Makalah Sejarah Ipa KLP 2 Otw Fixxxx

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 44

MATA KULIAH SEJARAH IPA

“PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA ABAD


PERTENGAHAN”

OLEH KELOMPOK 2 :
I PUTU ADI PAYANA PUTRA (1913071015)
VIONNA VERONIKA MAHARANI (1913071017)
I GUSTI AYU AGUNG INTAN WIDYANTI PUTRI (1913071022)
PUTU REGGY KEVIANA (1913073001)

KELAS 4A
S1 PENDIDIKAN IPA
JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Abad Pertengahan” ini selesai
tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, secara langsung atau tidak langsung kami
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami sebagai penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Ni Made Pujani, M.,Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah
IPA.
2. Ibu Luh Mitha Priyanka, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Sejarah IPA.
3. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan doa untuk kesuksesan
kami.
4. Seluruh teman-teman yang telah mendukung kami serta terlibat baik secara
langsung atau tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi yang
membutuhkan.

Singaraja, 18 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i

PRAKATA ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

1.3 Tujuan............................................................................................................ 2

1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

2.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Eropa ..................................................... 3

2.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Oleh Tokoh Muslim .................................. 7

2.3 Perkembangan Pengetahuan di Cina ............................................................. 32

2.4 Perkembangan Pengetahuan di India ............................................................ 35

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 38

3.1 Simpulan ...................................................................................................... 38

3.2 Saran............................................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Albertus Magnus ............................................................................... 5

Gambar 2. Roger Bacon ..................................................................................... 5

Gambar 3. Ramon Lull ....................................................................................... 7

Gambar 4. Jabir Ibnu Hayyan ........................................................................... 12

Gambar 5. Al Kindi .......................................................................................... 13

Gambar 6. Zakaria Ar-Kazi ............................................................................. 14

Gambar 7. Al-Biruni ........................................................................................ 15

Gambar 8. Ibnu Al-Haytsam ............................................................................ 16

Gambar 9. Al Khazini ...................................................................................... 18

Gambar 10. Ibnu Sina ...................................................................................... 18

Gambar 11. Al-Farghani .................................................................................. 20

Gambar 12. Al-Battani .................................................................................... 21

Gambar 13. Ar-Razi ........................................................................................ 24

Gambar 14. Ibnu Sina ...................................................................................... 24

Gambar 15. Abu Qasim az-Zahrawi ................................................................. 26

Gambar 16. Al-Khawarizmi ............................................................................. 27

Gambar 17. Abu Kamil Syuja .......................................................................... 29

Gambar 18. Umar Ibnu Ibrahin Al-Khayyami .................................................. 29

Gambar 19. Al-Khazin .................................................................................... 30

Gambar 20. Wei Po Yang ................................................................................ 34

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kajian mengenai sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, cakupannya
sangatlah luas dan juga sangat panjang. Idealnya sejarah adalah rekam jejak
tentang semua rentetan peristiwa yang telah terjadi, yang berfungsi untuk
mengungkapkan segala sesuatu sesuai fakta yang ada, tanpa adanya distorsi
sedikitpun. Namun dalam kenyataannya terkadang sejarah hanya mengungkap
sepenggal saja atau tidak utuh dari rentetan peristiwa tersebut dan tidak bisa
lepas sepenuhnya dari pengaruh-pengaruh kondisi sosial politik tertentu.
Apalagi sejarah yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah sejarah atau
periodisasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan yang merupakan faktor
penting dalam kehidupan manusia. Untuk itu, perlu adanya upaya yang
sungguh-sungguh dalam mengungkap fakta sejarah yang ada.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya lahir dan berkembang sebagai
konsekuensi dari usaha-usaha manusia baik untuk memahami realita
kehidupan dan alam semesta maupun untuk menyelesaikan permasalahan
hidup yang dihadapi, serta mengembangkan dan melestarikan hasil yang
sudah dicapai oleh manusia sebelumnya. Usaha-usaha tersebut terakumulasi
sedemikian rupa sehingga membentuk tubuh ilmu pengetahuan yang memiliki
struktur sendiri. Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem dari berbagai
pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman
tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu.
Ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Perkembangan ini tidak muncul dengan sendirinya dan terjadi secara bertahap.
Adapun perkembangan ilmu tersebut dibagi menjadi empat periode yaitu
zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern, dan post modern
(kontemporer).
Namun dalam pembahasan kali ini penulis hanya akan membahas
mengenai perkembangan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan. Abad
pertengahan terjadi pada kurun waktu abad ke-5 yang ditandai oleh jatuhnya
kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 hingga abad ke-15. Sebagian orang

1
menamakan abad pertengahan itu ialah kurun waktu antara zaman purba
dengan zaman modern. Ada pula yang menamakan abad-abad awal dari abad
pertengahan sebagai abad kegelapan. Untuk mengetahui bagaimana
perkembangan sebagai abad kegelapan. Untuk mengetahui bagaimana
perkembangan pengetahuan pada masa itu di Eropa, Arab, India dan Cina
berikut ini akan dibahas sejarah peradaban di negara-negara tersebut dalam
kaitannya dengan perkembangan pengetahuan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah,
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa ?
2. Bagaimanakah perkembangan ilmu pengetahuan oleh tokoh muslim ?
3. Bagaimanakah perkembangan pengetahuan di Cina ?
4. Bagaimanakah perkembangan pengetahuan di India ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai
dari makalah ini, sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa.
2. Untuk mendeskripsikan perkembangan ilmu pengetahuan oleh tokoh
muslim.
3. Untuk mendeskripsikan perkembangan pengetahuan di Cina.
4. Untuk menjelaskan perkembangan pengetahuan di India.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, adapun manfaat yang diharapkan dari makalah
ini, sebagai berikut.
1. Bagi penulis
Memberikan pengalaman kepada penulis untuk mengumpulkan referensi
dan membuat karya tulis. Disamping itu, penulis mendapat pengetahuan
mengenai perkembangan illmu pengetahuan pada abad pertengahan.
2. Bagi pembaca
Memberikan pengetahuan mengenai perkembangan illmu pengetahuan
pada abad pertengahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Eropa


Setelah jatuhnya kekaisaran Romawi Barat maka berdirilah kerajaan yang
berpencaran. Di Italia Utara berdiri kerajaan Ostrogoth dan di bagian selatan
kerajaan Gaul. Bangsa Frank menguasai wilayah Perancis, Jerman, Belgia,
dan Belanda, sedangkan daerah dataran rendah Britania diduduki oleh bangsa
Angle, Saxon dan Jute. Dalam waktu yang singkat agama Kristen menyebar
ke seluruh Eropa. Hal ini menyebabkan adanya perubahan yang mendasar
dalam sistem pemerintahan. Kesatuan politik yang ditetapkan oleh pemerintah
diganti oleh gereja yang membentuk kesatuan spiritual. Para raja bekerja sama
dengan uskup-uskup gereja Romawi, bahkan beberapa raja dinobatkan oleh
gereja karena mereka berhasil mengembangkan ajaran gereja pada daerah-
daerah tertentu yang dahulunya menyembah berhala. Sebagai contoh Paus
telah menobatkan Pepin sebagai raja Frank pada tahun 751.
Dalam keadaan terpecah-pecah ini, pada abad ke-9 di Eropa Barat terjadi
kekacauan, karena adanya serangan bangsa Viking dari Skandinavia atau yang
disebut orang Norse. Beberapa kota di Eropa Barat telah diserang dan dirusak
oleh orang-orang Norse. Nama Normandia di Perancis menandakan bahwa
daerah itu pernah didiami oleh bangsa Norse. Keadaan yang kacau ini
menyebabkan Eropa terpecah menjadi kelompok-kelompok masyarakat yang
lemah. Desa-desa sebagai unit masyarakat terkecil terdapat disekeliling istana
raja atau sekitar biara. Dengan adanya tuan-tuan tanah yang besar dan amat
berkuasa dan mereka menyatakan diri bahwa mereka adalah raja yang
berkuasa secara turun-temurun, maka feodalisme berkembang dan menjadi
tata kehidupan masyarakat di sebagian besar Eropa hingga abad ke-14.
Kekaisaran Romawi Timur atau kekaisaran Byzantium pada abad
pertengahan ini tetap berlangsung dengan ibu kotanya Konstantinopel.
Kedudukan mereka ini kuat dan secara budaya terpisah dari kekaisaran
Kristen di Eropa Barat. Dalam kekaisaran Romawi Timur terdapat budaya
Yunani dengan segala tradisinya dan mereka menolak mengakui supremasi

3
Kepausan Katolik Roma. Keadaan di Eropa seperti digambarkan diatas
menyebabkan terjadinya stagnasi dalam perkembangan pengetahuan. Tidak
mengherankan apabila abad-abad awal dari abad pertengahan disebut sebagai
abad kegelapan. Perkembangan pengetahuan maupun teknologi yang terjadi
kemudian hari di Eropa dapat dikatakan dipengaruhi oleh perkembangan
pengetahuan di luar Eropa, misalnya di wilayah Arab, India maupun Cina.
Pada awal abad kegelapan, karya dan pemikiran Aristoteles dijadikan dasar
perkembangan pengetahuan di Eropa, namun demikian astrologi dan mistik
banyak berpengaruh sehingga perkembangan pengetahuan menjadi kabur. Di
samping itu para pemuka agama Kristen kurang sependapat dengan
perkembangan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan alam semesta.
Seorang pemuka agama Saint Ambrose pernah mengatakan bahwa
“mendiskusi tentang alam dan posisi bumi tidak akan membantu
mendatangkan harapan kita tentang kehidupan”. Pandangan agama bahkan
bertentangan dengan pandangan sekular, sehingga perpustakaan di Iskandaria
dirusak pada tahun 390 atas perintah uskup Theophilus. Dengan demikian
minat untuk melakukan penelitian tentang alam semesta makin memudar.
Kegiatan intelektual akhirnya hilang dalam kegelapan pada abad ke-6 dan
abad ke-7 seperti terbenamnya peradaban purba pada masa-masa sebelumnya.
Dua bidang pengetahuan yang masih dianggap penting oleh para pemuka
agama ialah bidang kedokteran dan pertanian. Tulisan tentang kedokteran
yang dibuat oleh Hipokrates dan Galen banyak dipelajari oleh mereka.
Disamping itu mereka juga melakukan usaha-usaha dalam bidang pertanian
dengan berpraktek sebagai petani. Pengetahuan kedokteran yang berkembang
juga diikuti oleh perkembangan alkimia oleh beberapa ahli. Pada umumnya
para ahli alkimia di Eropa hingga abad ke-13 percaya bahwa logam itu
terbentuk dari unsur raksa dan belerang. Mereka juga berpendapat bahwa
logam-logam biasa dapat diubah menjadi logam yang lebih mulia yakni emas.
Pendapat ini didasari oleh kepercayaan bahwa semua benda dibentuk oleh
“badan dan roh”, seperti halnya manusia. Mereka telah melakukan
penyulingan atau distilasi. Dari hasil penyulingan tersebut mereka berharap
dapat memproleh roh yang merupakan unsur utama dari suatu zat, yang dapat

4
mereka gunakan untuk meningkatkan kemurnian suatu benda lain, misalnya
logam-logam biasa, atau memberikan kehidupan baru bagi benda-benda yang
telah tua. Dengan pandangan ini mereka percaya bahwa mereka akan dapat
melakukan transmutasi terhadap logam biasa hingga menjadi emas yang
mereka anggap sebagai logam yang paling mulia. Praktik alkimia juga
dilakukan oleh beberapa rahib. Mereka mempelajari cara pembuatan dan sifat
sifat alkohol dan pada tahun 1317 Paus John XXII mengeluarkan maklumat
yang melarang dilakukannya praktek alkimia. Beberapa ahli alkimia yang
penting pada abad ke-13 itu antara lain ialah Albertus Magnus, Roger Bacon,
dan Ramon Lull.
1. Albertus Magnus

Gambar 1. Albertus Magnus


Sumber : Buku Sejarah IPA, 2020
Albertus Magnus (1193-1280) adalah seorang ahli filsafat,
astrologi dan teologi yang juga mempunyai minat terhadap pengembangan
pengetahuan tentang alam terutama alkimia. Ia menulis buku berjudul “De
Mineralibus” yang memuat antara lain hal-hal yang berhubungan dengan
alkimia. Sebutan “Doctor Universalis” diberikan kepadanya karena
pengetahuannya yang luas dalam berbagai bidang. Buku yang ia tulis
tentang teologi, fisika dan sejarah berjumlah 38 jilid. Ia juga disebut
“Aristoteles Abad Pertengahan” karena kebijaksanaan serta karyanya
menyusun dan melakukan sistem atisasi tulisan-tulisan orang Yunani yang
terkenal. Ia berpendapat bahwa logam tidak lain adalah raksa dan
belerang. Raksa mewakili air dan bumi, sedangkan belerang mewakili
materi yang mudah terbakar. Ia juga berpendapat bahwa semua benda
terdiri atas materia prima. Ia bahkan menolak pendapat yang memercayai

5
adanya transmutasi logam yaitu bahwa logam biasa dapat diubah menjadi
logam mulia misalnya menjadi emas. Emas yang dibuatnya itu bila
dipanaskan beberapa waktu lamanya akan berubah menjadi serbuk.
Albertus Magnus adalah orang yang menggunakan istilah “kekeluargaan”
dalam kimia, yang sekarang berarti “afinitas” yang menyebabkan
terjadinya reaksi kimia.
2. Roger Bacon

Gambar 2. Roger Bacon


Sumber : Buku Sejarah IPA, 2020
Roger Bacon (1212-1294) adalah seorang rahib Fransiskan
berkebangsaan Inggris. Minatnya terhadap pengetahuan alam dan
matematika sangat besar. Ia berpendapat bahwa matematika sangat penting
bagi mereka yang ingin mempelajari pengetahuan lain, karena matematika
merupakan landasan bagi bidang pengetahuan lain. Menurut Bacon untuk
mengembangkan pengetahuan, seseorang perlu melakukan eksperimen dan
observasi. Makin baik sesorang mempelajari pengetahun dengan dasar
matematika dan melakukan eksperimen, makin berkurang kemungkinan
berbuat kesalahan, keraguan, ketidakpastian, serta melakukan pekerjaan
yang tidak diperlukan. Selanjutnya ia mengembangkan pengetahuan
tentang optika berdasarkan karya seorang ahli fisika muslim yakni Ibnu al-
Haytsam yang dikenal dengan nama latin Al-Hazen. Disamping
matematika dan fisika, Bacon juga mengembangkan alkimia. Dalam
bukunya “Mirror of Alchemy” ia mengemukakan pendapatnya bahwa
semua benda di alam semesta secara berkelanjutan mengalami proses
menuju kepada keadaan sempurna. Berbeda dengan para ahli alkimia yang
lain, Bacon menulis buku tentang alkimia dengan jelas dan tidak samar-

6
samar. Tulisannya banyak dipengaruhi oleh karya Ibnu Sina, seorang ahli
kimia muslim. Ia juga mengemukakan pendapatnya bahwa untuk
menyembuhkan suatu penyakit hendaknya digunakan obat-obat yang
dibuat dari bahan kimia.
3. Ramon Lull

Gambar 3. Ramon Lull


Sumber : Buku Sejarah IPA, 2020
Ramon Lull (1232-1315) adalah seorang ahli filsafat, sastrawan,
seniman dan seorang ahli alkimia. Ia percaya bahwa “quintessence” atau
“roh” dari benda-benda dalam alam semesta dapat di isolasi dan di
konsentrasikan melalui proses penyulingan. Menurutnya alkohol dapat
diambil roh nya dengan jalan distilasi, dan dengan demikian alkohol hasil
distilasi itu dapat digunakan untuk mengambil roh dari benda-benda lain,
misalnya tumbuhan.

2.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Oleh Tokoh Muslim

Perkembangan pengetahuan di Eropa pada abad pertengahan dapat


dikatakan sedikit sekali, bahkan hampir tidak berarti. Tidak demikian halnya
dengan perkembangan pengetahuan, di Negara Islam pada masa itu. Di kala
Eropa dilanda kelesuan dalam kegiatan pengetahuan, di Negara Islam justru
timbul kemajuan pengetahuan dengan pesat, sehingga dapat memberikan
sumbangan bagi kemajuan pengetahuan di Eropa pada akhir abad
pertengahan. Waktu abad pertengahan di Eropa, yaitu antara abad ke-5
hingga abad ke-15, maka perkembangan peradaban di Negara Islam dalam
masa itu dapat dibagi atas dua periode, yaitu periode sebelum Islam yakni

7
masa antara tahun 400-621, dan periode Islam yakni masa antara tahun 622-
1492. Periode sebelum Islam oleh penulis muslim disebut Zaman Jahiliah
atau zaman kebodohan. Masyarakat abad pada masa itu berada dalam
kondisi yang buruk. Minuman keras, perjudian, perzinahan, merupakan
suatu kesenangan. Kaum perempuan tidak memiliki hak atas harta warisan
dan diperlakukan sewenang-wenang, bahkan kelahiran seorang bayi
perempuan sangat tidak dikehendaki. Masyarakat menyembah berhala dan
patung-patung yang mereka buat sendiri. Ketika itu setiap kabilah lain
sering terjadi peperangan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pada
periode sebelum Islam, masyarakat Arab hidup dalam keadaan gelap gulita,
penuh dengan segala macam kerusakan moral dan kebodohan serta
keadaanya hampir menjerumuskan mereka kedalam kehancuran total.

Dalam keadaan masyarakat yang demikian itu agama Islam diturunkan


oleh Allah SWT melalui utusan-Nya, yakni Muhammad SAW. Islam
diturunkan sebagai pedoman agar manusia dapat menentukan mana yang
baik dan mana yang buruk serta yang hak dan yang batil. Islam mulai
disyiarkan sekitar tahun 612 yang ditandai dengan turunnya ayat-ayat yang
berisi perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan Islam.
Penyebaran Islam berjalan sangat cepat, yakni dalam kurun waktu sekitar 20
tahun Islam telah menyebar keseluruh semenanjung Arabia. Setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, tentara Arab berhasil menaklukkan Mesir dan
negara-negara sekitarnya, yakni Persia, Asia Kecil, Suriah, dan Irak. Orang-
orang Arab dengan cepat dapat mengasimilasi dirinya dengan penduduk
daerah yang ditaklukkan itu dan dengan demikian penduduk dapat
menerima kebudayaan Arab. Selanjutnya perkembangan Islam pada abad
ke-10 di daerah barat mencapai wilayah Sungai Indus.

Perkembangan kekuasaan Islam ini kemudian diikuti oleh perkembangan


kebudayaan dan pengetahuan diberbagai bidang sebagai hasil dari kegiatan-
kegiatan intelektual. Munculah para ahli dalam berbagai bidang
pengetahuan. Hal ini disebabkan oleh adanya kebebasan yang diberikan oleh
para khalifah yang berkuasa kepada para ilmuan untuk mengembangkan
pengetahuan mereka, sesuai ajaran agama Islam yang mendorong para

8
pemeluknya untuk senantiasa menambah ilmu. Kegiatan intelektual dalam
berbagai bidang pengetahuan berawal dari kota Bagdad yang dibangun oleh
Khalifah Abbasiyah di tepi barat Sungai Tigris. Semasa pemerintahan Raja
Harum Al- Rasyid (786-809) kota Bagdad tumbuh menjadi pusat dunia yang
amat makmur dan mempunyai arti internasional, karena merupakan pusat
perdagangan. Di samping itu timbuhlah kesadaran kerohanian yang paling
berarti dalam dunia alam pikiran dan kebudayaan. Ciri-ciri dari kesadaran
ini ialah adanya upaya menerjemahkan tulisan- tulisan para ahli dari Paris,
Sansekerta, Siria, Yunani, dan India ke dalam bahasa Arab.

Dalam waktu beberapa puluh tahun saja orang Arab telah mengasimilasi
pengetahuan, yang bagi orang Yunani diperlukan waktu berabad-abad untuk
mengenbangkannya. Disamping Yunani, India mempunyai peranan sebagai
sumber ilham terutama dalam bidang filsafat, kesusasteraan dan
matematika. Pengetahuan tentang astronomi di India diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab. Dalam abad ke-9 India memberikan sumbangan yang
penting kepada pengetahuan matematika Arab yaitu sistem desimal. Angka-
angka dari India dikenal sangat baik oleh ilmuan Arab dan di Eropa disebut
sebagai “angka Arab”.

Perkembangan pengetahuan yang dipelopori oleh ilmuan muslim ini


telah memberikan sumbangan bagi perkembangan pengetahuan di Eropa
pada akhir abad pertengahan dan pada zaman renaisans. Banyak tulisan
karya ilmuan muslim dalam bahasa Arab yang kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh orang Eropa dan dipelajari oleh mereka. Dengan
cara inilah pengetahuan dari ilmuan muslim dipelajari dan dikembangkan
oleh para ahli di Eropa. Sumbangan ilmuan muslim bagi dunia barat
diberikan melalui pengaruh atau kekuasaan Islam di Spanyol. Awal
perkembangan didasarkan pada kemampuan menulis dan membaca Al -
Qur’an, paramasastera Arab dan ilmu syair. Pendidikan tinggi didasarkan
antara lain pada tafsir dan ilmu ke-Tuhan-an, Al Qur’an, filsafat, sejarah,
dan geografi. Universitas yang dikenal diantaranya ialah Universitas
Corboda dan Universitas Granada. Universitas Corboda mempunyai fakultas
astronomi, matematika, kedokteran dan hukum. Universitas Granada antara

9
lain ialah kedokteran, kimia, filsafat, hokum dan astronomi. Setelah abad
ke-10 penelitian dalam bidang astronomi berkembang pesat di Spanyol.
Dalam bidang matematika ilmuan muslim mengajarkan angka-angka Arab
dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan di wilayah
Eropa yang bukan muslim pada abad ke-11, ke-12, dan sebagian abad ke-13
masyarakat masih berpegangan pada pemakaian bilangan dan daftar hitung
Romawi.
1. Sumbangan Ahli Kimia Muslim
Setelah menerjemahkan dan mempelajari tulisan tentang alkimia
Yunani maupun Mesir, ahli kimia muslim menyadari bahwa alkimia yang
dilakukan oleh orang-orang Yunani dan Mesir pada zaman purba itu
bersifat spekulatif bercampur mistik. Oleh karenanya para ahli kimia
muslim menentangnya dan mereka melakukan eksperimen yang kemudian
menghasilkan zat-zat kimia yang baru dikenal antara lain asam, basa,
alkohol, dan garam. Istilah alkali untuk basa berasal dari kata Arab “al-
kali” yang berarti abu tumbuhan, dan natrium hidroksida adalah basa yang
penting yang telah dibuat oleh ilmuan muslim. Eksperimen yang mereka
lakukan meliputi antara lain distilasi, sublimasi, kristalisasi, oksidasi dan
prepitasi. Mereka juga telah membuat beberapa senyawa dalam jumlah
besar untuk keperluan ilmiah maupun pengobatan. Senyawa mineral yang
telah disintetis antara lain besi sulfat, merkuri sulfida, merkuri oksida,
tembaga sulfat, tembaga sulfida, natrium bikarbonat, dan kalium sulfida.
Para ahli kimia muslim telah mengenal secara memperoleh tenaga
murni, yaitu dengan jalan mengalirkan larutan tembaga sulfat pada
potongan-potongan besi. Ini adalah suatu penemuan dalam bidang
elektrokimia.
Demikian pula dengan penemuan berkaratnya logam biasa bila kena
udara yang lembab adalah suatu penemuan yang penting pada masa itu.
Selain dalam ilmu kimia mereka juga memberikan sumbangan dalam
bidang teknologi kimia. Mereka menyempurnakan pembuatan gelas dan
memberikan warna-warna dengan menggunakan oksida-oksida logam.
Pembuatan baja untuk pedang yang dikenal diseluruh dunia dilakukan oleh

10
para pekerja di kota Damaskus dan di Spanyol Islam. Demikian pula
mereka telah menyempurnakan teknologi pembuatan kertas pada abad ke-
9. Kertas pada awalnya dibuat oleh orang- orang Cina dengan
menggunakan bahan sutra dengan proses yang rumit. Ilmuan muslim
membuat kertas dari kapas karena kayu sangat jarang terdapat diwilayah
Timur Tengah. Mereka telah mampu mengolah kapas dengan bahan-bahan
kimia melalui proses kimia dalam jumlah besar, sehingga dalam abad
pertengahan telah dapat dibuat jutaan buku. Penemuan pembuatan kertas
dengan cara ini telah membuka cakrawala baru dalam peradaban manusia.
Teknologi pembuatan kertas ini kemudian dipelajari dan dikembangkan
oleh para ilmuan di Eropa.
Disamping kapas sebagai bahan untuk keperluan pembuatan kertas,
para ilmuan muslim juga mengembangkan kapas untuk membuat kain atau
tekstil sebagai bahan pakaian. Kata “cotton” yang berarti kapas berasal
dari bahasa Arab “qunt”. Mereka juga telah mengembangkan perbaikan
tekstur benang, tenunan, dan pewarnaan tekstil. Meskipun penemuan
salpeter atau kalium nitrat dilakukan oleh orang Cina, namun baru pada
akhir pemerintahan dinasti Thang kira-kira tahun 906 mereka
mengembangkannya hingga menjadi bahan peledak untuk keperluan
senjata. Pada tahun 870 orang Arab telah melakukan penambangan
salpeter. Para ahli kimia muslim kemudian membuat bahan peledak dari
salpeter dengan menambahkan belerang, karbon dan bahan kimia lainnya.
Pada abad ke-10 mereka menemukan nitrogliserin yang juga merupakan
bahan peledak. Hasil penemuan mereka ini diperkenalkan kepada dunia
barat dan pada abad ke-13 Roger Bacon seorang ahli kimia Eropa berhasil
membuat dan mengembangkan pembuatan bahan peledak.
Penggunaan proses distilasi oleh para ahli kimia muslim untuk
memurnikan suatu zat merupakan suatu revolusi dalam ilmu kimia.
Mereka telah mampu memurnikan dan memperoleh berbagai macam zat
kimia dalam keadaan murni. Dengan proses distilasi terhadap hasil
fermentasi gula dan pati, mereka telah dapat membuat dan memurnikan
alkohol yang dalam bahasa Arab “al-quhul”. Zat kimia yang diperoleh

11
antara lain asam cuka, minyak lemon, minyak mawar, asam sulfat, dan
aldehida. Dengan demikian dalam periode Islamlah para ilmuan muslim
telah mempelopori perkembangan ilmu kimia dan teknologi kimia dan
diantara mereka yang bejasa dalam hal ini yaitu :
a. Jabir Ibnu Hayyan

Gambar 4. Jabir Ibnu Hayyan


Sumber : ketikankebenaran.blogspot.com
Jabir Ibnu Hayyan merupakan seorang ahli kimia muslim pada
awal perkambangan kimia. Ia dilahirkan pada tahun 721 dan meninggal
pada tahun 815. Di Eropa ia dikenal dengan sebutan Geber. Pada abad
ke-8, yaitu semasa hidupnya, perkembangan pengetahuan termasuk
kimia masih belum tampak nyata. Pada masa itulah Jabir telah
melakukan banyak eksperimen dan membuat catatan yang sistematis
atas observasi dan hasil eksperimennya. Ia boleh dikatakan telah
merintis empirisme sebagai metodelogi ilmiah. Untuk melakukan
eksperimen-ekperimennya Jabir mendirikan sebuah laboratorium,
karena ia berpendapat bahwa eksperimen merupakan aspek yang amat
penting dalam kimia. Baginya nilai ilmu kimia ditentukan oleh apa
yang telah diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui eksperimen.
Tanpa eksperimen, kimia tidak ada artinya, itulah pendapat Jabir.
Disamping sebagai ahli kimia, Jabir juga seorang ahli dalam bidang
astronomi, matematika, logika, botani, farmakologi dan kedokteran.
Penguasaan terhadap bahasa Yunani menunjang kegiatannya dalam
melakukan penerjemahan dan menulis tanggapan terhadap buku karya
ilmuan Yunani. Namun demikian ia lebih terkenal sebagai ahli kimia
dan memperoleh sebutan “Bapak Kimia Islam” dan pendiri

12
laboratorium kimia pertama. Mengenai materi, Jabir berpendapat bahwa
semua materi dibentuk oleh partikel dasar yang terdiri dari muatan yang
menyerupai petir dan api. Partikel ini merupakan unit terkecil yang tak
dapat dibagi. Tampaknya pernyataan Jabir ini mirip dengan apa yang
dikenal orang sekarang tentang muatan listrik yang terdapat pada tiap
atom. Hasil karya Jabir buku maupun risalah sebanyak lebih dari 500
buah pada waktu ini terdapat pada perpustakaan di kota Paris dan
Berlin. Salah satu bukunya yang terkenal ialah tentang “Komposisi
Kimia” yang digunakan sebagai buku teks di Eropa hingga abad ke-18.
Hasil karya Jabir banyak diterjemahkan kedalam bahasa Latin pada
abad ke-13 hingga abad ke-14, dan inilah yang mendorong
perkembangan ilmu kimia pada masa dan setelah renaisans.
b. Al Kindi

Gambar 5. Al Kindi
Sumber : ibtimes.id
Al Kindi dilahirkan pada tahun 809 ketika ayahnya menjabat
sebagai Gubernuh di Kufah. Sejak usia muda ia telah menunjukan
kecakapan dan minatnya terhadap ilmu pengetahuan serta ketekunan
belajar. Ia pindah ke kota Basra untuk menuntut ilmu yang lebih
banyak. Kota Basra yang didirikan oleh Khalifah Umar pada tahun 638
terletak di wilayah Sungai Tigris dan Efrat. Pada masa itu kota Basra
terkenal sebagai pusat kegiatan intelektual. Setelah itu dia pindah ke
kota Bagdad untuk menyelesaikan pelajarannya. Al Kindi dikenal
sebagai filsuf Islam dan juga seorang ilmuan pengetahuan alam. Hasil
karyanya meliputi berbagai bidang antara lain astronomi, meteorologi,
kedokteran, geometri, matematika, dan logika. Ia juga sorang ahli kimia

13
yang menentang pemikiran dan praktik alkimia yang dilakukan oleh
orang-orang Yunani dan menolak pendapat Yunani tentang adanya
perubahan logam biasa menjadi logam mulia. Ia juga menguasai cara-
cara pemurnian suatu zat kimia, misalnya distilasi, sublimasi,
pengendapan, dan pelarutan. Bersama dengan Jabir, ia dianggap sebagai
pelopor perkembangan kimia sebagai ilmu pengetahuan. Hasil karya
Al-Kindi dalam bidang fisika yang terkenal ialah tentang optika.
Tulisannya tentang optika ini sangat dikagumi dan dijadikan acuan oleh
Roger Bacon dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bidang fisika.
Ia meninggal pada tahun 870.
c. Zakaria Ar-Kazi

Gambar 6. Zakaria Ar-Kazi


Sumber : minanews.net
Ahli kimia muslim yang lain ialah Zakaria Ar-Kazi, seorang dokter
terkenal yang lahirnya sekitar tahun 865 dan meninggal sekitar tahun
925. Eksperimen yang dilakukan dimaksudkan untuk mengembangkan
bidang pengobatan. Laboratorium tempat ia melakukan eksperimen
telah dilengkapi dengan alat-alat seperti pembakar, penganas air, krus,
alat distilasi, penjepit, neraca dan batu timbangan, cawan keramik,
penyaring serta labu, seperti halnya laboratorium sekolah yang kita
kenal sekarang. Ketika ia sangat tekun bekerja dilaboratorium untuk
mengekstrasi dan memurnikan obat-obatan, di Eropa para ahli alkimia
sedang mencari-cari eliksir yang dipercaya dapat membuat orang hidup
kekal. Dalam melakukan eksperimen ia telah menggunakan asan nitrat
dan asam sulfat. Pendapat serta hasil eksperimen dalam bidang kimia,
telah ia tuliskan menjadi sebuah buku yang berjudul “Al-Kimya” yang

14
merupakan buku acuan penting dalam ilmu kimia. Ia merupakan ahli
kimia pertama yang berhasil mengklasifikasikan berbagai zat kimia
dalam dua bagian, yaitu yang bersal dari benda hidup atau zat organik
dan zat yang bersal dari benda mati atau zat anorganik atau mineral.
Adapun zat organik itu dibagi lagi dalam dua bagian yaitu yang berasal
dari hewan.
2. Perkembangan Fisika dan Astronomi
Dalam kurun waktu yang bersamaan dengan abad pertengahan di
Eropa, di dunia Islam terjadi pula perkembangan yang menarik dalam
bidang fisika dan astronomi. Beberapa tokoh yang ikut menyumbangkan
pengetahuan dan pemikirannya dalam pengembangan bidang fisika
antara lain :
a. Al-Biruni

Gambar 7. Al-Biruni
Sumber : science4fun.info
Al-Biruni lahir di Pakistan pada tahun 973 dari keluarga berasal
dari Iran dan meninggal di Afganistan pada tahun 1050. Ia disebut
sebagai ilmuan terbesar dan seorang eksperimentalis pengetahuan
alam yang amat tekun dan menguasai dengan baik bidang fisika,
matematika, astronomi, farmasi dan kedokteran. Selain itu ia juga
termasuk ahli dalam bidang sejarah, geografi, bahasa dan agama.
Yang amat mengesankan ialah bahwa ia selain dikenal sebagai orang
yang amat dalam ilmunya, juga terkena kejujuran dan
objektivitasnya, serta memiliki pemikiran yang orisinal. Al- Biruni
memberikan sumbangan yang amat besar dalam perkembangan

15
pengetahuan pada abad ke-11.
Dalam bidang fisika Al-Biruni mengemukakan pendapatnya
bahwa semua benda mengalami gaya gravitasi ke arah pusat bumi.
Pendapat ini telah ia kemukakan lebih dari 500 tahun sebelum
Newton mengembangkan teori mengenai gravitasi. Disamping itu
ditrmukan pula cara menghitung berat jenis (specific gravity) suatu
benda padat seperti yang dilakukan orang sekarang. Ia juga
mengemukakan pendapatnya bahwa materi dapat mengalami
perubahan bentuk atau wujud, namun massa total materi tersebut
tetap sama. Ternyata pernyataan semacam ini dikemukakan pula oleh
Lavoisier pada abad ke-18.
Al-Biruni juga meragukan perhitungan gerakan planet yang
dibuat oleh Ptolemeus. Ia menyatakan dengan tegas bahwa bumi itu
berputar pada poros atau sumbunya, 600 tahun sebelum Galileo dan
iapun mengemukakan data yang dapat digunakan untuk menerangan
bahwa bumi berputar pada sumbunya tiap hari sekali dan bergerak
mengelilingi matahari sekali dalam kurun waktu satu tahun. Dengan
demikian ia telah mematahkan pendapat ahli astronomi Yunani
bahwa bumi itu merupakan pusat system tata surya. Pendapat ahli
astronomi muslim ini telah disebarluaskan ke Eropa melalui Spanyol
Islam dengan cara mengajarkan di universitas-universitas Islam.
b. Ibnu Al-Haytsam

Gambar 8. Ibnu Al-Haytsam


Sumber : hmi-ahmaddahlan2.blogspot.com
Ibnu Al-Haytsam yang lahir di Basra pada tahun 965, di Eropa

16
dikenal dengan nama Latin Al-Hazen. Ia adalah seorang ahli
matematika yang ulung dan ahli fisika yang terbaik dan yang
disegani orang sejak abad ke-11. Hasil karyanya yang terlebih dari
100 judul, sebagian besar membahas masalah matematika dan fisika,
disamping masalah filsafat, kedokteran, dan astronomi. Ia
mempunyai pengetahuan yang amat dalam tentang optika yang
ditulisnya dalam sebuah buku pada abad ke-11. Buku yang berjudul
“Kitab fi al-Manasit” ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
yang kemudian dijadikan buku pegangan bagi para penulis abad
pertengahan yang memperdalam studinya tentang ilmu yang
berkaitan dengan mata. Haystam mengemukakan pendapatnya
bahwa cahaya bergerak mulai dari objek menuju ke mata. Ini berarti
bahwa benda dapat terlihat memantulkan cahaya pada mata. Jadi
retina mata adalah tempat penglihatan dan bukan yang memancarkan
cahaya. Pendapat ini berkebalikan dari teori yang dijelaskan oleh
Euclides dan Ptolemeus bahwa suatu benda dapat dilihat karena mata
memancarkan cahaya kepada benda. Dalam bukunya yang berjudul
“Fi Surat al-Kusuf” ia menjelaskan tentang fenomena camera
obscura secara rinci serta penggunaannya pada pengamatan gerhana
matahari. Dengan demikian Haystam telah meletakkan dasar-dasar
penggunaan kamera untuk fotografi di kemudian hari. Selain itu ia
juga secara cermat menjelaskan tentang refraksi atau pembiasan
cahaya di atmosfer. Refraksi atmosferik inilah yang menyebabkan
matahari, bulan, dan bintang serta planet dapat terlihat sebelum
mereka terbit atau setelah terbenam dan yang menyebabkan adanya
pertambahan dianmeter matahari dan bulan yang tampak berada pada
waktu yang berbeda di horizon, yaitu pada waktu terbit dan pada
waktu terbenam. Dengan pengukuran ketinggian matahari pada saat

senjakala astronomi yakni sebesar 19º, Haytsam dapat menentukan


ketinggian atmosfer bumi yaitu setinggi 52.000 kaki atau 15.600
meter. Penemuan dan teori dalam bidang optika yang dikemukakan
oleh oleh Haytsam telah memberikan sumbangan yang amat besar

17
bagi keberhasilan Roger Bacon, Johan Keppler, dan Leonardo da
Vinco dalam mengembangkan pengetahuan yang terjadi antara abad
ke-13 dan abad ke-16. Buku tentang optika yang dikarang oleh
Keppler dan diterbitkan pertama kali di Frankfurt pada tahun 1604
yang berjudul “Ad Vitellionem Paraliponema” sebagian besar
didasarkan pada hasil karya Al-Haytsam.
Karena itu tidaklah mengherankan apabila George Sarton,
seorang ahli sejarah pengetahuan alam di Harvard, menyebut
Haytsam sebagai “ahli fisika muslim terbesar dan ilmuan terbesar
dalam bidang optika sepanjang zaman”. Al-Haytsam meninggal
dunia di Kairo pada tahun 1039.
c. Al-Khazini

Gambar 9. Al Khazini
Sumber : m.facebook.com
Al-Khazini adalah seorang ahli fisika, ahli astronomi dan seorang
dokter yang hidupnya pada awal abad ke-12. Ia banyak melakukan
pengamatan pada observatorium Maragha, Asia Kecil. Sumbangan
pemikirannya dalam bidang fisika ialah mengenai konsep tentang
berat. Dalam bukunya yang berjudul “Kitab Mizan al-Hikmah” yang
ditulisnya pada tahun 1121 ia memberikan definisi tentang berat
yaitu “berat merupakan gaya yang inheren dalam tubuh benda-benda
padat yang menyebabkan mereka bergerak dengan sendirinya, dalam
suatu garis lurus terhadap pusat bumi dan terhadap pusat benda itu
sendiri”. Ia menyatakan pula bahwa gaya itu tergantung pada
kerapatan benda tersebut. Dengan demikian ia telah memaparkan
teori gravitasi dan disamping itu juga ia telah membuat tabel-tabel

18
kerapatan sejumlah besar zat cair dan zat padat. Pengaruh suhu
terhadap kerapatan serta tabel berat jenis telah disusunnya pula.
d. Ibnu Sina

Gambar 10. Ibnu Sina


Sumber : www.idntimes.com
Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu Ali al-Huseyn bin
Abdullah bin Hasan Ali bin Sina dan didunia barat ia dikenal dengan
nama Avicenna. Ia dilahirkan pada tahun 980 dan pelajaran pertama
yang diterimanya pada masa kanak-kanaknya ialah tentang Al-Quran
dan sastra Arab. Sejak kecil ia memperlihatkan ketajaman otaknya
maupun daya ingatan yang luar biasa. Pada usia 10 tahun ia telah
menguasai ilmu-ilmu agama seperti fiqh, tafsir, ushuludin, dan
tasawuf. Pada usia 18 tahun ia telah menguasai berbagai ilmu yang
ada pada waktu itu, antara lain ilmu hukum, matematika, politik,
fisika, filsafat, dan kedokteran. Dalam bidang fisika Sina telah
mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya itu terjadi karena adanya
diseminasi partikel-partikel yang berasal dari sumber cahaya. Teori
Ibnu Sina ini ternyata sesuai dengan teori foton yang kita kenal
sekarang. Selain itu Sina juga melakukan berbagai eksperimen dalam
bidang fisika, antara lain studi gerak, gaya, cahaya, panas, dan berat
jenis.
Perkembangan dalam bidang astronomi telah terjadi sejak zaman
purba. Telah diuraikan dimuka bahwa dalam perkembangan
peradaban manusia pada zaman purba orang-orang telah banyak
tertarik untuk mengamati dan mempelajari peristiwa-peristiwa
angkasa. Demikian pula pada abad pertengahan, astronomi di dunia
Islam berkembang menjadi ilmu seperti yang ada sekarang. Hal ini

19
dapat terjadi karena adanya dukungan oleh pemerintah pada masa itu
baik yang berupa kebijakan, sarana maupun finansial. Khalifah Al-
Ma’mum yang memerintah antara tahun 813-833 telah membangun
sebuah observatorium pada tahun 829 di kota Bagdad. Adanya
sarana ini maka kegiatan ilmiah dalam bidang astronomi muslim
berpendapat bahwa sesungguhnya bumi itu berbentuk bulat, berputar
pada sumbunya dan bergerak mengelilingi matahari. Pada masa itu
di Eropa masih berpendapat bahwa bumi itu berbentuk datar dan
tidak bergerak. Benda-benda angkasa yang lain termasuk matahari
bergerak mengelilingi bumi. Pemahaman bahwa bumi itu bulat
seperti bola telah disebarkan kepada dunia barat oleh para ilmuan
muslim. Mereka juga berpendapat bahwa bulan juga berbentuk bulat
dan bergerak mengelilingi bumi. Suatu fakta bahwa pada
observatorium di kota Mosul, Irak, terdapat sebuah perpustakaan
yang memiliki sekitar 400.000 buah buku, menunjukan adanya
penelitian dalam bidang astronomi yang hasilnya telah
disumbangkan oleh para ilmuan muslim bagi kemajuan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian para ilmuan muslim telah mengubah
astronomi dari sebuah doktrin yang bersifat mistik menjadi
pengetahuan yang ilmiah. Pada akhir abad ke-11 hasil karya para
ahli astronomi muslim diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan
disebarluaskan di Eropa. Para ilmuan yang memberikan sumbangan
bagi perkembangan bidang astronomi antara lain ialah Al- Farghani,
Al-Battani, dan juga Al-Biruni.
e. Al-Farghani

Gambar 11. Al-Farghani

20
Sumber : www.suaramuhammadiyah.id
Al-Farghani adalah seorang ahli astronomi muslim yang berasal
dari Uzbekistan. Didunia barat ia dikenal dengan nama Alfraganus.
Al-Farghani banyak melakukan pengamatan terhadap benda-benda
angkasa pada sebuah obsevatorium di kota Bagdad. Dengan
ketekunan dalam melakukan observasi itu, ia berhasil menghimpun
data tentang apogee, yaitu titik terjauh, dan perige yaitu titik terdekat
pada lintasan benda-benda angkasa dan bumi. Makin lonjong bentuk
lintasannya, makin besar perbedaan antara apogee dan perigee. Ia
juga pernah melakukan eksperimen untuk menentukan dianmeter
bumi. Karya-karya utamanya masih tersimpan dengan baik di
Oxford, Paris, Kairo dan di perpustakaan Princeton University
dengan berbagai macam judul. Banyak pula buku-bukunya yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) yang
kemudian disebarkan di seluruh daratan Eropa. Inilah yang membuat
Al-Farghani dikenal sebagai pelopor ilmu astronomi.
f. Al-Battani

Gambar 12. Al-Battani


Sumber : akurat.co
Al-Battani adalah seorang ahli astronomi bangsa Arab yang lahir
sekitar tahun 858. Nama lengkapnya ialah Abu Abullah Muhammad
bin Jabir bin Sinan al-Battani al- Harrani as-Sabi’, yang oleh penulis
barat disebut Albetegi atau Battenius. Sebagai generasi penerus dari
Al-Farghani, ia juga melakukan pengamatan pada obsevatorium
yang dibangun oleh Al-Ma’mum, seorang khalifah terkenal yang
juga membangun sebuah “Bayt al-Hikmah” atau Rumah Kearifan.
Selama hidupnya ia mencurahkan kemampuannya untuk melakukan

21
observasi astronomi yang berjudul “Az-Zij”. Buku ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dan
merupakan karya utamanya yang berpengaruh besar bukan hanya
terhadap perkembangan astronomi Islam, tetapi juga berpengaruh
terhadap perkembangan astronomi Eropa pada akhir abad
pertengahan dan awal zaman renaisans. Dari hasil pengamatannya ia
menyatakan bahwa orbit planet itu tidaklah berbentuk lingkaran,
tetapi berbentuk elips. Disamping itu iapun telah membuat peralatan
astronomi, seperti jam matahari (sundial), kuadran dan lain-lainnya,
yang mempunyai ketepatan atau presisi yang tinggi.
Penemuan Al-Battani berpengaruh besar terhadap para ahli
astronomi barat seperti Nicoolaus Copernicus (1473-1543), Johannes
Keppler (1571-1630), Tycho Brahe (1546-1601), dan Galileo Galilei
(1564-1642) dalam arti mereka mengembangkan astronomi dan
menggunakan buku Al-Battani sebagai acuan. Banyak
terminomologi astronomi yang telah diperkenalkan oleh Al-Battani,
antara lain istilah azimuth, zenith, dan nadir yang berasl dari bahasa
Arab. Di samping sebagai ahli astronomi, Al-Battani juga seorang
ahli matematika. Pengetahuannya yang dalam tentang matematika
telah digunakannya untuk membuat pengukuran dan perhitungan
astronomi. Al-Battani meninggal pada tahun 929, sekembalinya ia
dari perjalanan ke kota Bagdad.
3. Perkembangan Ilmu Kedokteran dan Farmakognosi
Dalam abad pertengahan pengetahuan bidang kedokteran atau kesehatan
di Eropa digambarkan sebagai sangat menyedihkan. Dapat dikatakan
bahwa selama abad pertengahan di Eropa tidak terdapat pengetahuan
bidang kedokteran seperti yang dikenal orang sekarang. Yang ada pada
waktu itu ialah suatu praktek penyembuhan penyakit dengan menggunakan
cara-cara yang tidak rasional. Sebagai contoh, seorang yang sakit kepala
dinyatakan bahwa ada roh jahat yang bersarang di kepalanya, sehingga
untuk menyembuhkannya kepala si sakit ini harus dibor agar roh jahat itu
dapat keluar. Contoh lain pada abad pertengahan diyakini bahwa bencana

22
wabah penyakit menular ini disebabkan adanya kutukan dari Tuhan,
sehingga orang yang sakit harus disingkirkan jauh dari masyarakat dan
tidak diobati sama sekali.
Suatu hal yang menggembirakan ialah bahwa pada waktu yang sama di
dunia Islam timbulah abad keemasan dalam bidang kedokteran. Para
dokter muslim telah mengenal dan menggunakan alkohol sebagai zat
antiseptika. Karena pada umumnya para dokter itu juga mempelajari kimia
dan farmasi, maka dalam hal-hal tertentu mereka membuat obat sendiri
misalnya untuk menanggulangi keracunan. Pada abad ke-12 ratusan dokter
dari segenap penjuru dunia telah datang ke kota Bagdad untuk mengikuti
ujian yang diselenggarakan oleh guru besar muslim guna memperoleh
sertifikat. Pada waktu itu para dokter muslim dibawah kekuasaan Islam
yang terbentang dari Spanyol hingga Afganistan diharuskan mengikuti
ujian untuk memperoleh ijin praktek sebagai dokter.
Disamping itu para ahli farmasi muslim telah mampu mengelola toko
obat atau apotik yang menjual obat-obatan yang diperlukan oleh dokter.
Toko obat atau apotik tersebut dalam prakteknya diawasi oleh pejabat
pemerintah disebut “muhtasib”. Sekolah farmasi pertama didirikan di kota
Bagdad dan hanya mereka yang telah lulus ujian diperkenankan praktek di
apotik. Untuk dapat membeli obat para dokter memberikan resep kepada
pasiennya, suatu cara seperti apa yang dilakukan oleh orang sekarang.
Obat yang disediakan di apotik semuanya berupa ekstrak tumbuhan. Para
ahli farmasi telah mengembangkan pembuatan obat dan bentuk pil,
larutan, salep, sirup, inhalan dan supositoria. Untuk mempermudah
pengelolaan penyediaan obat, mereka juga telah membuat daftar obat dan
khasiatnya, seperti yang sekarang disebut farmakope.
Suatu hal yang menakjubkan dalam perkembangan ilmu kedokteran
adalah pengelolaan rumah sakit. Bangunan rumah sakit dibuat sedemikian
rupa sehingga dapat menciptakan suasana yang tenang dan nyaman.
Disamping adanya ruang perawatan dan ruang dokter, sarana rumah sakit
yang lain, dapur, ruang perawat, apotik, ruang pelajaran, penyedian air
bersih, bahkan taman yang indah berikut air mancur yang menarik terdapat

23
dalam lingkungan rumah sakit. Kebersihan yang selalu terjaga di segenap
bagian rumah sakit melengkapi bukti adanya pengelolaan rumah sakit
yang sangat baik. Para ahli dalam bidang kedokteran dan farmasi yang
terkenal antara lain ialah :
a. Ar-Razi

Gambar 13. Ar-Razi


Sumber : jumrah.com
Ar-Razi merupakan seorang muslim pertama yang menulis tentang
masalah kedokteran. Bukunya yang terkenal dalam bidang kedokteran
ialah “Al-Hawi” (Compeherensive Book) yang terjadi atas 20 jilid.
Buku ini merupakan merupakan kumpulan yang korverhensif dari
pengetahuan bidang kedokteran Yunani, India, Siria, dan Arab yang
telah ia baca, ia catat dan kemudian ia uji keabsahannya dan
kebenarannya melalui eksperimen. Buku ini telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin dan digunakan oleh para dokter di seluruh Eropa
pada masa itu. Selain buku tersebut, ia juga telah menulis sebuah
ensiklopedi kedokteran yang terdiri dari 10 jilid. Hingga abad ke-16
ensiklopedi ini masih merupakan dasar dari kuliah-kuliah dalam bidang
kedokteran pada universitas-universitas di Eropa. Ia juga melakukan
penelitian tentang berbagai penyakit, antara lain penyakit cacar.
Bukunya yang berjudul “Al-Asrar” yang telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin, pada abad ke-12 hingga abad ke-19 masih tetap
digunakan sebagi pedoman atau buku pegangan praktikum kedokteran.
b. Ibnu Sina

24
Gambar 14. Ibnu Sina
Sumber : www.idntimes.com
Selain sebagai ahli fisika, Ibnu Sina lebih dikenal sebagai seorang
dokter. Hasil karya Ibnu Sina yang berupa buku kurang lebih berjumlah
276 buah dan meliputi berbagai ilmu pengetahuan seperti filsafat,
kedokteran, fisika, kimia, matematika, musik, politik, sastera dan
sebagainya. Pada usia 21 tahun ia menuliskan karyanya yang pertama
yang berjudul “Al-Majmu” yang berarti ringkasan atau ikhtisar. Buku
ini memuat berbagai macam pengetahuan yang lengkap. Bukunya
dalam bidang kedokteran yang terkenal ialah “Al-Qanun fi ath-Thibb”
yang berarti konstitusi ilmu kedokteran. Judul buku ini dalam bahasa
Inggris ialah “Canon of Medicine”. Buku ini telah digunakan sebagai
buku standar karya-karya medis di Cina sejak abad ke-11. Dalam
kenyataanya sejak abad ke-8 hubungannya antara Cina dengan Arab
telah terjalin terutama dalam hal perdagangan. Dalam buku tersebut
Sina menyatakan dengan jelas tentang peredaran darah dalam tubuh.
Ia berpendapat bahwa di dalam tubuh manusia darah mengalir terus
menerus dalam suatu lingkaran yang tidak pernah berhenti. Pada abad
pertengahan sejumlah besar karya Ibnu Sina telah diterjemahkan oleh
orang ke dalam bahasa Latin dan Ibrani yang merupakan bahasa
pengetahuan pada masa itu dan telah digunakan dalam bidang
pengobatan dan kedokteran di Eropa selama kurang lebih 500 tahun.
Buku yang ditulis oleh Ibnu Sina ini lebih berbobot daripada buku
tentang kedokteran yang ditulis oleh Galen dan oleh para dokter
buku Sina itu dianggap sebagai “Ensiklopedi Kedokteran”. Dalam
buku tersebut Ibnu Sina jufa memperkenalkan pengetahuan tentang
penyakit syaraf (neurasthenia). Selain itu buku Ibnu Sina juga

25
menjelaskan tentang metode-metode pembedahan dan menyatakan
perlunya sterilisasi.
Perkembangan pengetahuan kedokteran di Negara Islam atau Arab
pada abad ke-9 hingga abad ke-14 memberikan sumbangan yang besar
bagi perkembangan pengetahuan kedokteran di Eropa. Ahli bedah yang
terkenal sekitar abad ke-10 ialah Abu Qasim az-Zahrawi. Ia adalah
seorang dokter ahli bedah muslim yang tinggal di Spanyol dan menulis
banyak tentang teori pembedahan. Di Eropa ia dikenal dengan nama
Abucasis. Ia dikenal baik dalam lingkungan kedokteran muslim sebagai
perintis ilmu pengenalan penyakit (diagnosis) dan cara penyembuhan
(terapi) penyakit telinga. Sebagai seorang ahli bedah ia telah merintis
dilakukannya pembedahan telinga untuk mengembalikan fungsi
pendengaran. Ia juga dikenal sebagai pelopor pengembangan ilmu
penyakit kulit (dermatology). Sebagai seorang ahli kedokteran Abu
Qasim pernah menulis buku yang berupa sebuah ensiklopedi medic.
Beberapa bagian penting dari bukunya pernah dikutip oleh Guy de
Chauliac, seorang ahli bedah bangsa Perancis yang terkenal di Eropa.
Buku tersebut cukup lama digunakan di Universitas Salerno dan
Muenchen. Buah pikiran Abu Qasim yang menyangkut bidang
profesinya, banyak pengaruh pada system pengobatan di Barat di
kemudia hari. Selanjutnya pada abad ke- 13, Theodoric, seorang ahli
bedah di Universitas Bologna, menulis tentang teori pembedahan yang
juga mengacu pada pengetahuan kedokteran muslim.
c. Abu Qasim az-Zahrawi

Gambar 15. Abu Qasim az-Zahrawi

26
Sumber : id.wikipedia.org
Ia adalah seorang dokter ahli bedah muslim yang tinggal di
Spanyol dan menulis banyak tentang teori pembedahan. Di Eropa ia
dikenal dengan nama Abucasis. Ia dikenal baik dalam lingkungan
kedokteran muslim sebagai perintis ilmu pengenalan penyakit
(diagnosis) dan cara penyembuhan (terapi) penyakit telinga. Sebagai
seorang ahli bedah ia telah merintis dilakukannya pembedahan telinga
untuk mengembalikan fungsi pendengaran. Ia juga dikenal sebagai
pelopor pengembangan ilmu penyakit kulit (dermatology).
Sebagai seorang ahli kedokteran Abu Qasim pernah menulis buku
yang berupa sebuah ensiklopedi medic. Beberapa bagian penting dari
bukunya pernah dikutip oleh Guy de Chauliac, seorang ahli bedah
bangsa Perancis yang terkenal di Eropa. Buku tersebut cukup lama
digunakan di Universitas Salerno dan Muenchen. Buah pikiran Abu
Qasim yang menyangkut bidang profesinya, banyak pengaruh pada
sistem pengobatan di Barat di kemudian hari. Selanjutnya pada abad ke-
13, Theodoric, seorang ahli bedah di Universitas Bologna, menulis
tentang teori pembedahan yang juga mengacu pada pengetahuan
kedokteran muslim.

4. Perkembangan Matematika
Para ilmuan muslim menyadari bahwa matematika merupakan
dasar untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karenanya selama abad
ke-9 hingga abad ke-13 matematika dan aritmatika, merupakan
persyaratan untuk diajarkan di setiap sekolah dan universitas yang terdapat
di wilayah kekuasaan Islam. Beberapa ahli matematika yang terkenal
antara lain :
a. Al-Khawarizmi

27
Gambar 16. Al-Khawarizmi
Sumber : www.idntimes.com
Al-khwarizmi adalah seorang ahli matematika yang terkenal, lahir
pada tahun 780. Nama lengkapnya ialah Ja’far Muhammad bin Musa
Al-Khwarizmi dan didunia ia dikenal dengan nama algoarismi atau
algorism. Selain matematika, ia juga ahli dalam bidang astronomi dan
geografi. Dalam usia mudanya ia bekerja di Bayt Al-hikmah di kota
Bagdad, pada waktu pemerintahan Khalifah Al-makmun, disana ia
bekerja dalam sebuah observatorium, tempat ia mendalami studi
tentang matematika dan astronomi. Al-kwarizmillah yang
memperkenalkan angka-angka India, yang dikemudian hari dikenal
sebagai angka-angka arab, dan metode-metode perhitungan India
kepada dunia islam. Ia sangat menyukai aljabar dan buku yang memuat
karyanya yang berjudul ”Al Mukhtasar Fi Hisab Al-Jabr wa al-
Maqabala” telah diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris pada tahun
1831.
Karya-karya Al-khwarizmi menguraikan dengan jelas operasi-
operasi penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Sistem
operasi aritmetika ini kemudian diperkirakan berkembang masuk ke
Eropa melalui spanyol. Karya Al- khwarizmi pada abad ke-8 ini, telah
dijadikan acuan oleh beberapa ahli matematika Eropa seperti Fibonacci
dan Gerbert d’Aurignac. Al-Khwarizmi juga mengembangkan operasi-
operasi pecahan sexagesimal untuk keperluan perhitungan astronomi.
Al-Jabr karya Al-Khwarizmi juga mengandung pengertian geometris.
Dalam hal ini ia menyumbangkan teorema segitiga yang antara lain
untuk menghitung luas segitiga, luas jajaran genjang, menghitung tinggi
sebuah segitiga dan luas lingkaran. Harga 𝜋 ditetapkan 3,1428571 yang

28
hingga sekarang tetap digunakan orang. Al-Khwarizmi adalah orang
pertama yang telah mengajarkan aljabar dalam bentuknya yang
elementer serta penerapannya. Secara keseluruhan dapat dikatakan
bahwa Al-khwarizmi telah membuat aljabar menjadi sebuah ilmu yag
eksak. Sehingga ia dianggap sebagai “bapak aljabar” pada abad ke 16
Copernicus dan para ahli matematika Eropa lainnya telah menggunakan
karya ilmiah para ilmuwan matematika muslim yang fundamental
dalam mengemukakan teori-teori selanjutnya.
b. Abu Kamil Syuja

Gambar 17. Abu Kamil Syuja


Sumber : besolacee.wordpress.com
Abu Kamil Syuja ialah Penerus al-khawrizmi dalam bidang
matematika yang dikenal sebagai seorang ahli aljabar islam yang
karyanya cukup banyak telah disebarluaskan dan telah memberi
pengaruh besar pada pengembang aljabar di Eropa. Riwayat hidupnya
tak begitu diketahui orang, tetapi ia dapat dikatakan menjadi penerus
Al-Khwarizmi. Sepanjang hidupnya ia telah menulis banyak buku
tentang aljabar, salah satu diantaranya yang terkenal ialah”kitab Fi al-
jam wa at-tafrik” karya abu kamil selain telah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Latin dan Perancis, juga ada yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Jerman. Buku at-Ta’arif misalnya, telah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Jerman oleh suter yang berjudul” Das Buch der Sletenheiter den
Rechenkunst von abu Kamil Al-misri” dalam buku ini diuraikan tentang
penyelesaian integral persamaan-persamaan tak tentu. Buku ini juga
telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Ibrani.
c. Umar Ibnu Ibrahim Al-Khayyami

29
Gambar 18. Umar Ibnu Ibrahin Al-Khayyami
Sumber : hidayatuna.com
Seorang sasterawan dan penyair terkenal di Persia, ternyata juga
seorang ahli astronomi dan dia dikenal juga sebagai seorang ahli
matematika yang ulung. Nama lengkapnya ialah Umar Ibnu Ibrahim al-
Khayyami, yang biasa disebut Umar Khayyam. Ia lahir pada yahun
1040 dan sejak usia muda telah menunjukkan kemampuannya di bidang
sastera dan juga dalam bidang pengetahuan alam. Dengan bantuan dana
dari Sultan Malik Syah yang memerintah pada waktu itu, Khayyam
melakukan penelitian-penelitian di bidang matematika dan astronomi.
Sultan juga mendirikan sebuah observatorium astronomi yang megah,
tempat, Umar Khayyam melakukan pengamatan terhadap benda-benda
angkasa dan menyusun tabel-tabel astronomi yang banyak digunakan
oleh para ahli astronomi di kemudian hari. Umar Khayyam ditugasi
oleh Sultan untuk memimpin kelompok ilmuwan muslim dalam
melakukan penelitian astronomi di Universitas Nizamiah di kota
Bagdad. Pada abad ke- 11 karya Umar Khayyam di bidang matematika
misalnya aljabar, telah diterbitkan berupa sebuah buku yang berjudul
“Al-Jabr” yang kemudian diterjemahkan dan diedit dalam bahasa
perancis pada tahun 1857. Buku tersebut merupakan sumbangan yang
amat berharga bagi studi bidang matematika. Umar Khayyam adalah
orang pertama yang mengklasifikasi persamaan-persamaan tingkat satu
(persamaan linier) serta persamaan tingkat tiga. Umar Khayyam
meninggal dunia pada tahun 1124.
d. Al-Khazin

30
Gambar 19. Al-Khazin
Sumber : republika.co.id
Ilmuwan matematika yang lain ialah al-Khazin, yang telah
mengembangkan teorema sinus segitiga sferis “Abu Wafa” yang telah
menyumbangkan pemikirannya terutama tentang trigonometri. Al-
Kharki yang menguraikan tentang teori aljabar dasar dan penerapannya,
khususnya yang berkaitan dengan bilangan rasional positif. Ibnu Irak
seorang guru Al-Biruni yang telah menulis buku tentang matematika
sebanyak 15 buah khususnya tentang trigonometri yang kemudian
dikembangkan oleh Al-Biruni.
Telah diuraikan di muka bahwa ilmu pengetahuan islam
berkembang dan tesrsebar ke seluruh Eropa melalui kegiatan intelektual
di wilayah Spanyol Islam. Kenyataan menunjukkan bahwa dari sini
pulalah kegiatan intelektual Islam mulai menurun sekitar abad ke-15.
Sebelum kekuasaan pemerintahan Islam sampai ke Spanyol, wilayah ini
diperintah oleh bangsa Romawi sejak sekitar tahun 200 SM hingga
tahun 500. Di bawah pemerintahan kerajaan Romawi Spanyol
mengalami masa perdamaian dan kemakmuran. Pada permulaan abad
ke-5 Spanyol diserang oleh bangsa Visigot yang datang dari arah utara
dengan melintasi pegunungan Pyrenee. Dengan mudah bangsa Visigot
dapat menaklukkan bangsa Spanyol. Selanjutnya pada awal abad ke-8
yakni pada tahun 711 pasukan Islam bersama dengan orang Berber atau
Moor dari Maroko menyerang bangsa Visigot dan menaklukkan
sebagian besar wilayah Spanyol.
Kaum muslimin memperoleh kekuasaan mereka di Spanyol bagian
selatan. Di bawah pemerintahan Islam, Spanyol mengalami kemajuan

31
besar di berbagai bidang. Pengolahan produk petanian seperti buah
jeruk, semangka, tebu dan padi mulai diperkenalkan dan menjadi usaha
utama penduduk. Pertambangan dikembangkan dan selain itu sutera dan
wol, kulit dan barang-barang keramik mulai diperdagangkan ke seluruh
eropa. Suatu hal yang paling pada masa itu adalah dikembangkannya
kegiatan intelektual. Kota-kota besar mulai dibangun dan
kemudianmenjadi pusat kegiatan intelektual dan pusat penyebaran
pengetahuan dan kemajuan peradaban selama lima abad, sebagai contoh
kota Kordoba dibangun menjadi kota terbesar di Spanyol dengan
jumlah penduduk sekitar satu juta orang.kota ini memiliki jalan-jalan
yang berlampu sekitar 70 buah perpustakaan, beberapa universitas dan
800 pemandian umum. Bidang pendidikan berjalan dengan baik dan hal
ini terbukti dengan didirikannya sekolah dasar, sekolah menengah, dan
perguruan tinggi. Pemerintahan islam tidak membedaka- bedakan suku
bangsa dan agama. Muslim orang-orang Kristen maupun yahudi
bersama-sama mempelajari ilmu pengetahuan pada tempat yang sama.
Kota-kota Kordoba, Senville, Toledo dan Granada adalah kota pusat
pendidikan dan kebudayaan. Seperti yang telah dikemukakan di muka,
para ilmuwan muslim telah memberikan sumbangan mereka yang besar
kepada Dunia Barat melalui perkembangan peradaban di Spanyol.
Inilah warisan islam yang penting kepada Spanyol sebelum kekuasaan
islam di wilayah tersebut hilang.
Keretakan hubungan yang terjadi di kalangan pemerintahan Islam
di Spanyol menyebabkan mereka lemah dan mudah diserang oleh
lawan. Dari abad ke-11 hingga abad ke-15 terjadi peperangan sehingga
kekuasaan Islam menjadi makin berkurang. Pada tahun 1492 kota
Granada merupakan kota terakhir yang jatuh ke tangan lawan. Dalam
peperangan tersebut banyak perpustakaan yang rusak karena terbakar,
pusat-pusat kegiatan intelektual seperti observatorium dan lain-lain
telah dimusnahkan, dan bersamaan dengan itu kekuasaan arab di
wilayah Afrika bagian utara pada abad ke-19 makin kecil dan akhirnya
masing-masing wilayah memiliki pemerintahan mereka sendiri.

32
Meskipun ilmuwan muslim tidak memiliki peranan lagi, namun apa
yang mereka sumbangkan telah menjadi awal terciptanya kemajuan
ilmu pengetahuan di dataran Eropa pada abad-abad selanjutnya.

2.3 Perkembangan Pengetahuan di Cina


Peradaban cina tertua yang dapat dicatat ialah pada masa dinasti Shang
memerintah di kota Anyang sekitar tahun 1500 SM. Penggalian yang
dilakukan di tempat tersebut menunjukan bahwa pada masa itu para pekerja
telah mampu membuat perunggu, barang-barang dari keramik, serta telah
mengenal bercocok tanam padi dan menenun sutera. Mereka juga telah
memiliki tulisan serta sistem bilangan sexagesimal yang kemungkinan
mendapatnya dari orang Babilonia. Pada abad ke-6 SM mereka telah
mengenal dan dapat membuat besi dan alat-alat dari besi. Di samping itu pada
abad ke-3 SM mereka juga telah mengenal teknologi pembuatan jaringan jalan
raya, saluran air dan hasil karya orang Cina yang paling monumental ialah
Tembok Besar yang panjangnya 2.450 km dan dibuat pada abad ke-2 SM.
Dalam sebuah buku kuno, “Yi Ching”, yang ditulis pada tahun 1200 SM
terdapat tulisan tentang filsafat asal mula benda-benda. Dalam filsafat itu
disebutkan bahwa benda-benda berasal dari dua unsur pokok yakni Yin dan
Yang, yang mewakili tenaga alam semesta yang pasif dan yang aktif. Yin
mewakili bumi, wanita, pasif, gelap, dan menerima. Yang mewakili surga,
lelaki, aktif, sinar dan pembangkit. Semua benda terjadi karena adanya
interaksi dua tenaga ini. Di buku lain, “Shu-Ching”, yang diperkiraan telah
ditulis pada th 2200 SM, disebut adanya lima unsur pokok, yakni air, api,
kayu, logam, dan tanah (bumi).
Terdapat pula suatu filsafat tentang asal-mula benda yang diperkenalkan
oleh ahli filsafat Lau-Tzu pada abad ke-6 SM yang disebut taoisme dan ditulis
dalam buku yang berjudul “Tao Te Ching”. Lau-Tzu mengemukakan bahwa
Tao adalah asal-mula segala benda dan setelah menjalani perputaran di alam
semesta, benda-benda akan kembali kepadanya lagi. Taoisme menekankan
perlunya keselarasan antara manusia dengan alam serta menjunjung perilaku
pasif, artinya apabila manusia tidak mencampuri tata tertib alam yang

33
sewajarnya, maka oleh Tao, yang merupakan sumber mutlak dari seluruh isi
alam, segala sesuatu akan diberi akan diberi tempat sewajarnya serta akan
dilaksanakan keselarasan umum. Filsafat ini diperjelas oleh Lau-Tzu dengan
mengemukakan Wu Wei yang artinya tak bergerak sebagai sifat Tao yang
terpenting. Hal ini berarti bahwa Tao tidak melakukan tindakan apapun,
meskipun segala sesuatu terjadi karenanya. Tao mengajak agar manusia tidak
melakukan sesuatu apabila tidak perlu sekali. filsafat ini menekankan bahwa
orang yang hidupnya diatur berdasarkan Taoisme akan memperoleh
kebahagiaan atau panjang umur. Taoisme memisahkan alam manusia ke
dalam aspek roh atau jiwa. Meskipun pembebasan roh merupakan tujuan
pokok, penganut Taoisme juga terlibat dalam penyelidikan dunia nyata atau
dunia fisik. Keterlibatan inilah yang mendorong para penganut Taoisme
kedalam kegiatan alkimia untuk mencari zat pembebas yang akan
membawanya kepada hidup abadi. Namun beberapa abad kemudian Taoisme
ini menjadi tidak murni lagi, karena tercampur dengan berbagai kepercayaan
yang bersifat takhayul dan berubah menjadi okultisme. Timbulah disana-sini
ahli-ahli sihir yang berusaha memperoleh “tan” atau “aliksir kehidupan” yang
dianggap dapat menyebabkan terjadinya, dapat hidup kekal atau naik ke surga.
Seseorang pengikut Taoisme yang terkenal sekitar tahun 140 adalah Wei
Po Yang yang banyak menulis tentang Yin dan Yang serta Tao. Selain itu ia
juga menulis tentang alkimia, yakni antara lain tentang proses kristalisasi.
Selanjutnya pengikut Taoisme yang lain ialah Ko Hung yang hidup antara
tahun 281 hingga 361. Ia percaya adanya transmutasi logam, dengan
beranggapan bahwa bila suatu logam dimurnikan, berarti kadar Yin dikurangi
dan Yang ditambah, maka lama-lama akan menjadi logam mulia. Ia berusaha
memperoleh “tan”, sebab dengan itu ia percaya dapat membuat raksa menjadi
emas dan timah menjadi perak. Pendapat lain menyatakan bahwa alkimia di
negara Cina berasal dari luar setelah pelabuhan Kanton dibuka untuk kapal-
kapal dagang asing pada abad ke-8.

34
Gambar 20. Wei Po Yang
Sumber : Buku Sejarah IPA, 2020
Pada masa pemerintahan dinasti Thang Taoisme berkembang dan para ahli
alkimia Cina menjadi lebih aktif lakukan eksperimen, antara lain melakukan
destilasi raksa dari cinnabar atau yang sekarang kita sebut garam merkuri
sulfida, dan distilasi alkohol. Tan atau aliksir kehidupan yang dibuat secara
rahasia oleh para ahli alkimia, ternyata diminati oleh para raja. Sebagai akibat
dari konsumsi aliksir yang berlebihan, maka beberapa raja dari dinasti Thang
diantaranya meninggal dunia. Banyak perkembangan pengetahuan dan
teknologi terjadi pada masa pemerintahan dinasti Thang, yaitu antara tahun
618 hingga tahun 906. Dalam penggalian di “Gua Seribu Budha” di Konsu,
ditemukan buku yang dicetak pada tahun 868. Demikian pula 57pembuatan
benda-benda dari porselen atau keramik mengalami penyempurnaan.
Pembuatan bahan peledak dari salpeter dan belerang dikembangkan pada akhir
dinasti Thang. Bahan peledak ini selanjutnya digunakan sebagai senjata dalam
peperangan. Mengingat pentinganya bahan peledak ini, maka pemerintah
Cina melarang ekspor belerang dan salpeter keluar negeri.
Pada masa dinasti Sung yakni antara tahun 960 hingga tahun 1279,
kompas magnet mulai digunakan untuk keperluan navigasi dalam perjalanan
di laut maupun didarat. Selain pengembangan teknologi, para ilmuan Cina
juga mengembangkan matematika, aljabar untuk memecahkan masalah
trigonometri dan astronomi, namun sumbangan mereka untuk kemajuan ilmu
pengetahuan dalam abad pertengahan ini tidak tampak.

35
2.4 Perkembangan Pengetahuan di India
Hubungan antara India dengan daerah-daerah di sebelah baratnya terjadi
pada tahun 327 SM ketika Alexander Agung menaklukkan India, sedangkan
hubungan India dengan Arab terjadi pada abad pertengahan ketika orang Arab
melebarkan kekuasaannya hingga ke wilayah sungai Indus. Adapun hubungan
antara India dengan Cina terjadi pada abad ke-2 dikarenakan ada kunjungan
para pemuka agama India ke negara Cina dan kunjungan muhibah keagamaan
dari Cina ke India. Berdasarkan tulisan yang dipahat pada batu diketahui
bahwa pengetahuan kedokteran telah dikenal di India sejak beberapa abad
sebelum masehi. Raja Asoka telah mendirikan rumah sakit pertama dan kebun
yang ditanami tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan.
Pengetahuan yang telah lama berkembang adalah matematika dan astronomi.
Ahli astronomi India yang dikenal sekitar tahun 505 adalah Varahamihira
yang mempunyai obsevatorium di Ujjain. Beliau dan para ahli astronomi India
yang lain mempercayai bahwa bumi itu bulat dan benda-benda angkasa
beredar mengelilingi bumi dengan kecepatan tertentu sesuai dengan jaraknya
terhadap bumi. Adapun ahli matematika yang terkenal adalah Aryabhata
bersaudara yang hidup sekitar tahun 475-550. Mereka mengembangkan
aljabar dari orang-orang Babilonia. Ahli matematika yang lainnya adalah
Mahavira yang hidup sekitar tahun 850 di Mysore. Beliau mengemukakan
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian termasuk angka
nol, sama seperti yang telah dilakukan oleh ilmuan muslim. Ilmuan Arab
mengakui bahwa ilmuan Indialah yang memperkenalkan “sinus” dalam
trigonometri.
Pengetahuan terkait dengan pengobatan dan kimia tidak begitu
memperoleh perhatian dibandingkan dengan matematika dan astronomi.
Pengetahuan di India awal terikh masehi disebut Ayurveda atau pengetahuan
tentang umur panjang. Menurut teori pengobatan pada masa itu, dikatakan
bahwa badan manusia terdiri atas lima unsur alam, yaitu tanah, air, api, angin,
dan ruang. Air, api, dan angin adalah unsur-unsur yang aktif. Apabila ketiga
unsur ini sedang harmonis maka badan akan sehat, sebaliknya kelebihan salah
satu unsur tersebut maka akan mengakibatkan badan menderita sakit. Hasil

36
karya ilmuan India dalam bidang pengobatan adalah “Carakasamhita” yang
merupakan sebuah manuskrip yang memuat daftar obat-obatan dan
penggunaannya. Praktik operasi telah dikenal pula dan tulisan mengenai hal
tersebut yaitu “Susrutasamhita” telah ada sejak abad ke-5. Dalam tulisan ini
dikemukakan tentang sejumlah alat-alat untuk keperluan operasi serta
penggunaannya antara lain operasi katarak yang telah dilakukan. Selain itu,
juga diuraikan tentang hubungan antara penyakit malaria dengan nyamuk,
serta uraian penyakit diabetes.
Praktik alkimia mulai ada pada abad ke-7, dan para ahli alkimia India
memusatkan perhatian mereka pada pencarian aliksir yang dapat membuat
orang hidup abadi. Alkimia dalam bahasa India disebut “Rasa Siddhi” yang
berarti pengetahuan tentang raksa dan ahli alkimia India yang terkenal adalah
Nagarjuna yang diperkirakan hidup pada abad ke-9. Ahli alkimia yang lain
diantaranya adalah Gopal Khrisna, Patanjali, Yasodara, dan Narahari.
Albiruni, seorang ahli kimia muslim Persia memberi uraian dalam bukunya
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris “Oh Hindu Sciences Which
Prey on the Ignorance People” bahwa walaupun orang India kurang
memperhatikan alkimia, namun mereka melakukan eksperimen juga, misalnya
tentang proses sublimasi, kalsinasi, dan analisis. Mereka terutama melakukan
eksperimen yang berkaitan dengan mineral-mineral.
Pandangan mereka tentang segala sesuatu dalam alam didasarkan pada
filsafat Samkhya yang dikemukakan oleh Kapilar sekitar abad ke- SM. Ia
mengemukakan bahwa tiap unsur pada benda itu terdiri atas satu sampai lima
jenis atom. Atom-atom ini tidak dapat berubah, tetapi unsur-unsur dapat
berubah dengan cara kekurangan atau kelebihan atom. Pandangan dari Kapilar
ini dikembangkan lebih lanjut oleh Kanada pada abad ke-4 SM yang
menyatakan bahwa segala sesuatu itu hanya sesaat, dan sesaat kemudian
digantikan oleh benda yang sama seperti pada gambar hidup. Masih
merupakan pertanyaan apakah pandangan tentang alam asli dari orang India
dibawa dari luar India. Agama Budha merupakan faktor yang memungkinkan
perkembangan pengetahuan di India, dimana hal tersebut disebabkan ajaran
berdasarkan cinta kasih serta pengetahuan.

37
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan seluruh materi mengenai pengetahuan pada abad
pertengahan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada abad pertengahan perkembangan pengetahuan di Eropa mengalami
kemunduran hal ini dikarenakan dalam kekaisaran Romawi Timur terdapat
budaya Yunani dengan segala tradisinya dan mereka menolak mengakui
supremasi Kepausan Katolik Roma. Perkembangan pengetahuan maupun
teknologi yang terjadi kemudian hari di Eropa dapat dikatakan dipengaruhi
oleh perkembangan pengetahuan di luar Eropa, misalnya di willayah Arab,
India maupun Cina. Beberapa tokoh penting pada abad ke-13 itu antara
lain ialah Albertus Magnus, Roger Bacon, dan Ramon Lull.
2. Di kala Eropa dilanda kelesuan dalam kegiatan pengetahuan, di Negara
Islam justru timbul kemajuan pengetahuan dengan pesat, sehingga dapat
memberikan sumbangan bagi kemajuan pengetahuan di Eropa pada akhir
abad pertengahan. Perkembangan kekuasaan Islam ini kemudian diikuti
oleh perkembangan kebudayaan dan pengetahuan diberbagai bidang
sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan intelektual. Munculah para ahli dalam
berbagai bidang pengetahuan seperti Jabir Ibnu Hayyan, Al-Biruni, Ibnu
Al-Haytsam, Ar-Razi, Al-Khawarizmi, Abu Kamil Syuja, dan masih
banyak lagi.
3. Peradaban cina tertua yang dapat dicatat ialah pada masa dinasti Shang
memerintah di kota Anyang sekitar tahun 1500 SM. Penggalian yang
dilakukan di tempat tersebut menunjukan bahwa pada masa itu para
pekerja telah mampu membuat perunggu, barang-barang dari keramik,
serta telah mengenal bercocok tanam padi dan menenun sutera. Pada abad
ke-6 SM mereka telah mengenal dan dapat membuat besi dan alat-alat dari
besi. Di samping itu pada abad ke-3 SM mereka juga telah mengenal
teknologi pembuatan jaringan jalan raya, saluran air dan hasil karya orang
Cina yang paling monumental ialah Tembok Besar yang panjangnya 2.450
km dan dibuat pada abad ke-2 SM.

38
4. Hubungan antara India dengan Arab terjadi pada abad pertengahan ketika
orang Arab melebarkan kekuasaannya hingga ke wilayah sungai Indus.
Berdasarkan tulisan yang dipahat pada batu diketahui bahwa pengetahuan
kedokteran telah dikenal di India sejak beberapa abad sebelum masehi.
Ahli astronomi India yang dikenal sekitar tahun 505 adalah Varahamihira
yang mempunyai obsevatorium di Ujjain. Adapun ahli matematika yang
terkenal adalah Aryabhata bersaudara yang hidup sekitar tahun 475-550.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis yaitu :
1. Kepada tenaga pendidik, agar lebih menambah wawasan tentang
perkembangan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan sehingga dapat
mempermudah informasi mengenai perkembangan pengetahuan pada abad
pertengahan.
2. Kepada pembaca, agar mampu mengambil inti sari dan menambahkan
wawasan pengetahuan tentang perkembangan pengetahuan pada abad
pertengahan serta mampu memahami dan menghayati apa isi yang
disampaikan dari makalah ini.

39
DAFTAR PUSTAKA
Priyanka, L.Mitha dan Ni Made Pujani (2020). SEJARAH IPA (Perkembangan
Pengetahuan dari Masa Ke Masa). Singaraja: UNDIKSHA PRESS.

Karim, A. (2014). SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.


https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/fikrah/article/download/563/577.
(Diakses pada 20 Februari 2021 pukul 09.16)

Anda mungkin juga menyukai