Tugas Resume Ilmu Perundang - Undangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Nama: Rosmala Hehaitu

Nim: 202021618

Kelas: R2J

RESUME

A. TINJAUAN UMUM PERKEMBANGAN PERISTILAHAN ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan atau science of legislation merupakan ilmu interdisipliner yang
mempelajari tentang pembentukan peraturan negara. Di Indonesia,dalam berbagai literatur banyak dikenal berbagai
istilah seperti perundangan, Perundang-undangan, peraturan Perundang-undangan, dan peraturan negara. Berbeda
dengan istilah peraturan negara yang merupakan terjemahan dari staatsregeling, istilah staats berarti negara, dan
regeling adalah peraturan. Adapun yang dimaksud dengan peraturan negara adalah peraturan-peraturan tertulis yang
diterbitkan oleh instansi resmi baik dalam pengertian lembaga atau Pejabat tertentu.sedangkan yang dimaksud
dengan peraturan perundangan adalah peraturan mengenai tata cara pembuatan peraturan negara. 
Namun sebenarnya, Soehino lebih sering menggunakan istilah ‘Peraturan Perundangan’.XX/MPRS/1966
sebagaimana tercantum pada judul ketetapan tersebut yaitu Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata
Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia.

b. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM KERANGKA ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

Dalam Ilmu Perundang-undangan tentunya akan mempelajari mengenai peraturan Perundang-undangan.


Istilah ‘peraturan Perundang-undangan’ digunakan oleh A. Hamid S. Attamimi, Sri Soemantri, dan Bagir Manan.
Ada kalanya istilah ‘Perundang-undangan’ saja yang digunakan. Penggunaan istilah ‘peraturan Perundang-
undangan’ lebih relevan dalam pembicaraan mengenai jenis atau bentuk peraturan , namun dalam konteks lain lebih
tepat digunakan istilah Perundang-undangan, misalnya dalam menyebut teori Perundang-undangan, dasar-dasar
Perundang-undangan, dan sebagainya.Peraturan Perundang-undangan merupakan keputusan tertulis yang
dikeluarkan Pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang, berisi aturan tingkah laku yang bersifat mengikat
umum.Sehubungan dengan definisi tersebut, Bagir Manan juga menyatakan bahwa peraturan Perundang-undangan
memiliki peranan yang makin besar dari hari ke hari, khususnya di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh hal-hal
berikut: 1. Peraturan Perundang-undangan memberikan kepastian hukum yang lebih nyata karena kaidah-kaidahnya
mudah diidentifikasi dan mudah diketemukan kembali. 3. Struktur dan sistematika peraturan Perundang-undangan
lebih jelas sehingga memungkinkan untuk diperiksa kembali dan diuji baik segi- segi formal maupun materi
muatannya. Selanjutnya, P.J.P. Tak dalam bukunya Rechtsvorming in Nederland14 mengartikan peraturan
Perundang-undangan adalah setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan Pejabat yang berwenang yang berisi aturan
tingkah laku yang bersifat mengikat umum.

A. Hamid S. Attamimi juga memberikan batasan terhadap pengertian peraturan perundangan sebagai semua aturan
hukum yang dibentuk oleh semua tingkat lembaga dalam bentuk tertentu, dengan prosedur tertentu, biasanya disertai
sanksi dan berlaku umum serta mengikat rakyat.16 T.J. Buys memberikan pengertian peraturan Perundang-
undangan sebagai peraturan- peraturan yang mengikat secara umum . Dari beberapa definisi di atas, dapat
diidentifikasikan ciri dan batasan peraturan Perundang-undangan sebagai berikut: 1. Peraturan Perundang-undangan
berupa keputusan tertulis, jadi mempunyai bentuk atau format tertentu. 2. Seorang perancang peraturan
berkewajiban mengetahui secara benar jenis aturan tersebut dan bagaimana konsekuensi logis pada hierarkinya.
Pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut dapat menghindarkan kesalahan pemilihan bentuk peraturan yang
tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Peraturan Perundang-undangan tersebut berisi aturan pola
tingkah laku. Jadi, peraturan Perundang-undangan bersifat mengatur , tidak bersifat sekali jalan . Peraturan
Perundang-undangan mengikat secara umum karena memang ditujukan pada umum, artinya tidak ditujukan kepada
seseorang atau individu tertentu . ‘Peraturan’ misalnya, sehingga menjadi ‘peraturan Perundang- undangan’, yang
tediri dari kata ‘peraturan’ dan kata ‘Perundang-undangan’. Nomenklatur ‘aturan’ dalam bahasa Arab disebut
‘kaidah’ dan dalam bahasa Latin disebut dengan ‘norma’. Dengan demikian nomenklatur ‘peraturan Perundang-
undangan’ mempunyai arti yang lebih terfokus yakni aturan yang dibuat oleh yang berkuasa untuk mengatur
sesuatu. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan juga
memberikan definisi berkaitan dengan hal di atas. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau Pejabat
yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. Istilah pengesahan dalam
Pasal 1 angka 1 undang-undang yang bersangkutan, tidaklah tepat. Istilah ‘pengesahan’ berakibat yang dimaksud
peraturan Perundang-undangan hanyalah undang-undang, oleh karena peraturan Perundang-undangan lain tidak
memerlukan pengesahan, tetapi cukup suatu penetapan.21 Demikian pula dengan definisi peraturan Perundang-
undangan pada angka 2. Pada angka 2, dinyatakan bahwa peraturan Perundang-undangan tersebut ‘mengikat secara
umum’ tanpa memberikan keterangan lebih lanjut tentang bagaimana keberlakuan peraturan Perundang-undangan
yang dimaksud. Peraturan tersebut benar dapat berlaku secara umum, abstrak, dan terus menerus, tetapi dapat juga
peraturan tersebut merupakan peraturan kebijakan di bidang pemerintahan.

A. TINJAUAN UMUM PEMBENTUKAN NORMA HUKUM

1. Pembentukan Norma Hukum

Hukum merupakan suatu instrumen yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena norma hukum
berguna untuk mengatur tata perilaku manusia supaya dapat menciptakan kedamaian. Gustav Radbruch menyatakan
bahwa hukum ada untuk mencapai 3 tujuan: kepastian, keadilan, dan kemanfaatan.22 Oleh karenanya, norma hukum
perlu dibentuk untuk dapat menciptakan keteraturan dalam masyarakat. Dalam konteks yang demikian, norma
hukum tergolong sebagai norma eksternal23 yaitu norma yang tumbuh dari luar dan mengatur bagaimana manusia
berinteraksi. Ia bersifat umum dan berlaku bagi siapa saja. Selain norma hukum, dalam kelompok kaedah eksternal
terdapat pula norma kesopanan. Norma hukum muncul karena kaidah eksternal berupa norma kesopanan ternyata
belum cukup untuk mengatur masyarakat. Pembentukan hukum, dalam hal ini hukum tertulis atau undang-undang,
pada dasarnya merupakan suatu kebijakan politik negara yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat dan presiden .
Kedua badan tersebut mengatasnamakan negara dalam membentuk hukum atau undang- undang. 26 Dewasa ini,
paradigma pembentukan norma hukum yang banyak diterapkan adalah bagaimana menciptakan hukum yang dapat
merangsang pembangunan dan perkembangan kehidupan di dalam negara. Hal itulah salah satu poin penting dalam
konsep negara modern atau yang biasa disebut sebagai negara hukum materiil. Negara modern bertugas untuk
menyediakan kesejahteraan bagi rakyatnya dengan berbagai tindakan, salah satunya dengan menginisiasi
pembentukan kebijakan dalam bentuk norma hukum. Konsep pembentukan norma hukum yang demikian disebut
modifikasi. Sebagai lawannya, adalah kodifikasi, yaitu mekanisme pembentukan norma hukum. engan cara
mengumpulkan norma-norma yang sudah ada berkembang di masyarakat. Menurutnya, untuk menghadapi
perubahan dan perkembangan kebutuhan masyarakat yang semakin cepat, sudah bukan saatnya mengarahkan
pembentukan hukum melalui penyusunan kodifikasi. Modifikasi yang cenderung visioner dan dinamis akan
mengarahkan masyarakat ke arah perkembangan yang diinginkan.

B. KODIFIKASI DAN MODIFIKASI

Kodifikasi merupakan penyusunan dan penetapan peraturan-peraturan hukum dalam kitab undang-undang
secara sistematis mengenai bidang hukum yang agak luas.31 Codification adalah «the process of collecting aand
arranging systematically, usually by subject, the laws of a state or country, or the rules and regulations covering a
particular area or subject of law or practice The product may be called a code, revised code or revised statute.»32
proses mengumpulkan dan menyusun secara sistematik hukum- hukum negara atau peraturan dan regulasi yang
mencakup bidang tertentu atau subjek hukum atau praktik, yang biasanya menurut subjek - nya. Sehingga code
berarti kitab undang-undang . Kodifikasi menjadikan peraturan-peraturan dalam suatu bidang tertentu, yang tersebar,
terhimpun dalam suatu kitab yang terstruktur sehingga mudah ditemukan. Bentuk hukumnya diperbaharui namun
isinya diambilkan dari hukum yang sudah ada atau yang masih berlaku. Dalam filsafat hukum alam yang banyak
dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan Aristoteles, terdapat semacam teori bahwa kekuasaan yang dimiliki seorang
raja berdasarkan pada perjanjian yang dibuat dengan rakyat, yang intinya rakyat bersedia menyerahkan hak-hak
mereka pada raja, setelah mereka bersepakat terlebih dahulu . Sebelum perjanjian itu dibuat mereka sepakat lebih
dahulu bahwa hak-hak mereka telah diserahkan kepada kolektivitas masyarakat . Plato, hukum diberlakukan dengan
maksud untuk membantu manusia menciptakan kesatuan dalam hidup komunitas atau ketertiban sosial, atau demi
kebaikan umum. Jika masyarakat dibentuk demi suatu kebaikan, maka demikian juga halnya sebuah negara atau
masyarakat politik. Pada masa itu, hukum Romawi terbentuk dengan memperhatikan faktor-faktor atau kondisi
moral, politik, dan sosiologi masyarakat. Hukum Romawi yang religius dan agraris dituangkan dalam normatif
yuridis, dalam arti hukum dipandang sebagai norma. Kodifikasi dan kompilasi hukum adalah dua hal yang tidak
sama, namun secara teknis yuridis kedua istilah tersebut agak sulit dibedakan. Dari berbagai definisi di atas terlihat
bahwa kodifikasi pada dasarnya bukanlah membuat undang-undang atau peraturan yang baru melainkan
mengumpulkan dan menyusun peraturan yang sudah ada di bidang tertentu secara sistematik. Merupakan jenis
hukum tertentu embedaan antara modifikasi dan kodifikasi cukup jelas. Kodifikasi dipahami sebagai peraturan
Perundang-undangan yang berdasar pada hukum tak tertulis, yang menetapkan dalam bentuk tertulis peraturan-
peraturan yang berlaku secara keseluruhan. Disebut berdasar hukum yang tak tertulis, karena kodifikasi mengambil
nilai-nilai yang sudah tumbuh di tengah masyarakat. Norma hukum tersebut lebih sesuai dengan keadilan yang
berlaku bagi masyarakat. Norma-norma hukum tersebut akan dikelompokkan dan diatur secara sistematis sehingga
memudahkan masyarakat untuk menemukannya. Hal ini yang menjadikan hukum selalu berada di belakang
masyarakat, tidak visioner dan kurang bisa membawa perubahan. dari kodifikasi sendiri adalah penyusunan nilai
yang sudah ada di masyarakat dalam suatu bidang hukum tertentu dengan cakupan yang luas. Dalam modifikasi,
arah perkembangan masyarakat dapat ditentukan sesuai dengan norma hukum yang dibuat. Oleh karenanya,
modifikasi meletakkan hukum di depan masyarakat. Situasi- situasi yang terjadi di tengah masyarakat, khususnya
yang bersifat darurat, lebih banyak diselesaikan dengan norma hukum yang dibentuk secara modifikasi karena
memang tujuannya adalah menjadi respon. Pandangan ini mengimplikasikan dua hal: pertama, hukum itu harus
fungsional, pragmatik, bertujuan, dan rasional; kedua, tujuan menetapkan standar bagi kritik terhadap apa yang
berjalan. Ini berarti bahwa tujuan berfungsi sebagai norma kritik dan dengan demikian mengendalikan diskresi
administratif serta melunakkan resiko ‘institutional surrender’ tatanan hukum ini berintikan pemerintahan ‘rule of
law’, subordinasi putusan Pejabat pada hukum, integritas hukum, dan dalam kerangka itu, institusi hukum serta cara
berpikir mandiri memiliki batas-batas yang jelas. Permasalahannya adalah, terkadang hukum yang dirumuskan
kurang sesuai dengan kehendak masyarakat atau tidak mencerminkan keadilan dalam masyarakat. Tentu saja
pemaksaan normatif itu memberikan hasil-hasil yang relatif. Ada bangsa yang sangat patuh kepada hukumnya, ada
yang setengah patuh, dan macam-macam gradasi lainnya. Mahfud M.D., dalam bukunya, menjelaskan keadaan
pembentukan hukum di Indonesia yang cenderung mengarah kepada mekanisme modifikasi, namun sering
diselubungi dengan keperluan politik. Menurutnya, hukum tidak steril dari subsistem kemasyarakatan lainnya.
Politik kerap kali melakukan intervensi atas pembuatan dan pelaksanaan hukum sehingga muncul juga pertanyaan
berikutnya tentang subsistem mana antara hukum dan politik yang dalam kenyataannya lebih suprematif yang sudah
memasuki wilayah politik hukum. Politik hukum secara sederhana dapat dirumuskan sebagai kebijaksanaan hukum
yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah; mencakup pula pengertian tentang bagaimana
politik mempengaruhi hukum dengan cara melihat konfigurasi kekuatan yang ada di belakang pembuatan dan
penegakan hukum itu. Mahfud sendiri menyatakan bahwa hukum terpengaruh oleh politik karena subsistem politik
memiliki konsentrasi energi yang lebih besar daripada hukum.47 Kondisi yang seperti ini biasa disebut dengan
istilah politik hukum, yaitu politik dalam membuat kebijakan. 2. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang- Undang Dasar. Prinsip negara hukum harus dimaknai bahwa setiap tindakan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara harus didasari oleh hukum yang berlaku. Konsep kontrak sosial yang telah
diuraikan sebelumnya menjadi dasar bahwa pemerintah sebagai sekelompok orang yang telah memperoleh
kedaulatan dari masyarakat untuk dapat melakukan pengaturan dengan tujuan untuk memberikan kepastian,
keadilan, dan kemanfaatan bagi masyarakat itu sendiri. Dalam konteks ini, hukum yang dibuat harus ditujukan untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat karena Indonesia menganut sistem negara kesejahteraan atau welfare state.
Prinsip kesatuan harus dipahami bahwa seluruh bagian dari Indonesia adalah suatu sistem yang terintegrasi dan tidak
dapat dipisahkan sehingga suatu kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah harus diberlakukan dan dipatuhi oleh
segenap bangsa Indonesia Rakyatlah yang sebenarnya menentukan bagaimana jalannya negara sesuai cita dan
ideologi masyarakat yang bersangkutan. Di Indonesia sendiri, konsep demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi
perwakilan, dimana warga masyarakat diwakili oleh sekelompok orang yang telah memperoleh kepercayaan dari
masyarakat itu sendiri, untuk dapat menjalankan pemerintahan. pendapat dari van Wijk dan W. Konbelt yang
menyatakan bahwa pelaksanaan dapat berarti pengeluaran penetapan-penetapan atau berupa perbuatan-perbuatan
nyata lainnya ataupun berupa pengeluaran peraturan-peraturan lebih lanjut .48 Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa salah stau perwujudan dari kegiatan pemerintahan adalah membuat kebijakan yang akan diberlakukan bagi
masyarakat.

A. TINJAUAN UMUM RUANG LINGKUP ILMU PERUNDANG- UNDANGAN

Ilmu Perundang-undangan merupakan ilmu interdisipliner yang sangat berhubungan dengan ilmu politik dan
sosiologi. Mengetahui dan memenuhi kebutuhan pendidikan hukum terutama untuk latihan keterampilan bagi
mahasiswa di bidang Ilmu Perundang- undangan, pendidikan klinik hukum, dan legal drafting. Mengacu pada
pendapat Jujun S. Suriasumantri maka Perundang- undangan sebagai ilmu harus dapat menjawab beberapa
pertanyaan, yakni: 1. Objek apa yang ditelaah? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana
hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia seperti berpikir, merasa, dan mengindera? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, Ilmu Perundang-undangan perlu ditelaah sesuai dengan topik bahasan yang lebih
terspesifikasi. Burkhardt Krems, seorang ahli dari Jerman menelaah Ilmu Perundang-undangan dengan melakukan
pembagian terhadapnya. Dari bagan di atas, dapat diberikan penjelasan sistematis sebagai berikut: Teori Perundang-
undangan , yang berorientasi pada mencari kejelasan dan kejernihan makna atau pengertian, dan bersifat kognitif;
Teknik Perundang-undangan

Selanjutnya, A. Hamid S. Attamimi membedakan antara Ilmu Perundang-undangan dengan Teori Perundang-
undangan, dengan alasan bahwa kata teori dalam kata-kata teori Perundang-undangan adalah sekumpulan
pemahaman titik tolak dan asas-asas yang saling berkaitan. Kata teori dapat juga diartikan sistem dari tata hubungan
yang logis di antara pemahaman-pemahaman. Kata teori dalam istilah Teori Perundang-undangan menunjuk pada
cabang, bagian, tepi, atau sisi dari ilmu pengetahuan di bidang Perundang-undangan yang bersifat kognitif. Secara
lebih spesifik, yang akan dibahas adalah mengenai Ilmu Perundang-undangan. Beberapa bahasan yang tercakup di
dalamnya meliputi peristilahan dan ruang lingkup bahasan, norma hukum, norma hukum dalam negara, sistem
norma hukum di Indonesia, hierarki peraturan Perundang- undangan, lembaga negara dan lembaga pemerintah
dalam baik sebelum ataupun sesudah perubahan UUD NRI 1945, jenis peraturan Perundang- undangan, fungsi
peraturan Perundang-undangan, materi muatan, dan asas- asas pembentukannya.

B. TEORI HUKUM BERWAJAH GANDA DAN TEORI JENJANG NORMA

Selanjutnya adalah norma hukum, tak dapat dipisahkan dari Ilmu Perundang-undangan karena melalui
Perundang-undangan, norma hukum tersebut dapat lahir dan berlaku dalam masyarakat. Sebelumnya, akan
dilakukan pembedaan terlebih dahulu antara norma hukum dan norma-norma lainnya yang berlaku di masyarakat.
Norma hukum akan sangat berkaitan dengan hierarki norma hukum, baik yang dinyatakan oleh Hans Nawiasky
ataupun Hans Kelsen. Sebelumnya, perlu dipahami bahwa menurut Hans Kelsen dalam bukunya General Theory of
Law and State, terdapat dua sistem norma yang meliputi: Sistem norma statik adalah sistem yang melihat pada ‘isi’
norma. Dalam ilmu Perundang-undangan yang dibicarakan adalah norma hukum sebagai salah satu norma yang
dinamik, yaitu norma yang diterapkan berdasarkan siapa pembuatnya dan bagaimana penerapannya dikaitkan
dengan norma-norma lainnya. lainnya yang cenderung merupakan kaedah otonom, yaitu berasal dari dalam diri
seseorang. Selain itu, norma hukum dapat dilekati sanksi dalam rangka menjamin pemenuhannya. Sanksi ini
dipaksakan dan dilaksanakan keberlakuannya oleh aparat negara. Norma hukum juga dibagi menjadi norma hukum
tunggal, dan norma hukum berpasangan. Norma hukum tunggal adalah norma yang berdiri sendiri dan tidak diikuti
oleh suatu norma hukum lainnya, sedangkan norma hukum berpasangan adalah norma yang terdiri dari dua norma
hukum, yaitu norma hukum primer dan norma hukum sekunder. Norma hukum primer adalah norma hukum yang
berisi suruhan, sedangkan norma hukum sekunder adalah norma hukum yang berisi sanksi untuk memastikan supaya
norma hukum primer dipenuhi. Jika membicarakan tentang norma hukum dalam negara, akan ditemui teori norma
hukum yang memiliki dua wajah dari Adolf Merkel. Teori dua wajah ini memiliki arti bahwa norma hukum ke atas
ia bersumber dan berdasar pada norma yang di atasnya, tetapi ke bawah ia juga menjadi sumber dan menjadi dasar
bagi norma hukum di bawahnya.

Kelompok IV : Verordnung & Autonome Satzung atau aturan pelaksana dan aturan otonom.

Terdapat beberapa hal yang membedakan teori jenjang norma menurut Hans Kelsen dan Hans Nawiasky meliputi: 1.
Teori Hans Kelsen berlaku untuk segala jenis norma, sedangkan Hans Nawiasky lebih berfokus pada norma hukum
negara. Norma hukum juga mengalami pembagian berdasarkan beberapa indikator. Jika dilihat dari subjek yang
dituju norma hukum terdiri dari norma hukum umum dan norma hukum khusus. Norma hukum umum adalah norma
hukum ditujukan untuk orang banyak dan tidak tentu. Biasanya, dalam norma hukum tersebut telah disebutkan siapa
saja subjek yang menjadi tujuannya. Jika dilihat dari hal yang diatur atau perbuatannya, norma hukum terbagi
menjadi norma hukum abstrak dan norma hukum konkret. Norma hukum umum-abstrak 2. Norma hukum umum-
konkret Selain itu, berdasarkan masa berlakunya, norma hukum dapat dibagi menjadi norma hukum yang berlaku
terus menerus dan norma hukum yang sekali selesai. Norma hukum yang berlaku terus-menerus keberlakuannya
tidak dibatasi oleh waktu, jadi dapat berlaku kapan saja secara terus menerus sampai peraturan itu dicabut dan
diganti dengan peraturan yang baru, sedangkan norma hukum yang berlaku sekali selesai adalah norma hukum yang
berlakunya hanya sekali saja, setelahnya selesai. Dalam bahasan tersebut, akan diulas aplikasi norma hukum
menurut Hans Nawiasky dan Hans Kelsen terhadap peraturan Perundang-undangan yang ada di Indonesia. Selain
itu, Ilmu Perundang-undangan juga akan membahas tentang hierarki peraturan Perundang-undangan. Lembaga
tersebut meliputi presiden, kementerian, kepala lembaga pemerintahan non- kementrian, direktorat jenderal
kementrian, badan negara, pemerintah daerah, dan kepala daerah. Kesemuanya disesuaikan dengan masanya, baik
sebelum perubahan UUD NRI 1945 maupun sesudah perubahan. Sehubungan dengan fase yang pernah dilalui oleh
Bangsa Indonesia, maka akan dipelajari pula jenis peraturan Perundang-undangan sesuai dengan kondisi politik dan
hukum saat produk hukum yang bersangkutan dikeluarkan. Berkaitan dengan sistem pemerintahan Indonesia yang
mengenal asas sentralisasi dan otonomi daerah yang berdasarkan asas desentralisasi, maka akan dibahas pula
peraturan Perundang-undangan yang dibuat di tingkat pemerintahan pusat dan tingkat pemerintahan daerah.
Peraturan pada tingkat pemerintah pusat biasanya meliputi hal-hal yang memang tidak dilimpahkan ke daerah,
seperti masalah agama, keamanan, pertahanan, fiskal, moneter, dan hubungan internasional, sedangkan pada tingkat
pemerintahan daerah, peraturan Perundang-undangan yang dipelajari meliputi peraturan yang dikeluarkan oleh
kepala daerah yaitu gubernur, walikota/bupati, dan juga kepala daerah dengan persetujuan DPRD. Terhadap
peraturan-peraturan tersebut, akan dilakukan telaah tentang fungsi dari masing-masing dan juga muatannya. Materi
muatan setiap peraturan perundnag-undangan berbeda. Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang sama dengan materi muatan undang-undang. Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk
menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Presiden beris materi yang
diperintahkan oleh undang-undang atau materi untuk melaksanakan peraturan pemerintah Ke bawah, materi muatan
peraturan masing-masing semakin mengkerucut. Dengan mengkerucutnya materi muatan, orang akan lebih
mempermudah menentukan materi muatan yang terbawah karena yang terakhir ini sebagai hasil residu peraturan di
atasnya. Sebagaimana digambarkan di atas, untuk mempermudah penentuan materi muatan peraturan Perundang-
undangan, digunakan penelaahan secara residu, di samping pemahaman mengenai materi muatan itu sendiri. Materi
Muatan peraturan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam peraturan Perundang-undangan sesuai
dengan jenis, fungsi, dan hierarki peraturan perundang-undangan.

Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang:.Peraturan Pemerintah,Peraturan Presiden,


Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat, dibuat oleh Badan Perwakilan Desa atau nama
lainnya bersama dengan Kepala Desa atau nama lainnya. Akan dipelajari topik bahasan mengenai kedudukan dari
masing-masing peraturan Perundang-undangan di atas. Pemahaman secara teoretis-normatif sangatlah penting untuk
dapat mengkaji peraturan Perundang-undangan yang ada. Misalnya, di awal Indonesia merdeka, ditemukan berbagai
bentuk aturan hukum yang dinilai tidak lazim seperti: Maklumat, Undang-Undang Darurat, Penetapan Presiden,
Undang-Undang Federal. Untuk memahami keberadaan ketentuan hukum tersebut harus dilakukan pengkajian yang
mendalam dengan pendekatan sejarah hukum. Legislative drafting menurut Jazim Hamidi, adalah sebuah ilmu
pengetahuan yang merupakan aturan-aturan tertentu yang dapat diletakkan sebagai aplikasi umum terhadap semua
tindakan-tindakan/langkah-langkah yang muncul dalam «Perencanaan Undang-Undang» dan juga sebagai satu
perangkat aturan tertentu yang selalu diobservasi oleh semua pembuat undang-undang untuk tujuan pemakai metode
yang terjamin aman dalam draft mereka. Melakukan Penelitian a. Penelitian hukum/hasil penelitian. Hukum
nasional/hukum negara lain yang mengatur materi yang bersangkutan. Penyusunan naskah akademik. Penyusunan
rancangan undang-undang. Penyusunan peraturan pemerintah dan seterusnya. Aspek materiil/substansial, berkenaan
dengan masalah pengolahan isi dari suatu peraturan Perundang-undangan. Aspek formal/prosedural, berhubungan
dengan kegiatan pembentukan peraturan Perundang-undangan yang berlangsung dalam suatu negara tertentu. Asas-
asas pembentukan peraturan Perundang-undangan yang baik menurut I.C. Asas-asas formil :

a. Asas tujuan yang jelas , yakni setiap pembentukan peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan dan
manfaat yang jelas untuk apa dibuat;

b. Asas kedapatlaksanaan , yakni setiap pembentukan peraturan Perundang- undangan harus didasarkan pada
perhitungan bahwa peraturan Perundang-undangan yang dibentuk nantinya dapat berlaku secara efektif di
masyarakat karena telah mendapat dukungan baik secara filosofis, yuridis, maupun sosiologis sejak tahap
penyusunannya; Asas dapat dikenali ; Asas perlakuan yang sama dalam hukum ;

Anda mungkin juga menyukai