Tugas RPS 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENGANTAR SOSIOLOGI HUKUM

“HUKUM TIDAK OTONOM”

Disusun Oleh :
Kenneth Septian Theodorrus
B011191236
Pengantar Sosiologi Hukum A
Fakultas Hukum UNHAS
Tahun 2021
PENDAHULUAN
Salah satu prinsip yang dianut oleh kajian sosiologi hukum adalah pandangannya bahwa
hukum itu tidak otonom. Seperti yang sering dikemukakan oleh pakar sosiologi hukum,
Prof. Satjipto Rahardjo, SH, bahwa “ Sekarang hukum tidak lagi dilihat sebagai suatu hal
yang otonom dan indpenden, melainkan dipahami secara fungsional dan dilihat senantiasa
berada dalam kaitan independen dengan bidang – bidang lain dalam masyarakat” . Sering
pula dikemukakan bahwa hukum dan segala pranata yang berkaitan dengan hukum bukanlah
“makhluk planet Mars” yang tiba – tiba kesasar dan jatuh ke bumi dan terlepas dari berbagai
pengaruh yang sifatnya membumi, tetapi hukum itu tumbuh dan berkembang bersama
pertumbuhan masyarakat.

Mengapa harus demikian? Hal ini tidak terlepas dari perubahan – perubahan yang semakin
lama semakin drastis dalam masyarkat di akhir abad ke-20 dan menjelang abad ke-21.
Perubahan – perubahan yang terjadi sebagai hasil dari modernisasi dan industrialisasi telah
terjadinya perubahan – perubahan dalam bidang hukum. Sehingga dengan perubahan –
perubahan tersebut maka dengan sendirinya hukum pun mengalami reformasi karena
sesungguhnya hukum adalah sebagai pakaian masyarakat, maksudnya adalah bagaimana
membuat hukum cocok dan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang diperlukan dan
digunakan dalam masyarakat.

Oleh karena itu pula sehingga Eugen Ehrlich (Curzon, 1979: 145) mengemukakan bahwa:

“At the present as well as at any other time, the centre of gravity of legal development lies
not in legislation, nor in juristic science, nor in judicialdecision, but in society itself”. ( pada
saat ini dan pada waktu yang lain, pusat dari pembangunan hukum tidak terletak pada
undang – undang, atau dalam ilmu hukum, maupun keputusan pengadilan atau
yurisprudensi, tetapi pusat pembangunan hukum terdapat dalam masyarakat itu sendiri.)

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum itu tidak terlepas dari pengaruh
timbal balik dengan keseluruhan aspek non hukum yang ada di masyarakat. Yaitu moral,
agama, pendidkan, ekonomi, dan politik.

Hal itu selaras dengan yang dikemukakan oleh Ronald L. Akers dan Richard Hawkins,
bahwa:

"Law is formed out of the values and action of groups who wield econo- mic, social, and
political power, and it used as a mechanism of coercion."(Hukum dibentuk dari nilai – nilai
dan tindakan-tindakan berbagai kelompok, dengan penggunaan kekuasaan ekonomi, sosial,
dan politik, yang digunakan sebagai mekanisme paksaan.)

Hal lain yang juga tak kalah pentingnya untuk ditegaskan bahwa hukum bukan satu –
satunya kaidah yang mengatur masyarakat seperti yang dikemukakan Anwarul Yaqin
bahwa:

“Law plays one regulates and influences human behavior. Moral and social rules, though
less explicit and less formal in their nature and confent, also play a significant role in
society's efforts to control behavior." (Hukum beroperasi hanya satu bagian di dalam sistem
normatif masyarakat yang mengatur dan memengaruhi tingkah laku manusia).

Hukum dan segala perangkatnya perwujudannya tumbuh dan berkembang bersama


berbagai faktor non hukum yang ada di lingkungannya seperti faktor ekonomi, faktor politik,
faktor sosial, faktor kultur, dan faktor agama.

Ketidakotonoman hukum juga secara tidak langsung tergambar dalam teori sibernetik dari
Tarcott Parsons, maupun pengembangan lebih lanjut dalam konsep input – outputs dari
Harry C. Bredemeier yang memandang hukum (dalam hal ini disimbolkan oleh pengadilan)
memperoleh masukan sekaligus menghasilkan keluaran bagi sub – sub sistem lain yang
terdapat di masyarakatnya.

TEORI SIBERNETIK TALCOTT PARSONS


Talcott Parsons terkenal dengan Teori Sibernetik yang mengatakan bahwa tata kehidupan
masyarakat berada dalam suatu sistem yang saling terkait dan sistem kemasyarakatan itu
terdiri atas empat sub sistem dengan fungsi primernya masing – masing yaitu:
a. Sub sistem ekonomi berfungsi adaptasi (adaptation);
b. Sub sistem politik berfungsi pencapaian tujuan (goal pursuance);
c. Sub sistem sosial berfungsi integrasi (integration);
d. Sub sistem budaya berfungsi mempertahankan pola (pattern maintenance).
Ketidakotonoman hukum tampak dalam teori Talcott Parsons yang memandang sistem
hukum (legal system) hanya satu diantara subsistem yang terdapat dalam setiap masyarakat.
Selain sistem hukum, masih terdapat subsistem lain yaitu keluarga, sistem pendidikan,
pranata-pranata, dan organisasi-organisasi sosial serta ekonomi dan kondisi lingkungan.
Olehnya itu, baik hukum maupun sub-subsistem lain yang ada didalam masyarakat tidak
dapat dan tidak mungkin dilihat secara masing-masing otonom, tetapi harus dilihat sebagai
suatu keseluruhan.

TEORI INPUT OUTPUT HARRY C. BREDEMEIER

Teori Sibernetik dari Talcott Parsons dikembangkan lebih khusus pada penekanan
subsistem hukumnya oleh Harry C. Bredemeier yang dikenal dengan Teori Input-Output.
Inti dari teori input-output Harry C. Bredeimer adalah sebagai berikut:
Pertama adalah, sistem hukum  (badan peradilan maksudnya) merupakan suatu
mekanisme yang berfungsi untuk menciptakan integrasi yang menghasilkan koordinasi
dalam masyarakat dan mendapat masukkan (inputs) dari :
a. Sistem politik, berupa penetapan tujuan dan dasar kekuasaaan penegakan hukum
sebagai imbalan dari penafsiran dan legitimasi yang diberikan oleh sistem hukum.
b. Sistem adaptif, berupa pengetahuan dan permasalahan – permasalahan sebagai patokan
penelitian sebagai imbalan terhadap organisasi serta kebutuhan akan pengetahuan
c. Sistem pattern maintenance, berupa konflik dan penghargaan sebagai imbalan dari
pemecahan konflik dan keadilan yang diberikan oleh sistem hukum.
Kedua adalah didalam fungsinya  untuk menciptakan integrasi maka efektifitasnya
tergantung dari berhasilnya sistem hukum untuk menciptakan derajat stabilitas tertentu
dalam proses hubungan antara sistem hukum dengan sektor-sektor lainnya. Beberapa faktor
yang dapat mengganggu stabilitas tersebut antara lain :
a. Kemungkinan timbulnya konsepsi – konsepsi tujuan dalam hukum yang tidak konsisten
dengan kebijaksanaan sistem politik.
b..Tanggapan dari kekuasaan legislatif terhadap fluktuasi jangka pendek kepentingan –
kepentingan pribadi.
c. Tidak adanya komunikasi perihal pengetahuan yang akurat dengan pengadilan.
d..Tidak adanya fasilitas untuk melembagakan fungsi peradilan dalam diri warga
masyarakat
e..Adanya perkembangan nilai – nilai dalam sistem mempertahankan pola (pattern
maintenance) yang berlawanan dengan konsepsi keadilan.
f. Tidak adanya atau kurangnya saluran – saluran melalui mana kebutuhan peradilan dapat
dipenuhi.
Ketiga adalah, hal-hal tersebut di atas dapat membuka beberapa kemungkinan untuk
mengadakan penelitian sosiologi hukum, terutama terhadap masalah-masalah sebagai
berikut :
a. Latar belakang orang – orang yang berfungsi sebagai pembentuk hukum pada kekuasaan
legislative
b..Mekanisme yang diperlukan untuk menjabarkan ideal – ideal hukum dalam profesi
hukum
c. Saluran komunikasi tentang ilmu pengetahuan kepada kalangan hukum.
d..Presepsi – Presepsi dari masyarkat terhadap hukum, dan dasar – dasar dari presepsi
tersebut
e. Reaksi – reaksi warga masyarakat terhadap hukum yang diperlakukan kepadanya
f. Sarana – sarana lainnya untuk menyelesaikan konflik di samping hukum.

Hukum disini ditekankan pada fungsinya untuk menyelesaikan konflik-konflik yang


timbul dalam masyarakat secara teratur, atau seperti yang sudah disebutkan diatas sebagai
mekanisme intgerasi.Pada saat hukum itu mulai bekerja, maka pada saat itu pula mulai
dilihat betapa bekerjanya hukum itu sebagai mekanisme pengintegrasi melibatkan pula
ketiga proses yang lain, berupa pemberian masukan-masukan yang nantinya diubah menjadi
keluaran-keluaran (ouputs).
1. Masukan dari bidang ekonomi: Fungsi adaptif atau proses ekonomi memberikan bahan
informasi kepada hukum mengenai bagaimana penyelesaaian sengketa itu dilihat
sebagai proses untuk mempertahankan kerjasama yang produktif. Pertukaran antara
proses integrasi dan adaptasi atau antara proses hukum dan ekonomi ini akan
menghasilkan keluaran yang berupa pengorganisasian atau penstrukturan masyarakat.
Keluaran yang berupa pengaruh yang datang dari pengorganisasian kembali oleh
keputusan hukum ini tampak dalam keputusan-keputusan yang benar-benar
menimbulkan perubahan dalam struktur atau organisasi bidang ekonomi tersebut.
2. Masukan dari bidang politik: Hukum dalam hal ini pengadilan, menerima masukkan
dari sektor politik dalam benruk petunjuk tentang apa dan bagaimana menjalankan
fungsinya. Petunjuk-petunjuk tersebut secara konkrit dan eksplisit tercantum dalam
hukum positif dan menjadi pegangan pengadilan untuk menyelesaikan perkara-perkara
yang dihadapkan kepadanya. Akan ganti masukan tersebut, pengadilan memutuskan
untuk memberikan legitimasinya ( atau tidak ) kepada peraturan-peraturan hukum, yang
di Indonesia dikenal sebagai masalah hak menguji undang-undang.
3. Masukan dari bidang budaya: Pertukaran yang terjadi disini bisa dikatakan sebagai yang
terjadi antara proses sosialisasi dengan hukum. Hukum sebagai mekanisme
pengintegrasi hanya dapat menjalankan pekerjaannya tersebut dengan seksama apabila
memang dari pihak rakyat memang ada kesediaan untuk menggunakan jasa pengadilan.
Keadaan tersebut bisa diciptakan melalui masukan yang datang dari proses sosialisasi
tersebut diatas. proses ini akan bekerjan dengan cara mendorong rakyat untuk menerima
pengadilan sebagai tempat untuk menyelesaikan sengketa. Sebagai pertukaran bagi
masukan yang datang dari bidang budaya tersebut, maka keluaran yang datang dari
pengadilan berupa keadilan.

KETIDAKOTONOMAN HUKUM DAN KEJAHATAN


KEKERASAN

Dalam kaitan dengan ketidakotonomannya hukum, maka akan dikemukakan beberapa


pemikiran yang menghubungkan kejahatan kekerasan, baik dengan unsur hukum maupun
dengan unsur non hukum vang terdapat dalam masyarakatnya, yaitu:
1. Perubahan sosial, khususnya sebagai akibat:
a. urbanisasi
b. dampak negative penggunaan teknologi canggih.
2. Sosialisasi undang – undang
3. Pemberitaan di media massa, opini public
4. Kesadaran hukum, ketaatan hukum, dan efektifitas perundang – undangan.
5. Kultur masyarakat, misalnya pola hidup konsumtif.
6. Keberdayaan polisi
7. Partisipasi masyarakat
8. Putusan pengadilan dan tindakan main hakim sendiri

9. Pemahaman dan pengamalan nilai – nilai agama.

Dari sudut pandang sosiologi, bagaimanapun diyakini bahwa berbagai unsur tersebut,
langsung atau tidak langsung sangat memengaruhi terJadinya suatu kejahatan dengan
kekerasan. Dari apa yang diuraikan oleh Samuel Mermin (1982: 5-10) tentang fungsi
hukum, dapat dikemukakan butir-butir pokok bahwa fungsi hukum adalah:
a. menyelesaikan sengketa;
b. mempertahankan ketertiban, dalam hal ini legitimasi hukum menggunakan kekuasaan
negara;
c. menjamin efisiensi, keharmonisan, dankeseimbangan dalam pelaksanaan fungsi "mesin"
pemerintahan;
d. melindungi warga negara terhadap tindakan melampaui batas dan ketidakadilan yang
mungkin berasal dari kekuasaan pemerintah;
e. melindungi warga terhadap tindakan melampaui batas ataupun ketidakadilan yang berasal
dari kekuasaan privat;

f. menjamin agar setiap warga memiliki kesempatan untuk menikmati paling tidak yang
layak secara minimal suatu kehidupan yang layak melalui perlindungan terhadap
kepentingan ekonomi dan kesehatan mereka.

Usaha penanggulangan kejahatan kekerasan merupakan pula perwujudan agar berbagai


fungsi hukum di atas dapat dioperasikan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Achmad. (2015). Menguak Tabir Hukum. Jakarta: Prenadamedia Group

Asmarawati, Tina. 2014. Sosiologi Hukum: Petasan Ditinjau dari Perspektif Hukum dan
Kebudayaan. Yogyakarta: Deepublish

Departemen Hukum, Masyarakat dan Pembangunan. (2020). Modul V Hukum Tidak Otonom.
Makassar: Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Hadi, Syamsul. (2013). Hukum Tidak Otonom Atau Tidak Mandiri. Direktorat Jenderal
Badan Peradilan Agama. Diakses pada 20 Maret 2021, dari
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/hukum-tidak-otonom-
atau-tidak-mandiri-oleh-syamsul-hadi-sag-3012

Rahardjo, S. (1977). Aneka Persoalan Hukum dan Masyarakat. Alumni.

Anda mungkin juga menyukai