Bab 1 Sukma

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stunting merupakan keadaan pertumbuhan tinggi badan seorang anak


mengalami kegagalan, sehingga tidak sesuai dengan usia pada umunya. Stunting
dapat digunakan sebagai indikator untuk pertumbuhan anak yang
mengindikasikan kekurangan gizi kronis (Mesfin dkk, 2015 dalam (Maulidah,
2018)). Kejadian stunting merupakan salah satu masalah yang dialami oleh balita
di dunia, khususnya di negara-negara miskin dan berkembang. Di Indonesia,
kejadian balita pendek masih menjadi masalah gizi utama yang sedang dihadapi.

Pada tahun 2017, terdapat 22,2% atau 150,8 juta balita di dunia mengalami
stunting (Dinkes Jatim, 2018). Lebih dari setengah balita pendek di dunia berasal
dari Asia yaitu diatas 55% sedangkan lebih dari sepertiganya, yaitu sebesar 39%
tinggal di Afrika. Angka tertinggi kejadian stunting di Asia Tenggara dari tahun
2005 – 2017 terdapat di Timor Leste yaitu mencapai 50,2%, kemudian India
dengan prevalensi rata-rata 38,4%, dan ketiga adalah Indonesia dengan prevalensi
rata-rata di atas 36, 4% (WHO, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas
pada tahun 2010, 2013, dan 2017 menunjukkan prevalensi stunting tidak
menunjukkan penurunan yang signifikan, bahkan melonjak statis pada tahun
2017. Hampir di setiap provinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan angka
stunting. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Maulidah
(2018), kasus stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang sedang
dihadapi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, khususnya di wilayah Jember. Pada
tahun 2017 jumlah kasus stunting tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas
Jelbuk dengan presentase 39,30%. Wilayah kerja Puskesmas Jelbuk terdiri dari 6
desa dengan jumlah kasus stunting sebanyak 531 kasus.

Stunting akan berpengaruh pada peningkatan angka mortalitas, morbiditas,


dan perkembangan kognitif dan bahasa anak. Pengaruh jangka panjang dalam
sektor kesehatan adalah pertumbuhan pendek, kurangnya reproduksi dan
peningkatan risiko obesitas serta penyakit degeneratif pada anak. Pertumbuhan
kerdil pada anak harus mendapat perhatian khusus karena dapat menghampat
pertumbuhan fisik, mental, dan status kesehatan. Stunting juga dikaitkan dengan
peningkatan kerentanan anak terhadap penyakit baik infeksi maupun obesitas
(Trihono dkk., 2016). Stunting ini merupakan keadaan tidak normal tubuh yang
disebabkan oleh lebih dari satu faktor (multifaktor), yang berarti dibutuhkan satu
faktor utama dan faktor-faktor penyebab lainnya untuk sampai terjadi stunting
(Ariyanti, 2015 dalam (Desyanti dan Nindya, 2017). Selain karena gizi buruk,
faktor lain yang dapat menyebabkan kondisi stunting adalah kejadian Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR), riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat penyakit
infeksi, kualitas dan jumlah MP-ASI, dan praktik higiene (WHO, 2013 dalam
(Desyanti dan Nindya, 2017).
Status gizi pada anak sangat erat kaitannya dengan kondisi kesehatan mereka.
Anak akan mengalami penurunan kekebalan tubuh ketika berada dalam keadaan
gizi yang kurang atau buruk, yang berarti kemampuan untuk mempertahankan diri
dari infeksi juga akan menurun. Sebaliknya, ketika dalam kondisi infeksi kronik
juga akan menyebabkan kurang gizi pada anak. Sehingga kaitan antara infeksi
dengan kurang gizi sangat sulit dipisahkan dan saling terkait. Salah satu penyakit
infeksi yang dapat menyebabkan kejadian stunting adalah diare. Diare merupakan
gangguan pencernaan yang ditandai dengan Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3
kali dalam sehari dengan konsistensi tinja cair, dan dapat disertai darah
(Riskesdas, 2013 dalam (Hartati dan Nurazila, 2018). Penyakit diare juga
merupakan penyakit endemis di Indonesia dan berpotensi menjadi penyakit
dengan penyakit Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dapat menyebabkan kematian
di berbagai wilayah di Indonesia terutama di wilayah yang kumuh. Penyakit diare
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti
Indonesia, karena menyumbang angka kesakitan dan kematian yang cenderung
meningkat. Menurut WHO (2015) dalam Masdiana, dkk (2016), diare merupakan
penyebab utama ketiga penyebab kematian balita di dunia setelah gizi buruk dan
pneumonia.
Berdasarkan karakteristik penduduk, golongan usia yang paling rentan
terkena diare adalah anak-anak dikarenakan daya tahan tubuhnya yang masih
lemah (Widoyono, 2011). Proporsi terbesar diare pada balita terjadi pada
kelompok usia 6 – 11 bulan yaitu 21,65%, kelompok umur 12 – 17 bulan sebesar
14,43%, dan kelompok umur 24 – 29 bulan sebesar 12,37% (Hartati dan Nurazila,
2018). Setiap tahunnya terdapat sekitar 4 milyar kasus diare terjadi pada anak
balita di seluruh dunia, sebanyak 1,5 juta balita meninggal karena diare dalam
setiap tahun (Humrah, dkk. 2018). Kejadian diare menyebabkan 4% dari semua
kematian dan 5% dari kehilangan kesehatan yang menyebabkan kecacatan di
seluruh dunia. Sementara di Kabupaten Jember sendiri merupakan salah satu
kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur dengan cakupan pelayanan diare
berada di bawah target nasional, yaitu sebesar 68,08% (Dinkes Jatim, 2018). Pada
tahun 2014, jumlah kasus diare pada balita usia 0-4 tahun yaitu sebanyak 23.794
kasus, sedangkan pada anak usia sekolah sebanyak 10.863 kasus.

Diare pada balita dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu infeksi
bakteri, virus atau parasit, gangguan penyerapan makanan atau malabsorbsi,
alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan, dan
kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab lain (Suraatmaja, 2007 dalam
(Hartati dan Nurazila, 2018). Menurut Widoyono (2011) dalam Hartati dan
Nurazila (2018) faktor lain yang dapat memicu terjadinya diare akut pada balita
antara lain karena faktor lingkungan, tingkat pengetahuan ibu, sosial ekonomi
masyarakat dan makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Masa anak-anak merupakan masa yang sangat penting dalam pertumbuhan


dan perkembangan fisiknya. Diare sangat erat hubungannya dengan kondisi
kurang gizi. Salah satu dampak yang dapat terjadi ketika anak terlalu sering diare
yaitu dapat menganggu pertumbuhan karena ketidaknormalan pada sistem saluran
cerna. Akibatnya, daya serap usus terhadap makanan berkurang dan masukan gizi
pada anak tidak adekuat. Padahal seharusnya, pada usia tersebut anak memiliki
gizi yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhannya. Seorang anak yang
menderita diare bila tidak segera ditindaklanjuti dan diimbangi dengan pemberian
asupan maka dapat mengalami gagal tumbuh. Selain itu, pada saat diare banyak
cairan dan mikro nutrien yang terbuang dari dalam tubuh. Zinc merupakan salah
satu mikro nutrien penting yang ikut terbuang pada saat terjadi diare. Ketika zinc
terbuang, villi usus yang rusak tidak bisa melakukan regenerasi oleh zinc sehingga
kondisi stunting dapat terjadi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti ingin meneliti
apakah ada hubungan antara riwayat diare dengan kejadian stunting pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.

1.2 Rumusan Masalah


Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara riwayat diare dengan kejadian
stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
.Menganalisis hubungan riwayat diare dengan kejadian stunting pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi karakteristik balita dengan stunting yang meliputi
usia, berat badan, dan tinggi badan;
b. Mengidentifikasi riwayat penyakit diare yang pernah dialami oleh
balita;
c. Mengidentifikasi hubungan riwayat diare dengan kejadian stunting
pada balita.
.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan wawasan
mengenai keterkaitan hubungan riwayat diare dengan kejadian stunting pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.

1.4.2 Manfaat bagi Institusi Pendidikan


Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi pendidikan adalah sebagai
tambahan referensi dan pengembangan penelitian tentang riwayat diare dengan
kejadian stunting, sebagai pedoman untuk melakukan intervensi khususnya
dalam hal promosi dan prevensi terkait stunting serta penatalaksanaan terkait
diare.

1.4.3 Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan


Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi kesehatan adalah data hasil yang
diperoleh dapat dijadikan sumber informasi dan masukan untuk mengoptimalkan
program kesehatan, pengambilan tindakan untuk penanganan diare, serta
pembuatan kebijakan tentang kesehatan terkait promosi dan prevensi diare di
masyarakat.

1.4.4 Manfaat bagi Masyarakat


Manfaat yang bisa diperoleh bagi masyarakat adalah sebagai tambahan
wawasan dan pengetahuan khusunya bagi masyarakat dengan balita untuk lebih
berperan aktif dalam melaksanakan pencegahan dan penanganan diare kepada
anak.

1.5 Keaslian Penelitian


Penelitian terdahulu dilakukan oleh Fernando Ch. Taliwongso, Jeanette I.
Ch. Manoppo, dan Adrian Umboh dengan judul penelitian “Hubungan Stunting
dengan Angka Kejadian Diare pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Tikala
Manado” pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
stunting dengan angka kejadian diare pada siswa sekolah dasar di Kecamatan
Tikala Manado. Jenis penelitian ini adalah survei analitik observasional dengan
desain potong-lintang. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner.
Penelitian yang dilakukan oleh Sukma Ningrum dengan judul “Hubungan
Riwayat Diare dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Jelbuk Kabupaten Bondowoso” tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan riwayat diare dengan kejadian stunting pada balita. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah korelatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No Perbedaan Penelitian Fernando et al Penelitian Sukma Ningrum
1. Judul penelitian Hubungan Stunting dengan Hubungan Riwayat Penyakit
Angka Kejadian Diare pada Diare dengan Kejadian
Siswa Sekolah Dasar di Stunting pada Balita di
Kecamatan Tikala Manado Wilayah Kerja Puskesmas
Jelbuk
2. Peneliti Fernando Ch. Taliwongso, Sukma Ningrum
Jeanette I. Ch. Manoppo,
dan Adrian Umboh
3. Tahun penelitian 2017 2019
4. Tempat Manado Jember
Penelitian
5. Rancangan Observasional analitik Observasional analitik
Penelitian
6. Variabel Independen : stunting Independen: riwayat diare
Dependen: kejadian diare Dependen: kejadian stunting
7. Populasi Populasi dalam penelitian ini Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa Sekolah Dasar adalah balita di wilayah
di kecamatan Tikala Manado kerja Puskesmas Jelbuk
8. Sampel Sampel pada penelitiaan ini Sampel pada penelitian ini
sebanyak 60 responden. sebanyak
9. Teknik sampling Purposive sampling Simple random sampling
10. Instrumen Kuisioner Kuisioner, microtoise,
anthropometric
DAFTAR PUSTAKA

Desyanti, C. dan T. S. Nindya. 2017. Hubungan riwayat penyakit diare dan

praktik higiene dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di

wilayah kerja puskesmas simolawang , surabaya. Amerta Nutrition. 243–

251.

Dinkes Jatim. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Hartati, S. dan Nurazila. 2018. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada

balita di wilayah kerja puskesmas rejosari pekanbaru. Jurnal Endurance.

3(2):400–407.

Maulidah, W. B. 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting

Pada Balita Di Desa Panduman Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.

Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai