Kanker Paru Viviyanthy H. Abdul 811419147 D

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

EPIDEMIOLOGI KANKER PARU-PARU

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Epidemiologi yang diampuh Oleh

Ibu Lia Amalia, S.KM, M.Kes

DI SUSUN OLEH :

KELAS D

VIVIYANTHY H. ABDUL ( 811419147 )

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN

KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI

GORONTALO 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul “ EPIDEMIOLOGI KANKER PARU-PARU ” tepat pada
waktunya. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu hingga dapat
disusunnya makalah ini.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar
Epidemiologi. Dalam makalah ini membahas tentang definisi, tanda dan gejala, trias
epidemiolo gi, riwayat alamiah penyakit, , factor Resiko, Masa Inkubasi dan upaya pencegahan
dari Kanker paru-paru . Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami sendiri dan
khususnya pembaca pada umumnya.

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada
waktu mendatang.

Gorontalo, 02 November 2020

Viviyanthy H. Abdul

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................i

Daftar isi.............................................................................................................ii

a. Pendahuluan.......................................................................................................1

b. Definisi,Tanda dan Gejala Kanker Paru...............................................................2

c. Trias Epidemiologi..............................................................................................3

d. Riwayat Alamiah Penyakit Kanker Paru...............................................................6

e.Faktor Resiko kanker Paru-Paru..........................................................................12

F. Masa Inkubasi Kanker Paru.................................................................................13

G. Upaya Pencegahan Kanker Paru.........................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17
A. Pendahuluan
Kanker adalah istilah umum yang dari penyakit keganasan yang bisa mengenai
lapisan sel epitel tubuh (karsinoma) dan sel jaringan penunjang (sarcoma) yang
merupakan kanker jaringan padat, seperti sel. Kanker paru merupakan penyebab
kematian tertinggi dari semua jenis kanker. Data yang dibuat WHO tahun 2015
menunjukan bahwa insiden kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang
menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan,
bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. (Ardihansyah, 2019). Kanker
juga merupakan proses pembelahan sel yang terjadi secara dramatis. Secara normal,
sluruh sel tubuh melakukan pembelahan untuk membentuk jaringan sel yng kompak
demi terciptanya keseimbangan tubuh. Selain kompak melakukan pembelahan. Sel
juga memiliki teknik membaca pesan yang sama demi menjalankan fungsi sebagai
satu-kesatuan jarngan namun pada kondsi tertentu, ada sel galau karena tidak
dilengkap struktur yang sama dengan sel sehat. (Siagian, 2014).
Paru (paru-paru) adalah salah satu alat tubuh yang vital untuk kehidupan
manusia. Tanpa paru, seseorang tidak akan mungkin hidup di muka bumi ini. Fungsi
utama paru adalah sebagai alat pernapasan. Pada waktu menarik napas, kita akan
memasukkan oksigen (O2 = zat asam) ke dalam paru kita, dan pada waktu
mengeluarkan napas kita akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2 = zat asam
arang) dari paru.Tingginya resiko kematian penderitapenyakit paru-paru (18,7%)
menunjukkan bahwajenis penyakit ini perlu diperhatikan secara serius. Hal ini terkait
dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan paru-paru. Apalagi saat ini
polusi udara semakin meningkat yang disebabkan asap dari para perokok aktif, asap
industri pabrik, asap kendaraan bermotor dan berbagai polusi lainnya. Udara yang
tercemar bila dihirup dapat menyebabkan kondisi kesehatan paru-paru terganggu,
salah satunya batuk. (Yunus M, Setyowibowo S. 2015).

1
A. DEFINISI, TANDA DAN GEJALA PENYAKIT KANKER PARU-PARU
a. DEFINISI KANKER PARU-PARU

Kanker paru adalah salah satu kondisi abnormal yang ditemukan pada paru
ditandai dengan adanya pertumbuhan sel secara abnormal atau yang dikenal dengan
tumor berbahaya. Kondisi pertumbuhan sel secara abnormal dapat berasal dari sel-sel
yang terdapat dalam paru-paru. Namun, pertumbuhan sel secara abnormal ini dapat
berasal dari sel (kanker) di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker
paru dapat terjadi, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Lebih dari 90% kejadian
kanker paru berawal dari bronkus, yaitu suatu saluran udara terbesar yang masuk ke
paru-paru. Kanker ini disebut juga dengan karsinoma bronkogenik. (Utari, Dkk, 2020).
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru atau
system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal dan
bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ
yang lain. Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker paru
merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena
kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin
meningkat. (Siagian, 2014).
A. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT KANKER PARU-PARU

Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
1. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.
2. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak.
3. Napas sesak dan pendek-pendek.
4. Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas.
5. Kelelahan kronis
6. Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
7. Suara serak/parau.
8. Pembengkakan di wajah atau leher. (Somantri I, 2007)
Gejala kanker paru yang tidak khas pada awal terbentuknya kanker bisa menjadi
salah satu diantaranya. Gejala yang dialami pada awal kanker seperti kelelahan, nafsu
makan yang menurun, batuk berkepanjangan, dan nyeri di dada saat batuk sering
dianggap sebagai penyakit ringan oleh pasien. Kebanyakan tidak melakukan
pemeriksaan kesehatan terhadap penyakitnya. Ketika kondisi sudah memburuk dan
kanker sudah berada pada stage lanjut, maka pasien memeriksakan diri ke dokter.
Selain tidak khasnya gejala yang dirasakan, kesadaran diri pasien untuk melakukan
pemeriksaan berkala masih rendah. Banyak pasien dengan resiko tinggi terkena kanker
paru yang tidak melakukan pemeriksaan berkala. Banyak alasan yang diungkapkan
seperti kesibukan, besarnya biaya pengobatan dan ketakutan terhadap hasil
pemeriksaan membuat pasien enggan untuk melakukan pemeriksaan. (Abdiana, Dkk,
2018).

B. Trias Epidemiologi
Segitiga epidemiologi merupakan dasar yang biasa digunakan dalam
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.Host,agent, serta
environment merupakan komponen yang terdapat pada segitiga epidemiologi dan
saling berkaitan antara satu dengan lainnya dalam terjadinya suatu penyakit.
1. Host
Host atau pejamu merupakan manusia yang menjadi faktor terjadinya suatu
penyakit.Faktor-faktor yang termasuk didalamnya adalah umur, jenis kelamin,
ras, genetik dan lainnya.
a. Usia
Penderita kanker paru lebih banyak ditemukan pada usia diatas 40 tahun
disebabkan pajanan zat yang bersifat karsinogenik secara berkepanjangan.
Kanker paru masih menjadi masalah kesehatan yang sulit diatasi, bukan saja
karena meningkatnya jumlah perokok di Indonesia tetapi juga disebabkan
tingginya mortalitas dan morbiditas penderita. Beberapa panduan pengobatan
merekomendasikan penanganan multimodalitas. Manajemen kanker paru masih
menjadi suatu tantangan dan memerlukan pendekatan yang komprehensif
terutama pada pasien yang lebih tua yang mengalami keterbatasan dalam
menjalani operasi ataupun kemoterapi. Tatalaksana kanker paru cenderung tidak
optimal pada lanjut usia padahal hampir separuh penderita kanker paru berusia
di atas 65 tahun. Pertambahan usia juga berkaitan dengan adanya peningkatan
risiko penyakit komorbid yang dapat mempengaruhi hasil terapi bahkan
memperburuk. Pasien kanker paru berusia lanjut sering memiliki penyakit
komorbid, status tampilan buruk, serta risiko toksisitas terapi tinggi. (Putra
Andika, Dkk, 2015).
b. Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor
dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian
susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan
dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed
cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam
hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang
autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada
permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan
sekitarnya. (Veranita A, Dkk, 2013).
c. Jenis Kelamin
Kanker paru terbanyak pada laki-laki diduga dipengaruhi oleh faktor
eksternal, misalnya merokok. Merokok erat kaitannya dengan laki-laki, sehingga
kejadian kanker paru terbanyak pada laki-laki. Faktor eksternal yang berperan
dalam peningkatan kejadian kanker paru adalah merokok. Rokok mengandung
banyak zat kimia (karbon monoksida, hidrogen sianida, volatil) dan radikal bebas
yang bersifat toksik. Akibat seringnya terpajan dengan radikal bebas dan zat
kimia berbahaya dapat mempercepat kerusakan seluler dan kerusakan DNA
sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan genetik yang berakibat
penyakit kanker. (Ahyati s, Dkk, 2019)
d. Aktvitas Fisik.
Orang yang aktif bergerak umumnya memiliki risiko 20% lebih rendah
untuk mengidap kanker paru-paru, dan bisa lebih rendah lagi jika Anda
memutuskan untuk berhenti merokok. (Abdiana, Dkk, 2018).
2. Agent
Penderita Kanker Paru disebabkan pajanan zat yang bersifat karsinogenik
secara berkepanjangan. Zat karsinogenik dapat berasal dari lingkungan kerja
maupun rumah, bahan industri di lingkungan kerja, maupun polusi udara.
(Ahyati S, Dkk, 2019)
3. Environment.
Faktor lingkungan yang terjadi diluar tubuh manusia. Dapat terbagi menjadi:
1. Lingkungan fisik
2. Lingkungan sosio-ekonomi
Kondisi perekonomian Indonesia juga bisa menjadi penyebab banyaknya
kanker yang ditemukan pada stage akhir. Kemiskinan dan kurangnya sarana
prasarana di daerah pedesaan, mengakibatkan banyak warga yang tidak
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Jauhnya rumah sakit rujukan
utama pun menjadi salah satu alasan utama sulitnya masyarakat untuk
memeriksakan diri. (Abdiana, Dkk, 2018).

C. Riwayat Penyakit Kanker Paru-Paru.


Kanker paru pada dasarnya adalah tumor ganas dari epitel bronkus. Proses
keganasan pada epitel bronkus ini akan didahului oleh apa yang disebut masa
prakanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker ini disebut
sebagai metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan
menghilangnya silia. Metaplasia skuamosa ini dapat timbul akibat berbagai macam
pengaruh dari luar tubuh. Secara hispatologik maka kanker paru dibagi menjadi
empat jenis tumor yang masingmasing disebut sebagai karsinoma epidermoid,
adeno karsinoma, karsinoma sel besar dan karsinoma sel kecil. Masing-masing jenis
kanker ini punya gambaran yang berbeda di bawah mikroskop. Dari keempat jenis
kanker ini, karsinoma sel kecil adalah kanker yang paling ganas dan paling sering
menimbulkan kematian. dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan gejala yang
dialami pasien.
Riwayat Alamiah Penyakit Kanker Paru
1. Tahap Pre Patogenesis
Pada tahap ini penderita masih dalam keaadan sehat namun penderita mempunyai
faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker Paru. Faktor resiko tersebut adalah
merokok, bahaya industri, polusi udara, lingkungan yang terdapat banyak perokok,
makanan dan kecenderungan familial. Dari faktor-faktor ini, merokok berperan paling
penting pada kanker paru.

2. Tahap Subklinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis.

3. Tahap Klinis
1. Gejala Intrapulmoner

1) Batuk

Batuk ialah gejala umum kelainan paru dan juga merupakan gejala awal kanker paru,
berbagai kepustakaan menyatakan batuk merupakan manifestasi yang sering
dikeluhkan oleh penderita kanker paru. Patogenesis terjadinya batuk pada kanker
paru diawali dengan berbagai rangsangan reseptor batuk yang terletak di dalam
rongga toraks, antara lain terdapat di bronkus. Reseptor di bronkus utama lebih
banyakdibandingkan bronkus kecil. Jika ada rangsangan di bronkus melalui serabut
aferen diteruskan ke medula oblongata melalui cabang nervus vagus, kemudian
melalui serabut eferen menuju ke efektor yang terdapat di dalam bronkus. Di daerah
efektor inilah mekanisme batuk terjadi. Bersamaan dengan siklus itu glotis tertutup
terjadi kontraksi otot-otot dada, abdomen dan relaksasi. diafragma, keadaan itu
menyebabkan tekanan positif di dalam rongga dada yang tiba-tiba dilepaskan pada
saat glotis terbuka, udara keluar menggetarkan jaringan saluran napas termasuk pita
suara, sehingga menimbulkan batuk.

2) Batuk Darah

Merupakan ekspektorasi sputum yang bercampur darah, selain disebabkan oleh


kanker paru juga disebabkan oleh penyakit paru lainnya. Batuk darah biasanya
disebabkan oleh ruptur arteri atau vena bronkial. Keluhan penderita biasanya merasa
tidak enak dan merasa panas di dada. Sulit membedakan dengan batuk darah yang
disebabkan oleh penyakit paru lainnya, tetapi biasanya batuk darah karena kanker
paru terjadi penderita berumur lebih 40 tahun.

3) Sesak Nafas
Sesak napas juga merupakan suatu gejala paru, ini bisa disebabkan oleh beberapa
ha1 antara lain; tumor di daiam saluran napas, tumor menekan saiuran napas, kedua
keadaan ini dapat menyebabkan atelektasis dan penurunan faal paru yang berakhir
dengan sesak napas. Selain keadaan di atas efusi pleura juga menyebabkan sesak
napas pada kanker paru.

4) Neri Dada

Nyeri dada dapat dirasakan oleh penderita kanker paru, keadaan ini disebabkan
keterlibatan pleura parietal, tergantung luas dan lokasi tumor tersebut, nyeri ini
dirasakan saat inspirasi.

2. Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner

1) Efusi Pleura

Efusi pleura akan memberikan gejala yang berhubungan dengan jumlah cairan dan
produktivitinya, gejala paling sering adalah sesak napas dan nyeri dada. Akumulasi
cairan di rongga pleura dapat timbul akibat invasi tumor secara langsung ke dalam
rongga pleura, kelenjar limfe, atau sumbatan pada kelenjar limfe sehingga
mengganggu aliran limfe tersebut. Jenis cairan pleura pada kanker paru bisa serosa.

2) Pneumotoraks

Pneumotoraks dapat terjadi pada kanker paru walaupun keadaan ini jarang terjadi.
Gejala akibat pneumotoraks juga tergantung pada jumlah dan organ yang terdesak
karena akumulasi udara dalam rongga pleura. lnvasi tumor ke parenkim paru diduga
penyebab utama terjadinya pneumotoraks. Dalam kepustakaan lain dinyatakan
bahwa rupturnya “bleb” juga memegang peranan terjadinya pneumotoraks

3) Efusi perikara

Merupakan keadaan yang sering ditemukan akibat invasi tumor ke dalam rongga
perikardium, atau metastasis melalui kelenjar limfe, keadaan ini dapat menyebabkan
tamponade jantung dengan berbagai tampilan klinis. Otot jantung (miokard) jarang
terinvasi oleh tumor paru, walaupun ada kepustakaan yang melaporkan tetapi jumlah
kasusnya sedikit. Untuk mendeteksi kelainan di jantung dilakukan pemeriksaan
ekokardiografi.

4) Gangguan Menelan

Disebabkan oleh karena terlibatnya esofagus, biasanya terjadi akibat penekanan


dinding esofagus oleh tumor, atau karena pembesaran kelenjar limfe mediastinum,
sehingga terjadi obstruksi esofagus.

5) Sindrom Vena Kava Superior

Penekanan atau invasi tumor ke pembuluh darah mediastinum dapat menimbulkan


gangguan aliran darah, keadaan ini menimbulkan gejala edema di muka, ekstremiti
atas, leher bengkak, vena-vena lengan dan dinding dada melebar, kadang-kadang
menimbulkan rasa sakit kepala dan sesak napas.

6) Suara Serak

Kerusakan nervus rekurens dapat menyebabkan kelumpuhan pita suara yang


menyebabkan suara serak, kelumpuhan ini dapat unilateral atau bilateral, dapat
mengenai sebagian otot, misalnya otot abduktor (membuka laring), otot adduktor
(menutup laring) dan otot tensor yang menegangkan pita suara. Kelumpuhan
pitasuara ini juga mengakibatkan penderita tidak dapat berbicara keras dan
mengucapkan kalimat yang panjang, penderita berhenti sebentar untuk inspirasi

7) Gangguan Diafragma

Tumor dapat menyebabkan paresis atau paralisis diafragma, yang ditandai dengan
gerakan paradoks pernapasan. Nervus frenikus memegang peranan pada kelainan ini,
saraf ini berada sepanjang anterior kedua sisi dari lateral mediastinum inferior.
Kelumpuhan diafragma ini dapat dilihat dengan menggunakan fluorskopi.
8) Kerusakan Newus Vagus

Kelainan ini terjadi karena peradangan dan penekanan pada nervus vagus. Penderita
mengeluh nyeri pada daerah telinga, temporal dan muka.

9) Tumor Pancoast

Tumor ini terdapat di sulkus superior paru yang berkembang ke perifer apeks paru.
Tumor ini menekan pleksus brakialis yang melibatkan nervus torakalis I dan nervus
servikalis VIII. denaan Perluasan lokal yang menimbulkan tampilan nyeri bahu dan
bagian tangan yang dipersarafi oleh nervus ulnaris, juga menyebabkan erosi iga
pertama dan kedua yang menyebabkan berkurangnya gerak tangan dan bahu,
penderita ini berjalan dengan siku yang disanggah oleh tangan karena menahan sakit.

10) Sindrom Horner

Sindrom ini terjadi bila tumor menekan atau mengenai nervus simpatikus servikalis
dan dapat menyebabkan kerusakan serabut-serabut simpatik . dengan munculan
anhidrosis pada sisi yang sama (ipsilateral), gejala lain ptosis palpebra superior, muka
merah, konstriksi pupil.

3. Gejala Ekstratorasik Metastatik

1) Susunan saraf pusat

Metastasis ke otak biasanya menyebabkan tekanan intra kranial meningkat dengan


keluhan sakit kepala, penglihatan kabur, diplopia, mual, perubahan mental,
penurunan kesadaran. Gejala fokal neurologik seperti seizures dan afasia jarang
ditemukan. Lokasi metastasis tumor paru biasanya pada lobus frontalis serebrum
sedangkan pada sereberum jarang. Tumor paru dapat bermetastasis ke medula
spinalis, jika menekan arteri spinalis anterior menyebabkan mielitis transversa.
Metastasis epidural menimbulkan nyeri punggung, fungsi otonom, hilangnya sensori
dan ataksia.
2) Metastasis ke tulang

Tumor paru sering bermetastasis ke tulang, antara lain ke tulang belakang, pelvis dan
femur, sedangkan ke tulang ekstremiti seperti lainnya, skapula dan sternum jarang.
Sendi juga merupakan tempat metastasis tumor paru, biasanya ke sendi siku dan
sendi paha. Pada pemeriksaan cairan sendi terlihat sel-sel radang dan sel ganas.
Keluhan umumnya nyeri sendi jika digerakkan.

3) Metastasis ke hepar

Metastasis biasanya menimbulkan pembesaran hepar, nyeri tekan, kadang-kadang


teraba nodul: .Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan enzim alkali-
fostatase, transaminase aspartat amino transverase dan alanin amino transverase.
lkterus ditemukan jika terjadi obstruksi biiier. Jika terjadi kerusakan hepar yang dapat
menimbulkan asites

4) Metastasis ke adrenal .

Metastasis ini menimbulkan hipofungsi adrenal, biasanya mengenai medula dan


menimbulikan gejala nyeri abdomen, mual dan muntah. Pada

pemeriksaan laboratorium terdapat gangguan elektrolit.

5) Metastasis ke gastrointestinal

Metastasis umumnya melalui kelenjar limfe abdomen, metastasis ke proksimal usus


besar lebih sering dibandingkan ke rektum dan kolon sigmoid. Jika mengenai
pankreas menyebabkan pankreatitis dengan segala gambaran klinis.

6) Metastasis ke kulit

Sangat jarang ditemukan, pernah dilaporkan menyerang kulit kepala ditandai


munculnya nodulnodul subkutan.

4. Sindrom Paraneoplastik
Adalah suatu sindrom akibat produksi bahan aktif biologi oleh sel-sel tumor,
substansi ini menimbulkan efek walaupun letaknya jauh dari tumor. Sulit
menerangkan secara pasti bagaimana hubungan sekresi bahan aktif ini dengan efek
klinis tersebut.

4. Tahap Penyakit Lanjut


Pada tahap lanjut penyakit kanker paru ini adalah pasien mengalami anoreksia, lelah
yang berlebih dan penurunan berat badan

1. Tahap Terminal
Dengan adanya pengobatan dan terapi-terapi yang dilakukan dapat meningkatan
harapan hidup bagi pasiennya. Namun banyak pasien yang meninggal karena
komplikasi dan kanker sudah bermetatasis ke organ lainnya. (Novynurk, 2012).

D. Faktor Resiko Penyakit kanker Paru


1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara di lingkungan dan tempat kerja.
3. Hipereaktiviti bronkus.
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang.
Merokok bisa dikatakan sebagai penyebab utama kanker paru-paru. Orang yang
paling berisiko terkena kanker paru-paru adalah perokok aktif. Sekitar 85 persen
kanker paru-paru dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Meski begitu, bukan berarti
setiap perokok akan terkena kanker paru-paru. Selain itu, orang yang tidak merokok
juga berkemungkinan terserang kanker paru-paru, meski lebih rendah jumlahnya.
(Yunus M, Setyowibowo, 2017).

E. MASA INKUBASI KANKER PARU


Stadium kanker akan memberi tahu Anda seberapa besar dan apakah itu telah
menyebar. Mengetahui stadium kanker akan membantu dokter memutuskan
perawatan yang dibutuhkan.
1. Stadium 1

Stadium 1 menyatakan bahwa kanker Anda masih dalam ukuran kecil dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening atau organ jauh lainnya. Stadium 1 sendiri
dibagi menjadi 1A dan 1B. Stadium 1A berarti kankernya berukuran 3 cm atau lebih
kecil. Stadium 1B berarti kanker berukuran 3-4 cm.

2. Stadium 2

Kanker stadium 2 dapat dibagi menjadi stadium 2A dan 2B. bagian dari paru –
paru yang terkena mungkin semakin parah. Stadium 2A berarti kanker berukuran 4-
5 cm, tetapi tidak ada sel kanker di kelenjar getah bening. Stadium 2B menyatakan
bahwa kanker berukuran hingga 5 cm dan ada sel kanker di kelenjar getah bening
yang dekat dengan paru – paru.

3. Stadium 3

Stadium 3 kanker paru dibagi menjadi 3A, 3B dan 3C. Stadium 3A dapat menjadi
hal yang berbeda – beda. Kanker dapat berukuran hingga 5 cm dan telah menyebar
ke kelenjar getah bening di tengah dada di sisi yang sama dengan tumor atau dapat
berukuran 5-7 cm dan terdapat lebih daru satu tumor di lobus paru yang sama, atau
kanker telah menyebar ke bagian dinding dada (iga, otot, kulit), saraf dekat dengan
paru – paru (saraf frenikus), lapisan yang menutupi jantung (pleura mediastinum
dan perkardium parietalis).

Stadium 3B juga dapat menjadi hal yang berbeda – beda. Yang pertama kanker
dapat berukuran kurang dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening di
bagian sisi berlawanan dari paru – paru yang terkena, leher dan diatas tulang
selangka atau kanker dapat berukuran 5-7 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah
bening di tengah dada atau kanker dalam ukuran apapun yang telah menyebar ke
kelenjar getah bening di tengah dada dan telah menyebar ke salah satu bagian
berikut: (bagian dinding dada, diafragma, lapisan yang menutupi jantung (pleura
mediastinum dan perikardium parietalis). yang ketiga stadium 3B menyatakan
bahwa kanker Anda telah menyebar ke kelenjar getah bening di tengah dada,
berukuran lebih dari 7cm atau telah menyebar ke salah satu bagian dada seperti
jantung, trakea, esofagus atau pembuluh darah utama

Kanker paru stadium 3C dapat menjadi hal yang berbeda – beda pula. Yang
pertama kanker berukuran antara 5-7cm atau telah menyebar ke area saraf frenik
(saraf dekat dengan paru – paru), parietal pericardium (penutup jantung) dan telah
menyebar ke kelenjar getah bening. Yang ketiga dapat berarti kanker lebih besar
dari 7 cm atau telah menyebar ke salah satu dari daerah: diafragma, pusat dada
(mediastinum), jantung, pembuluh darah utama, trakea, saraf laring berulang,
esofagus, dan telah menyebar ke kelenjar getah bening.

4. Stadium 4

Kanker stadium 4 berarti kanker telah menyebar dan dibagi menjadi stadium 4A
dan 4B dan ini juga disebut kanker paru stadium lanjut. Stadium 4A dapat berarti
salah satu dari yang berikut: pertama, ada kanker di kedua paru – paru , kanker
dalam penutup paru – paru (pleura) atau penutup jantung (pericardium) atau ada
cairan di sekitar paru – paru atau jantung yang mengandung sel kanker. Kedua,
kanker telah menyebar di luar dada ke kelenjar getah bening atau ke organ seperti
hati atau tulang. Sedangkan stadium 4B sendiri berarti kanker telah menyebar ke
beberapa area dalam satu atau lebih organ. (Abdiana, 2018)

F. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT KANKER PARU.


Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 3
Tingkatan pencegahan dalam epideemiologi penyakit kanker paru, yaitu :
1. Pencegahan Primordial (Pencegahan Tingkat Pertama)
Pencegahan terhadap etiologi (penyebab) penyakit. Pencegahan primer
dilakukan pada orang yang sehat (bebas kanker). Langkah nyata yang dapat
dilakukan adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang pencegahan
kanker. Upaya yang dapat dilakukan adalah Upaya Promosi Kesehatan, upaya untuk
memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit kanker paru
tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan dari kebiasaan,
gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan faktor resiko untuk munculnya
penyakit kanker paru. Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat
merasa bahwa merokok itu merupakan kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat
mampu bersikap positif untuk tidak merokok. Seseorang perokok yang telah
berhasil berhenti 10 tahun lamanya berarti telah dapat menurunkan risiko 30 -50
persen untuk terkena kanker paru. Selain itu, senantiasa menjaga daya tahan tubuh
melalui pola hidup sehat (olahraga teratur, tidur cukup, hidup bebas stress serta
pola makan sehat), dan makan suplemen secara teratur.
2 . Pencegahan Tingkat Kedua
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan pada orang yang sudah
sakit. Tujuannya adalah untuk mencegah perkembangan penyakit lebih lanjut dari
penyakit serta membatasi terjadinya kecacatan. Upaya yang dilakukan adalah :
a) Diagnosis Dini : misalnya dengan Screening.
b) Pengobatan : misalnya dengan Kemotherapi, Pembedahan atau iradiasi.
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4. Resesi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
5. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk
baji (potongan es)
6. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
2. Radiasi
Radioterapi adalah penggunaan sinar pengion dalam upaya mengobati
penderita kanker. Prinsip radioterapi adalah mematikan sel kanker dengan
memberikan dosis yang tepat pada volume tumor / target yang dituju dan menjaga
agar efek radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap minimum
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu
fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan
memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
4. Pencegahan Tingkat Ketiga
Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan,
angka survival (bertahan hidup), dan kualitas hidup dalam pengobatan kanker berupa
penatalaksanaan terapi rehabilitatif, paliatif, dan bebas rasa sakit. Misalnya penderita
kanker stadium lanjut membutuhkan terapi paliatif, yaitu terapi yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien penderita kanker, baik dengan radioterapi atau
dengan obat-obatan. (Akmal N, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Abdiana, Dkk. 2018. Hubungan Staging Kanker Paru dengan Skala Nyeri pada Pasien Kanker
Paru yang Dirawat di Bagian Paru RSUP DR M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas: 7(3) Hal 433-444. From http://jurnal.fk.unand.ac.id

Ahyati Salma, Dkk. 2019. HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN RIWAYAT MEROKOK DENGAN
MUTASI GEN EGFR KANKER PARU TIPE ADENOKARSINOMA. Jurnal Homeostasis,
Vol. 2 No. 1. Hal 1-8.

Akmal Novrian. 2012. KANKER PARU. From


file:///EPIDEMIOLOGI/MAKALAH%20KANKER%20PARU%20RSFR.html : (Diakses
Tanggal 31 Oktober 2020) : Uin Alaudin Makassar.

Andika Candra, Dkk. 2015. Masalah Kanker Paru pada Lanjut Usia. Jurnal Departemen
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, RSUP Persahabatan, Jakarta, Indonesia. vol. 42 no. 11, Hal 834-835.

Ardhiansyah Azril. 2019. Deteksi Dini Kanker. Surabaya : Airlangga University Press.

Kusumawardan N. 2012. Riwayat Alamiah Penyakit Kanker Paru. From


https://novynurk.wordpress.com/2012/11/26/riwayat-alamiah-penyakit-kanker-
paru/ (Diakses tanggal 01 November 2010).

Siagian Priska. 2014 Kami Berani Melawan Kanker. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Somantri Irwan. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika.

Utari, Dkk. 2020. PENENTUAN PENYAKIT PARU DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF
TIRUAN. Jurnal SIMETRIS, Vol. 11 No. 1. Hal 233-244.

Veranita, Dkk. 2013. EFEK TERAPI MUSIK & DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN
NYERI, FREKUENSI NADI, FREKUENSI PERNAPASAN PADA PASIEN KANKER PARU.
Jurnal Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah: Jayakarta

Yunus M, Setyowibowo S. 2015. APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DIAGNOSA


PENYAKIT PARUPARU DENGAN METODE FORWARD CHAINING. Jurnal Teknologi
Informasi Vol 2. No. 2. Hal 95-98.

Anda mungkin juga menyukai