LAPORAN Praktikum SEDIAAN HIDUNg
LAPORAN Praktikum SEDIAAN HIDUNg
LAPORAN Praktikum SEDIAAN HIDUNg
“SEDIAAN HIDUNG”
Oleh
Abdilah Seftiawan
SF19201
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan yang semakin
pesat, menuntut farmasis untk selalu mengembangkan cara pembuatan obat dan formulasi
sediaan obat. Peningkatan kualitas obat dan efisiensi dalam pembuatan dan formulasi sediaan
untuk hidung berdasarkan adanya gangguan pada hidung yakni berupa penyumbatan akibat
otic.Sediaan-sediaan yang digunakan pada permukaan luar telinga, hidung, rongga mulut
termasuk macam-macam dari sediaan farmasi dalam bentuk larutan suspensi dan salep yang
semuanya dibuat dalam keadaan steril sehingga disebut dengan sediaan steril.Tujuannya
untuk memperlihatkan lebih dekat tipe-tipe bentuk sediaan yang digunakan dengan tempat
Guttae atau obat tetes merupakan salah satu dari bagian sediaan farmasi yang
termasuk kedalam sediaan steril. Guttae nasals adalah obat yang digunakan untuk hidung
dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat suspensi,
Pada praktikum ini akan dibuat tetes hidung kloramfenikol karena kloramfenikol
lebih efektif digunakan pada pengobatan otitis media supuratif kronik dibandingkan dengan
antibiotic yang lain. Selain itu, tetes hidung kloramfenikol belum tergantikan sebagai tetes
menghambat sintesis protein kuman.Obat ini terikat pada ribosom badan. Menghambat enzim
peptidil trensperase sehingga ikatan peptide tidak terbentuk pada proses sintesis protein
kuman. Efek toksik kloramfenikol pada system hemopoetik sel mamalia diduga berhubungan
Tetes hidung boleh menggunakan minyak mineral atau minyak lemak.Obat tetes
hidung adalah larutan dalam air atau dalam pembawa minyak yang digunakan dengan
antiseptic dan local anastetik. Guttae nasales adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung
dengan cara menterskannya dalam rongga hidung, dapat mengandung satu zat pensuspensi
surfaktanlain yang cocok. Dengan kadar tidak boleh > 0,01% b/v 2. Zat pendapar yang
digunakan adalah pendapar yang cocok dengan PH 6,5 dan dibuat isotonis menggunakan Nacl
secukupnya.
Zat pengawet yang dapat digunakan adalah benzalkonium klorida 0,01%-0,1% b/v.
Cairan pembawa sebaiknya mempunyai PH 5,5-7,5 kapasitas dapar sedang, isotonis atau
hamper isotonis. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan
sebagai berikut :
1. Viskositas penambahan metil cellulose sebanyak 0,5% untuk mendapatkan
2. Isotonis iritasi mukosa hidung tidak akan terjadi jika larutan isotonis atau
sedikit hipertonis. Namun larutan sangat encer atau sangat pekat akan
phosphate pH 6,5
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan hidung adalah cairan semisolid atau sediaan padat yang digunakan pada
rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau local.Berisi satu atau lebih bahan
aktif, sediaan hidung sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberi pengaruh yang
negative pada fungsi mukosa hidung dan cilianya.Sediaan hidung mengandung air pada
umumnya isotonis dan mungkin berisi exsipien, sebagai contoh untuk melakukan penyesuaian
sifat merekat untuk sediaan, untuk melakukan penyesuaian atau stabilisasi pH, untuk
meningkatkan kelarutan bahan aktif, atau kestabilan sediaan itu. Sediaan hidung disediakan
diadlam dosis ganda atau container dosis tunggal, diberikan jika perlu, dengan suatu alat yang
disediakan dalam dosis ganda container berisi suatu bahan pengawet antimicrobial dalam
konsentrasi yang sesuai, kecuali bahan aktif sediaan tersebut mempunyai aktivitas
5. Nasal stik
obat tetes hidung adalah larutan dalam air atau dalam pembawa minyak yang
digunakan dengan cara menteskannya atau menyemprotkan kedalam hidung pada daerha
nasopharyngeal. Obat tetes hidung adalah suatu obat yang digunakan untuk pilek,
juga dapat berbentuk obat semprot hidung. Umumnya obat tetes hidung mengandung zat
aktif :
2. Sulfonamide
3. Vasokonstriktor
Obat tetes hidung harus isoosmotik dengan secret hidung atau isoosmosis dengan
cairan tubuh lainnya sama dengan larutan Nacl 0,9%. Pengisotonis ini perlu sekali
maksudnya agar tidak mengganggu fungsi rambut getar, epitel.Sedikit hipertoni masih
Tetes hidung harus steril dan untuk menjaga agar obat terhindar dari kontaminasi,
maka penambahan preservative juga dilakukan misalnya dengan nipagin atau nipasol atau
dengan kombinasi nipagin ),026% + nipasol 0,014%. Secara umum obat tetes hidung harus
dieprhatikan :
getar epitel
5. agar supaya obat dapat tinggal lama dalam rongga hidung dapat diusahakan
lendir hidung
7. penting untuk diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung yang
pernapasan
Bahan-bahan tambahan yang digunakan pada sediaan tetes hidung steril yaitu :
1. cairan pembawa umumnya digunakan air. Minyak lemak atau minyak mineral
tidak boleh digunkan sebagai cairan pembawa obat tetes hidung (repetitorium)
2. cairan pembawa minyak yang dulu digunakan untuk aksi depo sekarang tidak
mencapai paru-paru
3. sediaan obat tetes hidung tidak boleh mengganggu cilia epitel pada mukosa
5. cairan pembawa lain (propilenglikol dan paraffin liquid. Larutan sedikit asam
akan lebih efektif bila digunakan untuk pengobatan demam dan infeksi
sinusitis. Obat-obat yang bersifat alkali akan meningkatkan sekresi basa
demikian juga sebaliknya, jadi penggunaan obat tetse hidung basa adalah
kontraindikasi selama rhinitis akut dan rinosinusitis akut. Kapasitas dapar obat
tetes hidung dan isotonis atau hampir isotonis karena kapasitas dapar cairan
mukosa hidung rendah, maka larutan alkali dan sulfonamide tanpa dapar dapat
viskositas mukosa hidung agar aksi cilia tidak terganggu, karena larutan
digunakan sama dengan yang digunakan dalam pengawetan larutan obat mata
9. tonisitas kalau dapar larutan dibuat isotonis 0,9% Nacl atau sedikit hipertonis
10. sterilitas sediaan hidung steril disiapkan menggunakan metoda dan material
A. Indikasi
Kloramfenikol adalah obat antibiotic untuk mengatasi beragam infeksi bakteri serius,
terutama saat penyakit infeksi tidak membaik dengan obat lain. Obat ini tersedia dalam
bentuk tetes. Kloramfenikol bekerja dengan cara membasmi bakteri penyebab infeksi, atau
akibat S. typhi, H.influenzae, E. Coli, C. psitacci, serta beragam spesies bakteri Neisseria,
bakteri yang bisa diatasi dengan kloramfenikol adalah konjungtivitis, otitis eksterna,
1. Pusing
2. Sakit kepala
4. Diare
5. Kebingungan
6. Sariawan
8. Pandngan kabur
Efek samping kloramfenikol bersifat ringan dan hanya terjadi sebentar setelah
mnggunakan obat.
C. Kontraindikasi
1. Jangan menggunakan kloramfenikol jika anda memiliki alergi, terutama terhadap obat ini
2. Harap berhati-hati jika anda memiliki riwayat kelaina darah, seperti anemia apalstik,
3. Beritahu dokter jika anda baru mnegalami cedera, menjalani operasi atau pngobatan
4. Beritahu dokter jika anda melakukan vaksinasi terutama vaksin hidup seperti vaksin tifoid,
kolera, BCG
5. Kloramfenikol dapat mempengaruhi hasil uji gula darah. Oleh karena itu konsultasikan
7. Jika terjadi reaksi laergi obat atau overdosis setelah menggunakan obat kloramfenikol,
8. Wanita hamil
9. Menyusui
D. Dosis
1. Oral, injeksi intavena atau infus : 50mg/kg/bb/hari dibagi dalam 4 dosis (pada infeksi berat
seperti septicemia dan meningitis, dosis dapat digandakan dan segera diturunkan bila
terbagi
aerobic gram posistif maupun gram negative. Resistensi kadar rendah dapat ditimbulkan dari
populasi besar sel-sel yang rentan terhadap kloramfenikol mellaui seleksi mutan-mutan ynag
kurang permeable terhadap obat. Dosis kloramfenikol yang umum adalah 50-
dan tuntas.
Mekanisme kerja kloramfenikol yaitu dengan daya kerja menghambat sintesis protein,
melekat pada submit 50S dari ribosom. Obat ini mengganggu pengikatan asam amino baru
pada rantai peptide yang sedang dibentuk, sebagian besar karena kloramfenikol menghambat
METODE KERJA
1. Alat yang digunakan pada praktikum adalah gelas ukur, pipet tetes, beaker gelas, corong
gelas, kertas saring, batang pengaduk, labu ukur, sendok tanduk, vial, Erlenmeyer, spuit
injeksi
B. Formula
R/ Kloramfenikol 0,5%
Propilenglikol 20ml
1. Sifat Fisik
2. Cek penampilan fisik sediaan, warna dan bau. Tujuannya dari evaluasi ini untuk
5,5-6,5
3. Uji kejernihan, bertujuan untuk mengetahui kejernihan sediaan yang dibuat. Diperiksa
dengan melihat wadah pada latar belakang hitam putih. Meletakkan wadah sediaan
didalam kotak dengan latar hitam putih dibagian dalamnya. Sinari wadah dari samping.
Sinari dari arah samping. Lihat apakah masih ada kotoran yang berwarna hitam atau
4. Uji kebocoran dengan cara balik botol sediaan dengan mulut botol menghadap kebawah,
amati ada atau tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol. Tujuannya untuk melihat
a. Uji sifat fisik yang dilakukan pada praktikum menghasilkan sediaan obat tetes hidung
kloramfenikol berupa cairan jernih tidak berwarna dan hampir tidak berbau
c. Uji kejernihan pada praktikum menghasilkan tidak adanya partikel atau benda asing yang
d. Uji kebocoran pada parktikum menghasilkan hasil yang didapat sediaan stetes hidung
kloramfenikol setelah melakukan penutupan wadah tidak terdapat kebocoran pada wadah
2. Pembahasan
Obat tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara
meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar,
pengawet
Dalam pembuatan sediaan ini hal yang harus digunakan adalah melakukan
sterilisasi untuk semua alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi karena
sediaan ini merupakan sediaan steril.Pada percobaan ini kloramfenikol digunakan sebagai zat
aktif karena berfungsi sebagai antibiotic spectrum luas.Obat tetes hidung ini dibuat
propilenglikol sebagai pelarut dikarenakan zat pembawanya ini sangat baik kekentalannyadan
dapat melengket dengan baik pada dinding hidung.Pembuatan obat tetes hidung ini harus
mengandung bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba
yang masuk secara tidak sengaja, apabila wadah dibuka pada waktu penggunaan atau bersifat
bakteriotatik. Nacl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan tetes hidung yang
akan dibuat dapat setara dengan tekanan osmosis cairan tubuh yakni 0,9% yang juga
merupakan tekanan osmosis Nacl. Pda sediaan ini, Nacl digunakan sebagai zat tambahan
dicampurkan dengan propilenglikol yang digunakan sebagai pelarut dalam sediaan ini, yang
kedalam wadah tets telinga yang berwarna coklat agar sediaan terlindung dari cahaya.
Sediaan tetes hidung ini dilakukan dua macam pengujian yaitu uji pH dan uji
zat aktif kloramfenikol yaitu 6, dimana pH ini sudah amsuk dalam rentan pH yang telah
ditentukan oleh farmakope yaitu 5,0-6,0. Sedangkan pada pengujian kejernihan, sediaan
dinyatakan jernih dan bebas akan adanya partikel-partikel asing. Sehingga aman digunakan
3. Kesimpulan
1. Guttae nasales adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara menteskan
obat kedalam rongga hidung dapat mengandung zat suspensi, pendapar dan
pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai
cairan pembawa
akan dapat setara dengan tekanan osmosis cairan tubuh yakni 0,9% yang juga
Indonesia.https://www.alodokter.com/chloramphenicol
Kloramfenikol.https://id.scribd.com/document/440909642/BAB-V-Percobaan-V-Obat-
Tetes-Hidung-Kloramfenikol
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan
Iksan. 2013. Tetes Hidung. Laporan Praktikum Farmasetika II Tetes Hidung BAB I
hidung-9-pdf-free.html
Iksan. 2013. Tetes Hidung. Laporan Praktikum Farmasetika II. Akademi Farmasi Bina Husada
https://id.scribd.com/document/342553352/Tetes-Hidung
Meidyawati, Fitri. 2012. Tugas Makalah Tetes Hidung Steril. Makalah Tetes Hidung Steril.
https://fi3meidyawatiapok.blogspot.com/2012/05/tugas-makalah-tetes-hidung-
steril.html?m=1
Pretest
R/ Kloramfenikol 0,5%
Propilenglikol ad 20ml
3. Berdasarkan metode sterilisasi produk yang digunakan menurut saudara apakah hal yang
Jawab
1. Kloramfenikol 0,1 gr
2. Kloramfenikol 0,1 gr
Propilenglikol
3. Metode sterilisasi
a. metode filtrasi dengan penyaringan atau filter membrane dengan ukuran pori 0,45um
atau 0,2um
b. panas kering
c. autoklaf
e. sediaan tetes hidung steril disiapkan menggunakan metode dan material yang
kontaminan dan pertumbuhan dari jasad renik, rekomendasi pada aspek ini disiapkan