Makalah Pancasila Kelompok 1
Makalah Pancasila Kelompok 1
Makalah Pancasila Kelompok 1
Kelompok 1:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nyalah penulisan makalah yang berjudul “Pancasila dalam Lintasan Sejarah Bangsa”
diselesaikan tepat pada waktunya.
Tulisan ini dapat kami selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua apihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentu, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami. Oleh karena
itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senang hati demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1. Nilai-Nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia ................................................... 4
2.2. Sejarah Proses Perumusan Pancasila (28 Mei 1945 – 18 Agustus1945) ......................... 6
2.3. Masa Kemerdekaan dan Orde Lama ................................................................................ 9
2.4. Masa Orde Baru ............................................................................................................. 13
2.5. Masa Reformasi ............................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak lepas dari nilai Pancasila. Sejak
zaman penjajahan sampai sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.
Indonesia hidup di dalam berbagai keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan agama. Dari
semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam
persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bhineka Tunggal Ika.
Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan
menjadikan pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana nilai-nilai Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia?
2. Apa saja yang terjadi saat proses perumusan Pancasila?
3. Bagaimana Pancasila saat masa kemerdekaan dan orde lama?
4. Bagaimana perkembangan Pancasila pada saat era orde baru?
5. Bagaimana perkembangan Pancasila pada saat era orde reformasi?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan nilai-nilai Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia
2. Menjelaskan proses perumusan Pancasila
3. Menjelaskan Pancasila Era Kemerdekaan dan Orde Lama
4. Menjelaskan Pancasila Era Orde Baru
5. Menjelaskan Pancasila Era Reformasi
1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat agar mahasiswa/i dapat memahami betapa pentingnya Pancasila
dalam kehidupan sebagai warga negara Indonesia. Karena tanpa Pancasila sebagai dasar sebuah
negara, maka warga negaranya tidak akan teratur dan akan muncul banyak masalah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Cita-cita ideal sebagai landasan moralitas bagi kebesaran bangsa diperkuat oleh
cendikiawan-politisi Amerika Serikat, John Gardner, “No nation can achieve greatness unless it
believes in something, and unless that something has moral dimensions to sustain a great
civilization” (tidak ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran kecuali jika bangsa itu
mempercayai sesuatu, dan sesuatu yang dipercayainya itu memiliki dimensi-dimensi moral guna
menopang peradaban besar) (Madjid dalam Latif, 2011: 42).
Menurut sejarah pada kira-kira abad VII-XII, bangsa Indonesia telah mendirikan kerajaan
Sriwijaya di Sumatera Selatan dan kemudian pada abad XIII-XVI didirikan pula kerajaan
Majapahit di Jawa Timur. Menurut Mr. Muhammad Yamin berdirinya negara kebangsaan
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra yang
dikenal sebagai Kerajaan Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut. Selain itu, juga sudah
ada badan yang bertugas mengurus pajak, harta benda kerajaan, kerohaniawan yang menjadi
3
pengawas teknis pembangunan dan patung-patung suci sehingga kerajaan dapat menjadikan sistem
negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan.
Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin dalam Kerajaan
Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan “Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra
Subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur). Pada hakekatnya nilai-nilai budaya
Kerajaan Sriwijaya telah memajukan nilai-nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut:
Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang hidup berdampingan
secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan
agama Buddha.
Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Marsha).
Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India menunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar
negeri yang bebas aktif.
Nilai sila ketiga, sebagai Negara Maritim, Kerajaan Sriwijaya telah menerapkan konsep Negara
kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara.
Nilai sila keempat, Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas meliputi Siam dan
Semenanjung Melayu
Nilai sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan sehingga
kehidupan rakyatnya sangat makmur.
Sebelum Kerajaan Majapahit berdiri, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan
Jawa Timur secara silih berganti yaitu, Kerajaan Kalingga (abad ke-VII), Sanjaya (abad ke-VIII),
sebagai refleksi puncak budaya kerajaan tersebut dibangunnya Candi Borobudur dan Candi
Prambanan.
Agama yang dilaksanakan pada zaman Kerajaan Majapahit adalah Agama Hindu dan
Budha. Pada masa ini dikenal beberapa istilah dan nilai-nilai Pancasila pada Kerajaan Majapahit,
yaitu sebagai berikut:
4
Nilai sila pertama, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara
damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku Negarakertagama karangan Empu Prapanca dan
Empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang terdapat Sloka persatuan nasional yang berbunyi
”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” yang artinya, walaupun berbedabeda namun
tetap satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan berbeda.
Nilai sila kedua, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan Kerajaan Tiongkok,
Ayoda, Champa, dan Kamboja. Disamping itu juga menjalin persahabatan dengan Negaranegara
tetangga.
Nilai sila ketiga, terwujud dengan keutuhan kerajaan. Khususnya dalam Sumpah Palapa yang
diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri pada tahun 1331.
Nilai sila keempat, terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan Majapahit yang
menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut Prasasti Kerajaan Brambang(1329), dalam
tata Pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan. Seperti, Rakryan I
Hino, I Sirikan dan I Halu yng berarti memberikan nasehat kepada Raja. Kerukunan dan gotong
royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat
dalam memutuskan masalah bersama.
Nilai sila kelima, terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang ditopang
dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Nilai-nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sebelum bangsa Indonesia menjadi
sebuah negara. Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah, terutama rempah-
rempah yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia, menyebabkan bangsa Asing
masuk ke Indonesia, seperti Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Kemasukan bangsa Barat
mengakibatkan perselisihan dan perang saudara, yang menyebabkan nilai-nilai nasionalisme
ditinggalkan, walaupun pada abad ke-XVI agama Islam berkembang pesat dengan berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam, seperti Samudra Pasai dan Demak, namun tidak mampu menahan tekanan
bangsa Barat memasuki Indonesia.
5
Pada zaman ini Pancasila memang belum dirumuskan, akan tetapi masyarakat sudah mulai
menerapkan isi dari Pancasila, meskipun di zaman penjajah ini banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan terhadap isi Pancasila oleh para penjajah. Pada zaman ini ada satu nilai dalam
Pancasila yang dilupakan oleh rakyat yaitu persatuan dan kesatuan. Karena tidak adanya persatuan
dan kesatuan maka para penjajah dengan leluasa masuk ke wilayah Indonesia, menghancurkan dan
menguasainya. Kebangkitan Nasional adalah kesadaran dan kebanggaan nasional atas jati diri
bangsa dan pandangan hidup bangsa yang berfungsi sebagai dasar negara dan ideologi negara.
Pada masa ini banyak berdirinya gerakan-gerakan nasional untuk mewujudkan suatu
bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri. Jadi, kalau
Kebangkitan Nasional telah mengantar bangsa Indonesia kepada Kemerdekaan Bangsa, maka
Kebangkitan Nasional juga harus mengantarkan bangsa Indonesia pada tegaknya Pancasila di
Bumi Indonesia.
1. Moh. Yamin
Moh. Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia secara tertulis dan lisan. Usulan tersebut
disampaikan pada 29 Mei 1945.
6
Usulan lisan:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Usulan tertulis:
Dan menurutnya negara Indonesia merdeka harus mampu menyatukan semua golongan
dan pandangan individu, serta menyatukan diri dengan berbagai lapisan masyarakat. Berikut ini
usulan dasar negara menurut Soepomo.
1. Persatuan (Unitarisme)
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
7
3. Ir. Soekarno
Pada 1 Juni 1945, Soekarno memberikan usulan yang berbentuk Philosophische Grondslag
atau Weltanschauung, yakni fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya.
Soekarno mengusulkan dasar negara dengan sebutan Panca Dharma, kemudian dengan anjuran
para ahli bahasa, rumusan dasar negara dinamakan Pancasila.
1. Kebangsaan Indonesia
2. International atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno membentuk Panitia Kecil atau Paniti Sembilan yang
berjumlah 9 orang yang anggotanya berasal dari golongan Islam dan golongan nasionalis untuk
menampung usulan-usulan yang bersifat perorangan.
Panitia Sembilan bersidang pada tanggal 22 Juni 1945 yang kemudian berhasil
merumuskan Rancangan (Mukadimah) Pembukaan Hukum Dasar yang dinamakan ‘Piagam
Jakarta’ atau Jakarta Charter oleh Muhammad Yamin yang menghasilkan kesempakan dasar
negara tertuang dalam alinea keempat rancangan pembukaan UUD 1945, sebagi berikut:
Namun, beberapa tokoh perwakilan dari Indonesia Timur menyatakan keberatan dengan
sila pertama dalam rumusan tersebut. Pasalnya, rakyat Indonesia tidak hanya berasal dari kalangan
muslim. Hal itu menjadi salah satu latar belakang perubahan sila pertama Pancasila menjadi
“Ketuhanan yang Maha Esa”.
8
2.2.3. Sidang PPKI
Pada Rapat Besar PPKI tanggal 18 Agustus 1945, Drs. Moh. Hatta mengusulkan
penyempurnaan rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945. Usulan Hatta untuk
menyempurnakan Sila I dan Sila II diterima secara aklamasi, tetapi Ki Bagoes Hadikoesoemo
mengusulkan penghapusan kata-kata “menurut dasar” dalam rumusan Sila I dan Sila II.
Dengan demikian, pada tanggal 18 Agustus 1945, rumusan Pancasila secara resmi dan sah
ditetapkan dengan kelima sila sebagai berikut:
9
2.3.1. Era Kemerdekaan
Pada awak kemerdekaan, Pancasila sebagai dasar negara yang disahkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tidak serta berjalan mulus. Berbagai permasalahan
kerap terjadi dan harus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Ada lima upaya yang dilakukan untuk
mengganti Pancasila yang berhasil digagalkan, yakni:
10
5. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
APRA adalah milisi yang didirikan oleh Kapten KNIL Raymond Westerling pada
15 Januari 1949, ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk mempertahankan
bentuk negara federal di Indonesia dan memiliki tentara sendiri bagi negara-negara
RIS. Pemberontakan APRA terjadi pada 23 Januari 1950 di Bandung dan berhasil
menguasai markas Staf Divisi Siliwangi. Bahkan pemberontakan ini hampir
menyerang sampai Jakarta. Namun akhirnya pemberontakan ini berhasil
digagalkan oleh APRIS yang mengirimkan pasukan dari wilayah Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Berkat peristiwa ini juga, pembubaran RIS (Republik Indonesia
Serikat) menjadi lebih cepat dan kembali ke bentuk NKRI pada 17 Agustus 1950.
Pada masa Orde Lama, yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soekarno, Pancasila
mengalami ideologisasi. Artinya, Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan
dan kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno menyampaikan bahwa ideologi Pancasila
berangkat dari mitologi yang belum jelas bahwa Pancasila itu dapat mengantarkan bangsa
Indonesia ke arah kesejahteraan, tetapi Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk
dijadikan ideologi bangsa Indonesia.
Pancasila pada masa orde lama yang pertama ialah demokrasi parlementer pada tahun 1945
hingga 1950. Pada saat itu, persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia masih sangat tinggi
karena menghadapi situasi perang melawan Belanda. Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia ingin
mempertahankan kedaulatan dengan mengusir para penjajah. Oleh sebab itu, didalam demokrasi
parlementer presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara. Kepala pemerintahan kala itu
dipegang oleh perdana menteri. Hal tersebut membuat ketidakstabilan di dalam pemerintahan.
Demokrasi Liberal berlangsung pada tahun 1950 hingga 1955. Penerapan Pancasila
diarahkan sebagai ideologi liberal, yang pada kenyataannya tidak dapat menjamin stabilitas
pemerintahan. Walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila keempat tidak
berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak. Sistem pemerintahannya yang
11
liberal lebih menekankan hak-hak individual. Pada periode ini, persatuan dan kesatuan bangsa
mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan-pemberontakan yang
dilakukan oleh RMS, PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI.
Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilihan
umum tahun 1955 yang dianggap sebagai pemilihan umum yang paling demokratis. Akan tetapi,
anggota Konstituante hasil pemilihan umum tidak dapat menyusun Undang-Undang Dasar seperti
yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan.
Pada periode tahun 1956 sampai dengan 1965, dikenal sebagai demokrasi terpimpin. Akan
tetapi, demokrasi justru tidak berada pada kekuasaan rakyat yang merupakan amanah nilai-nilai
Pancasila, kepemimpinan berada pada kekuasaan pribadi Presiden Soekarno melalui ‘Dekrit
Presiden’. Ada dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh terhadap Dekrit
Presiden.
Namun kedua usulan tersebut tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante.
Majelis (konstituante) menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959. Kejadian ini menyebabkan
Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang disetujui oleh kabinet tanggal
3 Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana Bogor pada 4 Juli 1959 dan diumumkan secara
resmi oleh presiden pada 5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana Merdeka.
1. Pembubaran konstituante;
3. Pembentukan MPRS.
12
2.4. MASA ORDE BARU
Orde Baru adalah rezim yang pernah berkuasa di Indonesia dengan waktu lama, yaitu 32
tahun. Orde baru dimulai pada tahun 1966 hingga 1998 dan dipimpin oleh Jenderal Soeharto.
Orde Baru dimulai dengan naiknya Soeharto menjadi presiden menggantikan Soekarno
padatanggal 22 Februari 1967. Awal orde baru, Presiden Soeharto harus mengatasi kekacauanyang
ada di indonesia, Soeharto melakukan beberapa upaya pemulihan, beberapa tersebutialah
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Replita), Pemilu, Program P4 (Pedoman Penghayatan
dan Pengalaman) Pancasila serta Pemerataan Pembangunan.Selama menjalankan pemerintahan,
beberapa masalah juga timbul dan memicu demonstrasi yang terjadi pada tanggal 13-14 Mei 1998,
di antaranya adalah:
Berakhirnya masa Orde Baru di Indonesia ditandai dengan adanya krisis ekonomi yang
melanda sejak tahun 1997. Kepercayaan terhadap pemerintah menurun sehingga memicu
kerusuhan, demonstrasi besar, bahkan penjarahan terutama di Jakarta. Akhirnya Presiden Soeharto
menyampaikan pengunduran diri pada tanggal 21 Mei 1998.
Reformasi di Indonesia mengacu pada era politik Indonesia pasca pengunduran diri
Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia pada tahun 1998. Berakhirnya kekuasaan Soeharto
dianggap tidak sejalan dengan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 yang murni dan konsisten.
Saat itu, korupsi, kolusi dan otokrasi merajalela di segala bidang. Inilah salah satu alasan yang
melatarbelakangi lahirnya reformasi di Indonesia. Perlakuan buruk dan perlakuan tidak adil
terhadap pemerintahan Presiden Soeharto memperparah kekecewaan publik karena situasi
ekonomi Indonesia saat itu melemah dan memburuk.
13
akibat berbagai aksi mahasiswa di wilayah Indonesia. Pada masa Reformasi, Pancasila harus selalu
diinterpretasi ulang sesuai dengan perkembangan zaman. Penafsiran Pancasila harus tepat dan
sesuai dengan konteks, serta konsisten dengan realitas saat ini.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pancasila bukanlah sekadar sebuah konsep atau ideologi, melainkan merupakan suatu
dasar falsafah, ideologi, sumber hukun negara Indonesia yang menjadi pandangan serta tujuan
hidup masyarakat Indonesia untuk berbangsa dan bernegara.
Pancasila lahir tidak semata-mata ada begitu saja, Pancasila lahir dan ada sampai saat ini
melalui tahapan, proses dan dinamikanya mulai dari pancasila era pra kemerdekaan, kemerdekaan,
piagam jakarta, orde lama, orde baru, dan reformasi. Banyak sekali perjuangan para tokoh-tokoh
terdahulu untuk melahirkan Pancasila. Serta dinamika yang dimiliki dalam proses Pancasila
memiliki pasang surut di dalamnya dalam merealisasikan nilai-nilai yang terkandung pada
Pancasila.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ningrum, R. D. (2022). Gema Keadilan. Upaya Pelestarian Nilai Pancasila Di Era Reformasi.
Octavian, W. A. (2018). Nilai-Nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia . Bhineka Tunggal
Ika.
Redaksi, T. (2022, April 9). Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa. Retrieved from Kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/14/152113969/penerapan-pancasila-dari-
masa-ke-masa?page=all
Sari, A. M. (2023, Agustus 3). Sejarah Pancasila. Retrieved from fahum.umsu.ac.id:
https://fahum.umsu.ac.id/sejarah-pancasila/
Shakti, A. A. (2021). Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa.
16