SAP Mobilisasi Post Operasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MOBILISASI DINI PASCA OPERASI

Disusun Oleh:

Nafidatun Naafi’a 132013143013

Ayu Saadatul Kharimah 132013143014

Nurul Hidayati 132013143015

Handini Indah Rahmawati 132013143046

Ariska Windy 132013143047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Mobilisasi Post Operasi


Subtopik : Pentingnya Mobilisasi Post Operasi
Hari/tanggal : 23 Oktober 2020
Tempat : Ruang Bedah Flamboyan
Jam : 08.00-08.30 wib (30 menit)
Sasaran : Keluarga pasien di Ruang Bedah Flamboyan
Media : Video dan Leaflet

a. Latar Belakang
Masalah yang sering terjadi pada post operasi adalah ketika pasien merasa terlalu sakit atau
nyeri dan faktor lain yang menyebabkan mereka tidak mau melakukan mobilisasi dini dan
memilih untuk istirahat di tempat tidur (Kozier et al, 2005). Dalam masa hospitalisasi, pasien
sering memilih untuk tetap di tempat tidur sepanjang hari, meskipun kondisi mereka mungkin
membolehkan untuk melakukan aktivitas atau pergerakan lain (Berger & Williams, 2006).
Banyak pasien dirumah sakit yang harus menjalani imobilisasi, apakah harus tirah baring karena
terapi atau karena penyakit yang diderita. Salah satunya adalah pasien yang telah menjalani
prosedur operasi. Padahal hampir semua jenis pembedahan, setelah 24-48 jam pertama paska
bedah, pasien dianjurkan untuk segera meninggalkan tempat tidur atau melakukan mobilisasi
dini (Kozier et al, 2005). Menurut Oldmeadow et al (2006) ambulasi dini dianjurkan segera
pada 48 jam pasien paska operasi. Pasien post operasi memerlukan perawatan yang maksimal
untuk mempercepat pengembalian fungsi tubuh. Hal ini dilakukan segera setelah operasi dengan
latihan napas dan batuk efektif dan mobilisasi dini. Perawatan post oprasi merupakan bentuk
perawatan yang diberikan kepada pasien yang telah menjalani operasi pembedahan.
Tujuan perawatannya adalah mengurangi komplikasi, meminimalkan nyeri, mempercepat
penyembuhan, mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi,
mempertahankan konsep diri dan mempersiapkan pulang, hal ini dilakukan sejak pasien masih
di ruang pulih sadar (Arif, 2010). Post operasi laparatomi yang tidak mendapatkan perawatan
maksimal setelah pasca bedah dapat memperlambat penyembuhan pasien itu sendiri. Laporan
Departement Kesehatan Indonesia (DEPKES RI), tindakan pembedahan meningkat dari 162
pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007.
b. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga dan pasien di Ruang
Bedah Falmboyan mampu memahami tentang pentingnya mobilisasi post operasi dan cara
mempraktikkannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapat materi tentang mobilisasi post operasi diharapkan dapat:
- Menjelaskan pengertian mobilisasi post operasi
- Menjelaskan tujuan mobilisasi post operasi
- Menjelaskan macam-macam mobilisasi post operasi
- Menjelaskan rentang gerak dalam mobilisasi
- Menjelaskan manfaat mobilisasi dini
- Menjelaskan kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
- Menjelaskan indikasi dilakukannya mobilisasi post operasi
- Menjelaskan kontraindikasi dilakukannya mobilisasi post operasi
- Menjelaskan tahap-tahap mobilisasi post operasi
c. Metode
Ceramah
d. Media
Video
e. Materi
- Pengertian mobilisasi post operasi
- Tujuan mobilisasi post operasi
- Macam-macam mobilisasi post operasi
- Rentang gerak dalam mobilisasi
- Manfaat mobilisasi post operasi
- Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi
- Tahap-tahap mobilisasi post operasi
f. Pelaksanaan

NO WAKTU KEGIATAN KEGIATAN PESERTA


1 5 menit PERSIAPAN
1. Menyiapkan sarana dan
perlengkapan
2. Materi penkes(vide)
3. Setruangan
2 10 menit PEMBUKAAN 1. Membalas salam
1. Penyampaian salam 2. Mendengarkan
2. Perkenalan 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan topik 4. Mendengarkan
penyuluhan 5. Mendengarkan dan
4. Menjelaskan tujuan menyetujui
5. Kontrak waktu
3 15 menit PENYAJIAN MATERI 1. Menjawab pertanyaan dan
1. Pengertian mobilisasi mengemukakan pendapat
2. Tujuan mobilisasi post 2. Memperhatikan dan
operasi mendengarkan
3. Manfaat mobilisasi post 3. Bertanya dan
operasi mengemukakan pendapat
4. Indikasi dan Kontraindikasi
mobilisasi post operasi
5. Persiapan Melakukan
mobilisasi post operasi
6. Prosedur mobilisasi post
operasi
7. Evaluasi tatalaksana
mobilisasi post operasi
4 5 menit EVALUASI 1. Menjawab pertanyaan
1. Mengevaluasi kembali 2. Menyebutkan kembali
pengetahuan peserta mengenai tatalaksana
mengenai materi yang telah mobilisasi post operasi
disampaikan
2. Meminta peserta
menyebutkan kembali
mengenai tatalaksana
mobilisasi post operasi
5 5 menit TERMINASI 1. Memperhatikan dan
1. Menyimpulkan hasil mendengarkan
penyuluhan 2. Memperhatikan dan
2. Mengucapkan terima kasih mendengarkan
3. Mengakhiri dengan salam 3. Menjawab salam

g. Pengorganisasian
1. Pembimbing : Erna Dwi W., S.Kep., Ns., M.Kep.
2. Anggota : Nafidatun Naafi’a
Ayu Saadatul Kharimah
Nurul Hidayati
Handini Indah Rahmawati
Ariska Windy Hardiyanti
h. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media: Video
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
e. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
f. Peserta hadir ditempat penyuluhan
g. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah
h. Pengorganisasian penyelenggaraan dilakukan pada hari sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
e. Suasana penyuluhan tertib
f. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta absensi kehadiran
b. Peserta memahami materi yang telah disampaikan oleh penyaji
c. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan dengan
benar yang diajukan penyaji.
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
MOBILISASI POST OPERASI
1.1 Pengertian
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah operasi
dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa turun dari tempat tidur,
berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 2002). Menurut
Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi
fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Konsep mobilisasi
dini sebenarnya daalh untuk mencegah komplikasi paska operasi. Dari Kedua definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan
kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan
fungsi fisiologis.
1.2 Tujuan

Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain:
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
g. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian.
h. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
1.3 Macam-macam mobilisasi
Macam-Macam Mobilisasi Menuruit Priharjo, 2000, mobilisasi dibagi menjadi dua yakni :
a. Mobilisasi secara pasif Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan
cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
b. Mobilisasi secara aktif Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain
1.4 Faktor yang mempengaruhi mobilisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier (1995), antara lain
a. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan
senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.
b. Proses Penyakit dan injury
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya,
misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulutan untuk mobilisasi secara bebas.
Demikian pula orang yang baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit atau nyeri yang
menjadi alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus
istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya;
pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak bergerak nanti
luka atau jahitan tidak jadi.
d. Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang
sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang dalam keadaan sehat.
e. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang
remaja.
1.5 Rentang gerak dalam mobilisasi
Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan
1.6 Manfaat mobilisasi post operasi
Menurut Mochtar (2005), manfaat mobilisasi bagi anak post operasi adalah :
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot-
otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali
dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian anak merasa sehat dan membantu
memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, terutama penutupan luka jahitan. Faal
usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus
kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja
seperti semula.
b. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah
normal atau lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat
dihindarkan
1.7 Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi
Berikut beebrapa kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi :
a. Penyembuhan luka menjadi lama
b. Menambah rasa sakit
c. Badan menjadi pegal dan kaku
d. Kulit menjadi lecet dan luka
e. Memperlama perawatan dirumah sakit
1.8 Indikasi dan kontraindikasi mobilisasi post operasi
Indikasi:
Latihan mobilisasi biasanya diberikan pada pasien dengan :
a. Fraktur extremitas bawah yang telah diindikasikan untuk latihan mobilisasi
b. Post pengobatan kompresi lumbal
c. Pasien pasca serangan stroke dengan kerusakan mobilitas fisik
d. Pasien post operasi yang memerlukan latihan mobilisasi, seperti kolostomi atau
laparostomi.
Kontraindikasi:
Pada kasus tertentu istirahat di tempat tidur diperlukan dalam periode tidak terlalu lama
seperti pada pada kasus infark Miokard akut, Disritmia jantung, atau syok sepsis,
kontraindikasi lain dapat di temukan pada kelemahan umum dengan tingkat energi yang
kurang.
1.9 Pedoman penatalaksanaan mobilisasi post operasi
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan
kardiovaskuler atau jantung atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat
kelumpuhan. Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisasi, saat
mobilisasi dan setelah mobilisasi. Tanda - tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas
antara lain (Gordon, 1976) :
a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol atau hipotensi orthostatic
c. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal
d. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
e. Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak
stabilan posisi tubuh
f. Adanya keluhan pusing atau kelemahan luar biasa
g. Status emosi labil.
1.10 Tahap-tahap mobilisasi post operasi
Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan
tahap mobilisasi post operasi antara lain :
1) Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dahulu, mobilisasi
pada saat tirah baring dengan menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung
jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis
serta menekuk dan menggeser kaki

2) Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah
trombosis dan trombo emboli.
3) Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk

4) Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan.


Hampir semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini
mungkin. Asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan.

1.11 Evaluasi
Berhenti sejenak ketika pasien merasa kesakitan dan kelelahan berat dan Menganjurkan
klien untuk melakukan kembali setiap latihan dengan pengawasan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC
Beyer, Dudes (1997). The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2nd: Brown Co
Biston.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai