Makalah Teori Sastra Sejarah Sastra Angkatan 50-70
Makalah Teori Sastra Sejarah Sastra Angkatan 50-70
Makalah Teori Sastra Sejarah Sastra Angkatan 50-70
Disusun oleh :
Kelompok 2
Rinandi (200501502011)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………….
A. Latar Belakang
…………………………………………………………………………………
B. Masalah
………………………………………………………………………………………..
C. Tujuan
…………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
…………………………………………………………………………...
A. Sejarah Lahirnya Angkatan 70
…………………………………………………………………
B. Pengarang dan karya-karya Sastranya
…………………………………………………………
C. Ciri-ciri Karya Sastra Pada Angkatan 70
……………………………………………………...
D. Peristiwa Penting yang Terjadi Pada Angkatan 70-
an………………………………………….
BAB III PENUTUP
…………………………………………………………………………….......
A. Simpulan
……………………………………………………………………………………….
B. Saran
…………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan
sastra suatu bangsa. Misalnya, sejarah sastra Indonesia, sejarah sastra Jawa, dan sejarah sastra
Inggris, dengan pengertian dasar itu, dapat dilihat bahwa objek sejarah sastra adalah segala
peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa.
Dalam sejarah sastra Indonesia periodisasi dibagi sebagai berikut : angkatan balai pustaka,
angkatan pujangga baru, angkatan ’45, angkatan 50-an, angkatan 60-an, angkatan kontemporer
(70-an sampai sekarang). Dalam makalah ini kami akan membahas tentang angkatan 70-an. Di
dalam angkatan70-an mulai bergesernya sikap berpikir dan bertindak dalam menghasilkan
wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik dibidang puisi, prosa
maupun drama.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah lahirnya angkatan 70?
2. Apa saja ciri-ciri dari karya sastra pada angkatan 70?
3. Siapa saja pengarang pada angkatan 70?
C. Tujuan Penulisan
Setiap aktivitas kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan, demikan pula dengan diskusi
kelompok yang kami lakukan. Adapun tujuan kelompok diskusi kelompok yang kami rumuskan
sebagai berikut :
1. Melalui diskusi kelompok kami berupaya untuk merealisasikan tri darma perguruan
tinggi, khususnya darma kedua yaitu penelitian.
2. Melalui diskusi ini kami dari kelompok lima menghargai perbedaan pendapat, bahkan
antar peserta diskusi.
3. Melalui diskusi kelompok ini kami berupaya ingin menerapkan kemampuan analisis kami
secara operasional yaitu sebagaimana yang diamanahkan oleh materi inquairi atau
kualitas itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Angkatan 70
Munculnya periode 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan bertindak dalam
menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik di
bidang puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai kelihatan setelah gagalnya kudeta G
30 S/PKI. Abdul Hadi W.M. dan damai Toda menamai sastra Indonesia modern pada tahun
1970-an dengan sastra periode 70-an. Korrie Layuan Rampan cenderung menamai Sastra
Indonesia sesudah angkatan ‘45 dengan nama angkatan ‘80. Perbedaan esensial antara kedua
versi tersebut hanyalah pemberian nama saja, karena keduanya memiliki persamaan, yaitu:
1. Keduanya tidak mengakui adanya angkatan ‘66 yang dicetuskan oleh HB. Jassin.
2. Keduanya meyakini adanya pergeseran wawasan estetik sesudah angkatan ’45.
3. Keduanya memiliki persamaan pandangan tentang tokoh-tokoh pembaruan Sastra
Indonesia Modern sesudah angkatan ’45.
Dalam periode 70-an pengarang berusaha melakukan eksperimen untuk mencoba batas-batas
beberapa kemungkinan bentuk, baik prosa, puisi, maupun drama semakin tidak jelas.
Misalnya, prosa dalam bentuk cerpen, pengarang sudah berani membuat cerpen dengan
panjang 1-2 kalimat saja sehingga terlihat seperti bentuk sajak. Dalam bidang drama mereka
mulia menulis dan mempertunjukkan drama yang absurd atau tidak masuk akal. Sedangkan
dalam bidang puisi mulai ada puisi kontemporer atau puisi selindro.
Periode 70-an telah memperlihatkan pembaharuan dalam berbagai bidang, antara lain :
wawasan estetik, pandangan, sikap hidup, dan orientasi budaya. Para sastrawan tidak
mengabaikan sesuatu yang bersifat tradisional bahkan berusahan untuk menjadikannya
sebagai titik tolak dalam menghasilkan karya sastra modern.
Konsepsi improvisasi dalam karya sastra dipahami oleh Putu Wijaya. Ia mengatakan bahwa
sebuah novel hanyalah cerita pendek yang disambung, sehingga yang muncul di dalam
penulisan suatu karya sastra adalah faktor ketiba-tibaan. Sebuah novel, drama, atau cerita
pendek ditulis dengan tiba-tiba karena pada saat menulis berbagai ide yang datang
dimasukkan ke dalam ide pokok. Unsur tiba-tiba seperti ini yang disebut dengan uncur
improvisasi.
Perkembangan sastra Indonesia periode 70-an maju pesat, karena banyak penerbitan yang
muncul dan bebas menampilkan hasil karyanya dalam berbagai bentuk. Sutardji
menampilkan corak baru dalam kesusastraan Indonesia di bidang puisi. Alasan tersebut
menyebabkaan Sutardji dianggap salah satu tokoh periode 70-an dalam sastra Indonesia.
Pada tahun 1979 Sutardji menerima hadiah sastra dari ASEAN.
Sutardji Calzoum Bachri dalam puisinya cenderung membebaskan kata dalam
membangkitkan kembali wawasan estetik mantra, yakni wawasan estetik yang sangat
menekankan pada magic kata-kata, serta melahirkannya dalam wujud improvisasi. Hal itu
nyata bila diperhatikan sikap puisinya berjudul Kredo Puisi yang ditulis di Bandung tanggal
30 Maret 1973 dan dimuat di majalah Horison bulan Desember 1974.
Angkatan 40 istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Dami N. Toda dalam kertas kerjanya
“Peta-Peta Perpuisian Indonesia 1970-an Dalam Sketsa” yang diajukan dalam diskusi sastra
memperingati ulang tahun ke-5 Majalah Tifa Sastra di Fakultas Sastra UI (25 Mei 1977).
Kertas kerja ini kemudian dimuat dalam Majalah Budaya Jaya (September 1977) dan dalam
Satyagraha Hoerip (ed) Semua Masalah Sastra (1982).
Menurut Dami, angkatan 70 dimulai dengan novel-novel Iwan Simatupang, yang jelas punya
wawasan estetika novel tersendiri; lalu teaternya Rendra serta puisinya “Khotbah” dan
“Nyayian Angsa”, juga semakin nyata dalam wawasan estetika perpuisian Sutarji Calzoum
Bachri, dan cerpen-cerpen dari Danarto, seperti “Godlob”, “Rintik”, dan sebagainya.
4. Umar Kagam
Karangannya:
a. Seribu kunang dan kunang di mahatta (kumpulan cerpen, 1972)
b. Sri Sumarak dan Buluk ( kumpulan Cerpen, 1975)
c. Totok dan Toni (cerita anak-anak, 1975)
d. Seni, tradisi, masyarakat( kumpulan esei, 1981)
5. Leon Agusta
Karangannya:
a. Catatan Putih (kumpulan sajak, 1975)
b. Di bawah bayang-bayang sang kekasih (novel, 1978)
c. Hukla (kumpulan sajak,1979)
6. Gerson Poyk
Karangannya:
a. Hari-hari pertama (novel,1968)
b. Sang Guru (novel, 1971)
c. Jerat (Kumpulan cerpen, 1975)
d. Mutiara di tengah sawah( kumpulan cerpen, 1984)
e. Nostalgia Nusa Tenggara (kumpulan cerpen, 1976)
f. Cumbulan Sabana (novel, 1979)
Kelompok kedua karya-karyanya baru muncul tahun 1970-an, yang termasuk golongan
sastrawan golongan ini yaitu:
1. Korrie Layun Rampan
a. Matahan pinsan dan ubun-ubun (kumpulan sajak, 1974)
b. Upacara (novel, 1978)
c. Kekasih (kumpulan cerpen,1981)
2. Entha Ainun Nadjib
Karangannya:
a. “M” Frustasi (kumpulan sajak, 1976)
b. Nyanyian gelandangan (kumpulan sajak, 1981)
3. Hamid Jabbar
Karangannya:
a. Paco-paco (kumpulan sajak, 1974)
b. Dua Warna (kumpulan sajak Bersama Upita Agustina, 1975)
4. Toen Herarti
Karangannya
a. Sajak-sajak 33 (kumpulan sajak, 1973)
5. Putu Arya Tirtawirya
Karangannya:
a. Pasir putih pasir laut (kumpulan cerpen, 1973)
b. Nama saya ari ( novel, 1976)
c. Malam pengantin (kumpulan cerpen, 1974)
d. Pan balang tamak (cerita anak-anak, 1972)
6. Linus Suryadi
Karangannya:
a. Langit kelabu (kumpulan sajak, 1976)
b. Perang troya (cerita anak-anak, 1977)
7. Arswendo Atmowiloto
Karangannya:
a. Penantang tuhan (drama, 1972)
b. Bayang-bayang bauri ( drama, 1972)
c. Surat dengan sampul putih (kumpulan cerpen, 1978)
Kelompok ketiga, mereka yang menghasilkan karya-karya dengan kecenderungan melakukan
bentuk-bentuk ekspenmentasi, yang termasuk dalam dalam golongan ini yaitu :
1. Artin C. Noer
Karangannya:
a. Sumur tanpa dasar 9drama, 1971)
b. Selamat pagi jajang (kumpulan sajak, 1976)
2. Putu Wijaya
Karangannya:
a. Bila malam bertambah malam (novel, 1971)
b. Dadaku adalah perisaiku (kumpulan sajak, 1974)
c. Tak cukup sedih (novel, 1977)
3. Kuntowijoyo
Karangannya:
a. Tidak ada waktu untuk nyonya Fatma, berada dan cartas ( drama, 1972)
b. Isyarat (kumpulan sajak, 1976)
c. Pasar (novel, 1972)
4. Budi darma
Karangannya:
a. Orang-orang bloongminton (kumpulan, cerpen, 1980)
b. Olenka (novel, 1983)
5. Ibrahim Sattah
Karangannya:
a. Daudandit (kumpulan sajak, 1975)
b. Ibrahim (kumpulan sajak, 1980)
6. Adri Darmadji Woko
Karangannya;
a. Boneka mainan ( kumpulan sajak, 1985)
7. Darmanto Jatman
Karangannya:
a. Bangsal 9kumpulan sajak, 1975
8. Yudhistira Ardi Noegraha
Karangannya:
Arjuna mencari cinta (novel, 1977)
Penjarakan aku dalam hatimu (kumpulan cerpen 1979)
C. Ciri-ciri karya sastra pada angkatan 70-an
Penuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang
penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas. Muncul para pembaharu sastra
Indonesia dengan karya-karyanya yang unik dan segar seperti Sutarji Calzoum Bachri dan
Yudhistira Ardi Noegraha dalam puisi, Iwan Simatupang dan Danarto dalam prosa fiksi,
Arifin C. Noer dan Putu Wijaya dalam teater.
1. Puisi
a. Struktur Fisik
Puisi bergaya bahasa mantra menggunakan sarana kepuitisan berupa ulangan
kata, frasa, atau kalimat.
Gaya bahasa paralelisme dikombinasikan dengan gaya hiperbola untuk
memperoleh efek yang sebesar-besarnya, serta menonjolkan tipografi.
Puisi konkret sebagai eksperimen.
Banyak menggunakan kata-kata daerah untuk memberikan kesan ekspresif.
Banyak menggunakan permainan bunyi.
Gaya penulisan yang prosaik.
Menggunakan kata yang sebelumnya tabu.
b. Struktur Temantik
Protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi.
Kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan bukan objek
pembangunan.
Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung mistis.
Cerita dan pelukisnya bersifat alegoris atau parable.
Perjuangan hak-hak asasi manusia, kebebasan, persamaan, pemerataan, dan
terhindar dari pencemaran teknologi modern.
Kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap
mereka yang lemah, dan kritik tentang penyelewengan.
B. Saran
1. Kepada mahasiswa yang memprogamkan mata kuliah sejarah sastra bisa mengetahui
tentang sejarah sastra .
2. Kepada ibu pembina pada mata kuliah sejarah sastra agar dapat memberikan koreksi
mengenai penyusunan makalah ini.
3. Kepada semua pembaca agar dapat memberikan perbandingan dan pemahaman dari
sumber-sumber yang berbeda tentang debat.
DAFTAR PUSTAKA
http://danririsbastind.wordpress.com/2010/03/10/sastra-ringkasan-ciri-ciri-karya-sastra-tiap-
angkatan/
http://arsyadindradi.blogspot.com/2008/12/penyair-angkatan-70.html
http://jikaku337.wordpress.com/category/mata-pisau/
http://pupudhcvirgo.blogspot.com/2010/10/sejarah-sastra-angkatan-70an.html