Laporan Pendahuluan Dispepsia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIK DISPEPSIA

RSUP dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

AINURRAFIQ.S.Kep
NIM :70900118017

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

(...................................) (....................................)

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari


rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia
(Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Batasan dispepsia terbagi atas dua
yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya
kelainan organik sebagai penyebabnya.
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional,
atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
B. Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam
waktuyang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
C. Patofisiologi
Adanya perubahan pada gaya hidup dan perubahan pada pola makan
masih menjadi salah satu penyebab tersering terjadinya gangguan pencernaan,
termasuk dispepsia, namun bagaimana dispepsia itu bisa terjadi hingga saat
ini masih belum sepenuhnya dimengerti dan penelitian yang ada masih terus
dilakukan terhadap faktor-faktor yang dicurigai berperan dalam menyebabkan
dispepsia adalah sebagai berikut; Gangguan pergerakan saluran pencernaan
seperti gangguan pengosongan dan pengembangan lambung dapat
menyebabkan terjadinya gangguan penyaluran makanan ke usus halus. Hal
itu akan mengakibatkan timbulnya keluhan rasa penuh saat makan, cepat
kenyang, mual dan muntah. Saluran pencernaan yang terlalu sensitif terutama
lambung dan usus halus terhadap rangsangan pengembangan lambung, asam
lambung, asam empedu dan lemak dapat mengakibatkan timbulnya keluhan
nyeri setelah makan, bersendawa, dan mual. Pengeluaran aam lambung
menuju duodenum dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang
menimbulkan keluhan nyeri pada ulu hati. Stres, gangguan cemas dan depresi
telah dilaporkan berhubungan dengan penurunan kontraksi lambung dan
peningkatan pengeluaran asam lambung oleh karena itu semakin tinggi
tingkat stres, maka semakin tinggi resiko untuk mengalami dispepsia. Infeksi
lambung Helicobacter pylori mungkin mempengaruhi terjadinya kelainan-
kelainan pada lambung dan tingkat keparahan gejala dispepsia namun masih
belum dapat disimpulkan dengan pasti hubungan kuat diantaranya.
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta kondisi kejjiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan
lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi pada
asam lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls
muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
Ketika produksi HCL meningkat di lambung maka HCL akan mengalami
kontak dengan mukosa gaster yang menyebabkan terjadinya nyeri pada
epigastrium. Nyeri yang disebabkan oleh karena adanya iritasi mukosa
lambung ini yang akan menyebabkan pula perubahan pada status kesehatan
penderita dispepsia. Dari perubahan status kesehatan itu yang menimbulkan
kecemasan atau ansietas pada penderita.
D. Tanda dan Gejala
a. Nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
E. Pemeriksaan penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya
merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu
dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu
diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
1) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan
untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis
kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya
hasil laboratorium dalam batas normal.
2) Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di
saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis
terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras
ganda.
3) Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4) USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu
penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
5) Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada
dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 %
kasus.
F. Komplikasi
Komplikasi dari dispepsia yaitu luka pada yang dialami lambung yang
dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam
lambung dan dapat mengakibatkan kanker pada lambung.
G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan non farmakologis
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres.
c. Atur pola makan.

2) Penatalaksanaan farmakologis yaitu:


Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa
sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam
lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam
lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
H. Prognosis
Prognosis tidak diketahui, dan para paien sebaiknya dipantau untuk
mengetahui kemungkinan timbulnya komplikasi seperti penyakit tukak peptik
dan esofagitis refluks.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang
dilakukan yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan
menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi
adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu
makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan
perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A,
2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis
(sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang
dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah
jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang,
sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji
Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul
pada klien dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
adanya mual, muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan adalssah tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan :
Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria hasil
klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, 1. Berguna dalam
beratnya (skala 0 – 10) pengawasan kefektifan
obat, kemajuan
penyembuhan
2. Berikan istirahat dengan 2. Dengan posisi semi-
posisi semifowler fowler dapat
menghilangkan tegangan
abdomen yang bertambah
dengan posisi telentang
3. Anjurkan klien untuk 3. dapat menghilangkan
menghindari makanan yang nyeri akut/hebat dan
dapat meningkatkan kerja menurunkan aktivitas
asam lambung peristaltik
4. Anjurkan klien untuk tetap 4. mencegah terjadinya
mengatur waktu makannya perih pada ulu
hati/epigastrium
5. Observasi TTV tiap 24 jam
5. sebagai indikator untuk
melanjutkan intervensi
6. Diskusikan dan ajarkan berikutnya
teknik relaksasi 6. Mengurangi rasa nyeri
7. Kolaborasi dengan atau dapat terkontrol
pemberian obat analgesik 7. Menghilangkan rasa
nyeri dan mempermudah
kerjasama dengan
intervensi terapi lain
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak
setelah makan, anoreksia.
Tujuan:
Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang
diharapkan individu, dengan kriteria hasil menyatakan pemahaman
kebutuhan nutrisi.

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau dan 1. Untuk mengidentifikasi


dokumentasikan dan indikasi/perkembangan dari hasil
haluaran tiap jam secara yang diharapkan
adekuat 2. Membantu menentukan
2. Timbang BB klien keseimbangan cairan yang tepat
3. meminimalkan anoreksia, dan
3. Berikan makanan sedikit mengurangi iritasi gaster
tapi sering 4. Bergunadalammendefinisikandera
4. Catat status jatmasalahdanintervensi yang
nutrisipaasien: turgor tepat Berguna dalam pengawasan
kulit, timbangberatbadan, kefektifan obat, kemajuan
integritasmukosamulut, penyembuhan.
kemampuanmenelan,
adanyabisingusus,
5. Membantuintervensikebutuhan
riwayatmual/rnuntahataud
yang spesifik, meningkatkan
iare.
intake diet klien.
5. Kajipola diet klien yang
disukai/tidakdisukai.
6. Mengukurkeefektifannutrisidancai
ran
6. Monitor intake dan output 7. Dapatmenentukanjenis diet
secaraperiodik. danmengidentifikasipemecahanm
7. Catatadanyaanoreksia, asalahuntukmeningkatkan intake
mual, muntah,
dantetapkanjikaadahubun nutrisi.
gannyadenganmedikasi.
Awasifrekuensi, volume,
konsistensiBuang
Air Besar (BAB).

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


adanya mual, muntah
Tujuan :
Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk
memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan
perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik.
INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi tekanan darah dan 1. Indikator keadekuatan volume
nadi, pengisian kapiler, status sirkulasi perifer dan hidrasi
membran mukosa, turgor seluler
kulit
2. Awasi jumlah dan tipe 2. Klien tidak mengkomsumsi
masukan cairan, ukur cairan sama sekali
haluaran urine dengan akurat mengakibatkan dehidrasi atau
mengganti cairan untuk
masukan kalori yang
berdampak pada keseimbangan
elektrolit
3. Diskusikan strategi untuk 3. Membantu klien menerima
menghentikan muntah dan perasaan bahwa akibat muntah
penggunaan laksatif/diuretik dan atau penggunaan
laksatif/diuretik mencegah
kehilangan cairan lanjut
4. Melibatkan klien dalam rencana
4. Identifikasi rencana untuk untuk memperbaiki
meningkatkan/mempertahank keseimbangan untuk berhasil
an keseimbangan cairan
optimal misalnya : jadwal
masukan cairan
5. Berikan/awasi 5. Tindakan daruat untuk
hiperalimentasi IV memperbaiki ketidak
seimbangan cairan elektroli

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya


Tujuan :
Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan
kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengetahui sejauh mana


tingkat kecemasan yang
dirasakan oleh klien sehingga
memudahkan dlam tindakan
selanjutnya
2. Berikan dorongan dan 2. Klien merasa ada yang
berikan waktu untuk memperhatikan sehingga klien
mengungkapkan pikiran dan merasa aman dalam segala hal
dengarkan semua keluhannya tundakan yang diberikan
3. Jelaskan semua prosedur dan 3. Klien memahami dan mengerti
pengobatan tentang prosedur sehingga mau
bekejasama dalam
perawatannya.
4. Berikan dorongan spiritual 4. Bahwa segala tindakan yang
diberikan untuk proses
penyembuhan penyakitnya,
masih ada yang berkuasa
menyembuhkannya yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan :
Menunjukkan kemampuan beraktivitas, dengan kriteria hasil klien
menyatakan mampu menggerakkan tubuh.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan klien untuk 1. Untuk melakukan intervensi
melakukan aktivitas dan catat selanjutnya.
laporan kelelahan.
2. Awasi vital sign : TD, nadi, 2. Untuk mengetahui kondisi klien
pernapasan sebelum dan
sesudah aktivitas.
3. Beri bantuan dalam melakukan 3. Menjaga keamanan klien, dan
aktivitas. menghemat energi.

DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah, Volume 2, (Edisi
8), EGC, Jakarta

Carpenito, 1999, RencanaAsuhandanDokumentasiKeperawatan, (Edisi 2), EGC,


Jakarta

Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF.Moorhouse, 2001, RencanaAsuhanKeperawatan,


(Edisi III), EGC, Jakarta.

FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta

Ganong, 1997, FisiologiKedokteran, EGC, Jakarta

Gibson, John, 2003, AnatomidanFisiologi Modern untukPerawat, EGC, Jakarta

Guyton dan Hall, 1997, FisiologiKedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta

Hinchliff, 1999, KamusKeperawatan, EGC, Jakarta

Price, S. A danWilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Sherwood, 2001, FisiologiManusiadariSelkeSistem, (edisi 21), EGC, Jakarta

Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai