Makalah Stroke Kelompok 3
Makalah Stroke Kelompok 3
Makalah Stroke Kelompok 3
Disusun oleh:
Kelompok III
1. LENA FITRIANI
2. LIA AFRINA
3. MARIYAMA
4. MELISA
5. META SUSANTI
6. NUR AULIYA
7. ROSI MARYUNI
8. SAPARI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut data dari WHO, 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya, 5,5 juta
diantaranya meninggal, 10 juta lainnya mengalami kecacatan permanen. Di Indonesia
stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan utama pada semua umur dengan
prevalensi sebanyak 500.000 jiwa setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 250.000 orang
meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Lefrina dan Yeni, 2010).
Diperkirakan angka ini akan terus meningkat, mengingat gaya hidup yang terus
serbamudah, usia seseorang meningkat, kemiskinan, dan akses pelayanan kesehatan
yang kurang memuaskan. Apabila angka kematian, kesakitan dan kecacatan ini terus
meningkat maka akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan meningkatnya
biaya pengobatan (World Health Organization, 2013).
Di Asia Tenggara yaitu Indonesia dan Malaysia stroke merupakan penyakit
nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survey tahun
2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit. Jumlah penderita stroke
di Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat (Agonwar, 2016, Hernowo 2007).
Rendahnya kesadaran akan factor risiko stroke, kurang dikenalinya gejalah
stroke, belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk
pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada
pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap
peningkatan kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan
tingginya kejadian stroke ulang di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia 2008).
Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Salah satu peran penting seorang perawat adalah sebagai Educator,
dimana pembelajaran merupakan dasar dari Health Education yang berhubungan
dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada keluarga, perawat dapat menekankan pada tindakan keperawatan
yang berorientasi pada upaya promotif dan preventif.Maka dari itu, peranan perawat
dalam penanggulangan Dengue haemorhagic feveryaitu perawat dapat memberikan
pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit,
pemulihan dari penyakit, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan stroke
non hemoragic. Manfaat pendidikan kesehatan bagi keluarga antara lain meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang sakitnya hingga pada akhirnya akan meningkatkan
kemandirian keluarga (Sutrisno, 2013).
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi kasus agar tidak muncul
penderita Stroke Iskemik (Non Hemoragik) dengan memberikan Asuhan Keperawatan
kepada pasien dan keluarga pasien dan dari latar belakang tersebut penulis mengambil
kasus tersebut sebagai penyusunan karya tulis ilmiah DIII Keperawatan dengan
mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. T Dengan Stroke Iskemik di
Ruangan Anggrek UPTD RSUD BANGKA TENGAH .
2. Tujuan
A. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. T dengan
Stroke Iskemik di ruangan Anggrek UPTD RSUD BANGKA TENGAH.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar stroke (pengertian, etiologi,
anatomi fisiologi, manisfestasi klinis, patofisiologi, dan penatalaksanaan)
Stroke Iskemik di ruangan Anggrek UPTD RSUD BANGKA TENGAH.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Ny. T Stroke Iskemik
di ruangan Anggrek UPTD RSUD BANGKA TENGAH.
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan atau masalah
keperawatan yang berhubungan dengan Stroke Iskemik diruangan Anggrek
khususnya pada Ny. T di UPTD RSUD BANGKA TENGAH.
4. Mahasiswa mampu menentukan intervensi yang berhubungan dengan Stroke
Iskemik di ruangan Anggrek UPTD RSUD BANGKA TENGAH.
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi yang berhubungan dengan
Stroke Iskemik di ruangan Anggrek UPTD RSUD BANGKA TENGAH.
6. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian yang berhubungan dengan
Stroke Iskemik di ruangan Anggrek UPTD RSUD BANGKA TENGAH
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Stroke adalah cedera vascular akut pada otak. Ini berarti bahwa stroke
adalah suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak.
Cedera dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh
darah, sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini
menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai. Stroke mungkin
menampakan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa gejala disebut silent stroke),
tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan. (valery feigin, 2002).
Menurut Ir. B Mahendra dan dr. Evi Rachmawati N.H. Stroke iskemik
merupakan 80% dari semua kejadian stroke. Stroke iskemik dapat terjadi bila asupan
darah ke otak berkurang atau terhenti. Derajat dan gangguan dari otak berfariasi
tergantung dari pembuluh darah yang terkena dan luas daerah yang dialiri darah oleh
pembuluh darah tersebut. Bila stroke terjadi, otak akan mengalami gangguan
homeostasis (keseimbangan dalam pengaturan cairan dan elektrolit), terjadi
penimbunan cairan dalam sel dan ion-ion kalsium serta kalium yang berlebihan
didalam sel otak. Akibatnya, otak akan membengkak dan terjadilah udema otak.
Udema otak ini sangat berbahaya jika tidak di tangani karna dapat menyebabkan
kematian, Stroke non hemoragik atau disebut juga dengan stroke iskemik atau
stroke infark biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi
hari. Namun menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
(Wijaya, 2013).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke iskemik adalah terjadi ketika
terdapat sumbatan bekuan darah dalam pembuluh darah di otak atau arteri yang
menuju ke otak, sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat
yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik.
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
Gambar Otak
c. Meningen
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
d. Korteks Serebri.
Merupakan lapisan bagian atas dari cerebrum yang tebalnya 2-5mm dan tersusun
sebagian besar oleh gray matter dan hampir 75% sel bodi saraf dan denrit berada
pada korteks serebri. Semua aktivitas tubuh dikendalikan oleh korteks serebri
sesuai dengan areanya. Pada korteks serebri terdapat area-area tertentu yang
dipetakan menggunakan angka oleh Brodmann (1909). Menurut Brodmann
permukaan korteks dapat dibagi menjadi sebagian besar daerah-daerah artitektural
sel-sel. Masing-masing area mempunyai arti fungsional yang jelas dan spesifik.
e. Cerebrum.
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat otak.
Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh korpus kallosum
yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Baik hemisfer kanan dan kiri,
menginterprestasi data sensori yang masuk, menyimpan memori belajar. Namun
demikian masing-masing hemisfer mempunyai dominasi tertentu, seperti pada
hemisfer kanan lebih dominan dalam mengasimilasi pengalaman sensori visual,
informasi, aktivitas music, seni, menari. Pada hemisfer kiri lebih dominan pada
kemampuan analisis, bahasa, bicara, matematik dan berfikir abstrack. Setiap
hemisfer terbagi atas empat lobus yaitu :
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
1. Lobus Fronta lyang berfungsi sebagai pusat motorik bahasa. Kerusakan area
broca dapat mengakibatkan aphasia motorik (ekpresif) yang ditandai
ketidakmampuan pasien untuk Lobus frontal Area ini mengandung daerah-
daerah motori dan pramotorik, berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi
intektual, emosi dan fungsi fisik. Pada frontal bagian kiri terdapat area broca
mengungkapkan pikiran-pikiran yang dapat dimengerti dalam bentuk bicara.
2. Lobus parietal
Adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis.Lobus ini
merupakan daerah sensorik primer otak untuk sensori peraba dan pendengaran.
3. Lobus temporal
Adalah area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan mencakup area
Wernicke tempat interpretasi bahasa.Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi
baud an penyimpanan ingatan.
4. Lobus oksipital
Adalah lobus posterior korteks serebrum terletak di sebelah .Lobus ini terlibat
dalam interprestasi bau dan penyimpanan ingatan.
5. Diencephalon
yang merupakan area korteks asosiasi pendengaran. Kerusakan pada area ini
dapat mengakibtkan gangguan bicara atau menulis karena ketidakmampuan
menangkap suara dari luar. Pada lobus temporal bagian medial terdapat
hypocampus yang berperan dalam proses memori.
6. Lobus oksipital mengandung area fisual otak, berfungsi sebagai penerima
informasi dan menafsirkan warna, reflek visual. Pada lobus ini terdapat
korteks area penglihatan primer (area brodmann 17). Inpuls penglihatan akan
dihantarkan ke area 17 kemudian akan dihantarkan area brodmann 18 dan 19
yang merupakan korteks area assosiasi penglihatan untuk di asosiasikan.
7. Diencephalon
Dienchepalon terletak diatas batang otak dan terdiri atas tiga bagian yaitu :
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
1) Thalamus
Adalah masa sel saraf besar yang berbentuk telor, terletak pada subtansi
alba. Thalamus berfungsi sebagai stasiun relay dan integrasi dari medulla
spinalis ke korteks cerebri dan bagian lain dari otak.
2) Hypothalamus
Terletak dibawah thalamus, berfungsi dalam mempertahankan
hoemostasis seperti pengaturan suhu tubuh, rasa haus, lapar, respon
system saraf otonom dan control terhadap seksresi hormone dalam
kelenjar pituitary.
3) Epitalamus
Dipercaya berperan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan seksual.
4) Batang Otak
Terdiri atas otak tengah (mensecephalon), pons dan medulla oblongata.
Batang otak berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi vital tubuh. Otak
tengah mempunyai fungsi utama sebagai stimulus penggerakan otot dari
dan keotak. Misalnya control reflex pergerakan mata akibat adanya
stimulus pada nervous cranial III dan Pon menghubungkan otak
tengah dengan medulla oblongata, berfungsi sebagai pusat-pusat reflex
pernafasan dan mempengaruhi tingkat karbon dioksida, aktivitas
fasomotor. Medulla oblongata didalamnya terdapat pusat reflek
pernafasan, bersin, menelan, batuk, muntah, sekresi salifa dan
vasokonstruksi. Saraf cranial IX, X, XI, dan XII keluar dari medulla
oblongata. Pada batang otak terdapat juga system retikularis yaitu system
sel saraf dan serat penghubungnya dalam otak yang menghubungkan
semua traktus ascendens dan decendes dengan semua bagian lain dari
system saraf pusat. System ini berfungsi sebagai integrator seluruh system
saraf seperti dalam tidur, kesadaran, regulasi suhu, respirasi dan
metabolism.
5) Reticular Formation
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
3. ETIOLOGI
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian :
a. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
b. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain)
c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
d. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak).
tetapi hamper 25% dari semua stroke terjadi pada orang berusia kurang
dari ini, dan hampir 4%terjadi pada orang berusia antara 15-40 tahun.
Stroke jarang terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, tetapi jika
terjadi, stroke ini biasanya disebabkan oleh penyakit jantung bawaan,
kelainan pembuluh darah, trauma kepala atau leher, migrain, atau penyakit
darah.
Meskipun zat lemak (lipid) merupakan komponen integral dari tubuh kita,
kadar lemak darah (terutama kolesterol dan trigleserida) yang tinggi
meningkatkan risiko aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Keadaan
ini juga dikaitkan dengan peningkatan 20% risiko stroke iskemik atau TIA.
4. Obesitas
Untuk mempertahankan berat badan, seorang dewasa yang sehat ratarata
memerlukan asupan makanan harian sekitar 30-35 kkal untuk setiap
kilogram beratnya. Bagi orang yang lebih tua kebutuhan ini mungkin lebih
sedikit, terutama jika mereka tidak banyak beraktivitas fisik. Makanan yang
tidak sehat dan tidak seimbang (misalnya, makanan yang kaya lemak
jenuh, kolesterol, atau garam dan kurang buah serta sayuran) adalah salah
satu faktor risiko stroke yang paling signifikan.
5. Diabete mellitus
Mengidap penyakit ini akan menggandakan kemungkinan terkena stroke,
karena diabetes menimbulkan perubahan pada sistem vascular (pembuluh
darah dan jantung) serta mendorong terjadinya aterosklerosis.
6. Strees emosional
Kadang-kadang pekerjaan, hubungan pribadi, keuangan, dan faktorfaktor lain
menimbulkan stres psikologis, dan penyebebnya tidak selalu dapat
dihilangkan. Meskipun sebagian besar pakar stroke menganggap bahwa
serangan stres yang timbul sekali-sekali bukan merupakan faktor risiko
stroke, namun stres jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah dan kadar kolesterol.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian
mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada
stroke Iskemik, gejala klinis meliputi:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia
(paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan terjadi akibat adanya
kerusakan pada area motorik di kortek bagian frontal, kerusakan ini bersifat
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
5. PATOFISIOLOGI
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan
local (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskuler) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Arterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Trombus dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tem pat
aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari
dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus
mengakibatkan iskemia jaringan yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan
edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh
darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau rupture Perdarahan pada otak
disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan
keseluruhan penyakit serebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa
otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi
otak pada falk serebei atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh
kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi
perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus
peradarahan otak di nekleus kaudatus, talamus, dan pons.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Darah yang diperiksa antara lain jumlah sel darah merah, sel darah putih, leukosit,
trombosit, dan lain-lain.
b. Tes darah Koagulasi
Tes ini terdiri dari tiga pemeriksaan, yaitu prothombin time, partial thromboplastin
time (PTT), international normalized ratio (INR), dan agregasi trombosit. Keempat
tes ini gunanya untuk mengukur seberapa cepat darah si pasien menggumpal.
Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan perdarahan atau pembekuan darah.
c. Tes Kimia Darah
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat, dan lain-
lain. Andai kata kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa menjadi pertanda
pasien sudah menderita diabetes atau jantung. Kedua penyakit ini termasuk
kedalam salah satu pemicu stroke.
7. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan
luasnya area cedera.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah. Curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hiprtensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari dari untuk mencegah perubahan
pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran
darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan pengehentika trombus lokal. Selain
itu, disritmia dapat menyebebkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
a. Riwayat Kesehatan
Beberapa hal yang harus dikaji dalam riwayat kesehatan pada gangguan sistem
persarafan diantaranya adalah data umum pasien, keluhan utama pasien,
riwayat penyakit yang lalu dan riwayat kesehatan keluarga.
c. Keluhan utama
1. Trauma : urutan kejadian, waktu kejadian, siapa yang menangani,
pengobatan yang diberikan, keadaan trauma.
2. Infeksi akut : kejadian, tanda dan gejala kejang, tempat infeksi,
sumber infeksi, penanganan yang sudah diberikan dan
responya.
3. Kejang : urutan kejadian, karakter dari gejala kejang, kemungkinan
faktor pencetus, riwayat kejang, penggunaan obat kejang.
4. Nyeri : lokasi, kualitas, intensitas, lamanya, menetap atau tidak
penanganan sebelumnya.
5. Gaya berjalan : seimbang, kaki diseret, gangguan aktivitas.
6. Vertigo : kejadian, faktor pencetus, mual dan muntah, tinitus,
perubahan kognitif, perubahan penglihatan, nyeri dada.
7. Kelemahan : kejadian, lamanya, reflek menelan, adakah batuk,
bagaimana jika menelan air atau lebih padat.
2. Riwayat keluarga
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
Epilepsi dan kejang, Nyeri kepala, Retardasi mental, Stroke, Gangguan psikiatri,
Penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang, Penyakit keturunan : DM,
muskular distropi.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui kelainan dari fungsi Anggrek.
Pemeriksaan fisik yang lengkap meliputi : tanda vital, status mental, pemeriksaan
kepala, leher dan punggung, saraf kranial, saraf sensorik, saraf motorik, refleks dan
sistem saraf otonom.
4. Tanda vital
Sebelum melakukan tindakan yang lain, yang harus diperhatikan adalah tanda vital,
karena sangat berhubungan dengan fungsi kehidupan dan tanda-tanda lain yang
berkaitan dengan masalah yang terjadi. Misalnya, pada pasien dengan spinal cord
injury akan ditemukan masalah klasik hipotensi, bradikardia, dan hiportemia karena
hilangnya fungsi saraf simpatis. Tidak adekuatnya perfusi organ vital dapat
diakibatkan oleh tekanan darah yang tidak adekuat. Perubahan tanda vital dapat pula
terjadi pada peningkatan tekanan intrakranial. Tubuh akan berusaha untuk
mencukupi kebutuhan oksigen dan glukosa di otak dengan meningkatkan aliran
darah ke otak sebagai akibat meningkatnya tekananan intrakranial. Demikian juga
dengan respirasi rate juga terganggu jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
5. Status mental
Tabel Tingkat Kesadaran : GCS
Respon Membuka Mata Nilai
Spontan 4
Terhadap bicara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
Respon Verbal Nilai
Terorientasi 5
Percakapan membingungkan 4
Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai 3
Suara menggumam 2
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
b. Refleks Trisep
1) Pasien duduk dengan rileks
2) Lengan pasien diletakan diatas lengan pemeriksa
3) Pukul tendon trisep melalui fosa olekrani
4) Stimulus: ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi.
5) Respon: ekstensi lengan bawah disendi siku.
c. Refleks Patella
1) Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai
2) Raba daerah kanan-kiri tendon untuk menentukan daerah yang tepat.
3) Tangan pemeriksa memegang paha pasien
4) Ketuk tendon patella dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain.
5) Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi
tungkai bawah
6) Stimulus: ketukan pada tendon patella
7) Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadrisep femoris.
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
d. Refleks Babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi
lateral. Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari dan penarikan
tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi,
sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih
ada.
e. Refleks Achilles
Ketukan pada tendon Achilles. Respon: plantar fleksi longlegs karena kontraksi
m.gastroenemius.
f. Refleks Kornea
Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip N
IV & X).
g. Refleks Faring
Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahanm (N IX
& X).
T:
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
E:
jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
T:
Fasilitasi aktivitas mobilitas dengan alat
bantu
Fasilitasi melakukan pergerakan
Libatkan kelurga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
E:
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
K:
Konsultasi pemberian therapi
3 Gangguan menelan Setelah dilakukan pengkajian 1x24 jam O:
berhubungan dengan gangguan di dapatkan hasil: Periksa posisi NGT dengan memeriksa
saraf cranial reflek menelan meningkat residu lambung atau mengakultasi
kemampuan mengunyah meningkat hembusan udara
batuk menurun Monitor tetesan makanan pada pompa
gelisah menurun setiap jam
jam,jia perlu
T:
Gunakan teknik bersih dalam pemberian
makanan via selang
Berikan tanda pada selang untuk
mempertahankan lokasi yang tepat
Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat
selama pemberian makan
Irigasi selang dengan 30 ml air setiap 4-6
jam selama pemberian makan dan setelah
pemberian makan intermitan
Hindari pemberian makan lewat selang 1
jam sebelum prosedur atau pemindahan
pasien
Hindari pemberian makan jika residu lebih
dari 150 cc atau lebih dari 100-200 persen
dari jumlah makanan taip jam
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
E:
Jelaskan tujuan dan langkah- langkah
prosedur
K:
Kolaborasi pemberian sinar X untuk
konfirmasi posisi selang,jika perlu
Kolaborasi pemilihan jenis dan jumlah
makanan enteral
4 Konstipasi berhungan dengan Sestelah dilakukan pengajian 1x24 jam O:
kurangnya aktifitas fisik di dapatkan hasil: Pemeriksa tanda dan gejela konstipasi
tingkat kesadaran meningkat pemeriksaan pergerakan usus, karateristik
memori jangka panjang meningat fases
memori jangka pendek meningkat identifiasi faktor resiko konstipasi
perilaku halusinasi menurun (mis:obat-obatan, tirah baring, dan diet
gelisah menurun rendah serat)
T:
anjuran diet tinggi serat
lakukan masase abdomen,jika perlu
lakukan evakuasi fases secara manual
berikan enema atau irigasi,jika perlu
E:
jelaskan etiologi masalah dan alasan
Tindakan
anjurkan peningkatan asupan cairan
latih buang air besar secara teratur
anjurkan cara mengatasi konstipasi.
K:
kolaborasi dengan tim medis tentang
penurunan/peningkatan freuensi usus
kolaborasi penggunaan obat pencahar,jika
perlu
5 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan pengkajian selama 1x24 O:
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
berhubungan dengan jam di dapatkan hasil : identifikasi usia dan budaya dalam
kelemahan kemampuan makan meningkat membantu kebersihan diri
neuromuskuler mempertahankan kebersihan mulut identifikasi jenis bantuan yang di
Minat melakukan perawatan diri butuhkan
meningkat monitor kebersihan tubuh
monitor integritas kulit
T:
sediakan peralatan mandi
sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman
fasilitas menggosok gigi,sesuai kebutuhan
fasilitas mandi,sesuai kebutuhan
pertahankan kebiasaan kebersihan diri
berikan bantuan sesu ai tingkat
kemandirian
E:
Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak
mandi terhadap kesehatan
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
T:
gunakan metode komunikasi alternative
sesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan(mis,berdiri di depan
pasien,dengarkan secara seksama )
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
E:
anjurkan berbicara perlahan
ajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif,anatomis,dan fisiologisyang
berhubungan dengan kemampuan
berbicara
K:
rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
7 Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan pengkajian selama O:
1x24 jam di dapatkan hasil sebagai identifikasi kesiapan dan kemampuan
berikut: menerima informasi
perilaku sesuia anjuran meningkat identifikasi faktor-faktor yang dapat
verbalisasi minat dalam belajar meningkatkan dan menurunkan motivasi
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Ny. T
2. Umur : 67 Th
3. Alamat : Ranggas Koba
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS/RB : 09 Maret 2021
6. Nomor Rekam Medis : 048889
7. Dx Medis : Stroke Iskemik
8. Bangsal : Anggrek
B. PENGKAJIAN
ANALISA DATA
Symptom Etiology Problem
Ds : Hypertensionstroke non Ketidak efektifan perfusi
Pasien mengeluh tensi hemoragic ( Iskemik ) jaringan perifer
selalu tinggi
Keluarga mengatakan
bica pasien pelo
Pasien mengeluh
pusing
Pasien mengeluh bahwa
perasaannya tidak
tenang
DO :
Nilai GCS 14
ku : CM
( composmentis)
TD : 200/110 mmHg
Nadi : 86 x/mnt
Pernafasan 24 x/mnt
Bicara pelo
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
DO :
Saat di tanyai tentang
penyakit pasien
keluarga tampak
bingung
Pasien dan keluarga
kurang memahami
tentang stroke
Masalah Keperawatan :
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidak efektifan jaringan perifer berhubugan dengan hypertension (IHC)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kuranya informasi tentang penyakit
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ny. T Dengan Stroke Iskemik Di
Ruang Rawat Inap Anggrek di UPTD RSUD Bangka Tengah, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Penyakit stroke adalah salah satu penyakit dalam bidang neurologi yang dapat
menyebabkan kematian dan kesehatan di negara maju ataupun negara
berkembang serta penyebab utama kecacatan pada orang dewasa.
2. Penyakit stroke yang sering diderita adalah stroke iskemik (hampir 80%) dan
sisanya (20%) terkena stroke hemoragik.
3. Penyakit stroke disebabkan oleh beberapa hal yang banyak terjadi di
masyarakat perkotaan seperti hepertensi, faktor usia, dan adanya penyakit
jantung, atau gaya hidup. Faktor ini memicu terjadinya trombosis, embolisme,
iskemia, dan hemoragik serebral. Penyebab tersering stroke adalah trombosis.
4. Masalah-masalah yang sering muncul pada pasien stroke iskemik yang
sedang ada fase rehabilitas adalah mengenai kerusakan mobilitas fisik.
5. Perawat dapat melakukan terapi rentang pergerakan sendi untuk mengatasi
masalah mobilitas ayang dialami oleh pasien stroke fase rehabilitas. Tujuan
pemberian terapi ini adalah mempertahankan fungsi mobilisasi sendi,
memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang
berkurang karena proses penyakit, kecelakaan, atau tidak digunakan, dan
mencegah komplikasi diri immobilisasi seperti atrofi otot dan kontraktur.
B. Saran
Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas
wawasan mengenai Stroke Iskemik ( Non Hemoragik ) karena dengan adanya
pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu mengembangkan diri
dalam masyarakat dan memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat
mengenai Stroke Iskemik (Non Hemoragik) dan fakor –faktor pencetusnya serta
bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
Bagi Keluarga
Keluarga diharapkan mampu mengenali tanda dan gejala penyakit Stroke Iskemik
(Non Hemoragik), sehingga komplikasi dari penyakit tersebut dapat segera di atasi,
dan bagi masyarakat diharapkan mampu mengendalikan pola hidup yang tidak baik
sehingga bisa terhindar dari penyakit Stroke Iskemik. Diharapkan juga bagi
keluarga bersikap lebih terbuka dalam memberikan informasi yang akan sangat
berguna untuk melakukan rencana tindakan yang tepat nantinya.
PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI
Corwin, Elizabeh.J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim
Penerbit PSIK UNPAD.Jakarta: EGC.
Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagnosa & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC.
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua puluh
Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. p. 141-142.