Soal UTS MANAJEMEN PERPAJAKAN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Nama : ARWIYAH NURUL AINI

NIM : 2018017007

Kelas: 6A-1

UTS MANAJEMEN PERPAJAKAN

Bagian 1: Soal Diskusi

1. Manajemen Pajak adalah usaha menyeluruh yang dilakukan tax manager dalam suatu
perusahaan atau organisasi agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari
perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikeloala dengan baik, efisien, dan ekonomis,
sehingga memberi kontribusi maksimum bagi perusahaan. yang harus dipahami untuk
menangani bidang ini adalah bagaimana menjalankan fungsi dari manajemen perpajakan
itu sendiri, dalam mengatur pengeluaran perpajakan perusahaan dengan benar, manajer
harus bisa menjalankan beberapa hal berikut yaitu:
1) Tax planning, yaitu suatu usaha yang mencangkup perencanaan perpajakan agar
pajak yang dibayar oleh perusahaan benar-benar efisien. Dalam hal ini berarti
manajer harus bisa menentukan cara atau mencari celah yang bisa dilakukan agar
perusahaan dapat membayar pajak dengan jumlah yang seminimal mungkin tanpa
harus melanggar peraturan perpajakan. cara yang bisa dilakukan yaitu bisa melakukan
tax avoidance atau penghindaran pajak secara legal, kemudian bisa juga
menggunakan tax evasion atau penyeludupan pajak namun cara ini beresiko dan tidak
disarankan, yang terakhir bisa juga menggunakan cara tax saving atau penghematan
pajak, cara ini masih aman dilakukan dan tidak bertentangan dengan ketentuan
perpajakan.
2) Tax Administration/Tax Compliance, yaitu mencangkup usaha-usaha untuk
memenuhi kewajiban administrasi perpajakan dengan cara menghitung pajak secara
benar, sesuai dengan ketentuan perpajakan, kepatuhan dalam membayar pajak dan
melaporkan tepat waktu sesuai deadline pembayaran dan pelaporan pajak yang telah
diterapkan.
3) Tax Audit yaitu mencangkup strategi dalam menangani pemeriksaan pajak,
menanggapi hasil pemeriksaan pajak maupun strategi dalam mengajukan surat
keberatan atau surat banding.
4) Other Tax Matters, atau masalah pajak lainnya mencangkup fungsi-fungsi lain yang
berkaitan dengan perpajakan, seperti mengkomunikasikan ketentuan-ketentuan
system dan prosedur perpajakan kepada pihak-pihak atau bagian-bagian lain dalam
perusahaan, seperti penerbitan faktur penjualan standar yang berhubungan dengan
PPN, pemtongan withholding tax (PPh Ps, 23/26) yang berkaitan dengan jasa teknik,
jasa manajemen, jasa kontraksi, dan jasa profesi yang berkaitan dengan masalah
perpajakan lainnya.

2. Orang melakukan tax planning karena sebagian besar dari mereka masih merasa
terbebani apabila harus membayar pajak secara rutin tanpa merasakan manfaatnya atau
timbal baliknya secara langsung. Namun mereka masih menyadari bahwa menaati
kewajiban perpajakan merupakan suatu keharusan karena tidak ingin mendapat sanksi
ataupun merasa hal tersebut merupakan bentuk kontribusi mereka dalam meningkatkan
kesejahteraan bersama. Maka untuk mengatasi hal tersebut banyak cara yang bisa
dilakukan agar tetap membayar pajak namun tidak sampai merasa dirugikan, salah satu
caranya yaitu melakukan tax planning. Tax planning sendiri merupakan strategi yang
dilakukan agar perusahaan dapat membayar pajak seminimal mungkin tanpa harus
melanggar ketentuan perpajakan , sehingga dapat memberikan kontribusi maksimum bagi
perusahaan dalam artian peningkatan laba atau penghasilan.
Tax planning dapat disebut efektif apabila perusahaan dapat melakukan penghematan
pajak melalui prosedur penghindaran pajak secara sistematis sesuai dengan ketentuan UU
Perpajakan.

3. Tax Planning pada pasal 21/26 yaitu dengan menggunakan strategi memaksimalkan
pengurangan (Maximizing Deductions) dengan membedakan pengeluaran yang bersifat
deductible dan non deductible. Strategi ini mewajibkan kita untuk memahami mana pos-
pos yang dapat/tidak dapat dikenai pajak penghasilan (objek pajak dan bukan objek pajak
penghasilan) dan pos-pos yang dapat/tidak dapat dibiayakan (pengurang penghasilan
bruto). Mekanismenya, jika pada pihak pemberi kerja pemberian imbalan / penghasilan
dapat dibiayakan (Pengurang penghasilan bruto), maka pada pihak karyawan merupakan
penghasilan yang dikenai pajak. sebaliknya, jika pada pihak karyawan pemberian
imbalan/penghasilan tersebut bukan merupakan penghasilan, maka pada pihak pemberi
kerja tidak dapat dibiayakan (bukan pengurang penghasilan bruto). Intinya apabila biaya
tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto maka pajak yang dikenakan akan
menjadi lebih sedikit.
Selain cara tersebut, untuk meminimalkan penghasilan kena pajak, perusahaan bisa
menghitung PPh Pasal 21 dengan menggunakan metode gross up, yang dimana PPh pasal
21 diberikan dalam bentuk tunjangan , sehingga akan menambah penghasila karyawan
dan dikenai PPh pasal 21. Sepintas, kebijakan ini seperti memberatkan perusahaan,
karena penghasilan karyawan akan bertambah besar sebagai akibat dari penambahan
tunjangan pajak. namun beban perusahaan tersebut akan tereleminasi, karena PPh pasal
21 dapat dibiayakan. Disamping memberi tunjangan PPh pasal 21 yang besarnya sama
dengan PPh terutang untuk masing-masing karyawan (metode gross up), perusahaan juga
bisa memberikan tunjangan PPh Pasal 21 yang besarnya berbeda dengan PPh terutang.
Dalam hal besarnya PPh pasal 21 yang terutang lebih besar dari pada tunjangan PPh
Pasal 21, maka kekurangannya bisa ditanggung karyawan (dipotong) atau ditanggung
perusahaan. jika kekurangannya ditanggung oleh perusahaan, maka perlakuan
perpajakannya menjadi non deductible expense.

4. Tax Planning pajak penghasilan pasal 22 atau pajak atas impor, untuk menghemat pajak
yang akan dipotong atas barang impor tax planner merekomendasikan impor dengan API,
kalau ada API tarifnya 2,5% dari nilai impor, apabila non API tarifnya menjadi 7,5%.
Biasanya importir yang tidak mempunyai API akan meminjam fasilitas API importir
yang lain, namun hal ini beresiko untuk perusahaan atau importir yang meminjamkan
karena ditakutkan pemilik barang tidak jujur misalnya barang yang dikeluarkan adalah
barang seludupan, sehingga Ditjen Bea Cukai akan mengejar perusahaan yang punya API
tersebut serta pemilik barang. Sanksinya sangat berat karena kasus ini menipilasi impor,
yang termasuk tindak pidana.
Tax Planning pajak penghasilan pasal 23/26 bisa dilakukan dengan melakukan gross up
yang dimana pajak penghasilannya ditanggung oleh pemberi kerja, sehingga pemberi
penghasilan atau pemberi kerja akan dapat membukukan dalam buku besarnya dan
melaporkan dalam laporan keuangan fiscal maupun komersil sebagai biaya yang
deductible atau biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Dengan
biaya yang dapat dikurangkan tersebut beban pajak yang akan ditanggung tentunya
menjadi lebih minimal.
Selain itu untuk pengenaan pajak pasal 23 atas deviden yaitu sebesar 15% dari peredaran
bruto. Cara sebuah perusahaan untuk menghindari pajak atas deviden tersebut adalah
membuat perseroan terbatas (PT) dengan mereka menjadi pemegang sahamnya.
Kemudian dari kepemilikan saham atas nama pribadi diubah menjadi investasi atas nama
perusahaan karena PPh Pasal 23 dipotong untuk orang pribadi, sedangkan jika bentuknya
perusahaan tidak akan dipotong pajak apapun.

5. Tax Planning untuk PPh Pasal 25 atau pajak atas angsuran bisa dilakukan dengan
mengajukan penurunan angsuran PPh Pasal 25. Bila SPT badan pada akhir tahun buku
atau fiscal menunjukan kelebihan pembayaran pajak, maka dapat dipastikan, terhadap
wajib pajak tersebut akan dilakukan pemeriksaan pajak. strategi terbaik adalah jangan
sampai penyampaian SPT PPh Badan tersebut membuka peluang untuk diperiksa fiskus
dengan alasan lebih bayar pajak, karena berdsarkan pengalaman, setiap pemeriksaan
pajak berpotensi timbulnya kurang bayar yang lebih besar. untuk mengatasi hal tersebut,
sesuai Keputusan Ditjen Pajak No. 537/PJ/2000, wajib pajak dapat mengajukan
permohonan pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 secara tertulis kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan disertai proyeksi
laba pada akhir tahun dan alasan terjadinya penurunan laba, dengan mematuhi
persyaratan berikut:
1) Apabila sudah 3 bulan atau lebih berjalannya tahun pajak, wajib pajak dapat
menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak tersebut
kurang dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang
yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25.
2) Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 harus
disertai dengan perhitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang
berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya
Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang
bersangkutan.

6. Cara yang efektif dalam melakukan Tax Planning untuk pajak penghasilan badan adalah
bisa dengan melakukan upaya-upaya berikut :
1) Memilih system pembukuan yang tepat. Pembukuan yag diselenggarakan dengan
prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual, atau stelsel kas. Menurut versi perpajakan,
dalam hal biaya administrasi dan umum pada basis akrual dibebankan pada saat
timbul kewajiban, sedangkan pada basis kas biaya tersebut baru dilaporkan pada saat
terjadi pembayaran. Sehingga strategi yang baik untuk menghemat pajak adalah
dengan memilih basis akrual pada basis kas.
2) Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap dan amortisasi atas aktiva tidak
berwujud. Metode yang biasa dipakai adalah metode penyustan garis lurus, dan
metode saldo menurun. Masing-masing metode penyusutan tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangannya. Namun bila dilihat dari analisis perspektif future
value, penggunaan metode garis lurus bisa menghasilkan laba fiscal yang lebih tinggi
dibanding dengan metode saldo menurun. Sehingga dapat disimpulkan beban PPh
badan yang terutang yang menggunakan metode saldo menurun lebih efisien
dibanding dengan metode garis lurus.
3) Memilih metoda penilaian persediaan, metoda penilaian yang biasa digunakan
adalah metode FIFO dan metode rata-rata. Kedua metode ini memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, namun bila dilakukan analisis ditemukan bahwa metode
FIFO menghasilkan laba kena pajak lebih besar, maka beban PPh akan lebih besar.
sedangkan metode rata-rata menghasilkan laba kena pajak lebih kecil, maka beban
PPh badan akan lebih kecil. Jadi dapat disimpukan netode rata-rata lebih tepat
digunakan untuk menghemat beban PPh badan.
4) Pemilihan pemberian kesejahteraan kepada karyawan dalam bentuk natura
atau cash. Cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan kesejahteraan
jaryawab adakah dengan memanfaatkan peluan efisiensi beban pajak yang berkaitan
dengan pengeluan biaya atas PPh Pasal 21 Karyawan, pengobatan/kesehatan
karyawan, pembayaran premi asuransi untuk pegawai, iuran pension dan iuran
JHT/THT yang dibayar perusahaan, perumahan untuk karyawan, transportasi untuk
karyawan, pakaian seragam untuk karyawan, perjalanan dinas karyawan, bonus dan
jasa produksi, dan terakhir pemberian natura di daerah tertentu atau terpencil.
Pilihat yang tepat antara memilih bentuk natura atau cash adalah menggunakan cash
karena dengan memberikan tunjangan secara tunai (cash) bagi perusahaan jumlah
yang dikeluarkan akan dapat menjadi biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto (deductible expense). Apabila biaya tersebut dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto maka pajak yang ditanggung perusahaan akan menjadi lebih
minimal.
5) Memilih metode pemotongan PPh Pasal 21 yang tepat. Metode yang biasa
digunakan adalah metode net, metode gross, dan metode gross up. Pada metode net
PPh Pasal 21 nya ditanggung perusahaan, sebaliknya metode gross PPh Pasal 21 nya
ditanggung karyawan, sedangkan pada metode gross up perusahaan memberikan
tunjangan pajak. dari ketiga metode tersebut yang paling efektif menghemat pajak
adalah metode gross up karena penghasilan karyawan akan bertambah besar sebagai
akibat dari penambahan tunjangan pajak. namun beban perusahaan tersebut akan
tereleminasi, karena PPh pasal 21 dapat dibiayakan. Disamping memberi tunjangan
PPh pasal 21 yang besarnya sama dengan PPh terutang untuk masing-masing
karyawan (metode gross up), perusahaan juga bisa memberikan tunjangan PPh Pasal
21 yang besarnya berbeda dengan PPh terutang. Dalam hal besarnya PPh pasal 21
yang terutang lebih besar dari pada tunjangan PPh Pasal 21, maka kekurangannya
bisa ditanggung karyawan (dipotong) atau ditanggung perusahaan. jika
kekurangannya ditanggung oleh perusahaan, maka perlakuan perpajakannya menjadi
non deductible expense.

Bagian 2: Kasus

1. Jawaban:
a) Yang harus saya lakukan sehubungan dengan masalah ini adalah mengganti jenis imbalan
kenimatan untuk kesejahteraan karyawan tersebut dari yang berbentuk natura menjadi
dalam bentuk tunjangan (uang). Perusahaaan yang kondisi keuangan baik tentu saja akan
membiayakan apapun demi kesejahteraan karyawannya, secara komersial pengeluaran itu
merupakan biaya yang memang dapat dikurangkan dari penghasilan fiscal perusahaan.
Namun yang perlu diperhatikan perusahaan membiayakannya setelah kegiatan itu terjadi,
sehingga fiskus mengagap seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut
merupakan biaya fiscal yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (non
deductible expense) akibatnya akan terjadi lonjakan yang cukup besar karena seluruh
biaya menjadi tambahan penghasilan bruto dan pajak yang yang harus ditanggung
menjadi sangat besar.
Untuk itu, dari pada memberikan kesejahteraan pada karyawan dalam bentuk natura,
lebih baik perusahaan membayar secara tunai kepada masing-masing karyawan untuk
memenuhi kebutuhan setiap kegiatan yang akan dilaksanakan perusahaan. dengan
pemberian tunjangan secara tunai ini maka secara fiscal tunjangan tersebut menjadi dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible).
Ditinjau dari segi komersial, biaya fiscal yang besar tersebut tampaknya seperti
pemborosan atau inefisiensi karena adanya kebijakan pemberian tunjangan (tunai),
namun harus diperhatikan pula bahwa kebijakan tersebut akan berdampak pada laba
sebelum pajaknya menjadi lebih kecil.

b) Karena perusahaan sudah sejak awal menggunakan jenis imbalan dalam bentuk natura,
maka menurut saya langkah yang bisa diambil perusahaan agar seluruh biaya tersebut
dapat dibiayakan atau pengurang penghasilan bruto adalah sebagai berikut:
1) Memberikan tunjangan rekreasi karyawan tersebut dalam bentuk uang, yaitu jika
memungkinkan tunjangan dibayarkan kepada setiap karyawan yang bersangkutan
pada saat karyawan menerima gajinya atau sebelum perusahaan jatuh tempo
pembayaran pajaknya. Kemudian karyawan diwajibkan membayar kembali kepada
perusahaan sebagai bentuk mengganti biaya rekreasi yang sebelumnya dibiayai dari
pengurangan laba perusahaan. dengan begitu secara fiscal perusahaan dianggap telah
membiayai kegiatan rekreasi karyawan dengan memberikan tunjangan rekreasi secara
tunai.
2) Untuk perayaan natal dan tahun baru, sama halnya dengan kegiatan rekreasi,
perusahaan bisa memberikan tunjangan kepada setiap karyawannya dalam bentuk
uang tunai, dan kemudian karyawan diwajibkan membayar kembali kepada
perusahaan sebagai bentuk mengganti biaya perayaan natal dan tahun baru yang
sebelumnya dibiayai dari pengurangan laba perusahaan. Dengan begitu, secara fiscal
perusahaan dianggap telah membiayai perayaan natal dan tahun baru karyawan
dengan memberikan tunjangan perayaan hari besar secara tunai, hal ini sama halnya
dengan memberi THR pada hari raya idul fitri.

Karena kedua kegiatan tersebut merupakan sumber utama peningkatan penghasilan kena
pajak perusahaan, maka perusahaan harus segera merealisasikan langkah diatas, sebelum
jatuh tempo pembayaran pajak. namun apabila perusahaan sudah harus membayar pajak
sebelum merealisasikan langkah tersebut maka langkah tersebut bisa dilakukan
perusahaan sebelum melaksanakan berbagai kegiatan kesejahteraan karyawan, yaitu lebih
baik memilih jenis imbalan dalam bentuk uang dibanding dalam bentuk natura.

2. Jawaban:
a) Tindakan yang harus dilakukan oleh PT Lembada untuk mengurangi jumlah beban
pajaknya dengan tidak melanggan peraturan perundang-undangan adalah dengan
mengganti investasi dari yang perorangan menjadi atas nama perusahaan dengan
kepemilikan saham minimal 25% dari jumlah modal yang disetor. Karena kepemilikan
saham PT Lembada hanya 23% maka langkah yang bisa diambil untuk mencukupi
kekurangan dananya dengan merger atau penggabungan usaha. Cara ini bisa menjadi cara
untuk lari dari pemotongan PPh Pasal 23 karena pengenaan PPh Pasal 23 atas deviden
dikenakan untuk orang pribadi sedangkan jika bentuknya perusahaan makan tidak akan
dipotong.
Tindakan yang harus dilakukan PT Lembada terkait Akuntan Publik yang tidak mau
dipotong pajak yaitu PT Lembada bisa melakukan perhitungan PPh menggunakan
metode Gross Up. Karena jika pajak ditanggung pemberi kerja, hal ini akan
mengakibatkan PPh yang ditanggung perusahaan tidak dapat dibiayakan di SPT PPh
Badan (non deductible ex-penses). Agar dapat dibiayakan, perhitungan harus
menggunakan metode gross up, yaitu hasil perhitungan gross up tersebut dimasukkan ke
dalam nilai kontrak (termasuk invoice dan faktur pajak) atau menambah penghasilan dari
pihak yang memperoleh penghasilan. Dengan kata lain diberikan “tunjangan pajak
sebesar PPh yang terutang”.

b) Apabila saya sebagai konsultan pajak, saya akan menyarankan PT Lambada seperti pada
jawaban sebelumnya yaitu melakukan tax planning agar pajak yang dibayarkan menjadi
minimal. Cara yang saya sarankan yaitu PT Lembada melakukan merger agar saham
yang dilikinya lebih atau mencapai 25%, setelah itu PT Lembada bisa mengganti
investasinya dari yang awalnya perorangan menjadi atas nama perusahaan supaya bila
lepas dari pemotongan PPh Pasal 23. Selanjutnya untuk masalah Akuntan Publik yang
tidak mau dipotong pajaknya sama seperti jawaban sebelumnya, PT lembada harus
melakukan tax planning dengan menghitung PPh menggunakan metode gross up agar
pajak yang ditanggung dapat dibiayakan (deductible expense).

Anda mungkin juga menyukai