LP Sistem Pernafasan
LP Sistem Pernafasan
LP Sistem Pernafasan
DISUSUN OLEH :
NIM : 201902030104
Semester :3
Kelas : 2C
C. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan fisik sistem pernapasan, antara lain:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosis keperawatan dengan
membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannya.
4. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan.
D. Indikasi
1. Klien ARDS/Sindrom Distres Pernapasan Akut (kondisi ketika cairan menumpuk
dikantong udara paru-paru dan mengurangi organ-organ O2)
2. Emfisema (penyakit paru-paru yang menyebabkan sesak nafas)
3. Infeksi saluran pernafasan atas
4. Infeksi saluran pernafasan bawah
E. Kontraindikasi
1. Klien mengalami fraktur
2. Riwayat medis klien yang abnormal sejak lahir
3. Adanya lesi atau luka di daerah yang akan dipalpasi dan diperkusi
4. Tingkat kesadaran klien yang rendah
G. Langkah-langkah
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengatasi tingkat oksigen dari jaringan klien
dengan meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiovaskuler teknik inspeksi palpasi
perkusi auskultasi digunakan dalam pemeriksaan tersebut.
1. Fase orientasi
a) Berikan salam, panggil klien dengan nama panggilannya.
b) Perkanalkan diri
c) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
d) Beri kesempatan klien untuk bertanya
e) Berikan privasi pada klien
2. Fase kerja
INSPEKSI
a) Kaji bentuk dada. Bentuk dada normal pada dewasa ditentukan
berdasarkan diameter anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter
lateral ( 1 : 2 ). Bentuk data yang biasanya didapatkan :
1) Bentuk dada thorax phtisis (panjang dan gepeng)
2) Bentuk dada thorax enbetau (thorax dada burung)
3) Bentuk dada emfisematous (barrel chest)
4) Bentuk dada thorax pektus ekskavatum
b) Kaji jenis pernapasan yang digunakan klien
1) Pernapasan dada
2) Pernapasan perut
3) Pernapasan dada dan perut
c) Kaji adanya retraksi
1) Retraksi suprasternal
2) Retraksi intercosta
3) Retraksi supraklavikula
d) Kaji kesimetrisan pergerakan dinding dada
e) Kaji pola nafas
f) Kaji gerakan nafas
1) Regular
2) Irreguler
PALPASI
a) kaji kelainan dinding thorax. Catat adanya Lesi nyeri bengkak benjolan
dan lain-lain.
b) Palpasi ekskresi pernapasan thorax anterior
1) Letakkan kedua tangan pada dada klien sepanjang tepi costae
sehingga kedua ibu jari perawat terletak di garis tengah di atas
sternum
2) ketika kalian mengambil nafas dalam kedua ibu jari tangan harus
bergerak secara simetris dan terpisah satu sama lain minimal 5 cm.
Ekspansi yang berkurang pada satu sisi menunjukkan adanya lesi
pada sisi tersebut.
c) Palpasi eksklusi thorax posterior
1) Letakkan kedua tangannya dengan lembut pada dinding dada
dengan jari-jari lurus menempel pada kedua sisi dada sepanjang PX
spinalis costae 10 ibu jari kanan dan kiri harus bertemu dengan
tengah dan harus agak terangkan dari dinding dada sehingga dapat
bergerak bebas sesuai irama pernafasan.
d) Palpasi taktil fremitus
1) Letakkan sisi ulnar tangan perawat pada thorax klient
2) Minta klien mengucapkan kata “tujuh-tujuh” “Sembilan-sembilan”.
3) Bandingkan vibrasi pada saat klien berbicara
4) Lakukan pemeriksaan ke arah interior thorax
PERKUSI
3. Fase Terminasi
a) Mengevaluasi respons klien
b) Mengucapkan salam
H. Rasional
1. Inspeksi
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, inspeksi dilakukan untuk mengamati
penampilan umum klien, frekuensi serta pola nafas, konfigurasi thoraks, karakter
batuk, dan pembentukan sputum.
2. Palpasi
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, palpasi dilakukan untuk mengkaji
adanya krepitus (udara dalam jaringan subkutan), defek atau nyeri tekan dinding
dada, tonus otot, edema, dan fremitus taktil, atau vibrasi gerakan udara melalui
dinding dada ketika klien sedang bicara.
3. Perkusi
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, perkusi dilakukan untuk mengkaji
ekskursi diafragma. Klien dengan kenaikan diafragma yang berhubungan dengan
proses patologis akan mempunyai penurunan akskursi diafragma. Jika klien
mempunyai penyakit pada lobus bawah (misalnya, konsolidasi atau cairan
pleural), akan terdengar bunyi perkusi pekak.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop.
Auskultasi pada pemeriksaan pernafasan dilakukan untuk mendengarkan paru-
paru ketika klien bernafas melalui mulut, yang kemudian untuk dikaji karakter
bunyi nafas, adanya buntu nafas tambahan, dan karakter suara yang diucapkan
atau dibisikkan. Perubahan dalam bunyi nafas yang mungkin menandakan
keadaan patologi termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi nafas,
peningkatan bunyi nafas, dan bunyi nafassaling mendahului atau yang dikenal
dengan bunyi adventiosa. Peningkatan bunyi nafas akan terdengar bila kondisi
seperti atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas (ketebalan) jaringan
paru. Penurunan atau tidak terdengar bunyi nafas terjadi bila transmisi gelombang
bunyi yang melewati jaringan paru atau dinding dada berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Dony dan Hendro Prasetyo, 2015, Alat Kesehatan Untuk Prakik Klinik
& Sop Tindakan Keperawatan, Yogyakarta: Nuha Medika.
Wahid, abdul dan imam suprapto, 2012, Buku Saku Kompetensi Ilmu
Keperawatan Dasar (KIKD), Jakarta: CV Sagung Seto.
https://id.scribd.com/doc/59754870/Pemeriksaan-Fisik-Sistem-Pernafasan