Makalah Pancasila Kelompok 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA DALAM LINTASAN SEJARAH BANGSA

DOSEN PENGAMPU : Deni Nasir Ahmad M.Pd.

Kelompok 1:

Eufrasia Fikanova Boba 202341500004

Cut Intan Seramaidra 202341500007

Novia Fitri Ramadhani 202341500028

Fadillah Azliza Ma’rifah 202341500044

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nyalah penulisan makalah yang berjudul “Pancasila dalam Lintasan Sejarah Bangsa”
diselesaikan tepat pada waktunya.

Tulisan ini dapat kami selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua apihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentu, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami. Oleh karena
itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senang hati demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1. Nilai-Nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia ................................................... 4
2.2. Sejarah Proses Perumusan Pancasila (28 Mei 1945 – 18 Agustus1945) ......................... 6
2.3. Masa Kemerdekaan dan Orde Lama ................................................................................ 9
2.4. Masa Orde Baru ............................................................................................................. 13
2.5. Masa Reformasi ............................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia, menjadi dasar pedoman dalam segala
pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia. Termasuk peraturan
perundang-undangan. Pancasila merupakan cerminan bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalam
Pancasila menjadi tolak ukur bagi bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan bernegara. Karena
konsekuensi dari hal itu bahwa penyelenggaraan bernegara tidak boleh menyimpang dari nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan Pancasila
dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus hafal dan mematuhi segala isi
dalam pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga negara Indonesia hanya menganggap
pancasila sebagai dasar negara semata tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam
kehidupan. Tanpa manusia sedari nilai-nilai makna yang terkandung dalam pancasila sangat
berguna dan bermanfaat. Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai dimana dari keseluruhan
nilai tersebut terkandung di dalam 5 garis besar dalam kehidupan berbangsa bernegara.

Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak lepas dari nilai Pancasila. Sejak
zaman penjajahan sampai sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.
Indonesia hidup di dalam berbagai keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan agama. Dari
semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam
persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bhineka Tunggal Ika.
Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan
menjadikan pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana nilai-nilai Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia?
2. Apa saja yang terjadi saat proses perumusan Pancasila?
3. Bagaimana Pancasila saat masa kemerdekaan dan orde lama?
4. Bagaimana perkembangan Pancasila pada saat era orde baru?
5. Bagaimana perkembangan Pancasila pada saat era orde reformasi?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan nilai-nilai Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia
2. Menjelaskan proses perumusan Pancasila
3. Menjelaskan Pancasila Era Kemerdekaan dan Orde Lama
4. Menjelaskan Pancasila Era Orde Baru
5. Menjelaskan Pancasila Era Reformasi

1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat agar mahasiswa/i dapat memahami betapa pentingnya Pancasila
dalam kehidupan sebagai warga negara Indonesia. Karena tanpa Pancasila sebagai dasar sebuah
negara, maka warga negaranya tidak akan teratur dan akan muncul banyak masalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. NILAI-NILAI PANCASILA DALAM SEJARAH BANGSA INDONESIA


Pancasila sendiri merupakan istilah yang berasal dari bahasa Sanskerta, terdiri dari kata
“panca” yang berarti lima, dan “syila” yang berarti dasar. Istilah ini pertama kali ditemukan dalam
kitab Sutasoma. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang memiliki lima nilai-nilai luhur.
Kelima nilai tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.

Soekarno pernah mengatakan “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Dari perkataan


tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi yang beragam bagi kehidupan. Seperti
yang diungkapkan seorang filsuf Yunani yang bernama Cicero (106-43 SM) yang mengungkapkan
“Historia Vitae Magistra”, yang bermakna “ sejarah memberikan kearifan”.

Cita-cita ideal sebagai landasan moralitas bagi kebesaran bangsa diperkuat oleh
cendikiawan-politisi Amerika Serikat, John Gardner, “No nation can achieve greatness unless it
believes in something, and unless that something has moral dimensions to sustain a great
civilization” (tidak ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran kecuali jika bangsa itu
mempercayai sesuatu, dan sesuatu yang dipercayainya itu memiliki dimensi-dimensi moral guna
menopang peradaban besar) (Madjid dalam Latif, 2011: 42).

Menurut sejarah pada kira-kira abad VII-XII, bangsa Indonesia telah mendirikan kerajaan
Sriwijaya di Sumatera Selatan dan kemudian pada abad XIII-XVI didirikan pula kerajaan
Majapahit di Jawa Timur. Menurut Mr. Muhammad Yamin berdirinya negara kebangsaan
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indonesia.

2.1.1. Masa Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra yang
dikenal sebagai Kerajaan Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut. Selain itu, juga sudah
ada badan yang bertugas mengurus pajak, harta benda kerajaan, kerohaniawan yang menjadi

3
pengawas teknis pembangunan dan patung-patung suci sehingga kerajaan dapat menjadikan sistem
negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan.

Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin dalam Kerajaan
Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan “Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra
Subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur). Pada hakekatnya nilai-nilai budaya
Kerajaan Sriwijaya telah memajukan nilai-nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut:

Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang hidup berdampingan
secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan
agama Buddha.

Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Marsha).
Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India menunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar
negeri yang bebas aktif.

Nilai sila ketiga, sebagai Negara Maritim, Kerajaan Sriwijaya telah menerapkan konsep Negara
kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara.

Nilai sila keempat, Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas meliputi Siam dan
Semenanjung Melayu

Nilai sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan sehingga
kehidupan rakyatnya sangat makmur.

2.1.2. Masa Kerajaan Majapahit

Sebelum Kerajaan Majapahit berdiri, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan
Jawa Timur secara silih berganti yaitu, Kerajaan Kalingga (abad ke-VII), Sanjaya (abad ke-VIII),
sebagai refleksi puncak budaya kerajaan tersebut dibangunnya Candi Borobudur dan Candi
Prambanan.

Agama yang dilaksanakan pada zaman Kerajaan Majapahit adalah Agama Hindu dan
Budha. Pada masa ini dikenal beberapa istilah dan nilai-nilai Pancasila pada Kerajaan Majapahit,
yaitu sebagai berikut:

4
Nilai sila pertama, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara
damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku Negarakertagama karangan Empu Prapanca dan
Empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang terdapat Sloka persatuan nasional yang berbunyi
”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” yang artinya, walaupun berbedabeda namun
tetap satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan berbeda.

Nilai sila kedua, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan Kerajaan Tiongkok,
Ayoda, Champa, dan Kamboja. Disamping itu juga menjalin persahabatan dengan Negaranegara
tetangga.

Nilai sila ketiga, terwujud dengan keutuhan kerajaan. Khususnya dalam Sumpah Palapa yang
diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri pada tahun 1331.

Nilai sila keempat, terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan Majapahit yang
menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut Prasasti Kerajaan Brambang(1329), dalam
tata Pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan. Seperti, Rakryan I
Hino, I Sirikan dan I Halu yng berarti memberikan nasehat kepada Raja. Kerukunan dan gotong
royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat
dalam memutuskan masalah bersama.

Nilai sila kelima, terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang ditopang
dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

2.1.3. Masa Perjuangan Melawan Penjajahan

Nilai-nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sebelum bangsa Indonesia menjadi
sebuah negara. Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah, terutama rempah-
rempah yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia, menyebabkan bangsa Asing
masuk ke Indonesia, seperti Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Kemasukan bangsa Barat
mengakibatkan perselisihan dan perang saudara, yang menyebabkan nilai-nilai nasionalisme
ditinggalkan, walaupun pada abad ke-XVI agama Islam berkembang pesat dengan berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam, seperti Samudra Pasai dan Demak, namun tidak mampu menahan tekanan
bangsa Barat memasuki Indonesia.

5
Pada zaman ini Pancasila memang belum dirumuskan, akan tetapi masyarakat sudah mulai
menerapkan isi dari Pancasila, meskipun di zaman penjajah ini banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan terhadap isi Pancasila oleh para penjajah. Pada zaman ini ada satu nilai dalam
Pancasila yang dilupakan oleh rakyat yaitu persatuan dan kesatuan. Karena tidak adanya persatuan
dan kesatuan maka para penjajah dengan leluasa masuk ke wilayah Indonesia, menghancurkan dan
menguasainya. Kebangkitan Nasional adalah kesadaran dan kebanggaan nasional atas jati diri
bangsa dan pandangan hidup bangsa yang berfungsi sebagai dasar negara dan ideologi negara.

Pada masa ini banyak berdirinya gerakan-gerakan nasional untuk mewujudkan suatu
bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri. Jadi, kalau
Kebangkitan Nasional telah mengantar bangsa Indonesia kepada Kemerdekaan Bangsa, maka
Kebangkitan Nasional juga harus mengantarkan bangsa Indonesia pada tegaknya Pancasila di
Bumi Indonesia.

2.2. SEJARAH PROSES PERUMUSAN PANCASILA (28 MEI 1945 – 18 AGUSTUS


1945)
Sejarah Pancasila tidak terjadi secara instan, melainkan melalui proses yang panjang.
Sejarah perumusan Pancasila sebagai dasar negara dimulai dengan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Sidang Panitia Sembilan dan
kemudian dilanjutkan dengan Sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

2.2.1. Sidang BPUPKI

Pancasila dirumuskan dalam sidang pertama oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha


Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) yang dilaksanakan pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Dalam
sidang tersebut, pembahasannya berkaitan dengan dasar negara Indonesia. Tiga tokoh pun
menyampaikan beberapa usulan mengenai falsafah atau dasar negara Indonesia. Mereka adalah
Soepomo, Moh. Yamin, dan Soekarno. Gagasan tentang dasar negara oleh tokok-tokoh dalam
Sidang BPUPKI 1:

1. Moh. Yamin

Moh. Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia secara tertulis dan lisan. Usulan tersebut
disampaikan pada 29 Mei 1945.

6
Usulan lisan:

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Usulan tertulis:

1. Ketuhanan yang Maha Esa


2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Prof. Dr. Soepomo

Pada 31 Mei 1945, Soepomo memaparkan tiga teori Negara, yaitu:

1. Teori negara persorangan (Individualis)


2. Paham negara kelas (Class Theory)
3. Paham negara integralistik

Dan menurutnya negara Indonesia merdeka harus mampu menyatukan semua golongan
dan pandangan individu, serta menyatukan diri dengan berbagai lapisan masyarakat. Berikut ini
usulan dasar negara menurut Soepomo.

1. Persatuan (Unitarisme)
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

7
3. Ir. Soekarno

Pada 1 Juni 1945, Soekarno memberikan usulan yang berbentuk Philosophische Grondslag
atau Weltanschauung, yakni fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya.
Soekarno mengusulkan dasar negara dengan sebutan Panca Dharma, kemudian dengan anjuran
para ahli bahasa, rumusan dasar negara dinamakan Pancasila.

Berikut usulan dasar negara dari Ir. Soekarno.

1. Kebangsaan Indonesia
2. International atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa

2.2.2. Piagam Jakarta

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno membentuk Panitia Kecil atau Paniti Sembilan yang
berjumlah 9 orang yang anggotanya berasal dari golongan Islam dan golongan nasionalis untuk
menampung usulan-usulan yang bersifat perorangan.

Panitia Sembilan bersidang pada tanggal 22 Juni 1945 yang kemudian berhasil
merumuskan Rancangan (Mukadimah) Pembukaan Hukum Dasar yang dinamakan ‘Piagam
Jakarta’ atau Jakarta Charter oleh Muhammad Yamin yang menghasilkan kesempakan dasar
negara tertuang dalam alinea keempat rancangan pembukaan UUD 1945, sebagi berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Namun, beberapa tokoh perwakilan dari Indonesia Timur menyatakan keberatan dengan
sila pertama dalam rumusan tersebut. Pasalnya, rakyat Indonesia tidak hanya berasal dari kalangan
muslim. Hal itu menjadi salah satu latar belakang perubahan sila pertama Pancasila menjadi
“Ketuhanan yang Maha Esa”.

8
2.2.3. Sidang PPKI

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terbentuk dari pembubaran BPUPKI.


PPKI mengadakan pertemuan pada tanggal 18 Agustus 1945 di Jakarta. Dalam pertemuan ini,
dibahaslah Piagam Jakarta, yang menjadi cikal bakal Pancasila.

Pada Rapat Besar PPKI tanggal 18 Agustus 1945, Drs. Moh. Hatta mengusulkan
penyempurnaan rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945. Usulan Hatta untuk
menyempurnakan Sila I dan Sila II diterima secara aklamasi, tetapi Ki Bagoes Hadikoesoemo
mengusulkan penghapusan kata-kata “menurut dasar” dalam rumusan Sila I dan Sila II.

Dengan demikian, pada tanggal 18 Agustus 1945, rumusan Pancasila secara resmi dan sah
ditetapkan dengan kelima sila sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2.3. MASA KEMERDEKAAN DAN ORDE LAMA


Masa kemerdekaan Indonesia berlangsung dari tahun 1945 hingga 1959. Pada masa
kemerdekaan dan orde lama, Pancasila dijadikan falsafah hidup bangsa dan dasar negara yang
diakui secara resmi oleh pemerintah Indonesia. Konsep-konsep dalam Pancasila seperti keadilan
sosial dan persatuan bangsa menjadi landasan bagi pembangunan nasional. Pemerintah pada saat
itu juga melakukan upaya untuk memperkenalkan Pancasila kepada masyarakat melalui
pendidikan dan kampanye publik. Namun, tidak semua orang sepakat dengan konsep-konsep
dalam Pancasila. Terdapat kelompok-kelompok yang merasa bahwa Pancasila tidak
mencerminkan kepentingan mereka. Beberapa kelompok bahkan melakukan aksi-aksi yang
menentang pemerintah dan mengusulkan penggantian Pancasila dengan ideologi lain.

9
2.3.1. Era Kemerdekaan

Pada awak kemerdekaan, Pancasila sebagai dasar negara yang disahkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tidak serta berjalan mulus. Berbagai permasalahan
kerap terjadi dan harus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Ada lima upaya yang dilakukan untuk
mengganti Pancasila yang berhasil digagalkan, yakni:

1. Pembrontakan PKI (Partai Komunis Indonesia)


Pembrontakan PKI yang berlangsung pada 18 Agustus 1948 di Madiun yang
dipimpin oleh Amir Syarifuddin dan Muso ini bertujuan untuk mendirikan Negara
Soviet Indonesia yang berideologi komunis. Namun, pemberontakan PKI akhirnya
digagalkan oleh Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno. Bahkan, Muso
selaku pimpinan PKI tewas ditembak dan tokoh-tokoh lainnya berhasil ditangkap.
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Pada 7 Agustus 1949, terjadi pemberontakan DI/TII yang dilakukan untuk
mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan syari’at islam, bahkan sempat
didirikan Negara Islam Indonesia (NII) atau Darul Islam. Pemberontakan ini
dipimpin oleh Sekarmaji Marjian Kartosuwiryo, seorang politisi Muslim. Upaya
menumpas pemberontakan ini memakan waktu yang cukup lama. Kartosuwiryo
dan para pengikutnya baru berhasil ditangkap pada 4 Juni 1962.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pembrontakan RMS yang berlangsung pada 25 April 1950 yang bertujuan untuk
membentuk negara sendiri.
4. Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
Pemberontakan yang dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual
pada 1957-1958 ini terjadi di Sumatera dan Sulawesi. Tujuan dari pemberontakan
PRRI adalah untuk mengoreksi pemerintah pusat yang dipimpin oleh Presiden
Soekarno, karena pada saat itu Presiden Soekarno tidak bisa lagi diberikan nasihat
dalam menjalankan pemerintahan. Pemerintah dianggap telah melanggar undang-
undang, ditambah adanya pemerintahan yang tersentralisasi mengakibatkan
pembangunan di daerah menjadi terabaikan dan terjadi ketimpangan sosial.

10
5. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
APRA adalah milisi yang didirikan oleh Kapten KNIL Raymond Westerling pada
15 Januari 1949, ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk mempertahankan
bentuk negara federal di Indonesia dan memiliki tentara sendiri bagi negara-negara
RIS. Pemberontakan APRA terjadi pada 23 Januari 1950 di Bandung dan berhasil
menguasai markas Staf Divisi Siliwangi. Bahkan pemberontakan ini hampir
menyerang sampai Jakarta. Namun akhirnya pemberontakan ini berhasil
digagalkan oleh APRIS yang mengirimkan pasukan dari wilayah Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Berkat peristiwa ini juga, pembubaran RIS (Republik Indonesia
Serikat) menjadi lebih cepat dan kembali ke bentuk NKRI pada 17 Agustus 1950.

2.3.2 Era Orde Lama

Pada masa Orde Lama, yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soekarno, Pancasila
mengalami ideologisasi. Artinya, Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan
dan kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno menyampaikan bahwa ideologi Pancasila
berangkat dari mitologi yang belum jelas bahwa Pancasila itu dapat mengantarkan bangsa
Indonesia ke arah kesejahteraan, tetapi Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk
dijadikan ideologi bangsa Indonesia.

A. Demokrasi Parlementer (1945-1950)

Pancasila pada masa orde lama yang pertama ialah demokrasi parlementer pada tahun 1945
hingga 1950. Pada saat itu, persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia masih sangat tinggi
karena menghadapi situasi perang melawan Belanda. Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia ingin
mempertahankan kedaulatan dengan mengusir para penjajah. Oleh sebab itu, didalam demokrasi
parlementer presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara. Kepala pemerintahan kala itu
dipegang oleh perdana menteri. Hal tersebut membuat ketidakstabilan di dalam pemerintahan.

B. Demokrasi Liberal (1950-1955)

Demokrasi Liberal berlangsung pada tahun 1950 hingga 1955. Penerapan Pancasila
diarahkan sebagai ideologi liberal, yang pada kenyataannya tidak dapat menjamin stabilitas
pemerintahan. Walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila keempat tidak
berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak. Sistem pemerintahannya yang

11
liberal lebih menekankan hak-hak individual. Pada periode ini, persatuan dan kesatuan bangsa
mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan-pemberontakan yang
dilakukan oleh RMS, PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI.

Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilihan
umum tahun 1955 yang dianggap sebagai pemilihan umum yang paling demokratis. Akan tetapi,
anggota Konstituante hasil pemilihan umum tidak dapat menyusun Undang-Undang Dasar seperti
yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan.

C. Demokrasi Terpimpin (1956-1965)

Pada periode tahun 1956 sampai dengan 1965, dikenal sebagai demokrasi terpimpin. Akan
tetapi, demokrasi justru tidak berada pada kekuasaan rakyat yang merupakan amanah nilai-nilai
Pancasila, kepemimpinan berada pada kekuasaan pribadi Presiden Soekarno melalui ‘Dekrit
Presiden’. Ada dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh terhadap Dekrit
Presiden.

a. Kembali ke Undang- Undang Dasar 1945” dengan Pancasila sebagaimana dirumuskan


dalam Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara.
b. Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya dengan Pancasila
seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang disahkan PPKI
18 Agustus 1945.

Namun kedua usulan tersebut tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante.
Majelis (konstituante) menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959. Kejadian ini menyebabkan
Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang disetujui oleh kabinet tanggal
3 Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana Bogor pada 4 Juli 1959 dan diumumkan secara
resmi oleh presiden pada 5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana Merdeka.

Dekrit Presiden tersebut berisi :

1. Pembubaran konstituante;

2. Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku; dan

3. Pembentukan MPRS.

12
2.4. MASA ORDE BARU
Orde Baru adalah rezim yang pernah berkuasa di Indonesia dengan waktu lama, yaitu 32
tahun. Orde baru dimulai pada tahun 1966 hingga 1998 dan dipimpin oleh Jenderal Soeharto.

Orde Baru dimulai dengan naiknya Soeharto menjadi presiden menggantikan Soekarno
padatanggal 22 Februari 1967. Awal orde baru, Presiden Soeharto harus mengatasi kekacauanyang
ada di indonesia, Soeharto melakukan beberapa upaya pemulihan, beberapa tersebutialah
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Replita), Pemilu, Program P4 (Pedoman Penghayatan
dan Pengalaman) Pancasila serta Pemerataan Pembangunan.Selama menjalankan pemerintahan,
beberapa masalah juga timbul dan memicu demonstrasi yang terjadi pada tanggal 13-14 Mei 1998,
di antaranya adalah:

1. Maraknya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)


2. Hak menyatakan pendapat yang dibatasi
3. Peran ganda (dwifungsi) ABRI

Berakhirnya masa Orde Baru di Indonesia ditandai dengan adanya krisis ekonomi yang
melanda sejak tahun 1997. Kepercayaan terhadap pemerintah menurun sehingga memicu
kerusuhan, demonstrasi besar, bahkan penjarahan terutama di Jakarta. Akhirnya Presiden Soeharto
menyampaikan pengunduran diri pada tanggal 21 Mei 1998.

2.5. MASA REFORMASI

Reformasi di Indonesia mengacu pada era politik Indonesia pasca pengunduran diri
Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia pada tahun 1998. Berakhirnya kekuasaan Soeharto
dianggap tidak sejalan dengan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 yang murni dan konsisten.
Saat itu, korupsi, kolusi dan otokrasi merajalela di segala bidang. Inilah salah satu alasan yang
melatarbelakangi lahirnya reformasi di Indonesia. Perlakuan buruk dan perlakuan tidak adil
terhadap pemerintahan Presiden Soeharto memperparah kekecewaan publik karena situasi
ekonomi Indonesia saat itu melemah dan memburuk.

Gerakan reformasi lahir di puncak kekecewaan dan ketidakpuasan mahasiswa dan


masyarakat. Ketidakpuasan masyarakat kemudian meningkat dan memicu protes besar-besaran

13
akibat berbagai aksi mahasiswa di wilayah Indonesia. Pada masa Reformasi, Pancasila harus selalu
diinterpretasi ulang sesuai dengan perkembangan zaman. Penafsiran Pancasila harus tepat dan
sesuai dengan konteks, serta konsisten dengan realitas saat ini.

Banyak perubahan telah dilakukan untuk meningkatkan nilai-nilai kehidupan berbangsa


dan bernegara sesuai ideologi pancasila. Namun, masih banyak masalah sosial ekonomi yang
belum terselesaikan. Pancasila pada masa Reformasi juga dapat dilihat tidak jauh berbeda dengan
masa Orde Lama dan Orde Baru, karena masih ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan
tersebut adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masih terus terjadi di negara
Indonesia. Kelemahan yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila di era Reformasi antara lain:

1. Pancasila dijadikan ideologi bangsa tanpa menghiraukan relevansinya dengan


perkembangan zaman
2. Elite politik cenderung memanfaatkan gelombang reformasi ini hanya untuk
merebut kekuasaan
3. Pemerintah kurang konsisten dalam penerapan hukum
4. Melemahnya rasa persatuan dan kesatuan yang ditandai dengan adanya konflik di
beberapa daerah

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pancasila bukanlah sekadar sebuah konsep atau ideologi, melainkan merupakan suatu
dasar falsafah, ideologi, sumber hukun negara Indonesia yang menjadi pandangan serta tujuan
hidup masyarakat Indonesia untuk berbangsa dan bernegara.

Pancasila lahir tidak semata-mata ada begitu saja, Pancasila lahir dan ada sampai saat ini
melalui tahapan, proses dan dinamikanya mulai dari pancasila era pra kemerdekaan, kemerdekaan,
piagam jakarta, orde lama, orde baru, dan reformasi. Banyak sekali perjuangan para tokoh-tokoh
terdahulu untuk melahirkan Pancasila. Serta dinamika yang dimiliki dalam proses Pancasila
memiliki pasang surut di dalamnya dalam merealisasikan nilai-nilai yang terkandung pada
Pancasila.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ningrum, R. D. (2022). Gema Keadilan. Upaya Pelestarian Nilai Pancasila Di Era Reformasi.
Octavian, W. A. (2018). Nilai-Nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia . Bhineka Tunggal
Ika.
Redaksi, T. (2022, April 9). Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa. Retrieved from Kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/14/152113969/penerapan-pancasila-dari-
masa-ke-masa?page=all
Sari, A. M. (2023, Agustus 3). Sejarah Pancasila. Retrieved from fahum.umsu.ac.id:
https://fahum.umsu.ac.id/sejarah-pancasila/
Shakti, A. A. (2021). Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa.

16

Anda mungkin juga menyukai