Fania Nur A - Proposal KIAN - Logo Kemenkes

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN LANJUT

USIA DENGAN DEPRESI MENGGUNAKAN PENERAPAN


TERAPI REMINISCENCE DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

PROPOSAL KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Disusun Oleh:
FANIA NUR ANGGRAENY
NIM. P17320123510

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2024
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BANDUNG
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL
KIAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN LANJUT


USIA DENGAN DEPRESI MENGGUNAKAN PENERAPAN
TERAPI REMINISCENCE DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG
Disusun Oleh:
FANIA NUR ANGGRAENY
NIM. P17320123510

Disetujui untuk diajukan pada Ujian Sidang Proposal KIAN


Bandung, 28 Februari 2024
Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Zaenal Muttaqin, S.Kep., Ners., M.Kep Vera Fauziah Fatah, S.Kep, Ners, M.Kep
NIP. 196807051997031002 NIP. 198607132019022001

Menyetujui
Ketua Jurusan Keperawatan Bandung
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Dr. Asep Setiawan, SKp., M.Kes


NIP. 197004251993031003

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kebesaran Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Lanjut Usia dengan Depresi Menggunakan Penerapan Terapi Reminiscence di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung”.

KIAN ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan asuhan
keperawatan yang pada akhirnya digunakan untuk penyusunan tugas akhir di
program studi Profesi Ners, Jurusan Keperawatan Bandung di Poltekkes
Kemenkes Bandung.

KIAN ini disusun atas kerjasama dan berkat bantuan dari berbagai pihak.
Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih, rasa
hormat dan penghargaan kepada:

1. Dr. H. Asep Setiawan, SKp. M. Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
2. Dr. Lina Erlina., SKp., MKep., Sp.KMB selaku Ketua Prodi Sarjana
Terapan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
3. Zaenal Muttaqin, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku pembimbing utama yang
telah memberikan arahan dan masukan selama penyusunan KIAN ini.
4. Vera Fauziah Fatah, S.Kep, Ners, M.Kep. selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan KIAN ini.
5. Seluruh dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung yang telah
memberikan pendidikan selama penulis menempuh studi di Poltekkes
Kemenkes Bandung.
6. Kedua orang tua penulis, yang tidak henti-hentinya selalu memberikan doa
dan dukungan terbaik bagi penulis.
7. Serta sahabat, partner, dan seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal
ini.

ii
Penulis menyadari adanya keterbatasan di dalam penyusunan tugas akhir ini.
Besar harapan penulis akan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata,
penulis berharap penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Bandung, 28 Februari 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................4
C. Manfaat.........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Hasil Pencarian Jurnal...................................................................................6
B. Landasan Teori............................................................................................15
1. Konsep Lanjut Usia (Lansia).....................................................................15
2. Konsep Depresi Pada Lansia......................................................................17
3. Konsep Terapi Reminiscence.....................................................................19
4. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa pada Lansia dengan Depresi..............22
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................30
A. Jenis/Desain Karya Ilmiah Akhir Ners........................................................30
B. Subjek Studi Kasus.....................................................................................30
C. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus...................................................................32
D. Fokus Studi Kasus.......................................................................................32
E. Instrumen Penelitian...................................................................................32
F. Pengumpulan Data......................................................................................34
G. Analisis Data...............................................................................................35
H. Etika............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia termasuk negara yang sedang mengalami penuaan penduduk,

dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk usia 60 tahun atau lebih yang

disebut dengan lanjut usia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, persentase

penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia sebesar 11,75% atau sekitar

32.747.250 jiwa pada tahun 2023. Angka tersebut naik 1,27% dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang sebesar 10,48% atau sekitar 28.900.700 jiwa

(Badan Pusat Statistik, 2023).

Semakin bertambahnya usia dan penurunan kognitif yang dialami, lansia

dapat mengalami depresi akibat tidak mampu beradaptasi pada penurunan

kondisi yang dialaminya. Depresi pada lansia adalah emosi atau gangguan alam

perasaan yang disertai dengan beberapa tanda dan gejala meliputi murung, sedih,

putus asa, dan tidak bahagia yang dialami oleh lansia. Depresi merupakan hal

yang sering terjadi pada seseorang yang memasuki usia lanjut. Hal ini

dibuktikan dengan jumlah lansia yang mengalami depresi di Jawa Barat.

Menurut Riskesdas pada tahun 2018 angka depresi lansia yaitu sebesar 7,8% dari

total penduduk usia lanjut dijawa barat. Angka kejadian depresi ini dapat

meningkat seiring bertambahnya jumlah lansia (Riskesdas, 2018)

Depresi pada lansia ini diakibatkan oleh lansia yang tidak memiliki

mekanisme koping yang baik dan memicu kecewaan yang dialami seperti hal
3

yang berkaitan dengan suasana hati, misalnya merasa diabaikan dan juga

terbuang apabila ditempatkan di panti jompo (Rahmawati, 2023).

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi yang berada di Kota Bandung,

diisi oleh keseluruhan lansia berjenis kelamin wanita. Panti ini diisi keseluruhan

oleh lansia dengan jenis kelamin wanita. Jenis kelamin wanita merupakan salah

satu faktor yang memicu terjadinya depresi pada lansia. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hartutik dan Nurrohmah pada tahun 2021 yang

menemukan bahwa faktor jenis kelamin wanita memiliki resiko lebih tinggi

mengalami depresi dibandingkan pria berkaitan dengan ketidakseimbangan

hormon wanita yang mengalami menopouse sehingga mengakibatkan lansia

berjenis kelamin wanita mengalami peningkatan sensitivitas pada perasaannya

dan memicu terjadinya depresi. Maka dari itu, penghuni Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Pertiwi beresiko mengalami depresi (Hartutik dan Nurrohmah,

2021).

Depresi yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan penurunan kualitas

hidup dan mengakibatkan berbagai permasalahan lain, misalnya rentan

mengalami sakit fisik atau yang lebih buruknya lagi yaitu menurunnya keinginan

untuk hidup. Maka dari itu, diperlukan penanganan lebih lanjut untuk menekan

angka kejadian depresi pada lansia (Kyuhyoung dan Seoyoon, 2023).

Penanganan depresi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya

menggunakan teknik Reminiscence, yaitu terapi alternatif yang dapat digunakan

untuk membantu menurunkan tingkat depresi pada lansia. Terapi ini berbentuk
4

terapi psikologis yang digunakan sebagai pengobatan untuk lanjut usia yang

bertujuan agar terjadi peningkatan status kesehatan kejiwaan mereka dengan

mengenang dan mempertimbangkan memori masa lalu yang menyenangkan.

Kenangan menyenangkan ini akan meningkatkan kebahagiaan pada lansia dan

akan memberikan penggambaran bahwa terdapat banyak hal baik yang telah

terjadi dalam hidupnya, meningkatkan rasa syukur, yang secara tidak langsung

akan menekan depresi yang dialami. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Cahyono, Rahmani dan Sukardin pada tahun 2021 berjudul

“Penerapan Reminiscence Therapy dalam Menurunkan Tingkat Depresi Lansia

Kabupaten Lombok Barat”, ditemukan bahwa terdapat pengaruh Reminiscence

Therapy dalam menurunkan depresi pada lansia. Reminiscence therapy dapat

dijadikan sebagai terapi alternatif untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia

(Cahyono dkk., 2021).

Selain itu, terdapat beberapa penelitian lain seperti “Efektivitas Terapi

Reminiscence dalam Mengurangi Depresi Pada Lansia: Telaah Literatur” yang

dilakukan oleh Azizah dan Sudaryanto pada tahun 2023. Penelitian ini

menemukan bahwa terapi reminiscence dapat menurunkan tingkat depresi pada

lansia (Azizah dan Sudaryanto, 2023).

Terdapat pula penelitian lain berjudul “Manfaat Terapi Reminiscence dalam

mengatasi Depresi pada Lansia” yang dilakukan oleh Hermawati dan Permana

pada tahun 2020 yang menunjukan bahwa terapi reminiscence dapat menurunkan

tingkat depresi pada lansia (Hermawati dan Permana, 2020).


5

Maka dari itu, penulis tertarik melakukan kegiatan praktek komprehensif

untuk melakukan asuhan keperawatan jiwa menggunakan penerapan terapi

Reminiscence pada asuhan keperawatan jiwa untuk menurunkan depresi pada

lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Kota Bandung.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari Karya Tulis Ilmiah Ners ini yaitu untuk

menerapkan hasil dari penerapan terapi Reminiscence pada asuhan

keperawatan jiwa pada lansia yang mengalami Depresi di Panti Werdha

Budi Pertiwi.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan ini yaitu:

a. Menerapkan hasil pengkajian pada lansia yang mengalami Depresi di

Panti Werdha Budi Pertiwi.

b. Menerapkan hasil diagnosis keperawatan pada lansia yang mengalami

Depresi di Panti Werdha Budi Pertiwi.

c. Menerapkan hasil intervensi terapi Reminiscence untuk menurunkan

depresi pada lansia di Panti Werdha Budi Pertiwi.

d. Menerapkan hasil implementasi terapi Reminiscence untuk menurunkan

depresi pada lansia di Panti Werdha Budi Pertiwi.

e. Menerapkan hasil evaluasi terapi Reminiscence untuk menurunkan

depresi pada lansia di Panti Werdha Budi Pertiwi.


6

f. Mengetahui hasil analisis terapi Reminiscence untuk menurunkan depresi

pada lansia di Panti Werdha Budi Pertiwi.

C. Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini yaitu dibagi menjadi dua sebagai berikut:

1. Manfaat Keilmuan

Praktek komprehensif ini diharapkan dapat memberikan informasi

keilmuan khususnya dalam bidang keperawatan jiwa terkait efektivitas

terapi Reminiscence untuk menurunkan depresi pada lansia di Panti

Werdha Budi Pertiwi.

2. Manfaat Aplikatif

Hasil dari karya tulis ini diharapkan mampu memberikan informasi

untuk Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi sebagai pemberi

pelayanan kesehatan tentang tindakan keperawatan dengan penerapan

terapi Reminiscence untuk menurunkan depresi pada lansia di Panti

Werdha Budi Pertiwi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Pencarian Jurnal

Pencarian literatur dilakukan dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

yang relevan dengan topik penelitian. Penelusuran dilakukan secara

elektronik dengan menggunakan beberapa database antara lain: Google

Scholar, Researchgate, Elsevier, dan lain-lain, mencakup jurnal keperawatan

Indonesia dan Internasional. Proses pemilihan a literatur dibatasi dari tahun

2019-2024 dan diberi kemudahan akses (open access journals) dengan kata

kunci yaitu: lansia, depresi, reminiscence.

Penulis mendapatkan lima belas jurnal yang terdiri dari jurnal Indonesia

dan jurnal internasional sebagai berikut.

Tabel 2.1 Literature Review

Judul Tujuan Penelitian Metodologi Hasil Penelitian


Penelitian
1 Penerapan Penelitian ini Penelitian ini menggunakan Terdapat
Reminiscence bertujuan untuk subjek: lansia yang mengalami perubahan skor
Therapy dalam mengetahuai depresi di wilayah kerja GDS pada lansia
Menurunkan pengaruh Puskesmas Parempuan sebelum dan
Tingkat Depresi reminiscence Kabupaten Lombok Barat, sesudah diberikan
Lansia therapy terhadap sebanyak 59 lansia Metode: reminiscence
Kabupaten penurunan depresi Penelitian quasy- experiment therapy dan hasil
Lombok Barat pada lansia. (one -group pretest posttest uji Wilcoxon
(Cahyono dkk, design). Instrumen: Kuesioner menunjukkan
2021) skala depresi geriatrik (GDS). nilai p (p-value)
Prosedur: Reminiscence 0,000
therapy dilakukan selama tiga
DOI: sesi dengan durasi waktu kurang
10.36990/hijp.v lebih 25-30 menit setiap sesi.
13i1.242 Pengukuran depresi lansia
dilakukan sebelum pemberian
terapi dan sesudah diberikan
terapi.

6
2 Manfaat Terapi Artikel ini Penelitian ini menggunakan Terapi
Reminiscence bertujuan untuk subjek: 5 artikel tidak reminiscence dari
Dalam mengidentifikasi, menjelaskan besar sampel ke 7 jurnal
Mengatasi mengkritisi dan yang digunakan dalam terapi tersebut
depresi pada menganalisa kelompok reminiscence, menunjukan
Lansia artikel penelitian sedangkan artikel (Lök dkk., bahwa terdapat
(Hermawati dan mengenai manfaat 2019) menggunakan 6 lansia manfaat dalam
Permana, 2020) terapi reminiscence dalam satu kelompok, artikel menurunkan
pada lansia yang (Duru Aşiret & Kapucu, tingkat depresi
DOI: mengalami depresi. 2016) menggunakan 4-5 lansia pada lansia.
10.32584/jikj.v3 dalam satu kelompok,
i1.447 sedangkan artikel (Wu dkk.,
2018) menggunakan terapi
individu reminiscence sejumlah
27 lansia wanita. Metode: enam
artikel menggunakan quasy
experiment dan one grup pretest
post test dan 1 artikel
menggunakan Randomized
Controlled Trial (RCT).
Instrumen: 5 jurnal
menggunakan GDS, 1 jurnal
menggunakan Depression Beck,
dan 1 jurnal menggunakan
Cornell Scale for Depression
in Dementia. Prosedur: Dari
7 artikel yang ditelaah,
didapatkan artikel (Viguer
dkk., 2017) melaksanakan
terapi reminiscence sebanyak
10 sesi selama 3 bulan,
artikel (Tarugu dkk., 2019)
sebanyak 6 sesi, artikel (Wu
dkk., 2018) melakukan
intervensi terapi individu
reminiscence selama 6 minggu.
Tidak dijelaskan mengenai topik
setiap sesi yang dilaksanakan

3 Analysis of Penelitian ini Penelitian ini menggunakan Hasil yang


Nursing Care in bertujuan untuk subjek: satu orang lansia yang didapatkan dari
Elderly with menganalisis terapi berusia 74 tahun. Metode: studi penelitian ini
Depression Reminiscence kasus. Instrumen: GDS yaitu terdapat
Through terhadap penurunan (Geriatri Depression Scale). penurunan skor
Reminiscence skala GDS pada Prosedur: Terapi ini diberikan derpresi yang
Therapy on lansia dengan terbagi dalam 5 sesi yang akan sebelum diberikan
Decreasing masalah depresi dilaksanakan selama 3 hari pada terapi didapatkan
Geriatric tanggal 30 September sampai hasil pengkajian
Depression dengan 02 Oktober 2022. Tata GDS dengan skor
Scales (GDS) cara pelaksaan yaitu dengan 6 (depresi ringan)
(Anggeriyane, mengingat kejadian yang telah dan setelah
2023) dilalui dari masa anak-anak, diberikan terapi
remaja, dewasa, hingga terjadi penurunan
sekarang. Pada hari pertama terhadap skor
https:// terapi dilaksanakan sesi 1 dan 2 GDS menjadi 4
mbunivpress.or. yang mana sesi tersebut (tidak ada depresi
id/journal/ mengingat kenangat masa anak- atau normal).
index.php/jnhe/ anak dan remaja. Hari kedua
article/view/425 dilaksanakan sesi 3 dan 4
dimana sesi tersebut mengingat
kenangan pada masa dewasa
dan kenangan saat berkeluarga
hingga sekarang. Hari ketiga

7
dilaksanakan sesi 5 atau dikenal
dengan sesi evaluasi, dimana
pasien mengungkapkan
perasaannya setelah mengingat
beberapa proses kehidupan yang
telah dilalui. Pada sesi ini
diharapkan pasien juga mampu
melakukan dan menerapkan
terapi ini secara mandiri dalam
kehidupan guna meningkatkan
kualitas hidup serta mencegah
terjadinya depresi.

4 Penurunan Bertujuan untuk Penelitian ini menggunakan Ada pengaruh


Tingkat Depresi mengetahui subjek: enam belas responden terapi
Pada Lansia pengaruh terapi lansia dengan depresi. Metode: reminiscence
dengan Terapi Reminiscence pre ekperiment dengan terhadap
Reminiscence Terhadap Tingkat pendekatan one group pre-test penurunan tingkat
(Sonhaji Depresi pada and post-test design. depresi pada
dkk.,2021) Lansia di Rw 03 Instrumen: GDS dan SOP lansia dengan
Desa Pojok Terapi Reminiscence. p_value = 0,000.
DOI: Wilayah Kerja Prosedur: Pengaturan waktu
10.31983/jnj.v5i Puskesmas yaitu selama 60 menit dalam
2.7957 Pulokulon sekali intervensi, manajemen
Kabupaten waktu yang cukup kepada setiap
Grobogan. responden untuk bercerita,
mendengarkan, dan memberikan
feedback. Tidak ada penjelasan
sesi dan jumlah pertemuan.

5 Efektivitas Tujuan penelitian Penelitian ini menggunakan Berdasarkan hasil


Terapi ini adalah untuk subjek: 5 partisipan lansia uji Wilcoxon
Reminiscence menguji pengaruh dengan penyakit kronis yang Signed Rank Test
untuk Terapi memiliki depresi berat. Metode: menunjukkan
Mengurangi reminiscence Quasy eksperimen one group adanya perbedaan
Depresi pada dalam mengurangi pretest posttest design. skor depresi yang
Lansia dengan depresi pada lansia Instrumen: GDS (Geriatri signifikan antara
Penyakit Kronis dengan penyakit Depression Scale). Prosedur: sebelum dan
(Hariman dkk., kronis. Intervensi ini dilakukan sesudah diberikan
2022) sebanyak lima kali pertemuan Terapi
yang diisi dengan masing- Reminiscence
DOI: masing 1 sesi terapi (0,023; p<0,05)
10.26623/philan reminiscence per satu kali
thropy.v6i2.543 pertemuan per hari (total 5 sesi
6 yang terdiri dari mengenang hal
yang menyenangkan pada masa
kecil, masa remaja, masa
dewasa, masa bersama keluarga
dan dirumah, dan terakhir yaitu
kesimpulan perasaan lansia
setelah mengikuti sesi 1-4) dan
dilakukan pengukuran sebanyak
tiga kali, yaitu sebelum
intervensi, sesudah intervensi
dan satu bulan setelah
intervensi. Waktu setiap sesi
dilakukan sesuai kesepakatan
dengan subjek.

6 Pengaruh Terapi Untuk menganalisis Penelitian ini menggunakan Rata -rata skor
Reminiscence pengaruh terapi subjek: Jumlah responden 10. depresi pre test
Individu reminiscence Metode: pre eksperimen 7,70, dan rata -
terhadap Skor individu terhadap dengan desain one group pre rata skor depresi
8
Depresi Lansia skor depresi test post test. Instrumen: GDS post test adalah
(Hermawati, lansia. (Geriatric Depression Scale). 4. Terdapat
2021). Prosedur: Terapi reminiscence penurunan skor
individu dilaksanakan sebanyak depresi setelah
5 sesi yang dibagi menjadi 5 dilakukan
kali pertemuan yaitu satu sesi intervensi
DOI: dalam satu kali pertemuan per reminiscence
10.53399/ hari dalam waktu kurang lebih dengan nilai p
knj.v3i2.79 60 menit. Pengukuran skor value 0,00 < 0,05
depresi lansia dilaksanakan
sebelum dilaksanakan intervensi
dan sesudah dilaksanakan terapi
reminiscence (total 5 sesi yang
terdiri dari mengenang hal yang
menyenangkan pada masa kecil,
masa remaja, masa dewasa,
masa menikah dan berkeluarga,
dan evaluasi integritas diri)

7 Efektivitas Untuk menganalisis Penelitian ini menggunakan Berdasarkan


Terapi efektivitas subjek: 10 artikel yang pencarian artikel,
Reminiscence terapi reminiscence memenuhi kriteria inklusi. didapatkan 10
dalam dalam mengurangi metode: RCT 4 jurnal dan 6 artikel yang
Mengurangi depresi pada lansia. jurnal menggunakan quasy menunjukkan
Depresi Pada experiment. Instrumen: terdapat pengaruh
Lansia: Telaah Pengukuran skor depresi positif dan efek
Literatur mayoritas menggunakan GDS signifikan
(Azizah dan Prosedur: Prosedur terapi terhadap
Sudaryanto, reminiscence dapat dilakukan 1- pemberian
2023) 2 kali seminggu selama 6-12 terapi reminiscenc
minggu dengan durasi 30-60 e dalam
DOI: menit. Terapi reminiscence mengurangi
10.24853/mujg. dapat dilakukan secara depresi pada
4.2.%25p individu maupun berkelompok lansia.
yang terdiri dari 6-10 orang.
Apabila dilakukan secara
individu yaitu 20-30 menit,
sedangkan kelompok 30-60
menit. Jumlah sesi tidak
dijabarkan.

8 Reduction in Penelitian ini Penelitian ini menggunakan Hasil uji


Depression bertujuan untuk subjek: jumlah sampel Wilcoxon
Scores with mengetahui sebanyak 30 responden, yang menunjukkan
Reminiscence efektivitas terapi terdiri dari 8 pria dan 22 wanita. hasil yang
Therapy in The Reminiscence Metode: desain one group pre signifikan (p <
Elderly (Husna dalam menurunkan test post test. Instrumen: GDS 0,001) antara
dan Wahyuni, depresi pada lansia. (Geriatric Depression Scale). terapi
2023) Prosedur: Peneliti mencari Reminiscence
jurnal dengan menggunakan dengan depresi
keyword yang digunakan pada lansia
dalam mencari artikel, yaitu sebelum dan
reminiscence sesudah terapi,
therapy, reminiscence dengan nilai
journal.institerc intervention, depression, Mean sebelum
om-edu.org/ depressed, elderly, serta older (10,20), SD
index.php/multi adults. Artikel kemudian dipilah sebelum (0,805),
ple/article/view/ sesuai dengan kriteria inklusi dan nilai Mean
45/38 dan eksklusi dan kemudian di sesudah (7,067),
analisis. SD (1,946).
Berarti terdapat
perubahan skor
9
yang menunjukan
menurunnya
depresi pada
lansia

9 Reminiscence Penelitian ini Penelitian ini menggunakan Keberadaan


Therapy bertujuan untuk subjek: 30 orang lansia. depresi diukur
Decreases the mengetahui Metode: Quasy eksperimen dengan kuesioner
Level of efektivitas terapi dengan desain one group pre Geriatric
Depressions mengingat kembali test post test. Instrumen: Depression Scale
among Elderly: dalam mengurangi Geriatric Depression Scale (GDS).
A Quasi depresi pada lansia (GDS). Prosedur: terapi Ditemukan bahwa
Experiment reminiscence terdapat 5 sesi dan terapi mengenang
(Husna dkk., dilakukan dalam 9 kali secara signifikan
2022) pertemuan. Sesi 1-4 mengurangi
masing-masing dilakukan 2 kali tingkat keparahan
DOI: pertemuan, sedangkan sesi 5 depresi (p <.001),
10.36349/easjn hanya dilakukan 1 kali
m.2022.v04i04. pertemuan. Pertemuan setiap
005 sesinya membutuhkan waktu 75
menit.

10 Pengaruh Terapi Tujuan penelitian Penelitian ini menggunakan Terdapat


Reminiscence ini adalah untuk subjek: 29 responden lansia pengaruh terapi
Terhadap mengetahui dengan depresi. metode: Quasi reminiscence
Penurunan pengaruh terapi Eksperimen pre-test dan post- terhadap
Tingkat Depresi reminiscence test design. Intrumen: penurunan tingkat
Pada Lansia terhadap penurunan Geriatric Depression Scale depresi pada
(Rokayah dkk., tingkat depresi pada (GDS). Prosedur: Tidak lansia diperoleh
2019) lansia dijelaskan berapa lama waktu nilai p value
pemberian intervensi, namun 0,000
DOI: peneliti menginformasikan
10.32583/pskm. bahwa dilakukan pretest dan
9.2.2019.73-78 post test sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi.

11 Reminiscence Penelitian ini Penelitian ini menggunakan Penelitian ini


Therapy bertujuan untuk Subjek: penelitian ini dilakukan menggambarkan
through Kidung mengetahui pada 33 Lansia di Mataram. bahwa terdapat
Bali for pengaruh Terapi metode: quasi-experimental perubahan pada
Depression of Reminiscence study. Instrumen: Geriatric Skor Skala
older people melalui Kidung Depression Scale (GDS). Depresi Geriatri.
living in Urban Bali terhadap Prosedur: Sebelum dan Sebelum
area (Sukardin perubahan depresi sesudah diberikan terapi diberikan terapi
dkk., 2021) pada lansia di Reminiscence, peneliti reminiscence.
daerah perkotaan. mengukur tingkat depresi lansia Sebelum
dengan menggunakan Geriatric diberikan terapi
Depression Scale (GDS). Terapi reminiscence
Reminiscence dilakukan selama diperoleh nilai
DOI: lima hari, dengan durasi terapi rata-rata sebesar
10.33221/jiiki.v kurang lebih 30-40 menit setiap 5,67 dan setelah
11i02.766 pertemuan. Tidak dijabarkan diberikan terapi
mengenai sesi yang reminiscence nilai
dilaksanakan setiap pertemuan. rata-rata berubah
menjadi 3,15.
Statistik Hasil uji
statistik
menunjukkan
nilai p-value < α
(0,000 < 0,05).

12 Effects of Penelitian ini Penelitian ini menggunakan Temuan


Reminiscence bertujuan untuk subjek: 32 lansia dengan menunjukkan
10
Therapy on menyelidiki alzeimer metode: quasi- bahwa terapi
Depression for pengaruh terapi experimental pre-test and mengenang secara
Elderly with reminiscence post-test design. Instrumen: individual secara
Alzheimer’s individual terhadap Depression level (Cornell Scale signifikan
Disease (Anum tingkat depresi pada for Depression). Prosedur: mempengaruhi
dkk., 2020) lansia dengan lansia di kelompokan menjadi tingkat depresi
penyakit dua kelompok dan diminta pada lansia
DOI: Alzheimer. untuk mengisi kuesioner dengan
10.21834/jabs.v pengukuran depresi. Setelah itu Alzheimer.
5i15.341 dilakukan terapi reminiscence
selama enam minggu. Diakhir
pertemuan, lansia diminta untuk
mengisi kuesioner yang sama
untuk mengukur skor depresi.

13 The Use of Tujuan dari Penelitian ini menggunakan Para peserta


Reminiscence penelitian ini adalah subjek: tiga puluh orang menunjukkan
Therapy untuk menunjukkan dewasa berusia 65-97 tahun hasil yang nyata
Intervention to manfaat dari terapi dengan demensia ringan. penurunan gejala
Improve ingatan dalam Metode: Systematic Review. depresi pasca
Depressive mengurangi gejala Instrumen: Geriatric intervensi.
Symptoms in depresi pada orang Depression Rating Scale. Penelitian ini
Older Adults dewasa dengan Prosedur: Sesi mingguan memberikan
with Mild demensia ringan Terapi Ingatan sederhana dukungan untuk
Dementia Living yang tinggal di selama 45-60 menit diberikan efektivitas terapi
in a Nursing panti jompo selama delapan minggu. Para reminiscence
Home (Oriaifo, peserta diskrining menggunakan sebagai intervensi
2021) Geriatric Depression Rating pada orang
Scale (GDS) sebelum dan dewasa yang lebih
sesudah intervensi untuk tua dengan
www.proquest.c mengetahui tingkat depresi. Sesi demensia,
om/openview/ dalam terapi tidak dijelaskan. khususnya dalam
438c2fc6c9f712 mengurangi gejala
38d5326534bde depresi.
342b6/1?pq-
origsite=gschola
r&cbl=18750&d
iss=y

14 A study to Mengevaluasi Penelitian ini menggunakan Penelitian ini


assess the efektivitas terapi subjek: 60 orang lansia. menunjukkan
effectiveness of reminiscence Metode: pra eksperimental. bahwa pada saat
reminiscence terhadap tingkat Instrumen: variabel demografi pre-test di antara
therapy on level depresi pada lansia dan GDS. Prosedur: Sebanyak 60 lansia, 11
of depression di panti werdha. 60 lansia dipilih dengan (18%) lansia
among elderly menggunakan kriteria inklusi dalam keadaan
people at dan masing-masing dimasukkan normal, 25 (42%)
selected old age ke dalam kelompok yang terdiri lansia dalam
home (Raji & dari 10 orang lansia. Dilakukan keadaan depresi
Kamala, 2021) pre test untuk mengukur tingkat ringan, dan 24
depresi pada lansia setelah itu (40%) lansia
para lansia menjalani 4 sesi dalam keadaan
terapi reminisense dengan topik depresi berat.
yang dipilih seperti masa kecil, Setelah terapi
pekerjaan, pernikahan, dan lagu- reminiscence, 51
lagu lama. Lansia berdiskusi (85%) lansia
www.annalsofrs mengenai semua topik tersebut dalam keadaan
cb.ro/ selama 2 jam dalam seminggu normal dan 09
index.php/ selama 4 minggu di bawah (15%) lansia
journal/article/ pengawasan peneliti. Setiap dalam keadaan
view/8781 kelompok mendapatkan depresi ringan.
intervensi satu kali dalam Hal ini
seminggu. Diskusi kelompok menunjukkan
11
terfokus digunakan oleh peneliti bahwa setelah
untuk terapi ini. Setelah empat terapi
minggu, skor depresi dinilai reminiscence
kembali tingkat depresi
mengalami
penurunan.

15 Effectiveness of Tujuan dari Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian


Reminiscence penelitian ini adalah subjek: 150 lansia. Metode: menunjukkan
Therapy on untuk menunjukkan pre -experimental one group bahwa terapi
Depression manfaat dari terapi pretest –post test design. reminiscence
among Geriatric dalam mengurangi Instrumen: Geriatric efektif dalam
Population gejala depresi pada Depression Scale (GDS). menurunkan
living in old age orang dewasa Prosedur: Pretest dilakukan tingkat depresi
homes of dengan demensia pada hari pertama. Enam sesi pada partisipan
Punjab (Bansal ringan yang tinggal (dua kali seminggu selama 3 penelitian secara
dan Gill, 2019) di panti jompo minggu) diberikan untuk terapi signifikan
ini. Posttest pada populasi lansia
www.researchp setelah 21 hari pre test pada
ublish.com/ subjek penelitian.
upload/book/
Effectiveness
%20of
%20Reminiscen
ce%20Therapy-
7066.pdf

Penulis melakukan pencarian artikel dimulai dengan menggunakan perumusan PICO (Problem,

Intervention, Comparison, Outcome) yang digunakan dalam pencarian artikel secara klinis. Rumusan

PICO dalam pencarian artikel ini adalah:

P: Lansia dengan Depresi

I: Terapi Reminiscence

C: Tidak ada pembanding dengan intervensi lain

O : Penurunan tingkat depresi

Penulis melakukan pencarian artikel menggunakan kata kunci untuk mendapatkan artikel yang

spesifik. Hal ini dilakukan supaya dapat memberi kemudahan bagi setiap peserta untuk mendapatkan

inti dalam permasalahan yang sedang dibahas. Penulis mendapatkan lima belas artikel yang

keseluruhan artikel bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian terapi reminiscence untuk

menurunkan depresi pada lansia.

12
Setelah penulis melakukan analisa terhadap keseluruhan jurnal yang telah disampaikan pada tabel

diatas, dua jurnal pada nomor (2) dan (7) merupakan penelitian studi literatur. Sedangkan tiga belas

jurnal melaksanakan intervensi langsung pada sampel lansia dengan depresi. Keseluruhan jurnal

penerapan terapi reminiscence pada lansia dengan depresi diatas menunjukan bahwa terdapat

perubahan yang signifikan terhadap penurunan depresi lansia. Jurnal-jurnal ini menggunakan pretest

posttest design dengan instrumen menggunakan kuisioner GDS (Geriatric Depression Scale), kecuali

pada jurnal (12) yang menggunakan instrumen Cornell Scale for Depression (CSD).

Prosedur pelaksanan yang terdiri dari sesi, waktu, dan tahapan reminiscence dijelaskan oleh

beberapa jurnal yaitu jurnal penelitian nomor (3), (5), dan (6) yaitu terapi reminiscence yang dilakukan

terdiri dari 5 sesi yang terdiri dari mengenang hal yang menyenangkan pada masa kecil, masa remaja,

masa dewasa, masa berkeluarga, dan evaluasi integritas diri. Implementasi diberikan dalam rentang

waktu kurang lebih 60 menit setiap sesi atau sesuai kesepakatan dengan subjek penelitian dalam satu

kali pertemuan (total pertemuan tiga kali pada jurnal (3) dan lima kali pertemuan pada jurnal (5) dan

(6)).

Berdasarkan hal tersebut, jurnal (5) dan (6) dapat menjadi jurnal utama dalam pengembangan

penelitian intervensi kali ini dikarenakan waktu penelitian yang cenderung singkat dengan efektifitas

yang sama untuk hasil yang diberikan dalam 5 kali pertemuan dan jurnal ini menggunakan GDS

sebagai alat ukur yang digunakan mayoritas penelitian serupa tentang reminiscence terhadap depresi

lansia.

13
B. Landasan Teori

1. Konsep Lanjut Usia (Lansia)

a. Definisi Lansia
Lanjut usia (Lansia) adalah suatu proses alami dalam perjalanan hidup manusia.

Menurut UU RI No. 13 tahun 1998 (dalam Wisnusakti dan Sriati, 2021) seseorang disebut

lansia apabila telah memasuki usia 60 tahun ke atas tanpa ada pembeda antara laki laki ataupun

wanita.

Lanjut usia menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (dalam Mampa dkk.,

2022) adalah suatu individu yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Hal ini sejalan dengan

definisi lansia yang dikeluarkan oleh United Nations High Commissioner of Refugees

(UNHCR) bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas (UNHCR, 2020).

Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi dari lanjut usia merupakan

seorang individu baik pria ataupun wanita yang telah berusia 60 tahun keatas.

b. Klasifikasi Lansia

Lansia memiliki beberapa tingkatan usia yang berbeda. World Health Organization

(WHO) (dalam Friska dkk., 2020) menggolongkan batasan usia lansia menjadi 4 yaitu; usia

pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old)

75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Selain itu, terdapat penggolongan batasan usia yang berbeda dari yang dikemukakan

oleh WHO, yaitu penggolongan batasan usia lansia menurut Peraturan Menteri Kesehatan.

Batasan usia lansia yaitu: Pra lanjut usia: 45-59 tahun, lanjut usia: 60-69 tahun, kelompok

lansia dan resiko tinggi: 60 tahun keatas dengan masalah kesehatan (PMK, 2016).

c. Masalah Kesehatan Lansia

Proses degeneratif pada lansia akan menunjukan berbagai perubahan fungsi baik fisik,

mental, maupun psikososial. Perubahan-perubahan ini saling berkaitan satu sama lain. Sebagai

14
contoh, seorang lansia yang mengalami kelemahan akibat perubahan fisik akan mengalami

penurunan pada konsep diri seperti malu akan kulitnya yang makin keriput, merasa rendah diri

akibat kelemahan fisiknya, dan lain-lain. Penurunan konsep diri lansia akan menimbulkan

permasalahan mental seperti depresi. Konsep diri dan depresi pada lansia saling berhubungan

satu sama lain. Lansia yang tidak mampu beradaptasi dapat mengalami depresi. Semakin

positif konsep diri lansia, maka semakin rendah tingkat depresi lansia (Flora, 2019).

Saat ini, banyak dari lansia yang berisiko terkena kondisi kesehatan mental seperti

depresi dan gangguan kecemasan. Menurut Riskesdas tahun 2018, depresi lansia memiliki

angka yang cukup tinggi. Pada kelompok usia 55-64 tahun terdapat 6,5% lansia dengan depresi,

usia 65-74 tahun terdapat 8,0% lansia dengan depresi, dan usia lebih dari 75 tahun sekitar 8,9%

lansia dengan depresi (Riskesdas, 2018).

2. Konsep Depresi Pada Lansia

a. Definisi Depresi Pada Lansia

Depresi adalah salah satu penyakit mental paling umum yang terlihat pada usia

lanjut. Depresi pada lansia adalah emosi atau gangguan alam perasaan yang disertai dengan

beberapa tanda dan gejala meliputi murung, sedih, putus asa, rasa susah dan tidak bahagia yang

dialami oleh lansia (Ilannoor dkk., 2020).

Depresi pada lansia dengan penyakit kronis adalah seseorang yang mengalami

gangguan mood menetap, gangguan fungsi secara nyata dalam melakukan aktivitas sehari-hari,

penyakit yang bersifat menetap atau berlangsung lama menyebabkan ketidakmampuan karena

menimbulkan kerusakan permanen yang memengaruhi penurunan kondisi atau bahkan

menghilangkan kemampuan dalam berbagai fungsi pada usia diatas 60 tahun (Hariman dkk.,

2022).

15
Depresi pada lansia adalah gangguan mental yang dialami individu usia 60 tahun ke atas

seperti perasaan sedih, adaya kecemasan, sulit tidur dan tidak memiliki harapan (WHO, 2020).

Depresi lansia merupakan ganguan mental yang ditandai dengan perasaan sedih

terus menerus, hilangnya kesenangan dan minat, timbulnya rasa bersalah dan harga diri

rendah pada lansia (Nareswari, 2021).

Menurut pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa depresi lansia merupakan

gangguan mental yang dialami oleh individu berusia diatas 60 tahun yang ditandai dengan

hilangnya kesenangan dan minat, murung, putus asa, harga diri rendah, perasaan sedih, adaya

kecemasan, sulit tidur dan tidak memiliki harapan.

b. Klasifikasi Depresi

Depresi pada lansia secara umum sama dengan depresi pada umumnya. Hal yang

membedakan depresi lansia dengan depresi pada tingkatan usia lainnya hanya pada faktor

predisposisi dan presipitasi yang mendasari depresi. Maka dari itu, tingkat depresi pada setiap

usia sama. Tingkat depresi (Cahyono dkk., 2021) dibagi menjadi kategori normal depresi

ringan, depresi sedang, depresi berat.

Depresi ringan melibatkan lebih dari sekadar perasaan sedih sementara. Gejala bisa

berlangsung selama berhari-hari dan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.

Depresi moderat atau sedang adalah tingkat yang lebih berat dari depresi ringan.

Depresi sedang dan ringan memiliki gejala yang hampir sama. Namun, biasanya depresi sedang

dapat menyebabkan masalah dengan harga diri, mengurangi produktivitas, terlalu sensitif,

khawatir berlebihan hingga merasa diri tak berguna.

Depresi berat berlangsung rata-rata enam bulan atau lebih lama. Kadang-kadang depresi

berat bisa hilang setelah beberapa saat, tetapi bisa juga berulang bagi sebagian orang.

c. Masalah Depresi Pada Lansia

16
Seseorang yang mengalami depresi ringan dan sedang dapat menyebabkan perasaan

putus asa, mudah marah, rasa bersalah, tak bersemangat, sulit konsentrasi, kurang motivasi,

rasa kantuk di siang hari, insomnia, perubahan nafsu makan hingga keteledoran. Sedangkan

depresi berat dapat menyebabkan delusi, pingsan, halusinasi hingga keinginan bunuh diri

(Cahyono dkk., 2021).

Apabila dilihat dari berbagai macam dampak yang terjadi pada setiap tingkatan depresi

pada lansia, maka diperlukannya intervensi yang mendukung untuk mengatasi permasalah

depresi lansia agar tidak semakin berat. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan yaitu

menggunakan teknik terapi Reminiscence.

3. Konsep Terapi Reminiscence

a. Definisi Terapi Reminiscence

Terapi Reminiscence adalah terapi alternatif yang dapat digunakan untuk membantu

menurunkan tingkat depresi pada lansia. Terapi ini berbentuk terapi psikologis yang digunakan

sebagai pengobatan untuk lanjut usia yang bertujuan agar terjadi peningkatan status kesehatan

kejiwaan mereka dengan mengenang dan mempertimbangkan memori masa lalu yang

menyenangkan. Kenangan menyenangkan ini akan meningkatkan kebahagiaan pada lansia dan

akan memberikan penggambaran bahwa terdapat banyak hal baik yang telah terjadi dalam

hidupnya, meningkatkan rasa syukur, yang secara tidak langsung akan menekan depresi yang

dialami (Cahyono dkk., 2021).

b. Manfaat Terapi Reminiscence

Poorneselvan & Steefel (dalam Rokayah dkk., 2019) dalam penelitian terkait efek

Individual Reminiscence terhadap harga diri dan depresi pada lansia di India, didapatkan bahwa

terapi Reminiscence yang dilakukan selama 6 hari dapat memberikan efek peningkatan harga

diri dan penurunan depresi pada lansia.

17
Manfaat terapi Reminiscence ini dibuktikan melalui penelitian berjudul “Penerapan

Reminiscence Therapy dalam Menurunkan Tingkat Depresi Lansia Kabupaten Lombok Barat”

yang dilakukan oleh Cahyono, Rahmani dan Sukardin pada tahun 2021, ditemukan bahwa

terdapat pengaruh Reminiscence Therapy dalam menurunkan depresi pada lansia. Reminiscence

therapy dapat dijadikan sebagai terapi alternatif untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia

(Cahyono dkk., 2021).

Selain itu, terdapat beberapa penelitian lain seperti “Efektivitas Terapi Reminiscence

dalam Mengurangi Depresi Pada Lansia: Telaah Literatur” yang dilakukan oleh Azizah dan

Sudaryanto pada tahun 2023 dan “Manfaat Terapi Reminiscence dalam Mengatasi Depresi pada

Lansia” yang dilakukan oleh Hermawati dan Permana pada tahun 2020 yang menunjukan

bahwa terapi reminiscence dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia (Azizah dan

Sudaryanto, 2023; Hermawati dan Permana, 2020).

c. Prosedur Terapi Reminiscence

Terapi Reminiscence memiliki lima sesi yang memiliki topik yang berbeda-beda.

Berikut prosedur Terapi Reminiscence (Hermawati, 2021).

1) Pada sesi satu ini tujuan terapi adalah sharing pengalaman masa anak-anak (usia 6-12

tahun). Terapis memberikan kesempatan pada semua peserta untuk berkenalan dan

menceritakan pengalaman masa anak-anak.

2) Pada sesi dua, lansia diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman menyenangkan

saat lansia di masa remaja.

3) Pada sesi 3 menceritakan hal yang menyenangkan menyenangkan saat lansia di masa

dewasa, entah saat menikah dan lain-lain.

4) Pada sesi 4 ini lansia menceritakan pengalaman menyenangkan saat sudah berkeluarga dan

melihat perkembangan anak anaknya sampai menikah atau hal lain yang menyenangkan

saat sudah berkeluarga.

18
5) Pada sesi 5 ini terapis mengevaluasi kegiatan terapi dari masa anak-anak sampai usia 50

tahun. Terapis memberikan kesempatan kepada lansia untuk menyampaikan cita-cita,

harapan, serta penyampaian manfaat yang dirasakan setelah mengikuti keseluruhan sesi

terapi reminiscence.

4. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa pada Lansia dengan Depresi

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap dasar dari seluruh proses keperawatan

dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data. Supaya dapat mengidentifikasi

masalah-masalah yang terjadi pada klien dengan depresi, perlu diperhatikan hal sebagai berikut.

1) Faktor Predisposisi

Faktor-faktor psikososial juga berperan sebagai faktor predisposisi depresi. Orang tua

seringkali mengalami periode kehilangan orang-orang yang disekitarnya.

Faktor penurunan kekuatan dan fungsi fisik juga meningkatkan kerentanan terhadap

depresi dengan berkurangnya kemapuan untuk merawat diri sendiri. Berkurangnya fungsi

penglihatan dan pendengaran akan mengakibatkan lansia terisolasi dan berujung pada

depresi. Berkurangnya kemampuan daya ingat dan fungsi berpikir dapat menimbulkan

terjadinya depresi.

Selain itu, kehilangan mata pencaharian, penghasilan, dan dukungan keluarga dengan

seiring bertambahnya usia turut menjadi faktor predisposisi lansia mengalami depresi

(Sofyan dkk., 2022).

2) Faktor Presipitasi

Seiring kehidupan lansia yang semakin tua, maka akan banyak kejadian-kejadian

yang dapat menjadi faktor terjadinya depresi lansia. Salah satu contohnya yaitu terjadinya

19
kejadian yang tidak diinginkan yang merupakan faktor presipitasi depresi pada lansia

(Sofyan, 2022).

3) Mekanisme Koping

Seseorang dapat mengalami depresi dikarenakan mekanisme koping yang tidak

konstruktif. Pada lansia depresi, lansia cenderung untuk menutup diri dan tidak ingin

membicarakan masalahnya kepada orang lain. Hal ini dapat disebabkan karena pengalaman

yang tidak menyenangkan dimasa lalu. Selain itu, lansia juga dapat mengungkapkan

amarah berlebihan dan yang akan menimbulkan penarikan diri pada lingkungan sosial

(Oktaviana, 2018).

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama yang sering muncul pada lansia dengan depresi yaitu:

a. Harga diri Rendah

b. Koping Individu Tidak efektif

c. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan untuk diagnosa harga diri rendah dan koping individu tidak

efektif adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

Dx Perencanaan
Keperawata
n Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Harga diri TUM: klien


rendah dapat
melakukan
aktivitasnya
sehari-hari

TUK:

1. Klien dapat
membina 1. Ekpresi wajah tidak 1. Bina hubungan saling
hubungan bersahabat, percaya dengan
saling menunjukkan ekspresi mengungkapkan

20
percaya datar, kontak mata prinsip komunikasi
dengan kurang, mau berjabat terapeutik :
perawat tangan, mau
menyebutkan nama,  Sapa klien
mau menjawab salam, dengan ramah
klien mau duduk baik verbal
berdampingan dengan maupun non
perawat, mau verbal
mengutarakan masalah  Perkenalkan diri
yang dihadapi. dengan sopan
 Tanyakan nama
lengkap dan
nama panggilan
yang disukai
klien
 Jelaskan tujuan
pertemuan
 Jujur dan
menepati janji
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
 Beri perhatian
kepada dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat 2. Klien mengidentifikasi 2.1. Diskusikan
mengidentifi kemampuan dan aspek kemampuan dan
kasi positif yang dimiliki aspek positif yang
kemampuan dimiliki klien dan
dan aspek  Kemampuan yang buat daftarnya jika
positif yang dimiliki klien klien tidak mampu
dimiliki  Aspek positif mengidentifikasi
keluarga maka dimulai oleh
 Aspek positif perawat untuk
lingkungan yang memberi pujian
dimiliki klien pada aspek positif
yang dimiliki klien

2.2. Setiap bertemu klien


hindarkan memberi
penilaian negative

2.3. Utamakan memberi


pujian yang realistis

3. Klien dapat 3. Klien menilai 3.1. Diskusikan dengan


menilai kemampuan yang dimiliki klien kemampuan
kemampuan untuk dilaksanakan yang masih dapat
yang dimiliki dilaksanakan
untuk selama sakit.
dilaksanakan 3.2. Diskusikan
kemampuan yang
21
dapat dilanjutkan
pelaksanaannya

4. Klien dapat 4. Klien membuat rencana 4.1. Rencanakan bersama


(menetapkak kegiatan harian klien aktivitas yang
an) dapat dilakukan
merencanaka setiap hari sesuai
n kegiatan kemampuang.
sesuai
dengan  kegiatan mandiri
kemampuan  kegiatan dengan
yang dimiliki bantuan
sebagian
 kegiatan yang
membutuhkan
bantuan total.
4.2. Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
toleransi kondisi
klien.

4.3. Beri contoh cara


pelaksanaan
kegiatan yang boleh
klien lakukan.

5. Klien dapat 5. Klien melakukan 5.1. Beri kesempatan


melakukan kegiatan sesuai kondisi pada klien untuk
kegiatan dan kemampuannya. mencoba kegiatan
sesuai yang telah
kondisi dan direncanakan.
kemampuann 5.2. Beri pujian atas
ya keberhasilan klien.
5.3. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan setelah
pulang.
6. Klien dapat 6. Klien memanfaatkan 6.1. Beri pendidikan
memanfaatka system pendukung yang kesehatan pada
n system ada di keluarga. keluarga tentang
pendukung cara merawat klien
yang ada dengan harga diri
rendah.

6.2. Bantu keluarga


memberikan
dukungan selama
klien di rawat.

6.3. Bantu keluarga


menyiapkan
lingkungan di
rumah.

Koping TUM : Klien


individu tidak dapat
22
efektif memiliki
koping yang
efektif

1. Setelah dilakukan 1. Bina hubungan


TUK 1 : Klien
interaksi selama 10 saling percaya
dapat
menit, klien dapat dengan
membina
menunjukkan tanda- menggunakan
hubungan
tanda percaya pada prinsip komunikasi
saling
perawat dengan terapeutik :
percaya
dengan
kriteria :  Sapa klien
perawat  Ekspresi wajah dengan ramah
bersahabat  Kenalkan nama,
 Menunjukkan dan tujuan
rasa senang memperkenalka
 Ada kontak mata n diri
 Mau berjabat  Tanyakan nama
tangan lengkap dan
 Mau panggilan
menyebutkan  Buat kontrak
nama yang jelas
 Mau menjawab  Tunjukan sikap
salam jujur dan
menepati janji
 Beri
perhatianpada
klien
 Tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang
dihadapinya
2. Klien dapat 2. Setelah dilakukan 2.1 Ijinkan klien untuk
mengungkap interaksi selama 10 menangis
kan menit, klien mampu 2.2 Sediakan kertas dan
perasaannya mengungkapkan alat tulis jika klien
secara bebas perasaannya secara belum mau bicara
bebas 2.3 Nyatakan kepada
klien bahwa
perawat dapat
mengerti apabila
klien belum siap
membicarakan
masalahnya
3. Klien dapat 3. Setelah dilakukan 3.1 Tanyakan kepada
mengidentifi interaksi selama 10 klien apakah pernah
kasi koping menit, klien dapat mengalami hal yang
dan perilaku mengidentifikasi sama.
yang koping dan perilaku 3.2 Tanyakan cara-cara
berkaitan yang berkaitan yang dapat
dengan dengan kejadian yang dilakukan dalam
kejadian dihadapi mengatasi perasaan
yang dan masalah.
dihadapi. 3.3 Identifikasi koping
23
yang pernah dipakai
3.4 Diskusikan dengan
klien alternatif
koping yang tepat
bagi klien
4.Klien dapat 4. Setelah dilakukan 4.1 Diskusikan tentang
memodifikas interaksi selama 15 masalah yang
i pola menit, klien dapat dihadapi klien
kognitif yang memodifikasi pola 4.2 Klarifikasi
negatif kognitif yang negatif pembicaraan negatif
dan bantu untuk
menurunkan melalui
interupsi substitusi
4.3 Bantu klien
meningkatkan
pemikiran yang
positif
4.4 Identifikasi
ketetapan persepsi
klien yang tepat,
penyimpangan dan
pendapat yang tidak
rasional
4.5 Kurangi penilaian
yang negatif tentang
dirinya
4.6 Evaluasi ketepatan
persepsi, logika dan
kesimpulan yang
dibuat klien
4.7 Bantu klien untuk
menyadari nilai
yang dimilikinya /
perilaku dan
perubahan yang
terjadi
5. Klien dapat 5. Setelah dilakukan 5.1 Libatkan klien
berpartisipasi interaksi selama 10 dalam menetapkan
dalam menit, klien dapat tujuan perawatan
pengambilan berpartisipasi dalam yang ingin dicapai
keputusan pengambilan keputusan 5.2 Motivasi klien
yang yang berkenaan dengan untuk membuat
berkenaan perawatan dirinya jadwal aktivitas
dengan perawatan diri.
perawatan 5.3 Beri klien privasi
dirinya sesuai kebutuhan
yang ditentukan
5.4 Beri reinforcement
positif untuk
keputusan yang
dibuat
5.5 Beri pujian jika
klien berhasil
6. Klien dapat 6. Setelah dilakukan 6.1 Bantu klien untuk
memotivasi interaksi selama 10 menetapkan tujuan
24
untuk aktif menit, klien dapat yang realistik.
mencapai memotivasi untuk aktif Fokuskan kegiatan
tujuan yang mencapai tujuan yang pada saat ini, bukan
realistik A. realistik kegiatan masa lalu
Setelah 6.2 Bantu klien
dilakukan mengidentifikasi
interaksi area situasi
selama 10 kehidupan yang
menit, klien dapat dikontrolnya
dapat 6.3 Identifikasi cita-cita
memotivasi yang ingin dicapai
untuk aktif 6.4 Dorong untuk
mencapai berpartisipasi dalam
tujuan yang beraktivitas tersebut
realistik 6.5 Motivasi keluarga
untuk berperan
aktif dalam
membantu klien
menurunkan rasa
bersalah
Sumber: SDKI, SIKI, SLKI (Tim Pokja PPNI, 2018)

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam merencanakan asuhan

keperawatan. Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi

pengumpulan data dan analisis data.

1) Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data pasien secara holistik, meliputi aspek

biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Proses pengumpulan data dilakukan

melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik. Instrumen

yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pedoman asuhan keperawatan

jiwa serta kuesioner pengukuran depresi sesuai dengan subjek yang akan diukur.

Pada remaja yang mengalami depresi terdapat beberapa data yang harus dikaji

yaitu:

25
a) Identitas pasien dan penanggung jawab

Identitas yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,

alamat, dan status marital.

b) Faktor presipitasi dan presipitasi

Gangguan depresi dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan

berperan. Kerabat tingkat pertama dari individu yang mengalami depresi memiliki

kemungkinan 3 kali lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan populasi

umum.

Ada faktor risiko biologis potensial yang telah diidentifikasi untuk depresi

pada lansia. Penyakit neurodegeneratif (terutama penyakit Alzheimer dan

penyakit Parkinson), stroke, kanker, dan nyeri kronis telah dikaitkan dengan

tingkat depresi. Peristiwa hidup menjadi pemicu berkembangnya depresi.

Peristiwa traumatis seperti kematian atau kehilangan orang yang dicintai,

kurangnya atau berkurangnya dukungan sosial, beban pengasuh, masalah

keuangan, kesulitan interpersonal, dan konflik merupakan contoh pemicu stres

yang dapat memicu depresi (Chand et al., 2024).

c) Pemeriksaan fisik

Proses pemeriksaan fisik dilakukan dengan metode inspeksi, auskulasi,

palpasi dan perkusi. Tanda gejala yang ditemukan dalam pemeriksaan fisik pada

pasien dengan depresi di antaranya nyeri, penurunan berat badan, kelelahan, tanda

perilaku bunuh diri (memotong, mengorek kulit, membenturkan kepala ke

dinding, mengencangkan tali atau benda di pergelangan tangan, atau menusuk diri

26
sendiri) serta kondisi yang berkaitan dengan penyakit kronis seperti stroke atau

kanker (Chand et al., 2024).

d) Data psikososial

Pasien dengan depresi akan memiliki konsep diri yang negatif meliputi

persepsi diri yang tidak berharga dan merasa tidak berguna, harga diri yang

rendah, citra diri negatif, pesimis, merasa bersalah atau marah (Remes et al.,

2021).

e) Status mental

Status mental yang dapat menandakan seseorang mengalami depresi menurut

(Ernsrmeyer & Christman, 2022) yaitu :

(1) Tingkat Kesadaran/Orientasi : Disorientasi/bingung. Pasien mungkin

sangat fokus pada diri sendiri dan mungkin tampak bingung ketika

menghadapi orang lain memulai percakapan atau membicarakan kejadian

terkini karena mereka tidak menyadari apa yang terjadi di sekitar mereka

karena depresi mereka.

(2) Penampilan dan Perilaku Umum :

(a) Berantakan. Rambut pasien mungkin tidak disisir, dan mungkin tidak

dicuci dengan perawatan gigi yang buruk. Mereka mungkin

mengenakan pakaian kotor dengan noda makanan dan memiliki bau

badan sehingga sedikit atau tidak ada perhatian terhadap perawatan

diri.

27
(b) Gangguan tidur. Pasien mungkin menunjukkan terlalu banyak tidur

(yaitu, 14-18 jam setiap hari) atau menderita insomnia (yaitu, tidur

kurang dari 4 jam atau dalam interval tidur).

(c) Retardasi psikomotor. Pasien mungkin mempunyai respons yang

lambat dengan berjalan, berbicara, dan bereaksi; mungkin cenderung

tetap berbaring di sofa atau di tempat tidur.

(d) Tanda-tanda vegetatif. Pasien mungkin menunjukkan penurunan berat

badan, insomnia, konstipasi, dan defisit perawatan diri.

(e) Avolition (berkurangnya motivasi atau perilaku yang diarahkan pada

tujuan). Misalnya, pasien menyatakan, “Saya hanya tidak ingin mandi

hari ini.”

(f) Anergia (energi rendah). Misalnya, pasien menyatakan, “Saya tidak

punya energi; Saya tidak bisa bangun dari tempat tidur.”

(g) Isolasi sosial.

(h) Agresivitas dan agitasi.

(i) Ancaman kekerasan secara verbal dan nonverbal.

(j) Perilaku yang merugikan diri sendiri seperti memotong, mengorek

kulit, membenturkan kepala ke dinding, mengencangkan tali atau

benda di pergelangan tangan, atau menusuk diri sendiri dengan apa

pun yang dijadikan senjata

(3) Respon Verbal : Mungkin berbicara perlahan dengan nada

monoton.Terdapat latensi (yaitu, respons yang tertunda terhadap

pertanyaan atau komentar). Namun, berhati-hatilah dengan keadaan dasar

28
pasien karena hal ini mungkin normal jika mereka memiliki riwayat cedera

otak traumatis atau demensia.

(4) Aktivitas Motorik : Terdapat kegelisahan, kecemasan, atau kurangnya

minat beraktivitas dan perawatan diri.

(5) Suasana Hati :

(a) Apatis (kurangnya minat terhadap peristiwa yang sebelumnya

dianggap menyenangkan). Misalnya, pasien tidak lagi tertarik untuk

berpartisipasi dalam aktivitas yang menyenangkan. Hal ini dapat

diungkapkan secara verbal atau diamati.

(b) Selain itu dapat juga terlihat cemas, mudah tersinggung, marah,

gembira, atau menangis.

(c) Suasana hati yang labil (perubahan suasana hati yang cepat dan

berlebihan). Misalnya pasien menangis sejadi-jadinya tetapi ketika

ditanya tentang alasan menangis, mereka berkata, “Saya tidak tahu,

saya tidak punya alasan tetapi tidak bisa berhenti menangis.”

(d) Dysphoria (keadaan kegelisahan atau ketidakpuasan). Misalnya, pasien

menyatakan, “Saya tidak suka di sini.”

(e) Afek datar atau tumpul.

(f) Pengaruh yang terbatas/terbatas. Misalnya, pasien biasanya

menertawakan lelucon dan terkikik saat mendengar komentar lucu tapi

sekarang tidak keduanya.

(g) Incongruency (kurangnya keselarasan antara respon dan tindakan).

Misalnya, pasien menjawab bahwa mereka baik-baik saja, namun

29
bahasa tubuh mereka melengkung seperti janin tanpa kontak mata, dan

mereka bergumam.

(h) Suasana hati tidak sesuai dengan situasi saat ini.

(i) Keputusasaan. Misalnya, pasien mungkin merasa tidak ada lagi

harapan bagi dirinya untuk menjadi lebih baik atau lebih baik

kehidupan membaik.

(j) Tidak berharga. Misalnya, pasien mungkin memiliki perasaan bersalah

terhadap dirinya sendiri dan depresinya. Mereka mungkin merasa

seperti beban bagi orang lain dan tidak mampu mengenali nilai diri

mereka sendiri.

(k) Ketidakberdayaan. Misalnya, pasien merasa tidak bisa mengendalikan

peristiwa kehidupan.

(6) Persepsi :

(a) Kemiskinan konten (merespon tanpa mengatakan apa pun yang

substantif atau mengatakan lebih dari yang diperlukan untuk

menyampaikan pesan). Misalnya, jika pasien ditanya, “Bagaimana

tidurmu tadi malam?”, pasien menjawab dengan respon panjang

mengenai berbagai merek sprei tanpa menjawab pertanyaan tersebut.

(b) Berkurangnya rentang perhatian.

(c) Obsesi/keasyikan/renungan. Misalnya, pasien mungkin memikirkan

aspek negatif dari konsep diri atau kesalahan dan kegagalan karena

mereka tidak dapat fokus pada hal lain dan karenanya sering

mengulangi pemikiran tersebut.

30
(d) Pemikiran bunuh diri.

(7) Sikap : Mudah tersinggung.

(8) Kemampuan Kognitif : tidak mampu mengambil keputusan, berpikir jernih,

atau menyelesaikan masalah merupakan hal yang umum terjadi pada pasien

depresi.

f) Mekanisme koping : Kaji kebiasaan koping yang digunakan seperti berbicara

dengan orang lain, memendam semuanya sendiri, melukai diri sendiri dan

aktivitas konstruktif/destruktif lainnya (Lailatussa’adah, 2021).

g) Hasil pemeriksaan penunjang

Menurut (Ernsrmeyer & Christman, 2022) pemantauan laboratorium rutin

dilakukan pada beberapa pasien berdasarkan obat yang diminumnya, seperti

berikut:

- Fungsi Ginjal (Kreatinin, BUN) : Mungkin mengalami gangguan akibat obat

yang diminum pasien

- Fungsi Hati (AST, ALT, Bilirubin) : Mungkin terganggu akibat antidepresan

h) Terapi

(1) Penatalaksanaan farmakologi

Depresi dapat dikelola dengan berbagai macam obat. Selective serotonin

reuptake inhibitors (SSRI) adalah kelas antidepresan yang paling banyak

diresepkan dan disarankan sebagai pengobatan lini pertama untuk pasien lansia

maupun pasien yang lebih muda. ECT adalah pengobatan pilihan untuk

kebanyakan pasien dengan depresi. ECT mungkin efektif dalam kasus resisten

bahkan ketika beberapa obat gagal. Penggunaan ECT memiliki respons yang cepat

31
7

namun tidak memberikan efek penyembuhan permanen, ECT

juga membutuhkan anestesi dan dapat menyebabkan

gangguan kognitif jangka pendek (Grover & Avasthi, 2017

dalam Nareswari, 2021).

(2) Penatalaksanaan non farmakologi

(Mustika, 2019) menyebutkan bahwa ada beberapa terapi

yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi yaitu:

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan

yang dilkaukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah

satatus kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan dan sesuai dengan

rencana keperawatan yang telah dibuat (Siregar, 2019).

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematik

dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan

klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan bertujuan

untuk mungukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan

keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien dan


8

untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan (Siregar,

2019).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis/Desain Karya Ilmiah Akhir Ners

Penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah Ners (KIAN) merupakan penelitian

berdasarkan studi kasus dengan menerapkan evidence based practice (EBP).

EBP adalah proses yang digunakan untuk meninjau, menganalisis, dan

menerjemahkan bukti ilmiah terbaru. Tujuannya adalah untuk segera

menggabungkan penelitian terbaik yang tersedia, bersama dengan

pengalaman klinis dan preferensi pasien, ke dalam praktik klinis, sehingga

perawat dapat membuat keputusan perawatan pasien yang terinformasi

( Dang dkk., 2022 ).

B. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus adalah lansia dengan depresi dengan kriteria inklusi

dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penulisan KIAN ini adalah:

a. Lansia di Panti Sosial Werdha Budi Pertiwi

b. Individu berusia > 60 tahun

c. Lansia dengan kesadaran compos mentis

d. Lansia dengan tingkat depresi skor GDS diatas 4

e. Lansia yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani

inform consent saat pengambilan data.

30
32

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penulisan KIAN ini adalah:

a. Lansia dengan depresi berat

b. Lansia yang tidak bisa berkomunikasi secara verbal

c. Lansia yang mengalami demensia atau kesulitan mengingat kronis.

C. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Lokasi studi kasus di lakukan di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi

Bandung. Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung merupakan

organisasi berbadan hukum dalam bidang pelayanan kesejahteraan sosial para

Lanjut Usia (Lansia) agar dapat terpenuhi kebutuhan hidup baik jasmani,

rohani dan sosial yang berada di Jl. Sancang No.2, Burangrang, Kecamatan

Lengkong, Kabupaten Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan

terhitung pada tanggal 22 April – 27 April 2024.

D. Fokus Studi Kasus

Studi kasus ini menerapkan terapi reminiscence pada lansia dengan depresi

dengan melihat skor depresi lansia sebelum dilakukan terapi dan setelah

dilakukan terapi di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun fenomena sosial yang diamati,

kemudian secara spesifik semua fenomena disebut variabel penelitian

(Sugiyono, 2017).
33

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. GDS (Geriatric Depression Scale).

GDS (Geriatric Depression Scale) merupakan sebuah

instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat

depresi pada lansia. Instrumen ini disusun oleh Brink &

Yesavage pada tahun 1983. Instrumen ini berupa kuesioner

yang terdiri dari 15 pertanyaan tertutup yang harus

dijawab oleh responden dengan alternatif jawaban ya dan

tidak.

Tabel 3.1 Kisi-kisi item kuesioner menurut Gautam dan Houde


(dalam Hermawati, 2021)

Subskala Ya Tidak Jumlah


Faktor aspek Semangat 5 1
afektif Kepuasan hidup 15 1, 11 3
Keputusasaan 14 1
Kekosongan 3 1
Kebosanan 4 1
Ketakutan hal 6 1
buruk
Level energi 13 1
Faktor sosial Kesenangan dan 2 7 2
engagement hobi
dan kognitif Isolasi sosial 9 1
Ingatan/memori 10 1
Ketidakberdayaan 8,12 2
Total 10 5 15

Jawaban benar (ya) diberikan nilai 1 dan jawaban tidak

diberikan nilai 0. Adapun interpretasi skor pada instrumen

GDS adalah:
34

 Skor 0-4 = normal

 Skor 5-8 = depresi ringan

 Skor 9-11 = depresi sedang

 Skor 12-15 = depresi berat

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai dari proses pengkajian yang merupakan proses

awal Asuhan Keperawatan. Cara pengumpulan data yang dilakukan antara

lain: wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi, untuk pengukuran tingkat

depresi penulis menggunakan kuesioner GDS (Geriatric Depression Scale)

yang dilakukan sebelum dilakukan terapi reminiscence dan setelah dilakukan

terapi reminiscence dengan durasi terapi 60 menit dalam 1 kali pertemuan.

Berikut merupakan prosedur penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners

yang telah dilakukan oleh penulis:

1. Melakukan perijinan kepada Jurusan Keperawatan Bandung

2. Melakukan permohonan izin pelaksanaan studi kasus kepada Panti Sosial

Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung

3. Setelah mendapatkan izin, penulis melakukan perkenalan diri kepada

petugas Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung serta

memaparkan tujuan, manfaat dan waktu penelitian.

4. Kemudian penulis mencari dan mengidentfikasi responden sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi.


35

5. Setelah mendapatkan calon responden, penulis memperkenalkan diri

kepada responden dan menjelaskan maksud, tujuan, manfaat dan waktu

penelitian yang akan didapatkan oleh responden.

6. Penulis mengajukan lembar persetujuan ( informed consent ) dan

bersedia mengikuti penelitian, dengan saksi yaitu petugas/pengurus Panti

Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung.

7. Sebelum dilakukan terapi reminiscence, pasien mengisi kuesioner GDS

yang sudah disediakan dengan didampingi oleh penulis.

8. Penulis melakukan kontrak waktu kepada responden dan

petugas/pengurus untuk melakukan terapi reminiscence.

9. Setelah kontrak waktu disepakati penulis membantu klien untuk

mengatur posisi yang nyaman, dan mengkondisikan ruangan.

10. Selanjutnya penulis menjelaskan mengenai terapi reminiscence.

11. Setelah selesai melakukan terapi, selanjutnya penulis menanyakan

perasaan klien dan mengobservasi secara subjektif dan objektif, pasien

mengisi kembali kuesioner GDS setelah dilakukan terapi terapi

reminiscence

12. Hasil observasi disajikan dalam menggunakan tabel observasi.

G. Analisis Data

Analisis yang digunakan oleh penulis yaitu menggunakan asuhan

keperawatan. Data yang didapatkan dari pengkajian sampai evaluasi yang

dilakukan sebelum diberikan terapi reminiscence dan setelah diberikan terapi


36

reminiscence. Selanjutnya setelah dibuat asuhan keperawatan penulis

menganalisis dengan menggunakan alat ukur kuisioner GDS dan lembar

observasi mengenai penerapan terapi reminiscence untuk menurunkan depresi

pada lansia.

H. Etika

1. Inform Consent

Inform Consent berupa lembar persetujuan untuk menjadi

responden yang bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian dan mengetahui dampaknya jika subjek bersedia maka mereka

harus mendatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia

maka penulis harus menghormati keputusan tersebut.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Anonimity menjelaskan bentuk penulisan dengan mencantumkan

nama, tetapi hanya menuliskan nama inisial

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Bagian ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus

dirahasiakan dalam pelaksanaan studi kasus. Kerahasiaan informasi yang

telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya.


DAFTAR PUSTAKA

Anggeriyane, E., dkk. (2023). Analysis of Nursing Care in Elderly with


Depression Through Reminiscence Therapy on Decreasing Geriatric
Depression Scales (GDS). Journal Of Nursing And Health Education,
2(2). https://mbunivpress.or.id/journal/index.php/jnhe/article/view/425

Azizah A. N., & Sudaryanto, A. (2023). Efektivitas Terapi Reminiscence dalam


Mengurangi Depresi Pada Lansia: Telaah Literatur. Muhammadiyah
Journal of Geriatric, 4(2). https://doi.org/10.24853/mujg.4.2.%25p

Azizah A. N., & Sudaryanto, A. (2023). Efektivitas Terapi Reminiscence dalam


Mengurangi Depresi Pada Lansia: Telaah Literatur. Muhammadiyah
Journal of Geriatric, 4(2). https://doi.org/10.24853/mujg.4.2.%25p

Badan Pusat Statistik. (2023). Profil Penduduk Lanjut Usia Provinsi Jawa Barat
2021. Bandung: Badan Pusat Statistik.

Bansal, N. & Gill, K. (2019). Effectiveness of Reminiscence Therapy on


Depression among Geriatric Population living in old age homes of Punjab.
International Journal of Life Sciences Research, 7(1).

Cahyono, W., Rahmani, R., & Sukardin, S. (2021). Penerapan Reminiscence


Therapy dalam Menurunkan Tingkat Depresi Lansia Kabupaten Lombok
Barat. Health Information: Jurnal Penelitian, 13(1).
https://doi.org/10.36990/hijp.v13i1.242.

Flora, Many. (2019). Hubungan Konsep Diri dengan Depresi pada Lansia di
Yayasan Guna Budi Bakti Medan. Thesis. Medan: Faculty of Nursing of
Universitas Sumatera Utara

Friska, B., dkk. (2020). The Relationship Of Family Support With The Quality Of
Elderly Living In Sidomulyo Health Center Work Area In Pekanbaru
Road. Jurnal Proteksi Kesehatan, 9(1).
https://doi.org/10.36929/jpk.v9i1.194

Hariman YN., Wismanto YB., & Yudiati EA. (2022). Efektivitas Terapi
Reminiscence untuk Mengurangi Depresi pada Lansia dengan Penyakit
Kronis. Philanthropy: Journal of Psychology, 6(2).
https://doi.org/10.26623/philanthropy.v6i2.5436

Hartutik, S. & Nurrohmah, A. (2021). Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di


Masa Pandemic Covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas, 4(1).
https://doi.org/10.32584/jikk.v4i1.911
Hermawati, E. (2021). Pengaruh Terapi Reminiscence Individu terhadap Skor
Depresi Lansia. Khatuliswa Nursing Journal, 3(2).
https://doi.org/10.53399/knj.v3i2.79

Hermawati, E., & Permana, I. (2020). Manfaat Terapi Reminiscence dalam


Mengatasi Depresi pada Lansia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(1).
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i1.447

Husna, N. & Wahyuni, S. (2023). Reduction in depression scores with


reminiscence therapyin the elderly. Multiple: Jurnal of Global and
Multidisciplinary, 1(1).
https://journal.institercom-edu.org/index.php/multiple/article/view/45 /38

Husna N., Jannah SR. & Marthoenis. (2022). Reminiscence Therapy Decreases
the Level of Depressions among Elderly: A Quasi Experiment. EAS
Journal of Nursing and Midwifery, 4(4).
https://doi.org/10.36349/easjnm.2022.v04i04.005

Ilannoor Z. B., Wati, Y.R., & Raden Ganang Ibnusantosa, R.G. (2020). Gambaran
Karakteristik dan Tingkat Depresi Lansia yang Tinggal di UPTD Panti
Sosial dan Rehabilitasi Ciparay Kabupaten Bandung Tahun 2020.
Prosiding Kedokteran, 7(1).
http://dx.doi.org/10.29313/kedokteran.v7i1.26816

John Hopskin Nursing. (2024). Evidence-Based Practice.


https://www.hopkinsmedicine.org/nursing/center-nursing-inquiry/nursing-
inquiry/evidence-based-practice. Diakses pada tanggal 23 Februari 2024.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 Tentang Rencana
Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kyuhyoung, Jeong & Seoyoon, Lee. (2023). Studi tentang Hubungan


Longitudinal antara Perubahan Depresi dan Fungsi Kognitif pada Lansia
yang Hidup Sendirian. Healthcare (Basel), 11(20).
https://doi.org/10.3390/healthcare11202712

Mampa, M., Wowor, R., & Ratu A. (2022). Analisis Penerapan Pelayanan
Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas Pineleng pada Masa Pandemi Covid-
19. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi,
11(3). https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/41616

Nareswari, P. J. (2021). Depresi pada Lansia : Faktor Resiko, Diagnosis dan


Tatalaksana. Jurnal Medika Hutama, 2(2).
https://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/136
Oktaviana, E. S., (2018). Hubungan Interaksi Sosial dan Self-Efficacy dengan
Kesejahteraan Psikologis Lansia yang Tinggal di Panti Werdha.
https://repository.unair.ac.id/84892/. Diakses pada tanggal 18 Februari
2024.

Oriaifo, Siobhan. (2021). The Use of Reminiscence Therapy Intervention to


Improve Depressive Symptoms in Older Adults with Mild Dementia
Living in a Nursing Home. ProQuest: Brandman University ProQuest
Dissertations Publishing.
www.proquest.com/openview/438c2fc6c9f71238d5326534bde342b6/1?
pq-origsite=gscholar&cbl=18750&diss=y

Rahmawati, Sri. (2023). Penanganan Depresi Pada Lansia.


https://rsj.babelprov.go.id/content/penanganan-depresi-pada-lansia.
Diakses pada tanggal 15 Februari 2024.

Raji, G. & Kamala K. (2021). A study to assess the effectiveness of reminiscence


therapy on level of depression among elderly people at selected old age
home, karaikal. Annals of the Romanian Society for Cell Biology, 25(4).
https://www.annalsofrscb.ro/index.php/journal/article/view/8781

Riskesdas. (2018). Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan

Rokayah, C., Kusnandar, K., & Putri MH. (2019). Pengaruh Terapi Reminiscence
Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia. Jurnal Ilmiah Permas:
Jurnal Ilmiah Stikes Kendal, 9(2).
https://doi.org/10.32583/pskm.9.2.2019.73-78

Sofyan, A.A., Susilowati & Hernanik. (2022). Perbedaan Tingkat Depresi Pada
Lansia Yang Tinggal Di Panti Sosial Tresna Wedha Dan Yang Tinggal Di
Rumah Di Kecamatan Bondowoso. Progresif: Media Publikasi Ilmiah,
10(2). https://doi.org/10.61595/progresif.v10i2.515

Sonhaji, Wijayanti H., & Nafisah N. A. (2021). Penurunan Tingkat Depresi Pada
Lansia Dengan Terapi Reminiscence. Jendela Nursing Journal, 5(2).
https://doi.org/10.31983/jnj.v5i2.7957

Siregar, R. S. (2019). Implementasi Keperawatan Sebagai Wujud Dari


Perencanaan Keperawatan Guna Meningkatkan Status Kesehatan Klien.
OSF. https://doi.org/10.31219/osf.io/8ucph

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: CV


Alfabeta.
Sukardin, dkk. (2021). Reminiscence Therapy through Kidung Bali for
Depression of older people living in Urban area. Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan Indonesia, 11(2). https://doi.org/10.33221/jiiki.v11i02.766

Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:


Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:


Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

UNHCR. (2020). Older Persons. Jenewa: United Nations High Commissioner for
Refugees

Wisnusakti, K. & Sriati, A. (2021). Kesejahteraan Spiritual Pada Lansia.


Pasaman: Azka Pustaka.
LAMPIRAN
Lampiran 1

NASKAH PENJELASAN

Saya Fania Nur Anggraeny mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik


Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung akan melakukan asuhan keperawatan
dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Lanjut Usia dengan Depresi
Menggunakan Penerapan Terapi Reminiscence di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Pertiwi Kota Bandung”. Kegiatan ini akan dilaksanakan dari tanggal 22
April – 27 April 2024. Pada penulis ini, penulis ingin menerapkan terapi
reminiscence terhadap lansia yang memiliki depresi. Penulis mengajak anda
untuk berpartisipasi di dalam kegiatan ini, karena karakteristik anda memenuhi
syarat sebagai responden dalam penulis , yaitu memiliki skor depresi diatas 4 dan
merupakah lansia berumur diatas 60 tahun di Panti Sosial Werdha Budi Pertiwi
ini. Manfaat penulis ini antara lain supaya depresi yang anda alami dapat
menurun setelah selesai melaksanakan seluruh kegiatan. Pada penulis ini, anda
akan diberikan terapi dengan mengingat hal hal menyenangkan yang terjadi
dihidup anda. Anda akan diukur skor depresi setelah dan sesudah diberikan terapi
menggunakan kuesioner yang berisi 15 pertanyaan. Jumlah lansia yang
diikutsertakan pada penulis ini yaitu ada 2 orang. Seluruh informasi yang anda
berikan pada penulis ini akan dijaga kerahasiaannya. Partisipasi anda bersifat
sukarela. Jika anda tidak bersedia ikut pada penulis ini, kami hargai pendapat
anda tanpa ada sanksi apapun. Sebagai tanda terima kasih, penulis akan
memberikan lilin aroma terapi. Bila dibutuhkan penjelasan lebih lanjut, saudara/i
dapat menghubungi nomor 083824477497 (Fania Nur Anggraeny).
Lampiran 2

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya telah mendapat penjelasan dan mengerti mengenai penelitian yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Lanjut Usia dengan Depresi
Menggunakan Penerapan Terapi Reminiscence di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Pertiwi Kota Bandung” yang akan dilakukan oleh Fania Nur Anggraeny.
Saya memahami bahwa partisipasi yang saya lakukan atas dasar sukarela dan saya
dapat menolak atau mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Saya yang memberi pernyataan

Nama : ………………………………………………
Alamat : ……………………………………………….
……………………………………………….
……………………………………………….
Nomor HP : ………………………………………………

Bandung, 2024

Mengetahui

Penulis Yang memberikan persetujuan

(Fania Nur Anggraeny) (……………………………)


Lampiran 3

Kuesioner GDS (Geriatric Depression Scale)

Nama :................................................................................................
Jenis Kelamin : P / L
Usia : ......... tahun

PETUNJUK: Baca dan pahami baik-baik setiap pertanyaan berikut ini. Berikan

tanda checklist () pada jawaban yang paling mewakili perasaan anda tentang

penampilan anda dalam seminggu terakhir.

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah Anda sebenarnya puas dengan kehidupan

Anda?

2. Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan

dan minat/kesenangan Anda?

3. Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong?

4. Apakah Anda sering merasa bosan?

5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik

setiap saat?

6. Apakah Anda merasa takut sesuatu yang buruk akan

terjadi pada Anda?

7. Apakah Anda merasa bahagia untuk sebagian besar

hidup Anda?

8. Apakah Anda merasa sering tidak berdaya?


9. Apakah Anda lebih sering di rumah daripada pergi

keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?

10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah

dengan daya ingat Anda dibandingkan kebanyakan

orang?

11. Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda sekarang

menyenangkan?

12. Apakah anda merasa diri anda tidak berharga saat ini?

13. Apakah Anda merasa penuh semangat?

14. Apakah Anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada

harapan?

15. Apakah Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik

keadaannya daripada Anda?


Lampiran 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELAKSANAAN TERAPI REMINISCENCE

(dalam hermawati, 2020)

Petunjuk pelaksanaan terapi Reminiscence ini mengadopsi dari Syarniah

tahun 2010 (dalam hermawati, 2020) dan dimodifikasi oleh penulis.

A. Sesi 1 (Sharing Pengalaman Masa Anak) Pertemuan 1

1. Tujuan:

a. Peserta mampu berkenalan dengan semua anggota kelompok.

b. Peserta mampu menceritakan pengalaman yang menyenangkan pada

masa anak yaitu jenis permainan yang disukai dan teman yang paling

berarti bagi peserta.

2. Tempat dan waktu

Terapi dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.

3. Media/Alat

a. Barang-barang yang masih dimiliki peserta pada saat masih kecil (bila

ada).

b. Format evaluasi proses

c. Alat tulis

4. Metode

Metode dalam terapi ini adalah diskusi dan berbagi cerita dengan anggota
peserta lain.

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

1) Membuat kesepakatan pelaksanaan terapi reminiscence dengan

peserta sebelum sesi 1 dilaksanakan.

2) Membuat kontrak tempat dan waktu

3) Mempersiapkan tempat terapi

4) Mempersiapkan media dan alat yang digunakan sesi 1

b. Pelaksanaan

1) Fase Orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Menjelaskan maksud tujuan yaitu peserta dapat berbagi

pengalaman yang menyenangkan pada masa anak.

c) Memperkenalkan diri kepada peserta

d) Menanyakan nama peserta

e) Melakukan kontrak waktu

2) Fase Kerja

a) Penulis meminta peserta satu per satu untuk menceritakan

pengalaman menyenangkan pada masa anak

b) Penulis meminta peserta untuk menunjukkan barang atau

benda yang masih dimiliki peserta pada saat masih anak -anak.

3) Fase Terminasi

a) Menanyakan perasaan peserta setelah selesai bercerita.


b) Memberikan umpan balik positif pada peserta

c) Melakukan evaluasi proses pada saat terapi berlangsung

d) Melakukan kontrak untuk pertemuan 2 pada sesi 2

B. Sesi 2 (Sharing Pengalaman Masa Remaja) Pertemuan 2

1. Tujuan:

Peserta mampu menceritakan pengalaman yang menyenangkan pada

masa remaja.

2. Tempat dan waktu

Terapi dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.

3. Media/Alat

a. Barang-barang yang masih dimiliki peserta pada saat remaja(bila ada).

b. Format evaluasi proses

c. Alat tulis

4. Metode

Metode dalam terapi ini adalah diskusi dan berbagi cerita dengan anggota

peserta lain.

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

1) Membuat kesepakatan pelaksanaan terapi reminiscence dengan

peserta sebelum sesi 2 dilaksanakan.

2) Membuat kontrak tempat dan waktu

3) Mempersiapkan tempat terapi


4) Mempersiapkan media dan alat yang digunakan sesi 2

b. Pelaksanaan

1) Fase Orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Menanyakan perasaan peserta saat ini

c) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan peserta yang

berkaitan dengan berbagi pengalaman masa anak di luar kegiatan

terapi.

d) Menjelaskan maksud tujuan yaitu peserta dapat berbagi

pengalaman yang menyenangkan pada masa remaja.

e) Melakukan kontrak waktu

2) Fase Kerja

a) Penulis meminta peserta satu per satu untuk menceritakan

pengalaman menyenangkan pada masa remaja

b) Penulis meminta peserta untuk menunjukkan barang atau

benda yang masih dimiliki peserta pada saat masih remaja.

3) Fase Terminasi

a) Menanyakan perasaan peserta setelah selesai bercerita.

b) Memberikan umpan balik positif pada peserta

c) Melakukan evaluasi proses pada saat terapi berlangsung

d) Melakukan kontrak untuk pertemuan 3 pada sesi 3


C. Sesi 3 (Sharing Pengalaman Masa Dewasa) Pertemuan 3

1. Tujuan:

Peserta mampu menceritakan pengalaman yang menyenangkan pada

masa dewasa.

2. Tempat dan waktu

Terapi dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.

3. Media/Alat

a. Barang-barang yang masih dimiliki peserta pada saat dewasa (bila

ada).

b. Format evaluasi proses

c. Alat tulis

4. Metode

Metode dalam terapi ini adalah diskusi dan berbagi cerita dengan anggota

peserta lain.

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

1) Membuat kesepakatan pelaksanaan terapi reminiscence dengan

peserta sebelum sesi 3 dilaksanakan.

2) Membuat kontrak tempat dan waktu

3) Mempersiapkan tempat terapi

4) Mempersiapkan media dan alat yang digunakan sesi 3


b. Pelaksanaan

1) Fase Orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Menanyakan perasaan peserta saat ini

c) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan peserta yang

berkaitan dengan berbagi pengalaman masa remaja di luar

kegiatan terapi.

d) Menjelaskan maksud tujuan yaitu peserta dapat berbagi

pengalaman yang menyenangkan pada masa dewasa.

e) Melakukan kontrak waktu.

2) Fase Kerja

a) Penulis meminta peserta satu per satu untuk menceritakan

pengalaman menyenangkan pada masa dewasa

b) Penulis meminta peserta untuk menunjukkan barang atau

benda yang masih dimiliki peserta pada saat masa dewasa.

3) Fase Terminasi

a) Menanyakan perasaan peserta setelah selesai bercerita.

b) Memberikan umpan balik positif pada peserta

c) Melakukan evaluasi proses pada saat terapi berlangsung

d) Melakukan kontrak untuk pertemuan 4 pada sesi 4


D. Sesi 4 (Sharing Pengalaman Berkeluarga) Pertemuan 4

1. Tujuan:

Peserta mampu menceritakan pengalaman yang menyenangkan mengenai

pengalaman saat setelah berkeluarga.

2. Tempat dan waktu

Terapi dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.

3. Media/Alat

a. Barang-barang yang masih dimiliki peserta pada saat dewasa (bila

ada).

b. Format evaluasi proses

c. Alat tulis

4. Metode

Metode dalam terapi ini adalah diskusi dan berbagi cerita dengan anggota

peserta lain.

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

1) Membuat kesepakatan pelaksanaan terapi reminiscence dengan

peserta sebelum sesi 4 dilaksanakan.

2) Membuat kontrak tempat dan waktu

3) Mempersiapkan tempat terapi

4) Mempersiapkan media dan alat yang digunakan sesi 3

b. Pelaksanaan
1) Fase Orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Menanyakan perasaan peserta saat ini

c) Menanyakan kegiatan yang telah dilakukan peserta yang

berkaitan dengan berbagi pengalaman masa dewasa di luar

kegiatan terapi.

d) Menjelaskan maksud tujuan yaitu peserta dapat berbagi

pengalaman yang menyenangkan pada masa berkeluarga.

e) Melakukan kontrak waktu.

2) Fase Kerja

a) Penulis meminta peserta satu per satu untuk menceritakan

pengalaman menyenangkan pada masa berkeluarga

b) Penulis meminta peserta untuk menunjukkan barang atau

benda yang masih dimiliki peserta pada saat masa berkeluarga.

3) Fase Terminasi

a) Menanyakan perasaan peserta setelah selesai bercerita.

b) Memberikan umpan balik positif pada peserta

c) Melakukan evaluasi proses pada saat terapi berlangsung

d) Melakukan kontrak untuk pertemuan 5 pada sesi 5

E. Sesi 5 (Evaluasi Integritas Diri) Pertemuan 5

1. Tujuan:

Peserta mampu menyampaikan semua kegiatan terapi yang sudah


dilaksanakan dari sesi 1 sampai 4.

Peserta mampu menyampaikan perasaannya setelah mengikuti kegiatan

terapi. Peserta mampu menyebutkan manfaat yang diperoleh. Peserta

mampu menyampaikan rencana tujuan yang akan dicapai setelah kegiatan

terapi.

2. Tempat dan waktu

Terapi dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.

3. Media/Alat

a. Format evaluasi proses

b. Alat tulis

4. Metode

Metode dalam terapi ini adalah diskusi dan berbagi cerita dengan anggota

peserta lain.

5. Langkah Kegiatan

a. Persiapan

1) Membuat kesepakatan pelaksanaan terapi reminiscence dengan

peserta sebelum sesi 5 dilaksanakan.

2) Membuat kontrak tempat dan waktu

3) Mempersiapkan tempat terapi

b. Pelaksanaan

1) Fase Orientasi

a) Mengucapkan salam
b) Menanyakan perasaan peserta saat ini

c) Menjelaskan maksud tujuan yaitu peserta dapat berbagi

pengalaman yang menyenangkan pada masa dewasa.

d) Melakukan kontrak waktu.

2) Fase Kerja

a) Penulis meminta peserta satu per satu untuk menceritakan

pengalaman proses selama mengikuti sesi 1 - 4

b) Penulis meminta peserta mengungkapkan perasaan setelah

mengikuti sesi 1-4

3) Fase Terminasi

a) Menanyakan perasaan peserta setelah selesai bercerita.

b) Memberikan umpan balik positif pada peserta

c) Melakukan evaluasi proses pada saat terapi berlangsung

d) Mengakhiri kontrak pertemuan dengan peserta

Anda mungkin juga menyukai