SHALAT
SHALAT
SHALAT
Dalam hubungan dengan shalat satu pembinaan, maka pembicaraan shalat ini
boleh dikatakan membicarakan masalah kontak Ilmu dengan kehidupan, seperti
kontak listrik sebagai arus dengan lampunya. Jadi spertihalnya menyalakan
lampu harus dikontakkan dengan arus listrik, begitulah menyalakan hidup,
harus dikontak dengan aurs Ilmu sebagai ruh. Masalah shalat ini secara umum
artinya do’a. Namun secara istimewa shalat ini munajat makhluq dengan khaliq,
munajat kita sebagai makhluq dengan Allah sebagai khaliq. Jadi yang
dibicarakan disini masalah shalat ialah do’a sebagai kontak dari hamba kepada
Allah memakai alatnya adalah shalat. Begitu sebaliknya kalau Allah mau
membimbing hambanya dengan satu Ilmu maka alat yang dipakai itu adalah
malaikat.
Dalam membicarakan shalat ini, maka manusia sebagai lampu yang sudah mati.
Maka lampu yang sudah mati itu dikontak lagi dengan strum, sehingga Ilmu
sebagai ruh menyala dalam kehidupan. Dari itu maka kalau kita membicarakan
shalat ini, kalau dikatakan dimensi malaikat itu berhubungan dengan masalah
sastra yang keempat yaitu sandi. Termasuk sandi disini adalah alat-alatnya.
Sastra Quran adalah study Quran satu bahasa dibagi dua, yakni dilihat dari
modelnya bahasa sebagai alat Ilmu dalam cara memberi penjelasan. Yaitu
pertama Kitabun Mubin, model bahasa yang memberi penjelasan secara
gamblang. Jadi obyeknya dalam arti yang dijelaskan adalah muhkamat, yaitu
bentuk tingkah laku, model-model berbagai tindakan dalam hidup, yaitu ahlak.
Jadi modelnya disini langsung kepada obyeknya, yaitu muhkamat. Sedangkan
Sastra, Kitaban Mutasyabihan, model menjelaskan muhkamat secara tidak
langsung.
1
Kitaban Mutasyabihan itu dibagi menjadi Tasybih yaitu model penjelasan dengan
jalan perumpamaan, kedua ungkapan dalam arti pepatah, pantun, sindiran,
pujian dan macam-macam, artinya disini yang lebih menonjol masing-masing
ucapan itu hampir - hampir tidak tergantung kepada arti perkataan, ketiga
perlambang dan keempat sandi.
Dimaksud dengan sandi ialah alat. Seperti pada Isra Mi’iraj dalam tafsir sempit,
makhluq gaya itu terdiri dari malaikat, jin dan ruh. Makhluq gaya itu adalah
ujudnya, sedangkan dimensi adalah fungsinya. Seperti pada Isra Mi’iraj, pada
tengah malam nabi Muhammad sedang tidur di dalam Ka’abah, datang dua
malaikat. Arti malaikat adalah ujud yaitu makhluq gaya. Kemudian yang satu
menjelma menjadi Jibril, fungsionalnya malaikat Jibril itu penuntun jalan di
dalam perjalanan Isra, yang kedua malaikat itu menjelma menjadi alat, yaitu
Buraq.
َجنِ َح ٍة ِ
Muhammad, memakai alat yang mempunyai kecepatan luar biasa yaitu ْ أُولي أ
ِ
ُاع يَ ِزي ُد في الْ َخل ِْق َما يَ َشاء
َ َث َو ُرب
َ َّم ْثنَى َوثُاَلyang kata nabi Muhammad 600 dimensi. Semula
dia di ufuk yang tertinggi, dibatas alam, kemudian mendimensikan diri
mencapai setengah bulatan dunia sehingga dia sampai kebumi menjadi kayak
satu anak panah dalam busurnya.
Dia adalah malaikat sebagai makhluq gaya, tapi begitu dia mendimensikan diri
sebagai alat dalam Isra, sudah kayak chalenger. Tapi Chalenger itu kecil. Maka
nabi Muhammad dengan Jibril sebagai penuntutnnya menuju ke Sidratil
Muntaha. Alat itu luasnya dari bumi, yaitu Ka'abah, mencapai Sidratil Muntaha.
Alatnya begitu luas, apa nabi Muhammad dan Jibril masuk kesitu jalan lagi ?
Jalan berapa lama lagi dalam rangka لِنُ ِريَ هُ ِم ْن آيَاتِنَا ? Dalam rangka tujuan mi'iraj
tiga yaitu pertama kapan tanggal, hari jam, menit dan detiknya Sa'ah Kubra,
kedua kapan tanggal, hari, jam, menit dan detiknya Sa'ah Sughra, dan yang
ketiga shalat.
Jadi dengan demikian maka dengan alat ini nabi Muhammad oleh Jibril dengan
alat Buraq dibawa ke Sidratil Muntaha. Di sana diperlihatkan ً اِئْتِيَا طَ ْوعاً أ َْو َك ْرها: Hei
semesta angkasa dan bumi semua mau beredar menurut SAYA secara sukarela
ِِ
atau terpaksa ? Jawabnya : َ أََت ْينَا طَ ائع.
ين Ini nanti ditarik sastranya, sama dengan
kalau diberi ajaran untuk hidup harus mau. Ya kalau tidak mau enggak ada
gunanya. Jadi dibawa kesana untuk membuktikan alam ini bergerak atas satu
kemauannya. Maka untuk itu yang ketiga hasil Mi'iraj, Allah mengajarkan
kepada nabi Muhammad shalat, shalat lima waktu.
2
Sesungguhnya pada hakikatnya penciptaan alam ini untuk budaya, yaitu
penciptaan bumi ini pada sama pertama sebagai penopang untuk budaya pulang
ke akhirat. Melakukan perjalanan hidup di dunia, pada saat mati, pada saat
pulang ke akhirat nanti tiga-tiganya hasanah, hasanah atau husnul khatimah,
dibangkit nanti hasanah fil akhirat.
Jadi begitulah لِنُ ِريَ هُ ِم ْن آيَاتِنَا, boleh dikatakan ini Ilmu telah matang, maka dalam
Isra Mi'iraj ini tujuannya mau mengontakkan hidup dengan Ilmu sebagai strum,
sebagai ruh, maka kalau dikontakkan ini bergerak. Kalau ibarat lampu begitu
dikontakkan, langsung meyala = َ ِاد ْت ُه ْم إ
ًيمان ا ْ َوب ُه ْم َوإِذَا تُلِي
َ ت َعلَْي ِه ْم آيَاتُهُ َز ْ َإِذَا ذُكِ َر اللّهُ َو ِجل
ُ ُت ُقل
وب ُه ْم إِلَى ِذ ْك ِر اللَّ ِه ِ ِ َّ ُ ُ َت ْق َش ِع ُّر ِم ْن هُ جل, . Kata nabi Iman itu
ُ ُود ُه ْم َو ُقل
ُ ُين ُجل
ُ ين يَ ْخ َش ْو َن َر َّب ُه ْم ثُ َّم تَل َ ود الذ ُ
صْ يَ ِز ْد َو َي ْن ُق. Untuk itu diperlukan penuntun, diperlukan alat.
Jadi itulah yang kita mau bicarakan kalau kita lihat seperti nabi Muhammad
mendapat shalat, kemudian melakukan shalat untuk menyalakan Ilmu
kedalam dirinya untuk menjadi hidup. Tapi dengan itu apa bisa kita katakan
bahwa kita mendirikan shalat sama dengan mendimensikan malaikat sebagai
وح ِ
alatnya ? Bisa ? Sedangkan surat Qadar mengatakan : ُ َتَن َّز ُل ال َْماَل ئ َك ةُ َوال ُّر
turunnya malaikat 600 dimensi beserta turunnya Ilmu juga 600 dimensi.
Jadi itulah saya beri mukaddimah sedikit baru kemudian kita membicarakan
bagaimana shalat mendimensikan malaikat sehingga kita bermunajat dengan
Allah. Ingat 600 dimensi, dimana malaikat dalam perdetik itu mempunyai
kecepatan mencakup ruang limapuluh ribu tahun, sama dengan اَ ْدنَى hampir
setengah bulatan dunia, dan setengah bulatan dunia itu titiknya adalah titik
pusat matahari. Sedangkan mulai mi’iraj dari bumi.
Itulah jarak tempuh dengan alat yang dipakai didalam Mi’iraj. Mi’iraj apa ? لِنُ ِريَهُ ِم ْن
آيَاتِنَا . Bagi kita semua pembuktian sudah dijelaskan oleh Quran. Apa perlu naik
lagi kesana ? Enggak! Tinggal mendimensikan malaikat sebagai alat maka kita
dalam masalah Quran ini sudah diterima oleh nabi Muhammad, cuma belum
kontak dengan hati. Maka dengan dimensi ini kita mendimensikan malaikat.
Sehingga dalam porsi yang begini kita bermunajat kepada Allah minta Iman.
Iman pada haikatnya kata nabi Ibrahim َت ْه ِو ْي اِل َْي ِه ْم : kecenderungan hati. Seperti
Amar bin Yasir : “Hati saya sudah terikat benar dengan rumah ini [ yang
dimaksud ka’abah ]. Hati saya sudah ْبِ َع ْق ٌد بِ الْ َقل , kata nabi Ibrahim َت ْه ِو ْي اِل َْي ِه ْم.
Adapun Ilmu itu adalah isi dari ِ َع ْق ٌد بِالْ َقل.
ْب
3
Kecenderungah hati sudah terbentuk seperti Amar bin Yasir, itu sudah mendapat
kurnia Iman dari Allah. Tinggal kelengkapannya nanti turunnya Quran kepada
nabi Muhammad itu kelengkapan untuk kecenderungan hati Amar bin Yasir. Apa
kecenderungan hati yang bulat itu memerlukan semua ayat Quran dulu baru
ahlul jannah ? Kebulatan hati itulah yang dinamakan Iman. Adapun Quran
sebagai Ilmu itu kelengkapannya. Kalau juga tidak ada Quran itu Iman
gepeng. Kalau gepeng masih Iman enggak ? Ya enggak juga. Tapi kedudukannya
adalah kelengkapan. Jai itulah َت ْه ِو ْي اِل َْي ِه ْم, kecenderungan hati. Datang Quran
menyirami hati, lengkap.
Sekarang ini semua sudah terbukukan. Tapi mushaf yang dimiliki itu tinggal
tulisan doang. Kata nabi di akhir zaman Quran tinggal suratan, artinya sudah
lain, sudah enggak ada. Untuk kurun kedua apa perlu turun lagi Quran dari luar
angkasa seperti yang dialami oleh nabi Muhammad ? Enggak perlu, sebab yang
mansukh maknanya. Arti mansukh sama dengan sudah tidak hidup lagi
dalam kesadaran manusia. Jadi matannya sudah ada, didalam matan
Quran itu maknanya hidup. Itu makna hidup, cuma hati manusia sudah
khatam, sudah terselubung, dan gema dari Al Quran ini terus menyala,
cuma tidak dikontak lagi dengan hati manusia.
Dibuktikan oleh komando kapal radar Amerika bahwa Quran, matannya itu asli,
ada di orbit bulan. Sebaliknya Old dan New Testamen itu enggak ada. Jadi
setelah nabi Muhammad wafat, walaupun manusia tidak lagi mengumandangkan
makna Quran msr, tapi matannya itu sendiri ada, cuma maknanya saja yang
gepeng.
Sesungguhnya Allah dengan penurunan Quran ini melalui Jibril, ص لُّو َن َعلَى النَّبِ ِّي
َ ُي
memenuhi harapan nabi Muhammad. Sebelum pergi ke guha Hiro nabi
Muhammad sudah penuh harapan. Dan ketika di Guha Hiro Jibril
memperlihatkan ك الَّ ِذي َخلَ َق ْ ِ ا ْق َرأْ ب, nabi
َ ِّاس ِم َرب Muhammad tidak menjawab. “Kalau
saya menjawab, itu ajaran saya. Tidak boleh ada ajaran saya. Tolong diciptakan
satu ajaran, tolong diciptakan menjadi jawaban saya”. Oleh sebab itu maka
diciptakan oleh Allah الر ِح ِيم
َّ الر ْحمٰ ِن ِ بِس ِم
َّ اهلل ْ ini untuk jawabanmu dan ummatmu hai
4
Muhammad. Artinya أَنَا Muhammad dan أَنَا umat Muhammad الر ِح ِيم
َّ الر ْح ٰم ِن ِ بِس ِم
َّ اهلل ْ
. Baru kontak.
Dengan demikian yang lain lainnya tidak kontak. Kenapa ? Karena tidak pakai
dimensi Malaikat. Dari itu kalau ً َو َرت ِِّل الْ ُق ْرآ َن َت ْرتِيال, ABC dimensi malaikat yang
bertolak belakang dengan BDC dimensi syethan. Dimensi malaikat 600 dimensi,
sebaliknya dimensi syethan 3 dimensi. Jadi kalau kita memakai dimensi Jin,
santet enggak sampai ke Allah. Jadi kalau shalat ABC, sedangkan semua
sembahyang BDC. Kalau shalat dimensi malaikat 600 dimensi, ketemu, ٌ ْقَ ِري
ب .
Tapi kalau kita pakai sembahyang, BDC, sampai enggak ? Enggak. Nah itulah
santet, dan santet itu dimensi Iblis.
وح ِ
Kalau kembali ke surat Qadar ُ َتَن َّز ُل ال َْماَل ئ َك ةُ َوال ُّر , turunnya malaikat dan
turunnya ruh, turunnya Quran msr. Kalau malaikat 600 dimensi, maka Quran
msr juga 600 dimensi, maka diajarlah shalat yang menggambarkan keseluruhan
nya shalat itu berbentuk bagaikan anak panah dalam busurnya, kita tarik dari
Allah ABC, lebih luas. Sekarang C itu adalah matahari yag menggambarkan
semua orbit alam. Jadi lebih luas shalat banding isinya, Ilmu. Lebih luas shalat
sebagai kapsul dengan isinya yang ada dalam kapsul itu yaitu Quran msr. Itu
yang perlu diperhatikan kalau shalat ini asal dari Sidratil Muntaha, ABC, tapi C
nya itu masuk ke alam yaitu pusat alam yakni bumi dan buminya itu ke semua
tingkat alam sehingga nanti bertumpuk berbagai segitiga ABC yang sama sisi.
Jadi untuk membentuk mau, nah disini seninya, untuk membentuk mau yang
begini luas, isinya adalah Al Quran. Kalau Quran semua sudah nempel di hati,
mana lebih luas Quran dengan hati ? Luas hati. Jadi begitulah dengan shalat.
Sesungguhnya shalat ini ada dalam Quran, tapi bila dia didimensikan untuk
menjadi alat penghubung antara khaliq dengan makhluq, maka shalat lebih gede.
Sudah dibuktikan dalam Isra Mi’iraj bahwa alam itu bergerak karena mau. Jadi
manusia ini kalau enggak mau bisa enggak ? Enggak bisa. Kembali kepada الر ْحمٰ ِن
َّ
menciptakan rancang bangun, rancang bangun ABC dan rancang bangun BDC.
Coba pilih dulu mana maunya. Kalau sudah memilih, nanti Allah me- ال َّر ِح ِيم,
memberi kepastian. Kalau enggak mau bisa enggak memilih ? Oleh sebab itu
maka setelah pertama kapan sa’ah sughra dan kapan sa’ah kubra, maka yang
ketiga diciptakanlah shalat untuk membentuk mau.
Nanti bisa dilihat mulai dari Wudhu sebagai kunci pembuka shalat. Kemudian
ض َحنِْي ًفا ُم ْس لِ ًما َو َما أَنَا ِم َن ِ الس ماو ِِ ِ
dengan do’a iftitah : َ ات َوا ْأل َْر َ َ َّ ت َو ْج ِه َي للَّذ ْي فَطَ َر
ُ انِّ ْي َو َّج ْه
الْم ْش ِركِ ْي ِن
ُُْ : “Sesungguhnya saya dengan shalat ini membentuk pandangan dan
sikap hidupku menjadi menurut yang mencipta semesta angkasa dan bumi ini
5
……”. Kemudian nanti dengan اهلل ال َّر ْحمٰ ِن ال َّر ِح ِيم
ِ بِس ِم
ْ mulai kongkrit : Mudah-
mudahan saya jadi menurut Ilmu Allah…”.
Itu dilakukan dalam posisi dan kondisi, bisa dua, bisa kayak Muhammad,
seolah-olah mencoba berdiri pada sudut B2, mi’irj dari sudut D. Kalau
enggak bisa, secara fair saja Quran sebagai gagasan, Muhammad sebagai
pola dan idola jadikan satu di tempat sujud, dan kita mendekatinya mau
mengharap itu menjadi pendirian kita. Yang penting kita sudah berangkat
dengan malaikat dari sudut D, kita mendekatinya. Mendekatinya sejauh
tempat kita berdiri ke sujud. Jadi enggak ? Kalau sungguh sungguh
ص لُّو َن َعلَى النَّبِ ِّي ِ
dikatakan menjadi ditempel oleh Allah, jadi! َ ُ إِ َّن اللَّهَ َو َماَل ئ َكتَ هُ ي. Jadi
hidup ini pertemuan dua cinta, dua kemauan, kemauan Allah ضي اللَّهُ َع ْن ُه ْم ِ
َ َّرpadu
menjadi kemauan hamba ُضوا َع ْنه
ُ َو َر, maunya hamba padu dengan maunya Allah.
6
BAB III. SHALAT SATU PEMBINAAN IMAN.
1. Istilah Shalat.
Istilah Shalat secara umum berarti do’a, ialah senandung harapan atau
pernyataan keinginan. Dan untuk ini dapat kita tanggapi antara lain penegasan
surat Ahzab ayat 56 demikian.
Jadi arti shalat di sini secara umum ialah senandung harapan atau pernyataan
keinginan, yakni Al Quran menurut Sunnah Rasul adalah ٌات ِّمن َّربِّ ِه ْم َو َر ْح َم ة
ٌ ص لَ َوَ ,
senandung harapan dari Allah ( surat Al Baqarah ayat 157 ), yakni ول ِ الر ُس َّ ُصلَ َوات َ ,
senandung harapan para rasul ( surat Taubah ayat 99 ), ialah ضوا ِ َّر
ُ ض َي اللَّهُ َع ْن ُه ْم َو َر
ُ َع ْنه, paduan harapan Allah dengan harapan setiap Mu-umin ( surat Taubah ayat
100 ). Singkatnya senandung harapan Allah menurut Sunnah Rasul-Nya ialah Al
Quran menurut Sunnah Rasul yang sama dengan apa yang telah diturunkan
menurut Sunnah Rasul Rasul sebelumnya.
Di dalam Garis Iman sudah diketahui bahwa Rattil ialah jalan atau cara
penguasaan isi Al Quran sebagai Persiapan Iman, dan Shalat ialah Pembinaan
yakni teknik pembinaannya untuk mencapai Iman. Jadi Al Quran menurut
Sunnah Rasul memakai perkataan shalat dalam arti umum ialah do’a, yakni
senandung harapan, dan dalam arti khusus ialah Pembinaan Iman. Hal
mana dapat dipahami menurut petunjuk karinahnya masing-masing.
7
1. Syahadah satu pernyataan diri menjadi (1). Pembela Ilmu atau ajaran Allah
: “ Saya menyatakan diri menjadi pembela bahwa tidak ada pembina abdi
kehidupan apapun kecuali Allah ( dengan Al Quran menurut Sunnah
Rasul-Nya )”. (2). Pembela pelaksanaannya : “Saya menyatakan diri bahwa
peri kehidupan Muhammad adalah pola kehidupan dari ajaran Allah ( Al
Quran menurut sunnah Rasul-Nya )”.
2. Melakukan Shalat Satu Pembinaan diri menjadi Mu-umin / Muslim.
3. Mengerjakan Shaum.
4. Melaksanakan Zakat.
5. Menunaikan haj bagi yang mempunyai kemampuan”.
Lebih tegas lagi Shalat Satu Pembinaan ditegaskan oleh hadis lain yaitu ُ الص الَة
َّ
ج ال ُْم ْؤ ِمنِْي َن ِ
ُ م ْع َر : “Shalat adalah satu tehnik peningkatan ( pembinaan ) manusia
menjadi mu-umin”.
3. Macam-macam Shalat.
Melihat kepada waktu-waktu pelaksanaannya maka surat Bany Israil ayat 78
dan 79 menggambarkan menjadi Shalat Dzhohor, ‘Ashar, Magrib, ‘Isya dan
Shubuh, dinamakan Shalat lima waktu atau Shalat Mauquuta. Dan yang
digambarkan oleh ayat 79, yang dilakukan mulai tengah malam ke atas, oleh
hadis menamakan shalatul lail atau shalat malam. Dan semua shalat yang
dilakukan sebelum / menjelang shalat lima waktu dan sesudahnya dinamakan
shalat Rawatib.
Selain dari itu surat Jum’at ayat 9 dan 10 menjelaskan jenis shalat yang lain lagi
demikian :
اس َع ْوا إِلَى ِذ ْك ِر اللَّ ِه َو َذ ُروا الَْب ْي َع َذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر ِ لص اَل ِة ِمن ي وِم ال َّ ِل ِ ِ َّ
ْ َْج ُم َع ة ف
ُ َْ ْ َ ين َء َامنُ وا إِ َذا نُ ود
ي َ يَاأ َُّي َها الذ
َض ِل اللَّ ِه َواذْ ُك ُروا اللَّهْ َض َو ْابَتغُ وا ِم ْن ف ِ الصاَل ةُ فَا ْنتَ ِش ُروا فِي اأْل َْر
َّ تِ ضيِ
َ ُق ) فَِإذَا9(لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن
)10(َكثِ ًيرا ل ََعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن
Artinya:
(9). “Wahai yang ber-Iman! Bila Azan sudah dikumandangkan untuk melakukan
shalat pada hari Jum’at maka segeralah kalian untuk melakukan shalat
( shalat Jum’at ) satu pembinaan kesadaran hidup menurut ajaran Allah ( Al
Quran ms Rasul-Nya ) dan hentikanlah kegiatan transaksi. Yang demikian
itu adalah satu pembinaan kehidupan indah seandainya kalian ber-Ilmu
yang demikian agung”.
8
(10).“Selanjutnya bila kalian sudah melakukan shalat maka bergeraklah kalian
ke sepenjuru permukaan bumi yaitu berusahalah se-ihsan mungkin
menurut ajaran Allah ( Al Quran ms Rasul-Nya ), yakni hidup sadarlah
kalian dengan ajaran Allah sedalam-dalamnya. Mudah-mudahan kalian
( dengan Al Quran ms Rasul ) dapat memenangkan satu kehidupan agung”.
Jenis shalat yang digambarkan oleh ayat diatas dinamakan shalat Jum’at.
Selain itu, menurut hadis masih ada lagi beberapa jenis shalat yang dilakukan
pada hal-hal tertentu atau khusus, seperti shalat ‘Idul Fitri, shalat Idul Adha,
shalat Mayit, shalat Istikharah atau Nadzar, shalat Gerhana Matahari, shalat
Gerhana Bulan, shalat Istisqa atau shalat minta hujan, dan sebagainya.
Memahami dan menguasai lebih dahulu dari semua bacaan yang akan dibacakan
di dalam shalat, melalui satu rattil, adalah paling pokok untuk mencapai shalat
khasyi’un. Shalat yang tidak memahami atau tidak menguasai isi bacaannya, apa
lagi yang salah mengerti dan atau dengan motif-motif tertentu adalah merusak
dan mempermain-mainkan shalat ( surat Nisa ayat 43 dan 142, surat Ma’uun
ayat 4 – 7, dsb.). Malah yang demikian itu adalah mengelabui ajaran Allah ( Al
Quran menurut Sunnah Rasul-Nya ) yaitu untuk mengelabui yang benar-benar
ber-Iman. Padahal tidak adalah yang demikian itu kecuali menipu diri sendiri.
9
Yakni membikin diri menjadi sakit tanggapan sehingga dengan itu Allah ( dengan
pembuktian Al Quran ms Rasul-Nya ) akan melipat gandakan sakit tanggapannya
itu sehingga untuk mereka yang demikian itu hidup dalam tekanan bathin yang
demikian perih ( dan di akhirat kelak Nar ), sesuai menurut apa yang mereka
bermuka dua tehadap Al Quran menurut Sunnah Rasul.
Di atas sudah kita lihat shalat satu teknik pembinaan Iman, yakni satu
kehidupan indah ialah satu kehidupan saling kasih sayang, satu kehidupan
saling hormat, saling memenuhi harapan kemanusiaan, saling
memakmurkan, yaitu satu kehidupan yang dapat mencapai tujuan ( di dunia
hasanah dan di akhirat hasanah ). Dan seiring dengan itu maka surat Al
‘Ankabut ayat 45 menggambarkan shalat yang benar-benar shalat satu tehnik
penjebolan kehidupan keji dan kepala batu, demikian :
الصاَل َة َت ْن َهى َع ِن الْ َف ْح َش ِاء َوال ُْم ْن َك ِر َّ اب َوأَقِ ِم
َّ الصاَل َة إِ َّن ِ ال
ِ َْكت ك ِم َن ِ اتْل ما أ
َ ُوح َي إِل َْي َ ُ
ِ ول
)45( ن َ صَنعُو
ْ ََي ْعلَ ُم َما ت َُذ ْك ُر اللَّ ِه أَ ْكَب ُر َواللَّه َ
Artinya :
“Studilah apa yang telah diwahyukan menurut Sunnah anda ( Sunnah
Muhammad saw ) yang menjadi isi dari kitab ini ( Al Quran ms Rasul )
menjadi satu tanggapan, selanjutnya lakukanlah shalat! Sesungguhnya
shalat itu adalah satu tehnik yang menghapuskan kehidupan keji dan
kepala batu, dan sungguh penyadaran diri untuk hidup dengan ajaran Allah
ms Rasul-Nya itu adalah satu pembina kehidupan lebih agung. Yaitu Allah,
DIA ( dengan Al Quran ms Rasul-Nya ) meng-Ilmu-i setiap apa yang kalian
melakukan apapun”.
Dengan demikian maka shalat adalah satu teknik penjebolan kehidupan keji
dan kepala batu dari permainan Zhulumat ms Syayathin, sekaligus
membangun kehidupan indah. Dengan demikian maka shalat adalah satu
tehnik taubat, satu tehnik maghfirah, yaitu satu tehnik revolusi dalam arti
satu tehnik pengubah pandangan dan sikap hidup keji dan kepala batu
menjadi berpandangan dan bersikap hidup indah yang tersebut di atas. Hal ini
oleh surat Bany Israil ayat 81 menyatakan :
ِ اطل إِ َّن الْب
ِ
)81(اط َل َكا َن َز ُهوقًاَ ُ َْح ُّق َو َز َه َق الْب
َ اء ال
َ ُ َوقُ ْل َج
Artinya :
“Yaitu nyatakanlah : “ Datanglah keobyektifan Al Quran menjadi satu
kehidupan menurut Sunnah Rasul, sekaligus hapuslah kebathilan aduk-
adukan Nur-Zhulumat menurut Sunnah Syayathin apa saja. Sebenarnya
kebathilan aduk-adukan Nur-Zhulumat menurut Sunnah Syayathin apapun
itu adalah perusak kehidupan tiada tara”.
Dari itu maka dalam satu hadis nabi Muhammad saw memperingatkan demikian
:
ُ ْْح ِدي
)ث َ الصالَ َة ُمَت َع ِّم ًدا َف َق ْد َك َف َر ( اَل
َّ َم ْن َت َر َك.
Artinya :
10
“Barangsiapa dengan sengaja meninggalkan shalat, maka sungguh dia itu
adalah kufur ( berpandangan dan bersikap dengan Zhulumat menurut
Sunnah syayathin )”.
ُ ْْح ِدي
)ث َّ َ َو تَ ْحلِيلُ َها ا، َوتَ ْح ِريْ ُم َها اَلتَّ ْكبِْي ُر، ُض ْوء
ُ الصالَ ِة اَل ُْو ِ
َ لسالَ ُم ( اَل َّ حُ م ْفتَا.
Artinya :
“Kunci pembuka shalat adalah Wudhu, permulaannya adalah Takbir dan
kesudahannya adalah Salam”.
Tehnik Wudhu secara terperinci, menurut hadis dimulai dengan mencuci tangan
( 3 kali ) yang dibarengi dengan do’a atau harapan : “ Yaa Allah!, seperti halnya
air ini membersihkan tangan saya dari berbagai kotoran, maka dengan Al Quran
ms Rasul, bikinlah agar kedua tangan saya ini menjadi tangan Al Quran msr-MU.
Kedua berkumur-kumur yang sekaligus mencuci kedua lubang hidung yang juga
dibarengi dengan do’a “ Yaa Allah!, sepertihalnya air ini membersihkan
mulut dan hidung saya, maka dengan Al Quran ms Rasul, bikinlah agar mulut
dan hidung saya ini menjadi mulut dan hidung Al Quran msr-MU.
11
Ketiga membasuh muka ( 3 kali ) yang dibarengi dengan do’a : “ Yaa Allah!,
sepertihalnya air ini membersihkan muka saya dari berbagai kotoran maka
dengan Al Quran msr, bikinlah agar muka saya ini menjadi berwajah Al Quran
msr-MU.
Keempat membasuh kedua lengan hingga siku ( 3 kali ) yang dibarengi dengan
do’a : “Yaa Allah!, seperti halnya air ini membersihkan kedua lengan saya dari
berbagai kotoran, maka dengan Al Quran ms Rasul ini bikinlah kedua lengan
saya ini menjadi lengan Al Quran msr-MU”.
Kelima menyapu kepala yang sekaligus dengan kuduk ( 3 kali ) yang dibarengi
dengan do’a “Yaa Allah!, sepeti halnya air ini membersihkan kepala dan kuduk
saya dari berbagai kotoran, maka dengan Al Quran ms Rasul, bikinlah otak saya
ini menjadi berkerangka berpikir Quran msR-MU”.
Keenam menyapu telinga ( 3 kali ) yang dibarengi dengan do’a “Yaa Allah!, seperti
halnya air ini membersihkan kedua telinga saya dari berbagai kotoran, maka
dengan Al Quran msR ini bikinlah telinga ini menjadi berpendengaran Al Quran
ms-MU”.
Ketujuh membasuh kedua kaki hingga ke mata kaki ( 3 kali ) yang dibarengi
dengan do’a : “Yaa Allah!, seperti halnya air ini membersihkan ke dua kakiku dari
berbagai kotoran, maka dengan Al Quran ms Rasul bikinlah kaki ini menjadi kaki
yang berderap langkah berdasar Al Quran msr-MU”.
12
dengan Islam satu-satunya penataan hidup tiada tanding, memenuhi harapan
hidup saya kelak”.
Selesai Wudhu pembuka shalat, maka dimulailah Adzan ( seruan ) dan Iqamat
( Qamat ) satu pernyataan mendirikan shalat. Dalam hubungan ini maka yang
mau melakukan shalat sudah rapi berpakaian bersih dan menutup ‘aurat berdiri
tegak menghadap kiblat, pada tempat yang bersih, melakukan Iqamat demikian :
اَهللُ اَ ْكَب ُر : “Allah dengan Al Quran menurut Sunnah Rasul-NYA,
adalah pembina kehidupan lebih agung” ( 2 kali ).
ُاَ ْش َه ُد اَ ْن الَّ إِ'لهَ إِالَّ اهلل : “…....... seperti diterjemahkan di atas.....”
ِ اَ ْش َه ُد اَ َّن مح َّم ًدا رسو ُل: “ .......... seperti diterjemahkan di atas.....”
اهلل ُْ َ َ ُ
الصالَ ِة
َّ َح َّي َعلَى : “ Mari melakukan shalat, satu pembinaan Iman”
َح َّي َعلَى الْ َفالَ ِح : “ Mari mencapai kehidupan menang”.
الصالَ ِة
َّ ت ِ قَ ْد قَام
َ : “Sungguh shalat mulai berujud “ (2 kali ).
اَهللُ اَ ْكَب ُر : “..seperti diterjemahkan diatas” ( 2 kali ).
ُالَ إِ'ل هَ إِالَّ اهلل : “Tidak ada pembina kehidupan apapun kecuali Allah,
dengan Al Quran menurut Sunnah Rasul-NYA ‘.
(1. T a k b i r.
Dimaksud dengan Takbir ialah dimulai, dalam keadaan berdiri tegak lurus
menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan terbuka
menghadap kiblat dan dirapatkan ke kuping seraya menempikkan اَهللُ اَ ْكَب ُرartinya :
“Allah, dengan Al Quran menurut Sunnah Rasul-Nya, adalah pembina kehidupan
lebih agung”. Pandangan mata ditujukan ke tempat sujud. Setelah itu kedua
tangan diturunkan dan dilipat diatas dada, yang kanan diletakkan diatas yang
kiri sambil menggenggamnya.
Dalam hubungan ini minta ditanggapi bahwa setelah Takbir, kita harus sudah
berada di sudut B2 dalam segitiga ABC dari bangunan Iman, seperti yang sudah
dipelajari, dan dengan konsentrasi puncak - 55) mau memadu janji dengan Allah,
seperti akan terbukti dalam bacaan-bacaan selanjutnya.
13
ص الَ تِ ْي ِ ِ ِ ض َحنِْي ًفا ُم ْس لِ ًما ِ الس ماو ِِ ِ
َ ا َّن. الْم ْش ِرك ْي ِن
ُُْ َو َما أَنَا م َن َ ات َوا ْأل َْر َ َ َّ ت َو ْج ِه َي للَّذ ْي فَطَ َر ُ انِّ ْي َو َّج ْه
ت َو أَنَا ِم َن ا ل ُْم ْسلِ ِم ْين ُ ك أُِم ْر
َ ِلَهُ َوبِ َذال ك ِّ اي َو َم َماتِ ْي لِل ِّه َر
َ ْ الَ َش ِري. ب ال َْعال َِم ْي َن ِ ُون
َ َسك ْي َو َم ْحي
ُ َ
Artinya :
- “Sesungguhnya saya, dengan shalat ini, membentuk pandangan dan sikap
hidupku menjadi menurut yang telah mencipta semesta angkasa dan bumi
ini setulus hati menjadi orang yang
hidup dengan Islam satu-satunya penataan tiada tara. Sehingga saya tidak mau
menjadi golongan orang yang hidup dualisme dengan d’efect dan reflex menurut
Sunnah Syayathin”.
- “Sebenarnya shalatku ini ( satu pembinaan Iman ) dan lain lain pembinaan
( Shaum, Zakat, Haj dsb.), yaitu seluruh hidup dan matiku kelak adalah
menjadi menurut ajaran Allah ( Al Quran menurut Sunnah Rasul )”.
- “Menurut mana tidak benar hidup dualisme dengan d’efect dan reflex menurut
Sunnah Syayathin. Dan dengan yang demikian ( Al Quran menurut Sunnah
Rasul ) saya merasa diperintah yakni saya menjadi golongan orang yang hidup
dengan Islam satu-satunya penataan tiada tanding”.
(3. Al Fatihah.
Masih dalam keadaan berdiri tegak lurus, supaya diingat lagi bahwa berdiri disini
ialah dalam keadaan menghadap Allah, seperti yang tersebut pada do’a Iftitah,
maka dimulailah rukun ketiga yaitu membaca Al Fatihah, yang dimulai dengan
Ta’awudz demikiian :
الر ِج ْي ِم
َّ ان َّ اهلل ِم َن
ِ َالش ْيط ِ ِأَعُوذُ ب
ْ
Artinya :
“Dengan ajaran Allah ( Al Quran menurut Sunnah Rasul ) saya melindungi
diri terhadap pengaruh kehidupan d’efect dan reflex menurut Sunnah
Syayathin”.
Artinya :
(1).“Mudah-mudahan-56) saya-57) menjadi hidup dengan Ilmu Allah- 58), yang
telah mengajar Al
14
Quran-59) menurut Sunnah Rasul-60) lagi yang memberi satu kepastian
menurut satu pilihan masing-masing- 61)”.
(2). “..............-62) menjadi penyanjung hidup-63) dengan ajaran Allah msr-Nya,
pembimbing kehidupan semesta tiada tanding”.
(3). “..................., yang telah mengajar Al Quran menurut Sunnah Rasul-
NYA, lagi yang memberi satu kepastian hidup menurut satu pilihan
masing-masing”.
(4). “........................., yang merajai sejarah hidup dengan satu penataan
hidup tiada tanding”-64).
(5). “Hanya dengan ajaran ( Al Quran ) menurut Sunnah Rasul ANDA inilah
kami hidup mengabdi yakni hanya menurut ANDA ini jua kami
menuntut satu kemenangan hidup saling tolong menolong tiada
tanding”-65).
(6). “Pedomanilah hidup kami ( dengan Al Quran menurut Sunnah Rasul ini )
menjadi satu penataan hidup yang demikian tangguh tiada tanding”.
(7). “Menjadi satu penataan hidup yang ANDA telah mantapkan menjadi
kehidupan ( Sunnah ) Rasul-Rasul- 66), bukan aduk- adukan NUR-
Zhulumat menurut Sunnah Syayathin-67), juga tidak penyalah - gunaan
Zhulumat menurut Sunnah Syayathin”-68).
Jikalau shalat itu adalah berjama’ah ( khusus shalat Maghrib, ‘Isya, Shubuh, ‘Id,
Jum’at, dsb.) maka begitu Imam selesai membaca َ ِّالض ال
ين َّ َواَل, para ma-amum
(4. A y a t .
Dimaksud dengan ayat ialah sesudahnya membaca Al Fatihah, membaca lagi
satu atau beberapa ayat Al Quran atau satu surat Al Quran misalnya disini kita
memilih surat Al Ikhlas demikian:
ِ )ل2(الصم ُد
)4(َح ٌد
َ َم يَ ُك ْن لَهُ ُك ُف ًوا أ
ْ )ول
َ 3(َم يُولَ ْد
ْ َم يَل ْد َول
ْ َ َّ ُ)اللَّه1(َح ٌد
َ قُ ْل ُه َو اللَّهُ أ
Artinya :
1). “Tegaskan!, DIA, Allah, dengan Al Quran menurut sunnah Rasul ini adalah
satu-satunya pemersatu kehidupan”.
2). “Allah dengan Al Quran menurut Sunnah rasul ini, ialah tumpuan gerak
kehidupan”.
3). “Tidak demikian halnya dengan aduk-adukan Nur – Zhulumat menurut
d’efect Sunnah Syayathin, juga tidak demikian dengan penyalah-gunaan
Zhulumat menurut reflex Sunnah syayathin yang memecah belah”.
4). “Dan tiada satupun dapat menandingi yang demikian ( Al Quran menurut
Sunnah Rasul ) satu-satunya pemersatu demikian hebat”.
(5. R u k u ‘u.
Selesai membaca ayat, maka sambil mengangkat kedua tangan seperti pada
takbir di atas seraya menempikkan takbir ( dengan suara kecil saja )
dilakukanlah ruku’u, yaitu membungkukkan kepala dan badan sejajar menjadi
90° pada titik punggung dan ke dua tangan diturunkan hingga bertelekan
15
( hampir-hampir seperti ) memegang tempurung lutut. Dalam kaitan ini minta
dicamkan bahwa ruku’u ini adalah satu perlambang merunduk di hadapan Allah,
dengan konsentrasi puncak, meratap dan menadahkan Iman dengan satu
panjatan do’a demikian :
ِّ ك ال ّٰٰلّ َُه َّم َوبِ َح ْم ِد َك َر
ب ا ْغ ِف ْر لِ ْي َ َُس ْب َحان
Artinya :
“Semesta kenyataan hidup adalah kesibukan berbuat menurut ANDA, yaa
Allah pembimbing kami, yakni semoga saya menjadi penyanjung hidup
menurut ANDA, pembimbingku, maka ( dengan Al Quran ms Rasul )
revolusikanlah diriku ini!”.
(6. I’itidal.
Selesai membaca do’a dalam ruku’u, maka dilakukanlah I’itidal yakni kembali
berdiri tegak lurus sambil mengangkat kedua tangan hingga setinggi daun telinga
seraya membaca do’a demikian :
ت ِم ْن َش ْي ٍء َب ْع ًد
َ ض و ِم ْلءُ َما ِش ْئ
ِ ات و ِم ْلءُ أْل َْر
ِ السماو ِ
َ َ َّ ُْح ْم ُد م ْلء َ َس ِم َع اهللُ لِ َم ْن َح ِم َدهُ َر َّبنَا ل
َ َك ال
Artinya :
“Semoga Allah ( dengan Al Quran ms Rasul-Nya ) berkenan membentuk
menjadi pandangan hidup bagi yang mau menyanjung hidup menurut-NYA.
Wahai pembimbing kami, semoga saya menjadi penyanjung hidup menurut
ANDA, sepertihalnya sepenjuru semesta angkasa dan bumi ini dan seterusnya
meliputi segala sesuatu yang ANDA menghendakinya”- 69).
(7. S u j u d .
Selesai membaca do’a dalam I’itidal maka terus melakukan sujud. Yaitu
merebahkan lutut ke depan dari tempat berdiri, selanjutnya merebahkan lagi
badan dan kepala serta muka diletakkan di tempat sujud sehingga membentuk
sudut ± 75° pada titik punggung, dan ke dua telapak tangan yang terbuka
diletakkan tertelungkup hingga mencapai sisi kuping kiri dan kanan, dan ke dua
siku dirapatkan agak sejajar dengan badan dan ke dua telapak kaki ditegakkan
berdiri di atas ujung jari kaki- 70). Dalam hubungan ini minta disadari lagi bahwa
sujud ialah bersujud di hadapan Allah, dengan konsentrasi puncak memohon
dikurniai Iman, dengan satu panjatan do’a sama dengan yang tersebut pada
ruku’u.
Dalam hubungan ini minta disadari lagi bahwa duduk antara dua sujud ialah
satu model duduk bersimpuh di hadapan Allah, dengan konsentrasi puncak
menadahkan Iman, dengan satu bacaan do’a demikian :
16
ُ اج ُب ْرنِ ْي َو ْار َف ْعنِي َو ْار ُزقْنِ ْي َو ْاه ِدنِ ْي َو َعافِنِ ْي َوا ْع ِ ِ ِّ ر
ِّي
ْ ف َعن ْ ب ا ْغف ْر ل ْي َو ْار َح ْمنِ ْي َو َ
Artinya :
Selanjutnya dengan tempikan takbir ( dengan suara yang sedang saja ) maka
bangun dan tegak kembali seperti setelah takbir pada permulaan raka’at pertama
dan dengan kondisi yang sama. Setelah tegak berdiri seperti setelah takbir pada
permulaan raka’at pertama, disini tidak perlu lagi membaca do’a Iftitah, maka
dengan konsentrasi yang tetap puncak, dilanjutkan membaca lagi Al Fatihah,
seperti yang telah tersebut pada raka’at pertama di atas. Setelah itu dilanjutkan
lagi dengan membaca ayat, missalnya di sini kita memilih surat Al Qadar
demikian :
17
Dimaksud dengan Tahiyyat Awal, setelah selesai sujud ke dua, bentuknya ialah
sama dengan Duduk Antara Dua Sujud seperti tersebut di atas, kecuali itu maka
jari-jari tangan kanan dilipat seperti mengepal dan telunjuknya dilepaskan
menunjuk ke depan. Dalam kaitan ini minta dicamkan bahwa Tahiyyat Awal atau
Tasyahud Awal, juga dengan konsentrasi puncak, ialah menghadap Allah untuk
menyatakan diri menjadi pembela-Nya, seperti akan terbukti dalam do’a yang
harus dibaca demikian :
َو َعلَى الس الَ ُم َعلَْينَا ِ ُك اَُّي َها لنَّبِ ُّي ور ْحم ة
َّ . ُاهلل َو َب َر َكاتُ ه َ الس الَ ُم َعلَْي
َّ ، ِ ات
هلل ُ َالطَّيِّب ات
ُ الص لَ َو َّ ات ُ ات ال ُْمبَ َار َك ِ الت
ً ََّّاحي
َ ََ
ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه ِ َن مح َّم ًدا رسو ُل ِ اَ ْش َه ُد اَ َن. الصلِ ِح ْي َن ِ ِعب ِاد
َو َسلِّ ْم ّ لله َّم
ُ َ ا. اهلل ْ ُ َ َ ُ َّ ط أ ُ َو ا ّش َه َالَّإِلَهَ االَّ اهلل َّ اهلل َ
Artinya :
“Sistim yang dapat menjamin hidup saling hormat, saling memakmurkan,
saling memenuhi harapan kemanusiaan dan saling bisa mencapai tujuan,
hanyalah menurut ajaran Allah ( Al Quran ms Rasul-Nya ). Dinul Islam satu-
satunya penataan hidup ms anda, wahai para nabi-nabi, yaitu kurnia hidup
saling kasih sayang dari-Nya ( Allah ) yakni satu kehidupan saling melimpah
ruah dari-Nya ( Allah ). Semoga Dinul Islam satu-satunya ini menjadi berlaku
atas hidup kami dan atas kehidupan pengabdi-pengabdi hidup menurut
ajaran Allah ( Al Quran ms Rasul-Nya ) yang berlaku tepat menurut yang
demikian.
Maka ( dengan shalat ini ) saya menyatakan diri menjadi pembela, bahwa
tidak ada pembina kehidupan apapun kecuali Allah ( dengan Al Quran msr-
Nya ). Dan saya menyatakan diri menjadi pembela bahwa peri kehidupan
Muhammad saw adalah abdi kehidupan menurut-Nya, yaitu patron
kehidupan ( uswah hasanah ) menurut-Nya.
Sampai disini selesailah dua raka’at berikut Tahiyyat Awalnya. Maka kalau yang
dilakukan itu adalah shalat yang empat raka’at maka harus bangun lagi berdiri
tegak lurus dengan tempikan Takbir ( seperti pada bangkit untuk raka’at ke dua,
cukup dengan suara sedang saja ), untuk menyelesaikan raka’at ke tiga dan ke
empat, bentuk dan tehnisnya sama dengan raka’at ke dua, kecuali bacaan Al
Fatihah tidak dinyaringkan dan setelah itu tidak membaca ayat.
Begitulah, kalau shalat itu hanya tiga raka’at, seperti shalat Maghrib berarti
hanya sampai dengan raka’at ke tiga saja. Dan kalau shalat itu hanya dua
raka’at, seperti shalat shubuh berarti hanya sampai dengan raka’at ke dua saja
berikut Tahiyyat Awal-nya yang terus disambung dengan Tahiyyat Akhirnya.
Sesungguhnya Tahiyyat Akhir ialah bacaan Tahiyyat Awal ditambah dengan
bacaan selanjutnya pada Tahiyyat akhir.
Setelah itu dengan konsentrasi puncak dan sikap duduk bersimpuh di hadapan
Allah, dimulailah membaca Tahiyyat Akhir ( kalau bukan shalat dua raka’at,
dimulai dengan permulaan Tahiyyat awal hingga akhirnya, tetapi kalau shalat
dua raka’at seperti shalat shubuh dsb, setelah selesai membaca Tahiyyat Awal
seperti tersebut di atas, terus disambung lagi ), demikian :
....ت َعلَى إِ ْب َر ِاه ْي َم َو َعلَى ِ آل اِ ْبر ِاه ْيم وبَا ِر ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد و َعلَى
َ آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َار ْك ِ َعلَى إِ ْبر ِاه ْيم و َعلَى تَ َك َما صل ّْي
َ َ َ َ َ َ َ
ِ ِ َ َّفِي ال َْعال َِم ْي َن إِن
ك َحم ْي ٌد َمج ْي ٌد آل إِ ْب َر ِاه ْي َم
ِ
Artinya :
“..........Seperti halnya ANDA ( Allah ), dengan shalat telah memenuhi menjadi
kenyataan hidup ( Sunnah ) Ibrahim dan para pendukung Sunnah Ibrahim.
Dan antarkanlah saya, dengan shalat ini, mencapai kehidupan saling
memakmurkan yang telah menjadi kenyataan hidup ( Sunnah ) Muhammad
dan para pendukung Sunnah Muhammad. Seperti halnya ANDA ( Allah ),
dengan satu shalat telah memenuhi kenyataan hidup saling memakmurkan
menurut ( Sunnah ) Ibrahim dan para pendukung Sunnah Ibrahim.
Sesungguhnya ANDA ( dengan Al Quran msr ini ) yang didukung oleh semesta
kehidupan, adalah pembina kehidupan saling menyanjung lagi pembangun
kehidupan paling agung tiada tanding”.
19
(12. Salam.
Selesai membaca Tahiyyat Akhir maka jari-jari tangan kanan dilepaskan dan
diletakkan di atas paha, seperti halnya tangan kiri, maka diakhirilah shalat
dengan do’a, sekali ke kanan dan sekali ke kiri, demikian :
ِ ُالسالَم َعلَْي ُكم ور ْحمة
اهلل َ ََ ْ ُ َّ َُو َب َر َكاتُة
Atinya :
“Semoga Dinul Islam, satu-satunya penataan hidup tiada tanding menjadi
penataan hidup sekalian, yaitu sistem kehidupan saling kasih sayang
menurut Allah, yakni satu sistem kehidupan saling memakmurkan menurut-
Nya”.75).
Selesai melakukan shalat, nabi masih duduk sejenak lagi untuk menyimpulkan
hasil shalat, dengan satu do’a demikian :
) × ۳۳ ( × ) اَهللُ اَ ْكَب ُر۳۳ ( – لِلَّ ِه ِ
َ × ) ال۳۳ ( - ُس ْب َحا َن اللَّه
ْح ْم ُد
ْح ْم ُد َو ُه َو َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر
َ ْك َولَهُ ال
ُ لَهُ ال ُْمل، ُك لَه َ ْالَإِٰلهَ إِالَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري
Artinya :
“ Semesta kenyataan hidup ini adalah kesibukan berbuat menurut Allah
( semoga saya menjadi demikian ). Yaitu semoga saya menjadi penyanjung
hidup menurut Ilmu Allah (Al Quran msr-Nya). Allah, dengan Al Quran msr-
Nya, adalah pembina kehidupan lebih agung. Tidak ada pembina kehidupan
apapun kecuali Allah ( dengan Al Quran msr-Nya ), satu-satunya pemersatu.
Menurut yang demikian maka tidak benar dualisme d’efect dan reflek mssy.
Menurut yang demikian ( Al Quran msr ) semoga saya mampu membangun
kehidupan. Dengan demikian semoga saya menjadi penyanjung satu
kehidupan. Dan DIA ( Allah, dengan Al Quran msr-Nya ) adalah perancang lagi
pemberi kepastian menjadi setiap apapun menurut pilihan masing-masing “.
Selesai melakukan shalat maka coba dicek hasilnya dengan surat Jum’at ayat 10
demikian :
ْ َض َو ْابَتغُوا ِم ْن ف
)10(ض ِل اللَّ ِه َواذْ ُك ُروا اللَّهَ َكثِ ًيرا ل ََعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن ِ الصاَل ةُ فَا ْنتَ ِش ُروا فِي اأْل َْر
َّ ت ِ
ِ ضي
َ ُفَِإذَا ق
Artinya :
“Maka apabila shalat sudah dilakukan, bergeraklah ke sepenjuru permukaan
bumi dan berusahalah menurut nilai dan harga yang telah ditentukan oleh
Allah ( dengan Al Quran msr-Nya ) dan hidup sadarlah dengan ajaran Allah
sedalam-dalamnya, mudah-mudahan kalian memenangkan satu kehidupan”.
Atau coba cek lagi dengan surat Al ‘Ankabut ayat 45 di atas dan hadis yang
berkaitan dengannya. Kalau tidak cocok, di mana letak kesalahannya ?
Perbaikilah hingga mencapai khusyu’u, pasti Allah akan mengurniakan Iman!
Di antara du’a Qunut Nazilah yang diajarkan nabi Muhammad saw adalah
demikian :
ص لِّ ْي
َ َُك ن َ اك َن ْعبُ ُد َول َ َّالله َّم إِي
ُ . ك َو نَ ْحلُ ُع َم ْن َي ْف ُج ُر َك َ ِك َو نَ ْس َتغْ ِف ُر َك َوالَ نَ ْك ُف ُر َك َو نُ ْؤِم ُن ب َ ًالله َّم إِنَّا نَ َس تَ ِع ْين
ُ
ِ َّ ِ ِ َ َك إِ َّن َع َذاب ِ
ب الْ َك َف َرةَ الذيْ َن ْ الله َّم َع ِّذ
ُ ْح ٌق َ ك الْج َّد بالْ ُك َّفا ِر ُمل َ َك َونَ ْخ َش ى َع َذاب َ ََونَ ْس ُج ُد َونَ ْخف ُد َن ْر ُج ْو َر ْح َمت
ات َوال ُْم ْسلِ ِم ْي َن َوال ُْم ْس لِ َما ِ َالله َّم ا ْغ ِفر لِلْم ْؤِمنِْين والْم ْؤِمن ِ ِ ِِ َ ُِّو َن َع ْن َس ْب ْيل
ُ َ َ ُ ْ ُ . اء َك َ َك َويُ َك ِّذ ُب ْو َن ُر ُسلك َو ُي َقاتلُ ْو َن اَ ْولي ْ صدُ َي
ْم ةَ َو َثبِّْت ُه ْم َعلَى ِملَّ ِة َر ُس ْو ِل ِ ِ ِ
َ اج َع ْل ف ْي ُقلُ ْوب ِه ُم ا ْ ِإليْ َم ا َن َوالْحك ْ ف َب ْي َن ُقلُ ْوبِ ِه ْم َوْ ِّات َب ْيَن ُه ْم َواَل َ َص لِ ْح ذ ْ َت َوا ِ
اج َعلْنَا ِم ْن ُه ْم
ْ ْح ِّق َو
ِ
َ إِلَهُ ال، ص ْر ُه ْم َعلَى َع ُد ِّو َك َو َع ُد ِّوه ْم
ِ
ُ ْ َوان، اع ْدتُ ْم َعلَْيه َ ِاهلل َواَ ْو ِز ْع ُه ْم أَ ْن ًي ْو ُف ْوا بِ َع ْه ِد َك الَّ ِذ ْي َع
ِ
Artinya :
“ Yaa Allah ! Sesungguhnyalah kami meratap pinta kepada-MU ( dengan Al
Quran menurut Sunnah Rasul-MU ) untuk memenangkan kami ke dalam
kehidupan saling tolong menolong dan rombaklah kehidupan kami tidak lagi
berlaku zhulumat mssy yang negatif terhadap ajaran ANDA msr ini. Kami
mengharapkan Iman ( hidup berpandangan dan bersikap ) dengan ajaran
ANDA msr ini dan kami mengharapkan agar siapa saja yang berlaku serong
terhadap ajaran-MU ( Al Quran msr ini) supaya terpelanting dari arena
kehidupan ini.
Yaa Allah! Hanya menurut ANDA kami hidup mengabdi ke dalam satu
kehidupan, yaitu menurut ANDA itu kami melakukan shalat satu pembinaan
diri mencapai Iman, yakni sujud brsimpuh di hadapan-MU, sehingga
mengharapkan kelak kami dapat membangun satu kehidupan. Kami
mengharapkan satu kehidupan saling kasih sayang menurut-MU. Dan kami
mengharapkan diri agar waspada terhadap peringatan peringatan-MU
( dengan Al Quran msr ini ) akan akibat-akibat permainan zhulumat mssy.
Sesungguhnya peringatan ANDA terhadap akibat permainan zhulumat mssy
itu yang benar benar terhadap yang berlaku negatif kepada ajaran-MU msr
ini adalah pasti tiba”.
21
Yaa Allah! Hancurkanlah semua yang berlaku propokatif terhadap ajaran-MU
msr ini, yaitu yang berlaku sinis terhadap perkembangan ajaran-MU yakni
mereka yang lagi melacurkan Al Quran msr-MU, yaitu yang telah membunuh
Muballig-Muballig ajaran-MU. Yaa Allah! Maka dengan Al Quran msr ini
rombaklah kami menjadi yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Al
Quran msr baik laki-laki maupun wanita sehingga menjadi orang yang hidup
dengan Islam satu-satunya penataan tiada tanding. Yaitu perbaikilah
kehidupan mereka yang sudah demikian rusaknya. Yakni tambatlah hati
mereka dengan Al Quran msr ini menjadi satu ikatan pergaulan hidupnya.
Yaitu jadikanlah hati mereka menjadi hidup berpandangan dan bersikap
dengan Al Quran msr ini yakni menjadi Ilmu mereka. Dan tetapkanlah
pendirian mereka atas sistem hidup dari Allah msr ini. Yaitu teguhkan
mereka agar melaksanakan janji untuk hidup dengan ajaran ANDA msr yang
ANDA telah menjanjikan mereka untuk hidup menurut yang demikian. Maka
( dengan Al Quran msr ini ) menangkanlah mereka terhadap musuh-musuh
ANDA yaitu musuh musuh mereka yang berlaku zhulumat mssy itu. Wahai
pembimbing kami! Maka ( dengan Al Quran msr ini ) bikinlah kami menjadi
golongan mereka yang benar-benar ber-Iman”.
Surat Ali Imran ayat 61 mengajukan cara lain untuk penghancuran musuh-
musuh Al Quran msr adalah demikian :
22
bagi siapapun yang melacurkan Al Quran menjadi aduk-adukan Nur-
Zhulumat mssy”.
Dengan demikian, dilihat dari sudut tehnis, maka Jum’at bisa dibagi menjadi
Mimbar Jum’at dan Shalat Jama’ah satu tehnik pembinaan jama’ah ber-Iman.
Mimbar Jum’at satu lembaga pembinaan jama’ah ber-Iman yang dimulai dari
waktu kira-kira jam 9 waktu setempat sampai dengan jam 1 waktu setempat.
Dalam hubungan ini minta diperhatikan bahwa nabi Muhammad saw menyuruh
kita untuk mandi, praktisnya terus berwudhu, sebelum berangkat menuju
Masjid. Dan dengan pakaian bersih kita keluar rumah menuju ke Masjid dengan
satu do’a, demikian :
َو َع ْن أ ََم ِام ْي َس ْم ِع ْي ُن ْو ًرا َو َع ْن يَ ِم ْينِ ْي ُن ْو ًرا َو َع ْن ِش َمالِ ْي ُن ْو ًرا َوفِ ْي ص ِر ْي نُ ِو ًرا ِ ِ
َ َاج َع ْل ف ْي َق ْلبِ ْي ُن ْو ًرا َوف ْي ب
ْ الله َّم
ُ
بَ َش ِر ْي نُ ْو ًرا َح ِم ْي نُ ْو ًرا َوفِ ْي َدِم ْي نُ ْو ًرا َوفْ ْي َش ْع ِر ْي نُ ْو ًرا َوفِ ْيْل َوفِ ْي صبِ ْي نُ ْو ًرا ِ ِ
َ نُ ْو ًرا َو َع ْن َخلْف ْي نُ ْو ًرا َوف ْي َع
Artinya :
“Yaa Allah! ( Dengan Al Quran msr ini ) jadikanlah hatiku bertanggapan NUR
msr, mataku berpandangan NUR msr, telingaku berpendengaran NUR msr,
kananku, kiriku, depanku dan belakangku bergaya NUR msr, tulang
belulangku dan jaringan tubuhku menjadi bertenun NUR msr, darahku
menjadi berdesir NUR msr, rambutku menjadi berombak NUR msr dan
kulitku menjadi berlapis NUR msr.”.
Sampai di Masjid supaya masuk dengan kaki kanan seraya memanjatkan do’a
demikian :
ِعلَى ُم َح َّم ٍد الل ُّه َّم ا ْغ ِف ْرَ ص ّل ِ ِ َّ ان
َ الل ُّه َّم. بِ ْس ِم اللَّه.الرج ْي ِم َّ اهلل ال َْع ِظ ْي ُم َوبَِو ْج ِه ِه الْ َك ِريْ ِم َو ُس ْلطَانِِه الْ َق ِديْ ِم ِم َن
ِ َالش ْيط ِ ِأَعُوذُ ب
ْ
َ ِب َر ْح َمت ِ ِ
ك َ ل ْي ذُنُ ْوبِ ْي َوا ْفتَ ْح ل ْي اَْب َو .
Artinya :
“Dengan ajaran-MU ( Al Quran msr ) satu pembina kehidupan paling agung
lagi pembangun kehidupan paling mulia, lagi paling tangguh, saya melindungi
diri terhadap permainan zhulumat mssy, pembina kehidupan saling ganyang.
Mudah-mudahan saya hidup menurut Ilmu Allah. Yaa Allah! Sampaikanlah
saya mencapai hidup menurut Sunnah Muhammad saw. Yaa Allah! Dengan Al
23
Quran msr ini, rombaklah kehidupan saya dan bukalah untuk saya mencapai
pintu demi pintu kehidupan saling kasih sayang menurut ajaran-MU”.
Setelah itu melakukan shalat Tahiyyat Masjid dua raka’at dengan tehnik dan
do’anya sama dengan yang sudah dijelaskan di atas ( kecuali takbir maka cukup
dengan suara kecil saja ). Selanjutnya terus duduk dengan niat I’itikaf, membina
diri dengan Tasybih, Tahmid dan Takbir ( dengan suara kecil saja ), sampai
dengan Adzan untuk Khutbah.
Sesudah khatib naik dan duduk di atas mimbar, diawali dengan mengucapkan
Salam, kemudian dilakukan Adzan jum’at, bacaannya sama dengan adzan biasa,
maka semua kegiatan individu harus berhenti.
Sesudah adzan maka khatib tegak berdiri di atas mimbar melakukan dua
khutbah untuk membina sekalian hadhirin dan dirinya sendiri untuk menjadi
korp / jama’ah yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Al Quran msr,
yang pokok-pokoknya sebagai berikut :
(1. T a h m i d .
Ialah pembinaan manusia menjadi penyanjung hidup dengan ajaran Allah.
Kadang-kadang para ahli sharaf mengartikan Tahmid itu dari kata kerja
ِِ
َ yang artinya mengucapkan ْح ْم ُد للَّه
tambahanح َّم َد َ ال, dalam arti kata kerja tiga
huruf pokoknya َح ِم َد yaitu menyanjung Allah. Tetapi kalau kita ingat
kemungkinan Tahmid sebagai masdar dari kata kerja tambahan َح َّم َد adalah
ta’adiyah dari kata kerja tiga huruf pokok َح ِم َد yang artinya “ menyanjung “, maka
dengan dipindah pola menjadi َح َّم َد artinya berubah menjadi “ membikin menjadi
penyanjung “. Jadi dimaksud Tahmid di sini kurang relevan kalau diartikan “
mengucapkan ْح ْم ُد لِلَّ ِه
َ “ الdalam arti “ menyanjung Allah “. Dalam hubungan
Tahmid ini adalah dalam rangka khutbah, maka lebih tepat di sini diartikan
sebagai “ pembinaan manusia menjadi penyanjung hidup dengan ajaran Allah ms
Rasul”.
(2. S h a l a w a t.
Ialah pmbinaan manusia menjadi berharap hidup dengan ajaran Allah msr.
Kadang-kadang diartikan “ memanjatkan do’a selamat kepada nabi Muhammad”.
Dilihat dari hakikatnya saja arti tersebut kalau dalam istilah Sharaf sudah bisa
dikatakan “Gharib”, yaitu kalimat yang tidak bisa dimengerti. Apakah wajar
mendo’a selamatkan nabi Muhammad ? Yang belum selamat ini nabi
Muhammad atau kita semua ?
24
Maka kalau kita kembali kepada Ilmu Sharaf, istilah “Shalawat “ harus
ِ َّ ِ ِ
َ ص لُّو َن َعلَى النَّب ِّي يَاأ َُّي َها الذ
dihubungkan dengan surat Al Ahzab ayat 56 ين َ ُإِ َّن اللَّهَ َو َماَل ئ َكتَ هُ ي
ِ ِ
ً ص لُّوا َعلَْي ه َو َس لِّ ُموا تَ ْس ل
يما َ َء َامنُ وا. Bahwa Al Quran adalah shalawat Allah, shalawat
malaikat untuk kehidupan manusia, memenuhi shalawat nabi Muhammad,
sehingga kata-kata ص لُّوا
َ adalah kata kerja perintah dari ص لَّى
َ yang berasal dari
istilah ص الَ ًة َ ُص لَّى – ي
َ yang artinya “ do’a”, maka dibikin menjadi kata kerja – ص لِّي َ
ًصالَ ة
َ mengandung arti “ memanjatkan do’a “ atau “ memanjatkan satu harapan
kehidupan”.
Jadi Al Quran adalah satu harapan kehidupan dari Allah, satu harapan
kehidupan dari malaikat, untuk kehidupan manusia, memenuhi satu harapan
kehidupan nabi Muhammad. Dengan demikian gambaran yang diberikan oleh
para ahli tafsir sudah tidak relevan, sudah tidak cocok lagi dengan hakikat yang
sebenarnya. Mengartikan “Shalawat “ = memanjatkan do’a selamat kepada nabi
Muhammad sama dengan mengharapkan selamat kepada yang sudah selamat
dan membiarkan yang belum selamat menjadi tidak karuan, adalah satu
gambaran pengertian yang Gharib atau aneh bin ajaib.
(3. A l - A y a t.
Dimaksud di sini ialah membacakan ayat-ayat Al Quran menjadi isi khutbah.
Jadi pembinaan manusia menjadi penyanjung hidup dengan ajaran Allah ms
Rasul, menjadi yang berharap hidup dengan ajaran Allah ms Rasul, tidak boleh
diembel embeli “menurut saya” atau “menurut guru saya” atau menurut ini dan
itu, tetapi kesemuanya harus kembali kepada rujukan ayat demi ayat seperti
tersebut di dalam Al Quran msr.
Jadi kalau khutbah itu sebagai rangkaian keterangan yang bertujuan dan
berwujud pembinaan manusia menjadi korp / jama’ah muslim, sedangkan isinya
lepas dari susunan ayat demi ayat, malah sudah dicampur adukkan dengan
berbagai keinginan manusia, maka hasilnya sudah dapat dipastikan tidak akan
mencapai sasarannya.
(4. W a s i a t .
Yaitu mewasiatkan sekalian hadhirin dan dirinya sendiri untuk hidup patuh
dengan ajaran Allah msr, yang sekarang ini sering diartikan “ َ= “ اِ َّت ُق وا اللَّه
Takutlah kepada Allah”.
25
Perkataan اِ َّت ُق واmerupakan kata kerja tambahan dari َوقَىyang arti sebenarnya “
memelihara”, dipindah pola menjadi إَِّت َقىdengan arti yang sama dengan arti tiga
huruf pokoknya, dengan tekanannya di sini memelihara diri dari berbuat yang
melanggar terhadap ajaran Allah, dengan perkatan lain sama dengan berbuat
patuh dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya. Atau kalaupun diartikan “takut” disini
dengan tekanan “takut” atau “bersikap takut terhadap pelanggaran ajaran Allah”,
positifnya ialah “hidup patuh dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya”.
(5. D o a .
Yaitu mengharapkan Allah dengan Al Quran msr-Nya dapat merevolusikan
sekalian mu-umin / muslim ke dalam satu kehidupan dengan Al Quran msr.
Disini khatib mengajak diri dan seluruh hadhirin supaya membina diri dengan
ajaran Allah, dan dengan itu diharapkan menghapuskan semua kesan Zhulumat
mssy yang ada di dalam diri kita. Sehingga boleh dikatakan do’a ini sama dengan
mengajak taubat.
Demikianlah lima tugas yang diletakkan oleh Alah dan Rasul di atas pundak
setiap khatib, untuk itulah khatib diangkat oleh Allah dan Rasul.
Selesai satu khutbah maka khatib beristirahat dan duduk sejenak kemudian
bangun lagi dan menyelesaikan khutbah kedua, yang berisi pokok-pokok yang
tersebut pada hutbah pertama.
Dengan demikian maka selesailah shalat Jum’at. Maka hanya coba dicek kembali
dengan surat Jum’at ayat 10, dalam kaitannya dengan surat ‘ankabut 45. Kalau
belum berhasil maka coba teliti, di mana terletak kesalahannya. Pasti karena
26
rattil sangat mentah. Maka matangkan rattil dengan sungguh-sungguh kalau
ingin mempunyai Iman.
27