Laporan Praktikum Ekologi Tanaman

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TANAMAN

PENGARUH JARAK TANAM DAN INTERVAL PEMBERIAN PUPUK


DAUN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU BENIH TANAMAN
KACANG PANJANG (Vigna sinesis L.)

Dosen pengampu:
1. Ir. Bintoro
2. Ir. Sri Rahayu, MP
3. Ir. Rahmat Ali Saban
Teknisi:
1. Prayitno, SP
2. Rina Sofiana S.ST
Disusun oleh :
Adinda Sari
NIM. A4111066

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistematika Kacang Panjang

Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Rosales
Suku : Leguminosae (Papilionaceae)
Marga : Vigna
Jenis : Vigna cylindrica (L.) Skeels

2.2 Morfologi tumbuhan


Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim dengan
tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau
dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-
4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai
silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini terdapat
pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna
hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang
sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik
bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Buah
tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong,
pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat muda.

2.3 Syarat tumbuh


1. Iklim
Suhu rata-rata harian agar tanaman kacang panjang dapat beradaptasi baik adalah 20
– 30 derajat C dengan suhu optimum 25 derajat C. Tanaman ini membutuhkan banyak sinar
matahari. Tempat yang terlindung (teduh) menyebabkan pertumbuhan kacang panjang agak
terlambat, kurus dan berbuah jarang atau sedikit, sedangkan curah hujan yang dibutuhkan
adalah antara 600 – 1500 mm/tahun (Rukmana, 1995).
Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman antara lain
ketinggian tempat, sinar matahari, dan curah hujan. Kacang panjang dapat tumbuh dan
berproduksi di dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian 0 – 1500 m diatas
permukaan laut. Tanaman kacang panjang tumbuh baik di dataran rendah sampai menengah
hingga ketinggian 600 – 700 meter di atas permukaan laut.
2. Tanah
Tanaman kacang panjang dapat diusahakan hampir pada semua jenis tanah. Namun,
untuk memperoleh hasil optimal, akan lebih baik bila ditanam pada tanah yang subur. Jenis
tanah yang paling cocok bagi pertumbuhan tanaman kacang panjang adalah tanah berstruktur
liat dan berpasir. Jenis tanah yang baik adalah tanah latosol atau lempung berpasir, subur,
gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik. Derajat keasaman tanah
(pH) yang dibutuhkan adalah 5,5 – 6,5 (Mandiri, 2011). Bila pH dibawah 5,5 dapat
menyebabkan tanaman tumbuh kerdil karena teracuni garam aluminium (Al) yang larut
dalam tanah (Haryanto, 2007). Bila pH terlalu basa (diatas pH 6,5) menyebabkan pecahnya
nodula-nodula akar (Anonim, 2012).
3. Pupuk Hayati
Bakteri penambat nitrogen rhizobia merupakan pupuk hayati pertama di dunia yang
dikenal dan telah dimanfaatkan lebih dari 100 tahun sejak pertama kali digunakan untuk
menginokulasi benih kacang-kacangan. Hermann Riegel dan Herman Wilfarth, dua orang
peneliti Jerman yang pertama kali mendemontrasikan adanya proses penambatan nitrogen
secara simbiosis pada tanaman kacang-kacangan yang termasuk Papilionaceae melalui
publikasi pada tahun 1888 (Schilling, 1988). Faktor utama pembentuk klorofil adalah
nitrogen (N). unsur N merupakan unsur hara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman
dalam jumlah banyak. Unsur N diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai penyusun
klorofil.
Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara lain klorosis
pada daun. Tanaman tidak dapat menggunakan N2 secara langsung. Gas N2 tersebut harus
difiksasi oleh bakteri menjadi amonia (NH3). (Ansi dan Asyik, 2011) Tanaman kacang
panjang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp yang dapat membentuk bintil akar.
Rhizobium sp memfiksasi gas N2 yang terdapat dalam tanah kemudian mengkonversinya
menjadi amonia (NH3). Amonia hasil konversi N2 oleh Rhizobium sp kemudian diangkut
melalui xilem menuju ke daun untuk membentuk klorofil. Semakin banyak air yang ada di
dalam tanah maka semakin banyak pula amonia yang diangkut menuju ke daun. Semakin
banyak amonia yang ada dalam daun maka semakin banyak pula klorofil yang terbentuk.
(Anonim).
4. Jarak Tanam
Pengaturan jarak tanam bertujuan untuk memberikan ruang tumbuh yang optimal
bagi tanaman sehingga tanaman dapat memanfaatkan lingkungan secara maksimal untuk
pertumbuhannya. Kerapatan tanaman dan jumlah populasi pada suatu area lahan di pengaruhi
oleh jarak tanam, jarak tanam terlalu sempit mengakibatkan kerapatan antar tanaman
tinggi,hasil penelitian Kurniawan (2008), menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam rapat
memiliki nilai indeks luas daun lebih tinggi dari pada perlakuan jarak tanam lebar. Indeks
luas daun yang terlalu tinggi berakibat daun bagian bawah ternaungi oleh daun pada bagian
atas. Daun yang ternaungi tidak dapat berotosintesis dengan maksimal, sehingga untuk
memenuhi kebutuhannya dalam respirasi daun tersebut akan mengambil hasil fotosintesis
dari daun di atasnya (Gardner et al., 2008; Pearce et al.,1967)
Sesuai pendapat Supriono (2000), menyatakan bahwa jarak tanam rapat dapat
meningkatkan hasil per petak dibandingkan dengan jarak tanam lebar selagi populasi pada
tanaman kedelai tersebut masih pada batas optimal.
Pitono (1996) menyatakan, jarak tanam menen-tukan tingkat kompetisi individu
tanaman dalam memperoleh kecukupan intensitas radiasi CO2 dan unsur hara tanah,
sedangkan pemberian pupuk kotoran sebagai masukan hara dan pembenah tanah. Keduanya
akan berinteraksi dan berpengaruh nyata terhadap parameter produksi .
Agustina (2011) me-nyatakan bahwa jarak tanam berpengaruh terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman dan bobot buah
per petak pada tanaman zucchini.
Mimbar (1990) menjelaskan bahwa kompetisi cahaya akan terjadi jika suatu tanaman
menaungi tanaman lainnya atau jika suatu daun menaungi daun lainnya. Kerapatan tanaman
akan berpengaruh pada per-saingan diantara tanaman ialah adalah hal radiasi surya yang
dapat diterima dan digunakan secara efisien. Semakin tinggi kerapatan populasi, maka makin
tinggi batang, makin sedikit jumlah daun pertanaman, dengan sendirinya makin rendah luas
daun per tanaman dan makin rendah bobot bagian atas tanaman.
5. Interval Pemberian Pupuk
Pemupukan secara intensif merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan hasil
tanaman. Tetapi, bukan berarti pemupukan harus dilakukan secara berlebihan. Sebab dengan
pemupukan yang berlebihan hasil yang diperoleh akan menjadi sebalinya (Hardjadi, 2006).
Pengambilan unsur hara selama pertumbuhan tanaman tidaklah sama banyaknya,
tergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman itu. Ada waktu yang tumbuhnya tanaman
sangat giat dan cepat sehingga pertukaran zatnya pun intensif, pada masa tersebut tanaman
akan banyak mengambil unsure hara makanan (Suriatna, 1992).
Keberhasilan bercocok tanam dipengaruhi oleh banyak factor. Salah satunya adalah
pemupukan, baik cara, dosis maupun waktu pemberiannya (Prihmantoro, 2000).
Penempatan pupuk yang tepat dan saat pemberianmerupakan factor yang penting
dalam pemupukan. Tanggapan tanaman, penghindaran kerusakan dan pemberian yang
ekonomis harus diperhatikan. Agar efektif, pupuk harus diberikan di tempat dan saat tanaman
memerlukannya (Hardjadi, 2006)
Prihmantoro (2000) menyatakan bahwa satu hal yang perlu diperhatikan dalam
pemupukan adalah frekuensi dan dosis yang diberikan harus sesuai dengan aturan atau
rekomendasi yang diberikan pada label atau perhitungan yang disesuaikan dengan kondisi
tanah dan fase pertumbuhan tanaman,Sebelum pupuk daun diaplikasikan, sebelumnya harus
diencerkan dengan konsentrasi tertentu sesuai dosis yang dianjurkan untuk tanaman (Lingga
dan Marsono, 2001).
Pemberian pupuk dengan dosis yang semakin tinggi mengakibatkan penimbunan
unsur hara yangberpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Setiap
penambahan tiap pupuk menghasilkan peningkatan hasil panen yang secara progresif makin
mengecil yang akhirnya mencapai suatu asimtop (Gardner, dkk. 1991).
BAB 2. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 06 Oktober 2020 di lahan Politeknik
Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan adalah knapsack sprayer, cangkul, koret
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah benih kacang panjang, pestisida furadan, dan pupuk NPK
Mutiara

3.3 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan sanitasi lahan
3.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman kacang panjang mempunyai sebutan lain seperti kacang lanjaran (Jawa),
kacang turus (Pasundan), taukok (Cina), sitao (Philipina), kacang belut (Malaysia),
paythenki, yardlong bean dan asparagus bean. Tanaman ini mudah tumbuh dengan baik di
berbagai jenis lahan, baik lahan sawah, tegalan bahkan pekarangan rumah. Kacang panjang
merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu, bersifat memanjat dengan membelit.
Daunnya bersusun tiga-tiga helai, sedangkan bunga kacang panjang seperti kupu-kupu
berwarna biru muda, polongnya berwarna hijau berbentuk gilig dengan panjang sekitar 10
-80 cm.
Kacang panjang dapat ditaman setiap saat dan dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 0-800 m dpl. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhannya adalah latosol
(lempung berpasir), regosol dan alluvial dengan pH 5,5 – 6,5. Suhu udara yang dibutuhkan
adalah 18-32º C dengan suhu optimal 25 ºC. Tanaman ini membutuhkan banyak sinar
matahari dan curah hujan berkisar antara 600-2.000 mm/tahun. Waktu tanam yang baik
adalah awal atau akhir musim hujan.
Dalam budidaya tanaman kacang panjang yang dilakukan di Lahan Politeknik Negeri
Jember dengan benih sebanyak 2000 gram dengan faktor perlakuan jarak tanam dan interval
pemupukan yang berbeda. Dengan faktor J adalah perbedaan jarak tanam dan I adalah
perbedaan waktu pemupukan. Lebih jelasnya sebagai berikut :
J1.I1 = Jarak tanam 100 cm x 30 cm. Pemupukan 7 hari sekali
J2.I1 = Jarak tanam 100 cm x 40 cm. Pemupukan 7 hari sekali
J3.I1 = Jarak tanam 100 cm x 50 cm. Pemupukan 7 hari sekali
J1.I2 = Jarak tanam 100 cm x 30 cm. Pemupukan 14 hari sekali
J2.I2 = Jarak tanam 100 cm x 40 cm. Pemupukan 14 hari sekali
J3.I2 = Jarak tanam 100 cm x 50 cm. Pemupukan 14 hari sekali
Berikut merupakan hasil dari beberapa kombinasi pada berbagai fase :
1. Fase Vegetatif
 14 HST
1. Tinggi tanaman
7.00
6.00 5.81
4.87 5.02 4.82
5.00 4.33
4.00 3.63
3.00
2.00 RERATA
1.00
0.00
0.00

Tinggi tanaman kacang panjang pada umur 14 HST dapat dilihat pada grafik
batang menunjukkan tinggi tanaman pada perlakuan J1.I1 merupakan hasil yang baik
yaitu dengan rata-rata 5,81, sedangkan hasil yang kurang baik pada perlakuan J3.I2
dengan rata-rata 3,63. Hal ini berkaitan dengan suhu dan kelembaban, dimana suhu
berkorelasi negatif dengan kelembaban, karena jarak tanam pada J1 lebih sempit yaitu
100 cm x 30 cm dari pada jarak tanam pada J3 yang lebih luas yaitu 100 cm x 50 cm.
Jika jarak tanam pada areal tanaman sempit maka kelembaban tinggi, sehingga sirkulasi
udara dan terjadi kompetisi unsur hara pada tanaman.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada hasil percobaan yang telah di lakukan dengan menggunakan perlakuan
kombinasi jarak tanam dan interval waktu pemupukan
J1.I1 = Jarak tanam 100 cm x 30 cm. Pemupukan 7 hari sekali
J1.I2 = Jarak tanam 100 cm x 30 cm. Pemupukan 14 hari sekali
J2.I1 = Jarak tanam 100 cm x 40 cm. Pemupukan 7 hari sekali
J2.I2 = Jarak tanam 100 cm x 40 cm. Pemupukan 14 hari sekali
J3.I1 = Jarak tanam 100 cm x 50 cm. Pemupukan 7 hari sekali
J3.I2 = Jarak tanam 100 cm x 50 cm. Pemupukan 14 hari sekali
Dapat disimpulkan bahwa kombinasi perlakuan terbaik pada fase vegatatif terdapat
pada perlakuan kombinasi J1I1 pada saat tanaman kacang panjang berumur 14hst dan
perlakuan kombinasi J2I1 pada umur 28 hst. Hal ini dikarenakan perlakuan interval waktu
pemupukan yang diberikan yaitu 1 minggu sekali. Sedangkan pada fase generatif kombinasi
perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan kombinasi J3I2. Hal ini dikarenakan jarak tanam
yang lebih lebar dari pada kombinasi perlakuan yang lain. Sehingga penyerapan unsur hara
dan cahaya yang diperoleh lebih maksimal. Namun, hal ini tidak terlalu berpengaruuh nyata
dengan kombinasi perlakuan yang lain. Dapat dilihat pada kombinasi perlakuan yang lain
bahwa umur berbunga berada pada 36 hst pada kombinasi perlakuan J2I1, J3I1 dan kontrol.
Dari pengaruh pemberian jarak tanam dan interval pemupukan terhadap produksi dan
mutu benih secara keseluruhan dapat diketahui bahwa kombinasi perlakuan J2I1 yang
mempunyai hasil lebih baik daripada kombinasi perlakuan yang lainnya dlihat dari jumlah
polong/ tanaman, jumlah biji/ tanaman, berat bii/ tanaman yang dihasilkan, dan daya
kecambah yang dimilikinya.

5.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa melakukan perlakuan yang sudah ditentukan dengan benar
dan tepat waktu, dan jika melakukan pengamatan di lakukan dengan benar dan teliti agar
hasil pengamatan yang didapatkan benar-benar valid.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Selastri. 2011. Pengaruh Jarak Tanam dan Takaran Pupuk Kascing terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Zucchini (Cucurbita pepo L.). Agrivita 13 (1) : 83-94.
Gardner, F. P., R. B. Pearce., and R. L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan
Herawati Susilo. UI P ress. Jakarta.p. 5-96
Hutapea, J.R.. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Kurniawan, A. 2008. Kajian Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Kedelai (Glycine max L)
pada Jarak Tanam yang Berbeda. J.Produksi Tanaman 3 (5): 9-17
Lingga, P. 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya. Jakarta. 163 hlm.
Mimbar, S. M. 1990. Pola Pertumbuhan dan Panen Jagung Hibrida C1 karena Pengaruh Pupuk
N dan Kerapatan Populasi. Agrivita 13 (1) : 70 – 82.
Mimbar, S. M. 1993. Pengaruh jarak tanam, jumlah tanaman / rumpun dan kerapatan populasi
pada pertumbuhan dan hasil kacang hijau merak. Agrivita 13 (1) : 26 – 30.
Suprioono. 2000. Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Kedelai Kultivar Sindro. J. Agrosains. 2(2): 64-71
Herawati, N., Sudarto, dan Baiq T. R. E. 2014. Kajian Variasi Jarak Tanam Terhadap Produktivitas
Kacang Tanah Di Lahan Kering. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi. Nusa Tenggara Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat

Anda mungkin juga menyukai