Kti Rifaaaaaaaaaaaaaaa
Kti Rifaaaaaaaaaaaaaaa
Kti Rifaaaaaaaaaaaaaaa
NIM:0432950118038
BEKASI 2021
LAPORAN STUDI LITERATURE REVIEW KEPERAWATAN
NIM:0432950118038
BEKASI 2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk diuji Sidangkan Dihadapan Penguji Sidang Karya
Tulis Ilmiah Program Studi Keperawatan D-3 Jurusan Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bani Saleh.
Mengetahui,
NIM : 0432950118038
Judul KTI : Studi Literature : Penggunaan Terapi Ozon Bagging Terhadap Penyembuhan
Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum.
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan penelitian ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk penelitian lain atau untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada perguruan
tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan peneliti juga tidak terdapat karya orang lain atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh
Terapi Ozon Bagging Terhadap Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikumstudi
literature review”. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini di susun sebagai salah satu syarat untuk
dapat memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di STIKES Bani Saleh Bekasi.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan selesai tanpa bantuan
dan dukungan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Bapak Ns. Ashar Prima, M.Kep sebagai dosen pembimbing I yang selalu membimbing,
mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada penulis agar dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan baik.
2. Ibu Ns. Ponirah, M.Kes sebagai dosen pembimbing II yang selalu memberikan masukan
guna perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak Ns. Muftadi, S.Kep,.,M.Kes. sebagai Ketua Program Studi D3 Keperawatan
STIKES Bani Saleh Bekasi.
4. Bapak Dr. Ir. Mursyid Ma’sum, M.AGr selaku Pjs.Ketua STIKES Bani Saleh Bekasi.
5. Ibu Ns. Puji Astuti, M.Kep.,Sp.Kep,.MB. selaku ketua jurusan keperawatan STIKES
Bani Saleh Bekasi.
6. Seluruh dosen dan staf akademik STIKES Bani Saleh Bekasi.
7. Bak dan Mak, yang menjadi Support Sistem selalu memberikan dukungan dan
mendoakan hingga titik ini.
8. Serta Teman-teman seperjuangan DIII Keperawatan angkatan 2018 STIKES Bani Saleh
yang selalu bersama-sama menggoreskan kenangan indah dan tak pernah terlupakan.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi penulis dan pembaca.
Penulis
KATA PENGANTAR.......................................................................................................5
DAFTAR ISI......................................................................................................................7
DAFTAR TABLE..............................................................................................................8
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................8
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................8
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................9
A . Latar Belakang.........................................................................................................9
B . Rumusan Masalah...................................................................................................13
C . Tujuan Penulisan....................................................................................................13
D . Manfaat Penelitian..................................................................................................14
a . Manfaat Praktis....................................................................................................14
b . Manfaat Teoritis..................................................................................................14
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................14
A. Konsep Diabetes Mellitus............................................................................................14
a. Definisi.................................................................................................................14
b. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus..........................................................................14
c. Patofisiologi Diabetes Melitus..............................................................................15
d. Komplikasi Terapi Ozon......................................................................................16
B. Tinjauan Umum Tentang Penggunaan Terapi Ozon................................................16
a. Definisi.....................................................................................................................16
b. Manfaat................................................................................................................17
C. Kerangka Konsep....................................................................................................17
BAB II METODE PENELITIAN....................................................................................18
A . Strategi Pencarian Literature..................................................................................18
1. Analisis Masalah..................................................................................................18
2. Kata Kunci dan Database.........................................................................................19
a). Kata Kunci / Key Word.......................................................................................19
b). Database..............................................................................................................19
c). Kriteria Literature...............................................................................................19
C). Seleksi Literature...................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
DAFTAR TABLE
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes Mellitus (DM) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan
yang berdampak pada produktivitas dan menurunkan mutu sumber daya manusia
(Zahtamal, dkk, 2007). DM juga disebut sebagai The Great Imitator (menyerupai
penyakit lain) karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan dan gejala yang sangat bervariasi (Poerwanto, 2012, Usiska,
2015). Penyakit DM ini merupakan salah satu ancaman utama bagi umat manusia pada
abad-21 ini.
Tanpa pengobatan cukup dan istirahat total, ulkus di kaki bisa menjadi gangren
(busuk). Kadangkala kerusakan di kaki yang makin parah akan berakhir pada amputasi
(Hidayat dan Nurhayati, 2014). Untuk mendeteksi dini pasien yang beresiko mengalami
komplikasi kaki diabetik diperlukan langkah-langkah yang dapat mengurangi atau
bahkan mencegah amputasi untuk penyakit diabetik, seperti penilaian yang diikuti oleh
peraturan yang ketat untuk penyakit diabetes, pemberian pendidikan pada pasien tentang
perawatan kaki, penggunaan alas kaki yang tepat, pengobatan terapi oksigen, penggunaan
bahan kolagen, factor pertumbuhan rekombinan, terapi fisik dan lain-lain (Bakker, 2008,
Machmud, 2014).
Terapi pelengkap sering disebut dengan terapi adjuvant atau terapi komplementer
saat ini ramai dibicarakan. Salah satunya adalah terapi ozon. Terapi ozon termasuk jenis
pengobatan komplementer berdasarkan Peraturan mentri Kesehatan RI, Nomor :
1109/Menkes/Per/2007 (Kemenkes RI, 2011 dan Setyaningsih, 2012). Efek medis ozon
sudah diketahui sejak abad ke-19 (HTA Indonesia, 2004, dalam Megawati, Hakimi dan
Sumaryani, 2015). Ozon telah diklaim mampu membunuh virus, bakteri, parasit, jamur,
dan berguna untuk terapi pada kanker (Bocci, 1992, dalam Chyn. G. S, et al 2005).
Terdapat delapan metode terapi ozon yang digunakan dalam praktek medis yaitu,
Direct Intra-Arterial and Intravenous Application, Rectal Insufflations, Intramuscular
Injection, Major and Minor Autohaemotherapy, Ozonated Water, Intra-Articula
Injection, Ozone Bagging, Ozonated Oil (Bakri, Kamaruzaman dan Thye, 2011). Pada
terapi ozon di Rumah Luka ini menggunakan Terapi Ozone Bagging adalah suatu metode
ozonisasi dengan menggunakan kantong ozon dan membungkus ulkus pada kaki dan
memompa aliran gas ozon ke dalam kantong ozon selama 15 menit. Ulkus diabetikum
yang akan di terapi ozon bermacam-macam mulai dari derajat 1 sampai 5 dengan
konsentrasi pemberiannya yaitu 80ug/ml.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi ozon terhadap
penyembuhan luka pasien ulkus diabetikum berdasarkan penelusuran literature.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktisi
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data acuan atau sumber
data untuk penulis berikutnya dan mendorong bagi yang berkepentingan untuk
melakukan penulis lebih lanjut yang berhubungan dengan pengaruh terapi ozone
bagging terhadap penyembuhan luka pada pasien ulkus diabetikum. Dan penulis
ini dapat menjadi motivasi bagi penulis-penulis selanjutnya yang terkait dengan
penanganan DM sehingga pengelolaan dan perawatan ulkus kaki diabetic semakin
bervariasi dan berkembang.
b. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada tenaga
kesehatan khususnya pada keperawatan khusus diabetes dengan komplikasi ulkus
diabetikum dan memberikan asuhan keperawatan dengan baik yang berhubungan
dengan pengaruh terapi ozone bagging terhadap penyembuhan luka pada pasien
ulkus diabetikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seorang dapat dikatakan DM apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:
1. Keluhan TRIAS : banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah puasa lebih dari 120mg/dl.
3. Kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan lebih dari 200mg/dl
Keluhan yang sering terjadi adalah poliuria, polidipsia, polipagia, bb
menurun, lemah, kesemutan, gatal, luka.
C. PATOFISIOLOGI
DM Tipe I DM Tipe II
Defisiensi insulin
Penurunan BB
polipagi
Glukosuria Glukoneogenesi
s meningkat
Ketogenesis
Kehilangan cairan
hipotonik
Polidipsi Hiperosmolaritas
Ketoasidosis Ketonuria
coma
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk mebentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energy supaya sel
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energy yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari
bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsure
karbohidrat, lemak dan protein.
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai
40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu
karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan
metabolismenya tergangu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada
dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormone insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga
kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga
apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah
glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua
kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan
glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria
mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga
pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang
disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport gulakosa
sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan
protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh,
maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut
poliphagia. Terlalu bayak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat
dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan
meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine
dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-
buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik.
Diabetes mellitus tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Secara fisiologis, insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel sehingga menimbulkan
serangkain reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel (Smeltzer dan Bare,
2008). Resistensi insulin yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena
fungsi fisiologis insulin terganggu, yaitu menurunnya kemampuan insulin dalam
berikatan dengan reseptor sehingga jumlah glukosa yang dimetabolisme di dalam sel
berkurang. Gangguan sekresi insulin yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 2
disebabkan oleh menurunnya kemampuan sel dalam mensekresikan insulin (Price &
Wilson, 2005).
Peningkatan sekresi insulin diikuti oleh sekresi amylin dari sel beta yang
menumpuk disekitar sel beta sehingga menjadi jaringan amiloid. Peningkatan sekresi
insulin yang berlangsung lama akan mendesak sel beta dan menyebabkan dalam
pulau langerhans menjadi berkurang sebanyak 50-60% dari jumlah normal.
Penumpukan amiloid akibat aktivitas inkretin yang meningkat menyebabkan
peningkatan poliferasi sel beta, meningkatkan sekresi insulin dan mengurangi
apoptosis sel beta (Defrozo, 2008 dan Suyono, 2006).
Penurunan fungsi sel beta pancreas disebabkan oleh beberapa factor yang meliputi
peningkatan kadar glukosa darah yang berlangsung lama sehingga menyebabkan stres
oksidatid, IL-Ibeta dan NF-kbeta dengan akibat peningkatan apoptosis sel beta serta
tejadinya peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adipose dalam
proses lipolisis akan mengalami metbolisme non oksidatid menjadi ciramide yan
bersifat racun terhadap sel beta sehingga sel beta mengalami apoptosis. Apabila sel-
sel beta pancreas tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, kadar
glukosa akan meningkat dan mengakibatkan diabetes mellitus tipe 2 (Smeltzer &
Bare, 2008).
D. KOMPLIKASI
Komplikasi diabetes mellitus dibagi menjadi dua kategori besar; yaitu komplikasi
metabolik akut berupa ketoasidosis diabetik (DKA) dan komplikasi vaskuler jangka
panjang seperti angiopati, retinopati diabetik, nefropati diabetik, serta neuropati
diabetik (Price and Wilson, 2005).
a. Komplikasi Akut
Menurut Boedisantoso (2009), komplikasi akut diabetes mellitus adalah
hiperglikemia dan hipoglikemia.
1) Hiperglikemia
Masalah utama yang disebabkan hiperglisemia dapa klien diabetes
mellitus adalah ketoasidosis diabetik dan hiperosmolaritas hiperglikemia.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas, dieresis osmotic dan dehidrasi
berat (Price & Wilson, 2005).
2) Hipoglikemia
Kondisi hipoglikemia sering disebut juga dengan reaksi insulin, syok
insulin terutama komplikasi terapi insulin pada klien DM tipe 1. Tanda dan gejala
hipoglikemia tergantung pada penyebab terjadinya hipoglikemia. Hipoglikemia
yang diakibatkan oleh respon sistem saraf otonom ditandai dengan merasa lapar,
mual, ansietes, kulit dingin, berkeringat, hipotensi nadi lemah. Hipoglikemia yang
diakibatkan oleh gangguan fungsi serebral ditandai dengan tingkah laku yang
aneh, pusing, kesulitan berpikir, kesulitan dalam berkonsentrasi, pingsan dan
koma. Serangan hipoglikemia apabila sering terjadi dan terjadi dalam waktu yang
lama sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen
atau bahkan kematian.
b. Komplikasi Kronis
Penyakit diabetes dalam jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi
berupa gangguan pada system kardiovaskuler, gangguan pada darah perifer dan
saraf otonom, resiko tinggi infeksi serta penyakit periondontal dan rentan
terjadinya infeksi (LeMone & Burke, 2004).
b) Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu komplikasi dari DM. hipertensi
terjadi pada 20-60% klien dengan DM. hipertensi dapat diminimalkan
dengan mengurangi berat badan, latihan, mengurangi konsumsi sodium
dan alcohol. Jika metode tersebut tidak efektif, maka penatalaksanaan
dengan pengobatan anti hipertensi diperlukan (LeMone & Burke, 2004).
c) Stroke (CVA)
Klien diabetes terutama lansia dengan DM tipe 2 memiliki risiko 2
hingga 6 kali terserang stroke. Hipertensi yang merupakan factor risiko
stroke juga merupakan salah satu komplikasi yang ditemui klien DM
(LeMone & Bruke, 2004).
b) Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah penyakit ginjal yang ditandai dengan
adanya albumin dalam urin, hipertensi, edema dan isufisiensi renal
progresif. Nefropati menyerang sekitar 20-40% klien diabetes ((ADA,
2010).
Kerusakan ginjal pada klien diabetes ditandai dengan albuminuria
menetap (>300mg/24 jam atau 200ih/menit) minimal 2 kali periksa dalam
kurun waktu 3 hingga 6 bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab
utama terjadinya gagal ginjal terminal (Hendromartono, 2009).
a) Neuropati perifer
Neuropati perifer meliputi polineuropati dan mononeuropati.
Polineuropati merupakan neuropati yang paling sering terjadi pada klien
DM berupa gangguan sensori bilateral. Monomeuropati terfokus pada
neuropatiperiferal yang dipengaruhi single nerve.
b) Neuropati viseralis
Neuropati viseralis menimbulkan gejala yang bervariasi. Neuropati
ini biasanya diserai dengan disfungsi kelenjar keringat, fungsi abnormal
dari pupil, disfungsi gastrointestinal, dan disfungsi genitourineri.
e. Penyakit periodontal
Walaupun gangguan periodontal tidak menyerang sebagian besar klien
diabetes, tapi gangguan ini dapat terjadi secara perlahan, terutama jika diabetes
tidak dikontrol dengan baik. Sangat memungkinkan terjadinya mikrongiopati
sehingga terjadi perubahan peredaran darah di gusi. Sebagai contohnya, gingivitis
(Inflamasi pada gusi) dan periodontitis (LeMone & Burke, 2004)
b. Diet
Diet DM sangat dianjurkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal, mencapai kadar serum lipid yang optimal, dan menangani
komplikasi akut serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan (Sukardji,
2009). Keberhasilan dari diet adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
tenaga kesehatan. Prinsip pengaturan nutrisi pada pasien DM tip 2 yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Pengaturan jadwal, jenis dan jumlah makanan
merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan terutama pada
pasien dengan terapi insulin (PERKENI,2011).
c. Latihan Fisik
Latihan fisik tujuannya untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah
kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen
baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Latihan fisik yang dilakukan meliputi empat prinsip yaitu:
1. Olahraga yang dinamis. Jenis olahraga yang dinamis yaitu latihan
secara kontinyu, interval, progresif, ritmis dan latihan daya tahan.
2. Intensitas olahraga. Takaran latihan sampai 72-87% denyut nadi
maksimal disebut zona latihan. Rumus denyut nadi maksimal yaitu
220 dikurangi usia (dalam tahun).
3. Lamanya latihan. Latihan jasmani dilakukan secara teratur selama
kurang lebih 30 menit.
4. Frekuensi latihan. Frekuensi latihan dilakukan 3-4 kali dalam
seminggu (PERKENI, 2011).
d. Pengobatan (Farmakologi)
Klien DM sudah menerapkan pengaturan makan dan latihan jasmani
secara teratur namun kadar gula darah belum optimal maka perlu
dipertimbangkan pemberian obat. Obat yang diberikan adalah obat
hipoglikemi oral (OHO) dan insulin. Pemberian obat OHO diberikan kurang
lebih 30 menit sebelum makan. Obat dalam bentuk injeksi meliputi pemberian
insulin dan agnois GLP-1/increatinmenmetic.
Pemberian insulin biasanya diberikan melalui subkutan (di bawah kulit) dan
pada keadaan khusus diberikan secara intravena atau intramuskuler
(PERKENI, 2011).
b. Glinid
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama
dengan sulfonylurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase
pertama.
b. Thiazolodindion/ Glitazon
Thiazolodindion berikatan pada peroxisome proliferator activated
receptor gamma, suatu reseptor inti di sel otot dan lemak.
c) Ozon memiliki efek analgesik yang dihasilkan dari proses oksidasi dari hasil
albuminolysis (algopeptides). Ozon bekerja pada ujung saraf dalam jaringan
yang rusak dan menentukan intensitas respon nyeri. Efek analgesic juga
disebabkan oleh normalisasi system antioksidan.
d) Ozon memiliki sifat efek toksikasi, dimana ozon diaktivasi dalam proses
metabolisme di hati dan jaringan di ginjal. Ozon memiliki fungsi utama, yaitu
menetralisasi senyawa beracun yang ada pada organ-organ,
f) Efek hemostatik ozon tergantung pada dosis. Dosis dengan konsentrasi tinggi
digunakan jika efek hiperkoagulasi eksternal, sedangkan untuk konsentrasi
rendah diberikan jika ada penurunan tingkat trombositik dan koagulasi
hemostasis serta peningkatan aktivitas fibrinolitik (Maslenniko., et al, 2008).
c. Sifat-sifat Ozon
Semenjak ditemukan oleh Christian Friedrich Schonbein, seorang ilmuwan
Jerman pada tahun 1840, diketahui sifat gas ozon sebagai oksidator yang sangat
kuat melebihi zat-zat lainnya. Ozon dapat menghilangkan bau-bauan (bukan
menutupinya), memutihkan berbagai macam material dengan cepat, dan mengikat
bahan-bahan karsinogen sehingga baik untuk mengolah air minum. Namun yang
terpenting, ozon, ozon dapat membunuh virus, bakteri dan jamur sekaligus. Pada
penggunaan pertamanya dibidang industry, ozon dipergunakan untuk sterilisasi
air minum di Monacco, setelah terjadinya epidemic kolera yang dasyat di
Hamburg sehingga menyebabkan kematian 3000 rakyat jerman ditahun 1890
(HTA Indonesia, 2004).
b) Minor Autohemotherapy
Dengan menggunakan syringe 20 cc, darah klien diambil sebanyak 10 cc
kemudian dicampur dengan gas ozon sebanyak 10 cc juga. Darah sebanyak 10
cc tersebut lalu diinjeksikan secara kembali kepada klien.
c) Direct Intramuscular
10 cc gas ozon diinjeksikan langsung intramuscular.
e) Insuflasi Gas
Gas ozon menggunakan syringe 50 cc diinjeksikan kedalam rongga-
rongga tubuh melalui catheter.
a) Kelainan Vaskuler
Ozon dapat memperbaiki distribusi oksigen dan pelepasan growth factor
yang bermanfaat dalam mengurangi iskemi dan memperbaiki penyembuhan luka.
b) Infark Miokard
Ozon memiliki efek yang baik terhadap profil lipid dan sistem pertahanan
antioksidan pada infark miokard.
c) Diabetes Melitus
Ozon berpotensi menghambat dan mengatasi gejala diabetes dengan
menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan suplai oksigen ke dalam
jaringan.
d) Luka
Ozon memiliki sifat anti mikroba yang dapat berguna dalam penyembuhan
luka. Ozon dalam penyembuhan luka diaplikasikan secara topikal.
e) Kedokteran Gigi
Dalam bidang kedokteran gigi, terapi ozon digunakan sebagai terapi
alternatife untuk mengobati caries, untuk mengoptimalkan periode post-operasi
pada klien bedah tulang fasial, menyempurnakan metode konvensional terapi
konservatif dan mencegah berkembangnya komplikasi pada fraktur mandibula,
mengoptimalkan hiegene oral, pengobatan gingivostomatitis, penyakit
paradontium serta arveolitis.
f) Kelainan Ginekologi
Ozon banyak digunakan dalam pengobatan infeksi genekologi,
intrauterine hingga komplikasi kemoterapi di negara-negara Eropa Timur.
G. KERANGKA KONSEP
Pengaruh terapi ozon bagging terhadap penyembuhan luka pada pasien ulkus
diabetikum.
Independent Dependent
METODE PENULISAN
Compration - -
b) Data base
c) Kriteria Literature
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi dalam literature review diluar tujuan penelitian
1. Naskah dalam bentuk abstrak da tidak dapat diakses.
2. Artikel tidak sesuai topik penelitian.
3. Artikel dalam bahasa selain Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.