100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
1K tayangan

Lapsem 3

Laporan ini membahas hasil produksi tanaman padi di tiga lahan di Tuban, Jawa Timur. Lahan B memiliki produksi tertinggi yaitu 4.584 kg/ha dibandingkan Lahan A dan C karena memiliki kandungan karbon organik tanah yang tinggi. Faktor lain seperti abiotik, biotik, dan kemiringan lahan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi di masing-masing lahan walaupun menerapkan sistem budidaya yang sama.

Diunggah oleh

Dian Dwi
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
1K tayangan

Lapsem 3

Laporan ini membahas hasil produksi tanaman padi di tiga lahan di Tuban, Jawa Timur. Lahan B memiliki produksi tertinggi yaitu 4.584 kg/ha dibandingkan Lahan A dan C karena memiliki kandungan karbon organik tanah yang tinggi. Faktor lain seperti abiotik, biotik, dan kemiringan lahan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi di masing-masing lahan walaupun menerapkan sistem budidaya yang sama.

Diunggah oleh

Dian Dwi
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 11

LAPORAN PRAKTIKUM AGROINFORMATIKA

MATERI 3

CROP MANAGEMENT DATA (XBUILD)

NAMA : DIAN DWI PURWANTI

NPM : 19025010009

GOL. : A1

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2020
Tinjauan Pustaka

Managemen data merupakan suatu bentuk kegiatan pengelolaan sumber daya informasi
yang pertama meliputi proses pengumpulan data dan pencatatan ke dalam bentuk dokumen atau
grafik. Dalam hal ini difokuskan pada industry pertanian dengan bantuan teknologi informasi
sehingga proses yang dilakukan didalamnya dapat dilakukan secara otomatis. Pada crop
management data ini difokuskan pada sektor pertanian yaitu padi. Padi merupakan tanaman
pokok nasional dan tanaman utama yang dikonsumsi oleh sebagia besar masyarakat Indonesia,
serta diprosuksi dengan berbagai upaya ekstensifikasi dan intensifikasi. Upaya peningkatan
produksi padi di berbagai daerah umumnya difokuskan pasa area atau lahan dengan fasilitas
irigasi yaitu padi sawah dimana air selalu tersedia sepanjang musim. (Jogiyanto, 2005)
Model simulasi tanaman mengandalkan sejumlah besar data dan informasi. Kebanyakan
menggunakan format ASCII klasik. Sistem informasi klasik, seperti file ASCII, sering
menunjukkan kelemahannya dalam berbagai aspek pengelolaan data saat bekerja sama dengan
model simulasi. Tujuan program XBuild adalah untuk menyediakan alat yang lebih efektif untuk
mengakses semua fungsi model tanaman. Hal ini memungkinkan pengguna untuk menentukan
kombinasi pilihan pengelolaan untuk simulasi beberapa tanaman untuk tujuan validasi
(perbandingan dengan data yang diamati), analisis musiman, rotasi tanaman, dan analisis spasial
yang tersedia di DSSAT. (Feby, 2020)
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun yang berasal dari dua benua
yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Tanaman padi sangat mudah ditemukan di
Indonesia karena padi menghasilkan beras yang merupakan sumber bahan makanan pokok di
Indonesia. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Orzya L. yang meliputi kurang lebih
25 spesies, tersebar di daerah tropis dan daerah subtropics, seperti Asia, Afrika, Amerika dan
Australia. Padi yang ada sekarang merupakan persilangan antara Oryza officianalis dan Oryza
sativa F. Spontane (Ina, 2007).
Tahapan budidaya tanaman padi meliputi persiapan benih, persemaian, pengolahan tanah
atau lahan, penanaman dengan ketentuan pola dan jarak tanam tertentu, pemeliharaan,pemberian
air, penyiangan pengendalian HPT dan pemanenan. Tanaman padi mulai dalam proses
perkecambahan hingga masa panen secara umum memerlukan waktu 110 – 115 hari setelah
tanam. Sistem perakaran padi digolongkan ke dalam akar serabut sedangkan batang tanaman
padi terdiri dari beberapa ruas yang dibatasi oleh buku-buku. (Siregar,2011)
Salah satu varietas padi yang banyak dibudidayakan oleh petani adalah padi varietas
IR64. Varietas IR64 sangat digemari oleh para petani dan konsumen karena rasa nasi yang enak.
Umur genjah (110-125 hari), dan potensi hasil yang tinggi yaitu mencapai 5 ton/ha. Varietas
IR64 merupakan salah satu varietas padi sawah yang hemat dalam mengkonsumsi air. Konsumsi
air bervariasi dengan kisaran 15.93-24.13 I/tanaman yang merupakan konsumsi air terendah
diantara varietas lain yang di cobakan. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan morfologi
maupun karakteristik fisiologi antar genotype. (Supijatno, 2012)
Modifikasi dan pengembangan jarak tanam dalam pola tanam budidaya padi sangat
penting. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi persaingan bibit lebih awal sehingga
bibit tanaman padi dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya,
meningkatkan jumlah anakan yang produktif, meningkatkan jumlah anakan tanaman padi per
hektar, dan meningkatkan produksi per hektar (Utama, 2015). Pengaturan jarak tanam
merupakan salah satu cara untuk menciptakan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh tanaman agar
faktor-faktor tersebut dapat tersedia merata bagi setiap individu tanaman dan untuk
mengoptimasi penggunaan faktor lingkungan yang tersedia (Kurniasih et al., 2008).
Penanaman padi dilakukan secara tugal dengan jumlah 5 benih per lubang dan jarak
tanam 20 x 30 cm. Benih yang dipilih sebaiknya benih unggul yang menghasilkan produksi
tinggi. teknik penanaman biasanya dilakukan dengan sistem tugal, dimana jumlah benih yang
dimasukkan ke lubang tanam berkisar antara 5 –10 benih, bahkan bisa lebih. Jika jumlah benih
dalam lubang tanam banyak, maka akan terjadi persaingan untuk memperoleh ruang tumbuh,
akibatnya pertumbuhan tunas primer dan sekunder tidak maksimal (Ariance, 2020).
Pupuk merupakan salah satu sumber utama untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman padi. Pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan vegetatif dan generatif
tanaman padi akan mampu meningkatkan produksi gabah, untuk melihat bagaimana hara yang
dibutuhkan tanaman padi cukup atau tidak dapat dilihat dengan indeks hara tanah sehingga
efektifitas pemupukan dapat dicapai (Harahap, 2020)
Teknik pemupukan tanaman padi sangat relative, tidak terdapat ukuran secara pasti dosis
dan waktu yang ditentukan karena banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti struktur tanah
dan teknik pemupupukan. Tanaman padi memerlukan banyak N dibanding hara P ataupun K.
Pupuk urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar pemberian pupuk N menjadi lebih efisien
terserap tanaman padi. Sedangkan pemeberian pupuk KCL dilakukan 2 kali agar proses
pengisian gabah menjadi lebih baik. Penggunaan pupuk KCl dengan dosis melebihi dosis
optimal akan menghasilkan gabah yang berisi penuh, namun beras yang dihasilkan mudah patah,
sehingga mutu beras yang dihasilkan menjadi rendah (Setyono, 2004).
Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam
pengolahan banjir (flood protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air
pada tanaman. Drainase merupakan suatu sistim pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan
air di permukaan tanah maupun di bawah tanah. Pada jenis tanaman tertentu drainase juga
bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik sesuai dengan persyaratan hidupnya. Drainase akan mempengaruhi kelembaban
tanah, dimana tanah dengan tingkat kelembaban yang cukup akan mempengaruhi tingkat
pertumbuhan tanaman. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kelembaban tanah antara lain
rendahnya angka permeabilitas tanah, kemiringan topografi yang kecil, profil tanah bawah
permukaan serta waktu untuk peresapan air yang panjang (Effendy, 2011).
Pengairan pada tanaman padi dapat dilakukan pengairan berseling basah dan kering
dengan cara mengairi dan menyetop pengairan secara bergantian dapat mengefisienkan
penggunaan air pada lahan sawah irigasi teknis. Dengan cara irigasi berseling jumlah air dapat
dihemat 30%, sehingga dengan volume air yang sama dapat dimanfaatkan untuk pertanaman
padi yang lebih luas (Bauman et al. 2007).
Leaf Area Index (LAI) atau dalam bahasa indonesia disebut luas daun adalah satu
parameter penting untuk mengidentifikasi produktivitas tanaman pertanian. LAI didefinisikan
sebagai luas daun (yang diproyeksikan pada bidang datar) setiap unit luas permukaan tanah yang
tertutupi kanopi pohon. Luas daun menjadi salah satu parameter penting untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman sehingga diperlukan teknik pengukuran yang cepat, tepat dengan metode
yang mudah, akurat, murah dan non destruktif (Santoso,2008).
Berat butir yang dihitung merupakan bobot kering gabah , hal ini dikarenakan bobot
kering gabah merupakan komposisi hara dari jaringan tanaman tanpa mengikutsertakan
kandungan airnya. Dengan ini dapat dilihat status hara yang diserap tanaman sama atau
komposisi haranya tidak jauh berbeda sehingga memberikan pengaruh yang sama terhadap bobot
kering gabah atau tanaman (Nasution,2017).
Hasil dan Pembahasan

Gambar 1 grafik hasil produksi

Hasil produksi tanaman padi pada wilayah Tuban dibagi menjadi 3 lahan yaitu lahan
A,lahan B dan lahan C. Hasil produksi pada Lahan A memiliki nilai yang lumayan tinggi yaitu
4294 kg/ha, lahan B memiliki nilai produksi tertinggi dibandingkan dengan lahan A dan lahan B
yaitu 4584 kg/ha sedangkan pada lahan C memiliki nilai yang paling rendah yaitu 4064 kg/ha.
Hasil produksi padi pada ketiga lahan tersebut menglami perbedaan karena terdapat perbedaan
tingkat kesuburan tanah pada masing-masing lahan. Lahan B memiliki kandungan C-Organik
yang tinggi, dimana kandungan C-Organik tinggi maka kualitas air mieral semakin baik. Bahan
organik berpengaruh untuk menyuburkan tanah, baik secara fisik, kimia, dan biologi. Selain itu,
perbedaan faktor abiotik dan biotik berpengaruh nyata pada pertumbuhan maupun hasil produksi
tanaman padi pada ketiga lahan.

Pada ketiga lahan tersebut diberi pemupukan,pengairan dan system drainase yang sama.
Varietas padi yang digunakan juga sama yaitu varietas IR64 dan jarak tanam yang sama. Yang
membedakan hanya lokasi lahan dan kemiringan lahannya. Hasil dari grafik data hasil produksi
tersebut dapat dikaitkan dengan laju pertumbuhan luas daun atau Leaf Area, berat butir atau
grain weight, berat polong atau grain weight, dan drainase komulatif atau Comulative Drainage.
Gambar 2 Grafik Leaf Area Index

Leaf Area Index (LAI) atau indeks luas daun merupakan besaran yang menggambarkan
banyak sedikitnya radiasi matahari yang mampu diserap tanaman. LAI sebagai dimensi variabel
sebagai interprestasi luasan total area fotosintesis per luasan area permukaan tanah. Nilai LAI
siat vegetasi berkaitan erat dengan komposisi spesies, lokasi pengembangan, serta faktor cuaca .
Leaf Area Index adalah salah satu parameter penting untuk mengidentifikasi produktivitas
tanaman pertanian. Nilai LAI didapat dari perbandingan setiap unit luas permukaan tanah yang
tertutup oleh daun. Luas daun merupakan proyeksi daun pada bidang datar, salah satu cara
mengukur luas daun adalah dengan menempatkan contoh daun pada permukaan bidang datar.

Pada grafik tersebut menunjukkan Leaf Area Indeks atau luas daun tanaman padi pada
ketiga lahan yaitu lahan A, B dan C. Pada hari pertama sampai hari ke-5 ketiga lahan tersebut
memiliki nilai LAI yaitu 0,1. Setelah 37 hari didapatkan hasil lahan A diperoleh nilai LAI yaitu
1,63, pada lahan B diperoleh nilai 2 dan pada lahan C diperoleh nilai 1,07. lahan A dan Lahan B
memiliki nilai LAI paling tinggi pada hari ke 62 yaitu masing-masing sebesar 3,92 dan 4,24.
Sedangkan pada Lahan C diperoleh nilai LAI paling tinggi pada hari ke 58-60 yaitu dengan nilai
sebesar 2,61.
Gambar 3 Grafik Grain weight

Berat butir yang dihitung merupakan bobot kering gabah, hal ini dikarenakan bobot
kering gabah merupakan komposisi hara dari jaringan tanaman tanpa mengikutsertakan
kandungan airnya. Dengan ini dapat dilihat status hara yang diserap tanaman sama atau
komposisi haranya tidak jauh berbeda sehingga memberikan pengaruh yang sama terhadap bobot
kering gabah/tanaman. Berat kering mencerminkan standart nutrisi tanaman, karena berat kering
tergantung dari hasil fotosintesis. Bobot gabah suatu biji penting karena erat hubungannya
dengan besarnya hasil. Tinggi rendahnya bobot kering ini tergantung dari banyaknya atau
sedikitnya bahan kering yang terdapat dalam biji.

Berdasarkan grafik Grain Weight atau berat butir pada Lahan A, Lahan B, dan Lahan C
pada hari pertama hingga hari ke 68 belum menghasilkan butir dikarenakan tanaman masih
memasuki fase vegetatif dan pengalokasian hasil fotosintesis untuk pertumbuhan bagian – bagian
tanaman seperti daun. Pada hari ke 69, padi memasuki masa generatif, dan memiliki berat butir
berbeda – beda. Pada hari ke 69, pada lahan A diperoleh grain weight dengan nilai sebesar 1962,
lahan B diperoleh nilai sebesar 2090 sedangkan pada lahan C memiliki nilai yang paling rendah
dari nilai kedua lahan lainnya yaitu sebesar 1616. Nilai grain weight terbesar Pada Lahan A
dengan berat butir 4294 [dm]/ha,Lahan B dengan berat butir 4584 [dm]/ha, Lahan C dengan
berat butir 4064 [dm]/ha.
Gambar 4 grafik Leaf Number per Stem

Leaf Number Per stem diartikan sebagai jumlah daun per batang pada tanaman yang
dibudidayakan. Tanaman yang memiliki jumlah daun yang banyak berarti kebutuhan airnya
tercukupi sedangkan tanaman yang kebutuhan airnya tidak terpenuhi maka jumlah daunnya
sedikit. Syarat agar jumlah daun pada tanaman terus meningkat adalah keadaan unsur hara.
Unsur hara yang berperang penting didalam penambahan jumlah daun. Pertambahan jumlah
daun juga sejalan dengan jumlah pertambahan anakan. Semakin bertambah jumlah anakannya
maka semakin bertambah juga jumlah daunya.

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa ketiga lahan A, B dan C memiliki peningkatan
jumlah daun yang sama. Pada hari pertama hinggan ke-3 semua lahan tersebut memiliki jumlah
daun per batang yang sama yaitu 4 daun. Jumlah ini mengalami peningkatan terus menerus
sampai pada hari ke 95 yaitu ketiga lahan tersebut memiliki jumlah daun yang sama yaitu 15
daun.
Gambar 5 Grafik Cumulative Drainage

Drainase merupakan suatu sistim pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan air di
permukaan tanah maupun di bawah tanah. Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat
untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik sesuai
dengan persyaratan hidupnya. Drainase sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, drainase
secara umum dapat mempengaruhi kondisi tanah pertanian. Yaitu pengaruhnya terhadap aerasi
tanah, kelembaban tanah, transportasi dan keefektifan nutrien dan pestisida, temperatur atau suhu
tanah, bahan-bahan racun dan hama penyakit, erosi tanah dan banjir, kesuburan tanaman dan
hasil tanaman.

Berdasarkan grafik diatas bahwa pada hari pertama dan kedua belum didapat nilai
drainase kumulatif. Ketiga lahan tersebut mulai dialiri aliran drainase pada hari ke 3 dengan
drainase pada Lahan A dengan nilai drainase kumulatif 3 mm, Lahan B dengan drainase
kumulatif 3 mm, dan Lahan C dengan drainase kumulatif 4 mm. Semakin lama drainase
kumulatif semakin tinggi. Ketiga lahan memiliki nilai drainase kumulatif tertinggi pada hari ke
94, yaitu pada Lahan A sebesar 88 mm, pada Lahan B sebesar 79 mm, dan pada Lahan C sebesar
89 mm.
Kesimpulan

1. Lahan A memiliki hasil produksi 4294 kg/ha, Indeks luas daun tertinggi dengan nilai 3.92,
nilai Grain weight terbesar 4294 [dm]/ha , Leaf number per stem tertinggi 15 dan Cumulative
drainage mencapai 88 mm
2. Lahan B memiliki hasil produksi 4584 kg/ha, Indeks luas daun tertinggi dengan nilai 4.24,
nilai Grain weight terbesar 4584 [dm]/ha, Leaf number per stem tertinggi 15 dan Cumulative
drainage mencapai 79 mm
3. Lahan C memiliki hasil produksi 4064 kg/ha, Indeks luas daun tertinggi dengan nilai 2.61,
nilai Grain weight terbesar 4064 [dm]/ha, Leaf number per stem tertinggi 15 dan Cumulative
drainage mencapai 89 mm
4. Hasil produksi paling tinggi terdapat pada lahan B dengan hasil 4584 kg / ha. LAI tertinggi
ada pada lahan B dengan nilai 4,24. Lahan B memiliki nilai grain weight paling tinggi yaitu
4584 dm / ha. Leaf number per stem pada lahan A,B, dan C sama yakni 15. Nilai kumulatif
drainase tiap lahan adalah lahan A mencapai 88 mm, lahan B mencapai 79 mm, lahan C 89.
Daftar pustaka

Ariance Yeane,dkk .2020. Penyuluhan Budidaya Padi LadangVarietas Unggul DiDesaEfi-Efi.


Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol2,No1(2020). Darma Bakti Teuku Umar.
Bauman, B.A.M., R.M. Lampayan dan T.P. Tuong. 2007. Water management in irrigated rice:
Cooping with water scarcity. IRRI Los Banos.Philippines 54 p.
Effendy. 2011. Drainase Untuk Meningkatkan Kesuburan Lahan Rawa. Pilar Jurnal Teknik
Sipil, Vol. 6, No. 2. Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang.
Febry A F, Siswanto, Kemal Wijaya. 2020. Intruksi Kerja Praktikum Agroinformatika.
Surabaya : Fakultas Pertanian UPN Veteran Jatim
Harahap, Lutfi Henderlan. 2020. Efektivitas Pemupukan Berdasarkan Indeks Hara untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza Sativa). Tesis Magister.
Universitas Sumatera Utara.
Ina Hasanah. (2007). Bercocok Tanam Padi. Jakarta : Azka Mulia Media.
Jogiyanto, H.M., 2005, Analisa dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan
Praktik Aplikasi Bisnis, ANDI, Yogyakarta.
Kurniasih, B., S. Fatimah, dan D.A. Purnawati. 2008. Karakteristik perakaran tanaman padi
sawah IR 64 (Oryza sativa, L) pada umur bibit dan jarak tanam yang berbeda. Jurnal
Ilmu Pertanian. 15 (1): 15 – 25.
Nasution dkk, 2017, Manajemen Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta
Santoso, B.B. dan Hariyadi. 2008. Metode Pengukuran Luas Daun Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.). MAGROBIS – Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian ISSN No. 1412-0828. Fakultas
Pertanian Universitas Kutai Kartanegara Tenggarong – KALTIM. Vol. 8 No. 1 Januari
2008. Hal 17-22
Setyono, A. 2004. Perbaikan mutu beras di tingkat RMU sesuai standar Bulog. Makalah. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur, Samarinda, 25 November 2004.
Siregar, A., dan I. Marzuki. 2011. Efisiensi Pemupukan Urea Terhadap Serapan N Dan
Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryzasativa. L.). Jurnal Budidaya Pertanian,
7 (2) : 1 – 6.
Supijatno,2012. Evaluasi Konsumsi air Genotipe padi Untuk Potensi Efisiensi Penggunaan Air.
Jurnal Agronomi Indonesia. 40(1):15

Anda mungkin juga menyukai