabkan produksi
lendir meningkat yang menyebabkan terganggunya proses respirasi ikan (Wahyuni,
2013).

4.1.2 Tricodina sp.


Klasifikasi Tricodina sp menurut Kurnia et al. (2019) adalah sebagai
berikut: Kingdom Animalia, Phylum Cilliophora, Class Oligomonophorea, Ordo
Sessilina, Family Trichodinidae, Genus Trichodina, Species Trichodina sp.

Gambar 2. Trichodina sp.


Menurut Ali et al. (2013) Ikan yang terserang parasit Trichodina sp.,
menjadi lemah dengan warna tubuh yang kusam dan pucat, produksi lendir yang
berlebihan dan nafsu makan ikan turun sehingga ikan menjadi kurus. Penurunan
daya tahan tubuh ikan dan rendahnya sistem kekebalan tubuh maka terjadinya
kematian. Kematian pada ikan terjadi karena ikan memproduksi lendir secara
berlebihan sehingga mengakibatkan terganggunya sistem pertukaran oksigen,
karena dinding lamelainsang dipenuhi oleh lendir. Penularan penyakit ini bisa
4

melalui air atau kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi dan penularannya
didukung oleh rendahnya kualitas air pada wadah tempat ikan dipelihara.
Parasit Trichodina sp. dapat menyebabkan stres hingga kerusakan pada
morfologi ikan. Parasit ini tergolong parasit yang cukup patogen dan penyebab
kematian pada inang. Jika tingkat infeksi Trichodina sp. tinggi hal tersebut didukung
oleh kondisi perairan, yang mempercepat perkembangbiakan Trichodina sp.

4.1.3 Epistylis sp.


Klasifikasi Epistylis sp. menurut Dias et al .(2006) adalah sebagai berikut:
Phylum Protozoa, Class Ciliata, Order Peritrichida Family Epistylidae, Genus
Epistylis, Species Epistylis sp.
Parasit ini bereproduksi secara seksual maupun aseksual. Pembelahan secara
aseksual terjadi melalui pembelahan biner. Epistylis sangat mudah berkembang
pada perairan yang berdifat bahan organik sehingga mengakibatkan populasinya
menjadi meningkat, hal tersebut dapat terjadi karena koloni Epistylis mampu
mensekresikan enzim yang dapat menghancurkan jaringan inang sehingga
memicu terjadinya infeksi sekunder.

Gambar 3. Epistylis sp.


Infeksi yang (atau secara praktis dapat dipandang) menjadi akar penyebab
masalah kesehatan saat ini. Gejala klinis akibat Epistylis adalah berkurangnya
tingkat pertumbuhan, pergerakan lambat dan kurang, mengakibatkan lesi pada
epitel insang dan juga dapat mengakibatkan ikan sakit hingga mengalami
kematian.
5

IV.2 Prevalensi Parasit


Terdapat 3 spesies parasit pada Keramba A yang memiliki persentasi
prevalensi yaitu Dactylogyrus sp. memiliki prevalensi sebesar 20% dengan
kategori Sering dan tergolong Infeksi Sering, Tricodina sp. sebesar 3% dengan
kategori Kadang dan tergolong infeksi Kadang, serta Epistylis sp. sebesar 7%
dengan kategori Kadang dan tergolong infeksi Kadang.
Pada Keramba B hanya terdapat 1 spesies parasit yaitu Dactylogyrus sp.
yang memiliki nilai prevalensi sebesar 10% dengan kategori Sering dan tergolong
Infeksi Sering.
Kemudian pada Keramba C terdapat 2 spesies parasit yaitu Dactylogyrus sp.
dengan prevalesi sebesar 13,33% dengan kategori Sering dan tergolong Infeksi
Sering, kemudian Epistylis sp. sebesar 3% dengan kategori Kadang dan tergolong
infeksi Kadang.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa prevalensi Dactylogyrus sp. memiliki
nilai yang lebih tinggi dari prevalensi parasit lain dalam budidaya ikan kerapu
lumpur. Tingginya prevalensi parasit disebabkan kurangnya pengelolaan kualitas air,
adanya gangguan pada fisiologi ikan serta pengaruh dari iklim sehingga ikan mudah t
erserang penyakit dan parasit. Keberhasilan usaha budidaya ikan salah satunya dipeng
aruhi oleh aspek lingkungan terutama kualitas air. Kualitas dan kuantitas air merupak
an kunci utama sebagai syarat keberhasilan budidaya ikan. Prevalensi parasit pada
masing-masing keramba dapat dilihat dalam diagram pada Gambar 4.

25%
20%
20%
Prevalensi Parasit

15% 13%
10%
10%
7%
5% 3% 3%
0% 0% 0%
0%
Keramba A Keramba B Keramba C
Keramba Pengambilan Sampel

Dactylogyrus sp. Tricodina sp. Epistylis sp.


6
7

DAFTAR PUSTAKA
Akbar S. & Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Bebek.
Jakarta: Penebar Swadaya. hlm. 103.

Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL)


Mata Kuliah Parasitologi Ikan. Lembaga Kajian dan Pengembangan
Pendidikan (LKPP). Universitas Hasanuddin. Makassar. 126 hal.

Asriyana, Rahardjo M.F., Sukimin S., Batu L.F.D., Kartamihardja., S.E. 2009.
Keanekaragaman Ikan di Perairan Teluk Kendari Sulawesi Tenggara.
2009. Jurnal Iktiologi Indonesia Vol: 9 (2) 97-112 hal.

Bunga M. 2008. Prevalensi dan intensitas serangan parasit Diplectanum sp.


Pada insang ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus, Forskall) di
Keramba Jaring Apung. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin. 18(3): 204-210.

Burhan, 2016. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Yogyakarta: Kanisius.

Evalawati, Meiyana, M., dan Aditya, T.W. 2001. Modul Pembesaran Kerapu
Macan (Epinephelus fuscogutattus) Dan Kerapu Tikus (Epinephelus
altivelis) di Keramba Jaring Apung. Lampung: Departemen Kelautan dan
Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Laut.

Fidyandini HP, Subekti S, Kismiyati. 2012. Identifikasi dan prevalensi


ektoparasit pada ikan bandeng (Chanos chanos) yang dipelihara di
keramba jaring apung UPBL Situbondo dan di Tambak Desa Gangurejo
Kecamatan jabon Sidoarjo. Journal of Marine and Coastal science. 1(2):
91-112.

Ghufran M. 2001. Pembesaran Kerapu Bebek di Keramba Jaring Apung.


Yogyakarta: Kanisius. 132 hal.

Ghufran, M.H. 2010. Pemeliharaan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus


fuscogutattus) di Keramba Jaring Apung. Jakarta: Akademia

Hadiroseyani, Y. P. Hariyadi dan Nuryati, S. 2006. Inventarisasi Parasit Lele


Dumbo (Clarias sp) Di Daerah Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5 (2):
167- 177.

Hassan, M. 2008. Parasites of Native and Exotic Freshwater Fishes in the South-
West of Western Australia. Thesis. Murdoch University. Perth, Western
Australia. 173 hal.

Hernawati, R. D. (2015). Investasasi patogen pada ikan botia (Chromobotia


macracanthus bleeker) di Stasiun Karantina Ikan Kelas I Supadio,
Pontianak, Jurnal Dain Veteriner, 33 (1), 103-109.
8

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor
and Francis, London Philadelphia. 318 p.

Karlina, N. K. Y. 2022. gambar angka lempeng total pada ikan bakar di daerah
wisata lovina (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Tahun 2022).

Made S, Fakhriyyah S, Darawelalangi A. 2017. Analisis kontribusi ekspor ikan


kerapu (Ephinephelus sp.) terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
Provinsi Sulawesi Selatan. Journal of Economic and Social of Fisheries
and Marine. 4(2): 126-134.

Murtidjo. B., 2014. Pedoman Budidaya Ikan Kerapu Kanisius. Yogyakarta.

Noble ER, Noble GA. 1989. Parasitologi. Biologi parasit hewan. Edisi kelima.
Diterjemahkan oleh drh Wardiarto. Editor Prof.Dr. Noerhajati Soeripto.
Gajah Mada University Press.

Prahutama, Alan. 2013. Estimasi Kandungan Do (Dissolved Oxygen) Di Kali


Surabaya Dengan Metode Kriging. Statistika MIPA UNDIP. 1(2)

Purba, Radiks. 2010. Analisis Biaya dan Manfaat. Jakarta: Rineka Cipta.

Putri, S. M., Haditomo, A. H. C., & Destinasi. (2016). Infestasi Monogenea pada
insang ikan konsumsi air tawar di kolam budidaya Desa Ngrajek
Magelang. Aquacultur Management AndTechnology, 5(1), 162-170.

Ratna dkk., 2014. kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Laporan Teknis Proyek
Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, T.A. 2003. Hal. 39-59.

Ruckert, S., S. Klimpel, S. Al-Quraishy, H. Mehlhorn, and H.W. Palm. 2009.


Transmission of Fish Parasites into Grouper Mariculture (Serranidae:
Epinephelus coioides (Hamilton, 1882) in Lampung Bay, Indonesia.
Journal Parasitology Reseach (2009) 104: 523- 532.

Suriyono, 2016. Fisiologi Pertumbuhan Hewan Air. Universitas Halu Oleo,


Kendari.

Widodo S.M. 2006. Deferensiasi Gonad/Seks (Hermaprodit Protogyni) pada Ikan


Kerapu Lumpur (Epinephelus Coiodes Hamilton) pada Kisaran Berat
Tubuh yang Berbeda di Perairan Tanjung Luar, Lombok Timur, NTB.
Jurnal Protein Vol.13.No2.

Williams, E.H., L.B Williams. 1996. Parasites offshore big game fishes of Puerto
Rico and the Western Atlantic. University Puerto Rico, Mayagues
9
10

LAMPIRAN
11

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian


12

Lampiran 2. Rencana waktu penelitian

No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6

1 Penulisan Proposal Penelitian


2 Revisi Proposal
3 Seminar Proposal
4 Survei Lokasi
5 Pengambilan Sample
6 Identifikasi Sample
7 Penulisan Skripsi Dan Revisi
8 Seminar Hasil
9 Sidang Komprehensif
13

Lampiran 3. Organisasi penelitian

1. Peneliti
Nama : Sri Wahyuni Pasaribu
Nim : 19020016
Prodi : Akuakultur
Alamat : Jl. Padangsidempuan, Kel. Hajoran Kec. Pandan Kab.
Tapanuli Tengah

2. Dosen Pembimbing I
Nama : Dr. Ir. Henny Syawal, M.Si
NIP : 0012036202
Pekerjaann : Dosen STPK Matauli
Alamat : Lab. Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan
Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM 12.5, Simpang
Baru Pekanbaru 28293

3. Dosen Pembimbing II
Nama : Anne Rumondang, S.Pi., M.P
NIP : 0105048501
Pekerjaann : Dosen STPK Matauli
Alamat : Jl. Pancur sikkap, Desa Mela II, Kec. Tapian Nauli Kab.
Tapteng
Lampiran 4. Rancangan anggaran biaya (RAB) Penelitian

NO Deskripsi Biaya (Rp)


Penyusunan Proposal
1 Pengetikan (kertas dan print) 100.000
2 Penjilidan dan perbanyakan proposal 200.000
3 Biaya ujian 300.000

Jumlah 600.000

Pelaksanaan Penelitian
4 ``Biaya Transportasi 100.000
5 Persiapan Alat Penelitian 800.000
6 Persiapan Bahan Penelitian 100.000
7 Biaya Pemakaian Lab dan Alat 500.000
Jumlah 1.500.000

Penulisan Skripsi
8 Pengetikan (kertas dan print) 100.000
10 Biaya Tak Terduga 300.000
Jumlah 400.000
TOTAL (1+2+3) Rp 2.500.000

Anda mungkin juga menyukai