Makalah b14 Theodora
Makalah b14 Theodora
Makalah b14 Theodora
102019066
Email : [email protected]
Abstrak
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan maupun
kelainan patologis. Fraktur maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang
wajah. Fraktur zygomaticus adalah salah satu akibat adanya midface trauma yang
menyebabkan dikonstinuitas dari tulang yang lengkap atau tidak lengkap akibat gaya kontak.
Trauma yang didapat dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak, gigi, dan struktur
tulang di sekitar os zygoma. Oleh karena itu, pengetahuan yang mendalam mengenai
diagnosis serta penatalaksanaan yang cepat sangatlah penting untuk menghindari komplikasi.
Kata kunci : diagnosis, fraktur, fraktur maksilofasial, fraktur zygomaticus, tata laksana
Abstract
1
Pendahuluan
Dalam kegiatan sehari – hari , manusia sebagai makhluk hidup seringkali kita
memiliki kegiatan di luar rumah dan mengharuskan kita untuk menaiki suatu kendaraan. Dan
adanya terjadi kelalaian dalam berkendara maka dapat terjadi kecelakaan lalu lintas yang
sering mengakibatkan fraktur, terutama fraktur pada wajah. Seperti dalam kasus ini, bahwa
terjadi fraktur pada os.zygomaticus yang termasuk fraktur maksilofasial.
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara riwayat kesehatan pasien secara langsung atau tidak
langsung yang memiliki tiga tujuan utama yaitu mengumpulkan informasi, membagi
informasi, dan membina hubungan saling percaya untuk mendukung kesejahteraan pasien.
Informasi atau data yang dokter dapati dari wawancara data yang subjektif dari yang
diutarakan pasien kepada dokter mulai dari keluhan utama hingga riwayat pribadi dan sosial.
Untuk hasil anamnesis dari kasus ini adalah hidung pasien berdarah, pasien sempat
pingsan beberapa menit, pasien tidak ada mual ataupun muntah, pasien juga masih bisa
berjalan dengan pelan-pelan, juga ada rasa sakit pada pipi sebelah kanan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik akan dilakukan secara sistematis, mulai dari kepala hingga kaki
(head to toe) yang dilakukan dengan empat cara (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).
Ruang lingkup pemeriksaan fisik ini akan terdiri dari pemeriksaan tanda vital (suhu, denyut
2
nadi, kecepatan pernapasan, dan tekanan darah), pemeriksaan fisik head to toe, dan
pemeriksaan fisik per sistem tubuh (seperti sistem kardiovaskuler, pencernaan,
muskuloskeletal, pernapasan, endokrin, integumen, neurologi, reproduksi, dan perkemihan).
Untuk hasil pemeriksaan fisik yang di dapat pada kasus ini adalah untuk status
generalis tidak ada kelainan, kesadaran compos mentis, TD 120 mmHg, N 88x/menit, S
37,20C. Untuk thorax, cor/pulmo, abdomen juga extremitas atas dan bawah tidak ada
kelainan. Untuk status lokalis, di bagian kepala daerah frontal sampai occipital tidak ada jejas
trauma. Daerah wajah bagian infra orbital kanan edema dan berwarna merah-kebiruan.
Pada lubang hidung tampak pedarahan yang sudah mengering, hidung berbentuk
normal. Buka dan tutup mulut dan oklusi normal, pada mata kiri dapat melihat dengan baik,
sedangkan pada mata kanan periorbital hematoma merah kebiruan, bengkak hingga mata
kanan sukar di buka.
Working Diagnosis
Os Zigoma merupakan tulang yang menonjol pada wajah dan akan mendapatkan gaya
bentur terkuat pada wajah yang mengalami trauma.Tulang zigomatik sangat erat
hubungannya dengan tulang maksila, tulang dahi serta tulang temporal, dan karena tulang
tulang tersebut biasanya terlibat bila tulang zigomatik mengalami fraktur sehingga lebih tepat
disebut fraktur kompleks zigomatik.2
Hasil dari pemeriksaan kasus pada seorang laki-laki umur 26 tahun mengalami KLL
dan menabrak balok yang dibawa oleh sebuah truk, mengenai pipi kanan. Juga berdasarkan
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, maka diagnosis akhir yang di dapat
pada pasien adalah fraktur zygomaticus.
Diagnosis Banding
Fraktur Nasal
Fraktur nasal adalah fraktur yang paling sering terjadi pada fraktur kepala leher dan
menempati urutan ketiga dari seluruh fraktur tubuh manusia. Fraktur nasal sering berupa
fraktur sederhana, tetapi komunitif dan dapat disertai dengan luka terbuka pada kulit luar
hidung.
Fraktur Mandibula
3
Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula Hilangnya
kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan
benar. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada letak anatomi dapat terjadi pada
daerah-daerah dentoalveolar, kondilus, koronoideus, ramus, sudut mandibula, korpus
mandibula, simfisis, dan parasimfisis.
Fraktur Maxilla
Fraktur maksila sendiri sebagai bagian dari trauma maxillofacial cukup sering
ditemukan, walaupun lebih jarang dibandingkan dengan fraktur mandibula. Pada fraktur
maksila juga dapat muncul berbagai komplikasi yang cukup berat, dimana apabila tidak
ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian.
Fraktur Zygomaticus
Teori Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan maupun
kelainan patologis. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak dan kontraksi otot yang ekstrim.
Jenis fraktur dibagi 2 yaitu simpel dan kompleks. Fraktur sederhana atau simpel
artinya melibatkan gangguan tunggal antara dua segmen tulang, sedangkan fraktur kompleks
atau kominutif berarti fraktur yang melibatkan beberapa fragmen patahan tulang.8
Klasifikasi Fraktur
4
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Rene Le Fort, terdapat tiga pola fraktur
maksilofasial, yaitu Le Fort I, II, dan III. Selain fraktur Le Fort, terdapat pula fraktur alveolar,
dan vertikal atau sagital maupun parasagital.
Pertama ada Fraktur Le Fort dikenal juga dengan fraktur Guerin yang terjadi di atas
level gigi yang menyentuh palatum, meliputi keseluruhan prosesus alveolar dari maksila,
kubah palatum, 7 dan prosesus pterigoid dalam blok tunggal. Fraktur membentang secara
horizontal menyeberangi basis sinus maksila.7
Fraktur Le Fort II Pukulan pada maksila atas atau pukulan yang berasal dari arah
frontal menimbulkan fraktur dengan segmen maksilari sentral yang berbentuk piramida.
Keseluruhan maksila akan bergeser terhadap basis kranium.7
Fraktur Le Fort III Selain pada pterygomaxillary buttress, fraktur terjadi pada
zygomatic arch berjalan ke sutura zygomaticofrontal membelah lantai orbital sampai ke
sutura nasofrontal. Garis fraktur seperti itu akan memisahkan struktur midfasial dari kranium
yang disebut dengan craniofacial dysjunction.7
Fraktur Alveolar Bagian dentoalveolar dari maksila dapat mengalami fraktur akibat
pukulan langsung maupun secara tidak tidak langsung pada mandibula. Sebagian dari
prosesus alveolar dapat mengalami fraktur.7
Fraktur Maksila Sagital atau Vertikal Fraktur sagital biasanya dihubungkan dengan
fraktur maksila lainnya. Fraktur seperti ini dapat meningkatkan lebar arkus denta dan wajah,
dimana cukup sulit untuk ditangani.7
Anatomi Maksilofasial
5
Anatomi kepala bersifat kompleks, baik dari sifat fisik kulit, tulang, dan otak sangat
berbeda. Komponen skeletal wajah tersusun supaya apabila terjadi retak akibat trauma jarang
mengganggu jaringan didalamnya. Tingkat keparahan dan pola fraktur tergantung pada
besarnya kekuatan trauma, durasi trauma, percepatan yang diberikan ke bagian tubuh yang
terkena, dan laju perubahan percepatan serta luas permukaan impaksi.8
Fraktur Maksilofasial
Fraktur adalah hilangnya atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh. Fraktur
maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang wajah yaitu tulang
nasoorbitoetmoid, tulang zigomatikomaksila, tulang nasal, tulang maksila, dan juga tulang
mandibula.8
Pada tahun 2003, Motamedi melaporkan distribusi patah tulang wajah yaitu 72,9%
mandibula, 13,9% rahang atas, 13,5% zygomatic, 24,0% zygomaticoorbital, 2,1% kranial,
2,1% hidung, dan 1,6% cedera frontal. Penyebab cedera maksilofasial ini adalah mobil
(30,8%) dan sepeda motor (23,2%), olahraga (6,3%), dan peperangan (9,7%).8
6
Fraktur maksilofacial juga terjadi lebih sering pada laki-laki dewasa dan remaja muda,
usia rata-rata untuk laki-laki dewasa adalah 32 tahun, usia rata-rata untuk anak-anak 12,5
tahun. Di Indonesia, pasien trauma maksilofasial dengan jenis kelamin pria mewakili 81,73%
dari jumlah kasus (Muchlis, 2011).8
Menurut Motamedi penyebab cedera maksilofasial ini adalah mobil (30,8%) dan
sepeda motor (23,2%), olahraga (6,3%), dan peperangan (9,7%). Menurut studi 13 Baego
tahun 2014 di Philipina ada keterkaitan yang signifikan antara fraktur wajah multipel dan
kecelakaan lalu-lintas.
Fraktur Zygomaticus
Fraktur zygoma bisa terbagi menjadi 3 jenis menurut segmentasi dan pergeserannya
yaitu, low energy zygoma fracture, tidak ada atau hanya sedikit pergeseran. Middle energy
zygoma fractures, fraktur komplit dengan pergeseran tulang ringan hingga sedang.4 High
energy zygoma fractures, pergeseran berat yang bisa disertai adanya serpihan tulang disekitar
patahan misalnya di rongga mata
Terdapat beberapa gejala klinis yang menyertai fraktur pada os. Zygomticus, seperti
adanya nyeri tekan, keterbatasan pergerakan pada rahang,, pendataran tulang pipi (gejala ini
yang nampak pada Anda disertai dengan nyeri dan kebas) dan perdarahan di bawah mata,
kebas pada hidung samping dan bibir atas, dan diplopia / penglihatan ganda.
7
jantung, pembuluh darah yang tersumbat, bentuk tulang belakang yang abnormal dan
sebagainya.8
CT-Scan
CT scan kepala adalah prosedur penyinaran X-ray yang menghasilkan gambar dari isi
intrakranial sebagai hasil dari penyerapan X-ray yang spesifik oleh jaringan yang diperiksa.
CT scan memungkinkan diagnosis 21 yang tepat dari semua jenis fraktur tulang wajah dan
dasar tengkorak, dan memberikan informasi tentang perdarahan intrakranial dan cedera otak
mayor.5,8
Indikasi operasi fraktura zygoma, Orif (Open reduction and internal fixation) bila ada
gangguan fungsi, misalnya adanya diplopia (blow out fraktur), adanya kesukaran
membuka/menutup mulut. open reduction internal fixation (ORIF) merupakan prosedur
pembedahan untuk menyatukan fraktur dengan menggunakan pelat logam, pins, rods,
atau screws.
Indikasi pemasangan ORIF, antara lain pada fraktur tidak stabil dan
cenderung displaced setelah reposisi, fraktur yang berlawanan posisi dengan gerak otot,
fraktur yang memiliki waktu penyatuan lama, fraktur patologis, fraktur multipel, dan fraktur
pada penderita dengan asuhan keperawatan sulit (pasien geriatri dan paraplegia).Yang kedua
adalah gangguan estetik seperti adanya asymetri yang sangat menyolok atau asymetri ringan
yang tak perlu operasi.9
Operasi
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini
umumnya dilakukan dengan membuat sayatan.5,6 Setelah bagian yang akan ditangani
ditampilkan dilakukan tindak perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan
luka
8
Operasi untuk fraktur zygomaticus dilakukan melalui sayatan pada kelopak mata
bagian bawah, (subciliary) dan bagian lateral mata dilanjutkan dengan reposisi dan
pemasangan implant ( wire atau plate – screws ).8
Skenario
Seorang laki-laki umur 26 tahun mengalami KLL satu jam sebelum datang ke Gawat
Darurat Rumah Sakit. Saat naik sepeda motor menabrak balok yang dibawa oleh sebuah truk,
mengenai pipi kanan.
Kesimpulan
Pasien pada kasus ini terkena fraktur zygomaticus kanan dan pemeriksaan dapat di
lakukan dengan cara CT- Scan. Untuk penatalaksanaan bisa secara operasi atau non operasi
sesuai dengan hasil pemeriksaan.
9
Daftar Pustaka
10