ArsitekturPohonCendanaSantalumalbumLinn - diDesaPetirKecamatanRongkopKabupatenGunungkidulProsidingSeminarSilvikulturMASSIULM 2017
ArsitekturPohonCendanaSantalumalbumLinn - diDesaPetirKecamatanRongkopKabupatenGunungkidulProsidingSeminarSilvikulturMASSIULM 2017
ArsitekturPohonCendanaSantalumalbumLinn - diDesaPetirKecamatanRongkopKabupatenGunungkidulProsidingSeminarSilvikulturMASSIULM 2017
Tim Penyunting
Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, M.S.
(Universitas Lambung Mangkurat)
Prof. Dr. Ir. Mohammad Na'iem, M.Agr.Sc.
(Universitas Gadjah Mada)
Prof. Dr.Ir. Muhammad Restu,M.P.
(Universitas Hasanuddin)
Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS.
(Institut Pertanian Bogor)
Prof.Dr.Ir. Abubakar M. Lahjie,M.Agr.
(Universitas Mulawarman)
Dr. Hamdani Fauzi, S.Hut, M.P, IPM.
(Universitas Lambung Mangkurat)
Tim Teknis
Amino NataliNa, S.Si, M.S
Rahmiyati, S.Hut
Desain Sampul
Nazir
Dilarang menggandakan buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun kecuali untuk keperluan
pendidikan atau non komersial lainnya, dengan mencantumkan sumbernya sebagai berikut:
Diterbitkan oleh
Lambung Mangkurat University Press, 2018
d.a Pusat Pengelolaan Jurnal dan Penerbitan Universitas Lambung Mangkurat
Jl. H. Hasan Basry Kayu Tangi, Banjarmasin 70123
Gedung Perpustakaan ULM
xvi-871 A4 210 x 297 mm
Cetakan Pertama: Mei 2018
ISBN: 978-602-6483-11-9
viii Prosiding Seminar Nasional Silvikultur V
PUBLIKASI ILMIAH:
Semua makalah yang telah dipresentasikan dan ditelah oleh editor dipublikasikan secara
online dalam Prosiding Seminar Nasional Silvikultur V atau Jurnal Hutan Tropis.
AGENDA ACARA
DAFTAR ISI
Hlm
Kata Pengantar v
Latar Belakang vi
Tujuan Seminar vi
Tema Seminar dan Komisi vi
Pembicara dan Topik vii
Waktu dan Tempat vii
Peserta dan Pemakalah Komisi vii
Publikasi Ilmiah viii
Agenda Acara viii
Kepanitiaan ix
C-14
ABSTRAK
Salah satu jenis asli Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah cendana (Santalum album
Linn.). Jenis ini merupakan primadona masyarakat berkat kandungan minyak santalol yang
wangi dan bernilai ekonomi tinggi. Kini cendana juga tersebar pada sebagian hutan rakyat di
Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul. Cendana dijumpai pada lanskap perbukitan
bersama jenis-jenis pohon lainnya seperti: Tectona grandis, Acacia auriculiformis, Swietenia
macrophylla, Leucaena leucocephala, dan Gliricidia sepium. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bukti-bukti taksonomi cendana di Desa Petir, termasuk model arsitektur pohon dan
ciri morfologinya. Bahan yang digunakan berupa seluruh cendana hasil eksplorasi di lokasi
penelitian. Hasil identifikasi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa cendana dapat dikenali dari
jarak jauh berdasarkan batang monopodial, orthotropic, pertumbuhan kontinyu; dan cabang
monopodial, dengan arah plagiotropic dan bentuk tajuk yang ramping atau melebar dan memiliki
karakter ringan serta warna daun didominasi warna hijau muda. Selain itu, pada jarak yang
semakin dekat cendana dapat dibedakan menurut karakteristik dari organ generatif dan
vegetatifnya, diantaranya ukuran dan bentuk daun, warna tenda bunga (perigonium), ukuran
bunga, bentuk cuping, bentuk appendiks, warna batang, serta bentuk dan ukuran buah yang
memiliki beberapa variasi.
Kata Kunci: cendana, Santalum album Linn., model arsitektur pohon, morfologi, Desa Petir
PENDAHULUAN
Santalum album Linn. atau lebih sering dikenal dengan nama cendana merupakan spesies
asli Nusa Tenggara Timur. Spesies ini memberikan hasil hutan non kayu berupa aroma
wewangian dari kandungan santalol pada batang dan akar, sehingga menjadi primadona bagi
masyarakat. Aroma wangi tersebut diracik menjadi beberapa produk yaitu kosmetik, obat, dan
penggunaan untuk upacara tradisional. Selain itu cendana dapat juga sebagai materi untuk
rehabilitasi, dikenal sebagai tanaman yang mampu tumbuh di lahan kritis (Faridah dkk., 2012;
Arifriana dkk., 2017).
Cendana merupakan spesies asli Nusa Tenggara Timur namun permudaan alaminya dapat
dijumpai di beberapa lokasi di Kabupaten Gunungkidul, salah satunya di Desa Petir, Kecamatan
Rongkop. Disebut permudaan alami karena tumbuh di luar area pertanaman uji. Dari kajian
spesimen Herbarium Bogoriense diketahui bahwa cendana sudah tertanam di Pulau Jawa
sekitar tahun 1800 (Koleksi LIPI). Kharisma (1994) juga menyebutkan bahwa cendana telah
diintroduksi di Pulau Jawa pada tahun 1968.
Akan tetapi, beberapa dekade terakhir ini muncul masalah mengenai keragaman kayu
cendana berangsur berkurang (hilang) sehingga menjadi perhatian besar bagi studi genetika
dan ekologi (Indrioko dan Ratnaningrum, 2015). Australia, India, dan Indonesia termasuk di
antara eksportir utama kayu cendana dan minyak cendana (Rao et al., 2007), namun di dalam
tiga dekade terakhir, spesies ini telah mengalami degradasi yang signifikan dan hilangnya
314 Prosiding Seminar Nasional Silvikultur V
habitat. Oleh karena itu eksistensi cendana saat ini masuk ke dalam kategori rentan (vulnerable)
menurut status yang diterbitkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN)
tahun 2009 bahkan punah di alam bebas sebagian besar spesies asli di bagian tenggara
Indonesia (Indrioko dan Ratnaningrum, 2015). Dampaknyapengenalan spesies cendana oleh
masyarakat secara umum relatif kurang karena jumlah di lapangan semakin sedikit.
Model arsitektur tumbuhan masih sangat jarang mendapat perhatian, yaitu ciri morfologi
berupa bentuk suatu tumbuhan terjadi akibat aktifitas genetis. Ciri-ciri tersebut antara lain
perawakan dalam hal ini menyangkut bentuk dan ukuran, sistem percabangan, kepadatan tajuk,
bentuk, ukuran dan tekstur daun, sistem perakaran, cara berkembangbiak mauoun periodisitas
hidupnya.
Saat ini permudaan alam cendana dengan berbagai tingkatan umur di beberapa lokasi yang
tersebar di Gunungkidul dapat ditemui salah satunya di Desa Petir di Kecamatan Rongkop,
Gunungkidul. Tegakan cendana tersebut tumbuh di bukit-bukit bersama dengan jenis lainnya,
sehingga perlu diketahui informasi mengenai karakter khas yang dimiliki cendana di Desa Petir
untuk mempermudah mengenalijenis cendana dari jarak jauh.Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan spesies cendana yang ditemui di lokasi penelitian berdasarkan aspek
morfologi.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di hutan rakyat Desa Petir, Rongkop, Gunungkidul yang masuk ke dalam
kawasan ketiga dalam barisan pegunungan karst bagian zona selatan (Indrioko dan
Ratnaningrum, 2015). Secara administratif, Desa Petir berada di ujung timur Kabupaten
Gunungkidul, berbatasan langsung dengan Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri.
Ketinggian tempat di lokasi ini berkisar 340-395 m dpl. dengan topografi perbukitan. Penelitian
dilakukan pada bulan Mei hingga Desember 2015.
Analisis Data
Analisis data mengacu pada metode analisis deskriptif dan semi kuantitatif (Albrechtova,
2004). Penelitian ini dilakukan didasarkan pada pengamatan fakta sebagai penanda sistematika
tumbuhan, antara lain analisis karakteristik morfologi, seperti perawakan/habitus, arsitektur
pohon, tipe batang, bentuk tajuk, warna tajuk, warna daun, bentuk daun, dan perbungaan.
Masing-masing dicandera untuk diperoleh informasi mengenai bukti-bukti taksonomi cendana di
Desa Petir, terutama ditinjau dari model arsitekturnya. Data pengamatan berupa gambar
dipaparkan secara visual dan dideskripsikan atau diberikan penjelasan dan keterangan.
lingkungan yang berbeda, hal ini tidak mengakibatkanberbedanya warna bunga, bahkan variasi
tersebut tetap ditemui pada kondisi lingkungan yang sama.
a b
Gambar 2. a)Daun berbentuk lanset, b) daun berbentuk bulat telur
a a
Gambar 3. Bunga cendana di Desa Petir a) perigonium berwarna merah maron dan b)
perigonium berwarna oranye.
secara umum dapat dikatakan hijau muda. Berdasarkan Plant Munsell Color Chartseluruh daun
cendana di lokasi penelitian memiliki notasi hue GY (green yellow) atau hijau kekuningan.
a b
Gambar 4. Cendana (Santalum album Linn.): a. Model arsitektur pohon roux pada cendana
(Rudjiman, 1987); b. Kondisi pohon di Desa Petir.
Gambar 6. Pertumbuhan batang kontinyu dan kulit batang berwarna coklat keabuan
318 Prosiding Seminar Nasional Silvikultur V
Perbungaan cendana di lapangan dijumpai 2 tipe yakni tipe perbungaan aksiler dan lateral.
Kedua tipe tersebut berkombinasi dalam satu individu bahkan 1 ranting (Gambar 8).
Gambar 8. Perbungaan cendana lateral(tanda panah warna kuning) dan aksiler (tanda panah
warna merah)
Desa Petir memiliki luas 1059.6 ha dan 52% dari luas keseluruhan merupakan hutan
rakyat multikultur yang ditanami dengan tanaman keras seperti Tectona grandis(jati), Acacia
auriculiformis (akasia), Swietenia macrophylla (mahoni), Leucaena leucocephala (lamtoro),
Santalum album (cendana) dan Gliricida sepium (gamal)(Wirakarsa, 2015). Tidak ada
pemisahan lahan untuk setiap jenis yang ditanam oleh masyarakat, termasuk cendana yang
ditanam menggunakan pola campur dengan jenis lainnya. Namun, komposisi jenis cendana
mendominasi di lahan hutan masyarakat, dapat dilihat pada Gambar 9.Komposisi jenis selain
cendana dapat teramati mengisi sela di antara tegakan cendana.
a
Silvikultur untuk Produksi Hutan Lestari dan Rakyat Sejahtera 319
c
Gambar 9a, b, dan c. Hutan rakyat di Desa Petir yang didominasi oleh jenis cendana
Apabila ditinjau dari karakter batangnya, jenis lain yang tumbuh memiliki batang monopodial,
sehingga sulit dibedakan dengan cendana. Namun dari aspek tajuk, cendana memiliki
perbedaan dengan jenis yang lain. Tajuk cendana berwarna hijau muda dan ringan, sedangkan
jenis lain berwarna lebih tua dengan karakter sedang hingga berat.
KESIMPULAN
1. Bukti-bukti taksonomi cendana di Desa Petir, termasuk model arsitektur pohon daun,
batang, dan perbungaan pada cendana sesuai dengan deskripsi dalam literatur yang telah
ada.
2. Cendana di Desa Petir dapat dibedakan dengan jenis lainnya dari model arsitekturnya dan
karakter tajuknya.
320 Prosiding Seminar Nasional Silvikultur V
DAFTAR PUSTAKA
Albrechtova, J. 2004. Plant Anatomy in Environtmental Studies. Prague: Charles University in
Prague.
Arifriana, R., Indrioko, S., dan Syahbudin, A. 2017. Variasi Cendana (Santalum album Linn.)
Berdasarkan Morfologi Daun dan Bunga di Desa Petir, Rongkop, Gunungkidul. Jurnal Ilmu
Kehutanan 11 (2017) 94-105
Adriyanti, D.T., Soekotjo, Na’iem, M., dan Rimbawanto, A. 2016. Pengelompokan Keruing
(Dipterocarpus spp.) di Indonesia Menurut Karakter Buah. Jurnal Ilmu Kehutanan Volume
10 No. 1 - Januari-Maret 2016
Ekowati, G., Indriyani, S. dan Azrianingsih, R. 2017. Model Arsitektur Percabangan Beberapa
Pohon di Taman Nasional Alas Purwo Jurnal Biotropika | Vol. 5 No. 1 | 2017
IUCN. 2009. IUCN Red List Categories And Criteria: Version 3.1. IUCN Species Survival
Commission. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. Glad,
Switzerland, and Cambridge, UK.
Rao MN, Ganeshaiah KN, Shaanker RU. 2007. Assessingthreats and mapping sandal
resources to identify genetic ‘hot-spot’ for in-situ conservation in peninsular
India.Conservation Genetics 8:925–935
Ratnaningrum, Y.W.N. and Indrioko, S. 2014. Variation on genotypes and flowering characters
affecting pollination mechanisms of sandalwood (Santalum album Linn., Santalaceae)
planted on ex-situ gene conservation in Yogyakarta, Indonesia. Eurasean J For Res VI:
167-179.
Ratnaningrum,Y.W.N., Indrioko, S., Faridah, E.,dan Syahbudin, A. 2015. The effects of
population size on genetic parameters and mating system of sandalwood in Gunung
Sewu, Indonesia. J. Biotech, Vol. 20, No. 2 182-201
Ratnaningrum, Y.W.N. and Indrioko, S. 2015. Response of flowering and seed production of
sandalwood (Santalum album linn., Santalaceae) to climate changes. Procedia
Environmental Sciences V: 665-675.
Rudjiman. 1987. Santalum album Linn. Taksonomi dan model arsitekturnya. Prosiding Diskusi
Nasional Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Silaen S, Widiyono. 2013. Metode penelitian sosial untuk penulisan skripsi dan tesis. In Media,
Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan kesembilan.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Samingan, T. 1982. Dendrologi. Jakarta.
Wirakarsa IS. 2015. Potensi permudaan alam dan keanekaragaman genetik cendana
(Santalum albumLinn.) di Desa Petir Kecamatan Rongkop Kabupaten Gunungkidul. Tesis
(Tidak dipublikasikan). Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.