Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Komunitas Komprehensif Postnatal Care (PNC)
Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Komunitas Komprehensif Postnatal Care (PNC)
Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Komunitas Komprehensif Postnatal Care (PNC)
KOMUNITAS KOMPREHENSIF
OLEH : RAHMAWATI
NIM : B.20.03.219
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga laporan asuhan kebidanan komprehensif ini dapat diselesaikan sebagai salah satu
persyatratan dalam menyelesaikan studi program DIV Kebidanan Universitas Mega Buana
Palopo dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “N” DI
PUSKESMAS RANTEBULAHAN TIMUR TANGGAL 15 FEBRUARI – 14 MARET 2021”.
Dalam laporan ini berbagai hambatan yang di hadapi oleh penulis dari tahap persiapan
sampai dengan penyelesaian tulisan, Namun berkat bantuan bimbingan dan kerja sama dengan
berbagai pihak baik teman sejawat maupun pembimbing institusi maka hambatan dan kesulitan
tersebut dapat teratasi
Oleh karena itu perkenangkanlah kami penulis dengan kerendahan hati menyampaikan
terima kasih atas semua bantuan, bimbingan,saran dan motivasi kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan terutama kepada :
1. Selaku pembimbing institusi yang memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dari
awal hingga selesai penulisan Laporan Asuhan Kebidanana Komprehensif ini
2. Ibu kepala puskesmas Rantebulahan Timur yang telah memberikan kami izin dan
kepercayaan untuk turun praktek
3. Kepada ibu LINA FITRIANI,S.TR.KEB selaku pengelolah kampus universitas mega
buana palopo yang selalu memberikan bantuan dan support sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini.
4. Terkhusus buat Ketua Tingkat Kami yang selalu memberikan bantuan yang sangat luar
biasa.
5. Teman- teman kami seangkatan 2020 yang telah memberikan dukungan moral dan
material selama praktek di lahan
6. Terkhusus buat suami dan orang tua serta kakak dan adik yang sangat mendukung dalam
melanjutkan perkuliahan ini.
Penulis
RAHMAWATI,A.Md.Keb
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
B. Tujuan……………………………………………………………… 2
C. Waktu dan tempat pengambilan kasus……………………………… 2
BAB II. TINJAUAN TEORI
1.4 Bayi Baru Lahir……………………………………………………. 3
BAB III. STUDI KASUS
2.1 Pengertian Nifas……………………………. ……………………….. 3
2.2 Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas.................................................. 3
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas................................................... 16
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….. 17
B. Saran…………………………………………………………...…….. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau postpartum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau
42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti
sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian
ibu 60% terjadi pada masa nifas.
Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari
suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita postpartum (Maritalia,2012). Di Negara
berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu yang sehabis
melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50%
diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama (Prawirardjo,2006). Tingginya kematian
ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai
pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi
berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan.
Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong
tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya. Sementara menurut Depkes tahun 2009, mengalami penurunan menjadi 226 per
100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut didapatkan penurunan angka kematian ibu di
Indonesia. Sementara penyebab kematian ibu post partum di Indonesia dikarenakan oleh infeksi
dan pendarahan pervaginam. Semua itu dapat terjadi, jika ibu post partum tidak mengetahui
tanda bahaya selama masa nifas. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang
masalah informasi yang diperoleh ibu nifas kurang.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa komplikasi yang timbul saat post partum
masih sangat tinggi. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk mencegah kematian
ibu pada masa kritis ini adalah dengan memberikan asuhan kebidanan yang aman dan efektif.
Asuhan persalinan untuk postpartum ini juga telah diterapkan di Puskesmas Rantebulahan Timur
yang memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak,
seperti Memberikan Asuhan Postpartum. Sehingga untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyusun laporan asuhan kebidanan postpartum yang di lakukan di Puskesmas tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara melakukan Asuhan Postpatum Fisiologi pada Ny “N” di Pusekesmas
Rantebulahan Timur tahun 2021.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya, juga untuk
menumbuhkan lingkungan yang menawarkan bantuan dan dukungan kepada keluarga besar dan
masyarakat untuk berbagai macam kebutuhan kesehatan sosial yang terkait.
1
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Postpartum Fisiologi pada Ny”N” menggunakan
manajemen asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
b. Mampu melaksanakan Pendokumentasian Asuhan Postpartum Fisiologi dalam pada Ny. “N”
melalui pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi sehat prima, atau
bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan, bila ada gangguan-gangguan kesehatan
lainnya (Suherni, 2008).
2.2 Perubahan psiologis Pada Masa Nifas
Perubahan fisiologisl pada masa nifas meliputi :
a. Involusi uterus
Involusi uterus adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan sebelum hamil
b. Uterus
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak
rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-
2 hanya sebesar 3-4 cm dan akhir nifas 1-2 cm. Dengan ini besarnya uterus setelah melahirkan
dapat diketahui dari kontraksi uterus yang baik dan tingginya fundus (Panduan Asuhan Nifas dan
Evidance Based Practice, 201
c. Pembuluh darah
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri
harus mengecil kembali dalam masa nifas.
d. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah
kehitam hitaman, karena penuh pembuluh darah. 34 Konsistensinya lunak, kadang kadang
terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus
uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada
perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10
cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
3
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasukkan 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks
menutup (Ambarwati, 2009)
e. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6 sampai 8 minggu postpartum.
Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina
(Ambarwati, 2009).
f. Saluran kencing
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah,
sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urin residual.
Sisa urin ini dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
g. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus dan luka jalan lahir dari vagina dalam
masa nifas. Akibat involusi uteri lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Dalam keadaan
normal lochea berbau amis berasal dari bekas melekatnya plasenta. (Panduan Asuhan Nifas dan
Evidance Based Practice, 2012). Macam-macam lochea :
1) Lochea rubra (Cruenta)
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo dan meconium. Berwarna
merah, keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-2 postpartum.
2) Lochea sanguinolenta
Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 postpartum, berwarna kekuning kuningan berisi darah
bercampur lendir.
3) Lochea serosa
Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14 berwarna kekuningan. Terdiri dari leukosit
4) Lochea alba
Keluar pada 2 minggu postpartum, berwarna putih. Mengandung leukosit, selaput lendir
serviks
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau
2.3 Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas
Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak hamil. Wanita hamil akan
mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood
seperti sering menangis, lekas marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang
merupakan manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu
dengan ibu yang lain. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian
anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
1) Fase taking in
4
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya
sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai
akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase
ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan
psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang
empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik.
2) Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.
Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan
untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan
kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang
diperlukan ibu nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusu yang
benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang
dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
3) Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang
kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan
oleh ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup,sehingga mendapatkan
kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.
2.4 Menyusui
Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh bayi,
dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi,
imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua
dan tahun tahun berikutnya (Varney, 2003). UNICEF (2013) mewartakan bahwa menyusui
merupakan penyelamat hidup anak yang paling murah dan efektif dalam sejarah kesehatan
manusia. Yang diharapkan adalah minimal enam bulan ibu menyusui anaknya, sedapat mungkin
secara eksklusif (enam bulan tanpa ada pemberian cairan/asupan lain selain ASI). Banyak ibu
yang beranggapan bahwa menyusui merupakan aktivitas alami, sehingga tidak memerlukan
persiapan atau perawatan khusus. Hal ini tidak sepenuhnya benar terutama bagi ibu yang
menyadari bahwa air susu sangat penting dan utama bagi bayi (Prasetyono, 2009).
2.5 Persiapan Menyusui
5
Tubuh ibu bersiap untuk menyusui pada awal kehamilan, dan payudara pun mulai
berkembang. Tubuh ibu mengumpulkan persediaan energi dan nutrisi lainya untuk membantu
memproduksi ASI. Kapanpun bayi lahir, ASI tetap mengandung kolostrum (Prasetyono, 2009).
Laktasi merupakan proses yang sangat efisien. Selama laktasi, metabolism ibu sedikit melambat
untuk menghasilkan energi yang diperoleh dari makanan. Persediaan ASI tergantung pada
kebutuhan bayi. Ketika bayi tumbuh danberkembang, maka ibu akan memproduksi lebih banyak
ASI. Laktasi adalah cara yang tidak ada bandingannya dalam memberikan makanan yang ideal
bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat; hal itu juga merupakan bagian integral
dari proses reproduktif dengan berbagai dampak yang penting bagi kesehatan kaum ibu.
Berbagai bukti yang ada menunjukkan bahwapemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan
adalah cara optimum dalam menyediakan pangan bagi para bayi. Sesudahnya para bayi harus
mendapatkan makanan pelengkap dengan menggabungkannya dengan pemberian ASI
yangberlanjut hingga usia 2 tahun atau lebih. IDAI (2009) memaparkan bahwa dalam proses
menyusui, diperlukan manajemen diri ibu yang kuat dengan fokus pada diri dan pada anak. Ia
memerlukan kekuatan untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan diri, anak, dan keluarga.
2.6 Teknik Menyusui
Bayi menghisap secara alamiah, akan tetapi pada awalnya mungkin dia mengalami
kesulitan menemukan puting susu ibunya. Cara menolong paling mudah adalah dengan
menempelkan pipinya ke payudara. Lalu masukkan putting ke mulut bayi. Ibu dapat
melancarkan aliran air susu dengan cara menekan nekan areola. Untuk menghentikan hisapan,
masukkan sebuah jari di sudut mulutnyaatau dorong dagunya ke bawah perlahan lahan dengan
ibu jari dan jari telunjuk. Pindahkan bayi ke payudara yang satunya lagi sampai selesai
menyusui. Dengan demikian, bayi menerima air susu dengan volume yang sama dari setiap
payudara setiap hari. Ibu pun terhindar dari pembekakan payudara akibat terlalu penuh dengan
air susu (Kristiyansari, 2009).
1. Posisi menyusui
Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses menyusui berlangsung.
Sebagian ibu memilih menyusui dalam keadaan berbaring miring, sambil merangkul bayinya.
Sebagian lagi melakukanya sambil duduk di kursi dengan punggung diganjal bantal dan kaki di
atas bangku kecil. Seorang ibu sebaiknya memposisikan diri dan bayinya sedemikian rupa agar
kenyamanan menyusui dapat tercapai (Kristiyansari, 2009)
a. Posisi ibu duduk :
1) Ibu duduk tegak dengan punggung lurus dan pangkuan rata, serta kaki dipijakkan ke tanah
secara rata.
2) Ibu bisa menggunakan bantal atau kantong pangkuan untuk menyangga berat badan bayi
dan agar bayi sejajar dengan payudara ibu.
3) Ibu menggendong bayi menggunakan lengan kanan bila menyusui dengan payudara kiri.
Demikian pula sebaliknya. Pada posisi ini, kepala, leher, dan punggung bayi dalam
keadaan lurus dan dengan kepala agak terangkat ke belakang.
4) Ibu membuat pangkal leher dan kepala bayi leluasa bergerak ke belakang saat bayi
menengadah.
6
5) Ibu mengangkat bayi agar hidungnya sejajar dengan putting payudara.
6) Ibu menyentuh mulut bayi pada payudara dengan lembut. Sebaliknya, ibu menunggu bayi
dalam beberapa waktu hingga ia membuka lebar mulutnya, misalnya saat ia menguap.
7) Ketika mulut bayi membuka lebar, segera mengarahkan mulut bayi ke payudara.
8) Bila bayi telah dapat menyusu dengan baik, ibu bias memindahkan bayi ke lengan sebelah
(Prasetyono, 2009).
b. Posisi ibu tidur miring:
Posisi ibu menyusui dengan tidur miring dinilai kurang tepat karena posisi payudara
diatas kepala bayi, sehingga mulut bayi sukar mencapai puting payudara ibu. Jika ibu menyukai
posisi miring, hendaknya ibu mengusahakan agar putting payudaranya sejajar mulut bayi,
sehingga mulut bayi dapat lebih mudah mencapai puting payudaranya, dan ia pun lebih leluasa
menghisapnya (Prasetyono, 2009).
c. Cara menyusui yang benar
Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan
disekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu.
1) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.
2) Ibu duduk dengan santai, bila duduk lebih baik gunakan kursi yang rendah agar kaki ibu
menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
3) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkuk
siku ibu.
4) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan satunya di depan.
5) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
6) Telinga dan lengan bayi teletak pada satu garis lurus.
7) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.
8) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan
menekan puting susu.
9) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut. Setelah bayi membuka mulut, segera kepala
bayi di dekatkan ke payudara ibu serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi
(Kristiyansari, 2009).
7
BAB III
STUDI KASUS
A. IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny”N”/Tn”A”
Umur : 21 tahun/21 tahun
Nikah : 1 kali
Suku : Toraja/Bugis
Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : Mahasiswa/Wiraswasta
Alamat : Lekosuka Maju
8
D. RIWAYAT REPRODUKSI
Menarche : 14 tahun
E. RIWAYAT KB
Ibu tidak pernah menjadi aseptor KB
F. RIWAYAT GYNEKOLOGI
a. Tidak ada gangguan infeksi pada alat kelamin
b. Tidak ada penyakit menular seksual
G. DATA PSIKOSOSIAL,EKONOMI DAN SPIRITUAL
9
Tidur Malam : ± 4-5 jam
d. Persona Hygiene
a. Sebelum melahirkan : ibu mandi 2x sehari dan mengganti pakaian setiap hari
sesudah mandi.
b. Pada masa nifas : ibu belum mandi
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum baik
2. Kesadaraan komposmentis
3. Ekspresi wajah ibu meringis bila bergerak
4. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmhg
X/
b. Nadi : 80 I
c. Suhu : 36,80C
d. Pernapasan : 24 X/I
5. Inspeksi,palpasi,dan perkusi
a. Kepala : kulit kepala tampak bersih,rambut hitam tidak mudah rontok
b. Muka : Ekspresi wajah ibu tampak tenang,tidak pucat,dan tidak ada oedema.
c. Mata : konjungtiva merah muda,skelera tampak putih bersih,simetris kiri dan
kanan
d. Hidung : tidak ada polip dan peredangan,simetris kiri dan kanan.
e. Gigi dan mulut : tidak ada karang gigi dan caries, serta bibir agak kering.
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
g. Payudara : simetris kiri dan kanan, hyperpigmentasi aerola mammae putting
susu menonjol,tampakpengeluaran colostrum saat putting susu dipencet
h. Abdomen : tampak linea nigra,dan tidak ada luka bekas operasi,TFU 1 jrbpst,kontraksi
uterus baik,teraba keras dan bundar.
i. Vulv: Lochia rubra bau amis dan berwarna dan berwarna merah,tidak ada oedema
pada vulva, terdapat robekan pada perineum,tampak jahitan perineum.
j. Ekstremitas : simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema dan varices.
10
6. Penunjang Lab :
a. Protein urin (-) normal
b. HB (12) Normal
a. Data subjektif
1. Ibu mengatakan melahirkan pada tanggal 23 Februari 2021 pukul 21.30 wita
2. Ibu mengatakan belum BAB
3. ASI masih sedikit
b. Data objektif
1. Kontraksi uterus baik,bulat dan keras.TFU 3 jrbpx
2. Pengeluaran darah berwarna merah kehitaman (lochia rubra)
3. Nyeri tekan pada perineum dan nampak luka masih basah
Analisa dan interpretasi Data
a. Proses involusio uterus berlangsung mulai hari pertama post partum di tandai dengan
kontraksi uterus baik,teraba bundar dan keras serta TFU 3 jrbx(Buku NIfas Jilid
II,AKBID ANDI MAKKASAU HLM.36)
b. Lochia merupakan secret berasal dari vagina dan cairan uterus yang terdiri darah
bercampur sisa-sisa selaput ketuban menandakan post partum hari pertama.(obstetric
kebidanan,hal 68)
c. Nyeri perineum timbul akibat adanya laserasi atau robekan yang disebabkan saat
persalinan dan biasanya disebabkan oleh luka episiotpmy.(ilmu anak kesehatan
hal.40,2010)
d.
Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera/ kolaborasi
A. Tujuan
a. Post partum hari pertama berlangsung normal
b. Tidak terjadi infeksi jalan lahir
B. Kriteria
1. Keadaan umum ibu baik
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
1. Tekanan darah: Normalnya systole 90-130 mmhg dan Diastole 60-90 mmhg
2. Nadi : Normalnya 60-90 X/i
11
3. Pernapasan : Normalnya 16-24 X/i
4. Suhu : Normalnya 36-37 Oc
b. Kontraksi uterus baik,teraba bundar,dan keras
c. TFU 3 jrbpx
d. Pengeluaran lochia rubra dalam batas normal
2. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti panas,merah,bengkak,nyeri,dan berbau
C. Rencana Tindakan
1. Minta persetujuan dan menjelaskan semua tindakan yang akan dilakukan
Rasional : ibu mengerti tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : tanda –tanda vital merupakan gambaran kondisi fisik dan merupakan
indikator untuk menilai keadaan umum ibu
3. Observasi TFU,kontraksi uterus,dan pengeluaran lokhia.
Rasional : menilai proses dan mendeteksi secara dini adanya gejala-gejala perdarahan
pasca persalinan
4. Anjurkan ibu untuk menjaga pesonal hygiene
Rasional : dapat memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi
5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Rasional : istirahat yang cukup dapat membantu proses kesehatan ibu dan menghindari
ibu dari kelelahan yang berlebihan
6. Anjurkan ibu tentang perawatan payudara
Rasional : perawatan payudara yang benar dan teratur akan mempelancar dan
meningkatkan produksi ASI
7. Ajarkan ibu tentang cara senam nifas
Rasional : dengan senam nifas dapat membantu proses pemulihan dengan cepat
1. Meminta persetujuan ibu dan menjelaskan semua tindakan yang akan dilakukan
Hasil : ibu setuju dan tindakan yang akan dilakukan
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil:
Tekanan darah : 100/80 mmhg
Nadi : 80 X/i
Pernapasan : 24 X/i
Suhu : 36,5oC
3. Mengobservasi TFU,kontraksi uterus dan pengeluaran lochia
Hasil: TFU 3 jrbpx,kontraksi baik,bulat,dan keras
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
Hasil: ibu bersedia melakukannya
5. Menganjurkan ibu untuk istrahat yang cukup
12
Hasil: ibu bersedia melakukannya
6. Menganjurkan ibu tentang perawatan payudara
Hasil: ibu bersedia dan mau melakukannya
7. Mengajarkan ibu tentang cara senam nifas
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukannya
13
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM
PADA NY “N “POSTPARTUM HARI PERTAMA
DI PUSKESMAS RANTE BULAHAN TIMUR
TANGGAL 24 FEBRUARI 2021
A. Identitas Istri/Suami
Nama : Ny”N” / Tn”A”
Umur : 21 Tahun / 21 Tahun
Nikah : 1 kali
Suku : Toraja / Bugis
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Mahasiswa/Wiraswasta
Alamat : LekoSuka Maju
14
ASSESMENT (A)
PLANNING (P)
1. Meminta persetujuan ibu dan menjelaskan semua tindakan yang akan dilakukan
Hasil : ibu setuju dan mau melakukannya
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil:
Tekanan darah : 100/80 mmhg
Nadi : 80 X/i
Pernapasan : 24 X/i
Suhu : 36,5oc
3. Mengobservasi TFU,kontraksi uterus,dan pengeluaran lokhia.
Hasil: TFU 3 jrbpx,kontraksi uterus baik,teraba keras dan bundar dan lochia rubra
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
Hasil: ibu bersedia melakukannya
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Hasil: ibu bersedia melakukannya
6. Menganjurkan ibu tentang perawatan payudara
Hasil: ibu bersedia dan mau melakukannya
7. Menganjarkan ibu tentang cara senam nifas
Hasil: ibu mengerti dan mau melakukannya.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan kebidana pada masa nifas meliputi 6-8 jam post partum, 4 hari post
partum, 1 minggu post partum, dan 2 minggu post partum, sesuai dengan teori
Pada post partum hari kedua, keadaan umum ibu baik TFU 1 jari bawah
ibu untuk mobilisasi dan istirahat yang cukup serta memberitahu ibu kebersihan diri dan
mengganti pembalut minimal 2 kali sehari. Hal ini sesuai teori yang menyatakan
kunjungan pertama dilakukan pada waktu 6-8 jam post partum (saifuddin 2010).
Melalui asuhan yang diberikan pada masa nifas ini, sangat diharapkan dapat
menjadikan ibu dan bayinya sehat baik fisik maupun psikologisnya, selain itu tujuan
asuhan ini dapat mendeteksi penyulit maupun komplikasi masa nifas sehingga sedapat
16
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Nifas
Proses postpartum atau nifas pada Ny ”N” berlangsung normal tanpa adanya
masalah ataupun keluhan yang dirasakan. Dan dengan dilakukan Asuhan Kebidanan
SARAN
Diharapkan dapat menjadi bahan motivasi bagi ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan kehamilannya secara mandiri sebagai upaya preventif serta dapat melakukan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi bidan praktik swasta dalam upaya
3. Bagi Institusi
17