Forum Diskusi m1kb1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

FORUM DISKUSI M1KB1

1. Atom merupakan partikel terkecil dari suatu materi, berbentuk seperti bola pejal yang
tidak dapat dibagi lagi serta tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, hal itu terjadi
karena terjadi reaksi kimia. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau
penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Atom tidak dapat dihancurkan dan tidak dapat diubah selama reaksi kimia.
Teori atom Dalton ini dianggap penting untuk dipelajari karena beberapa kelebihan teori
atom dalton telah memberikan penjelasan yang masuk akal tentang kombinasi unsur
kimia. Memberikan batasan yang jelas dan perbedaan antara unsur(atom) dengan
senyawa(molekul).Walaupun Teori Atom John Dalton memiliki banyak kelemahan
misalnya mengukur berat atom namun argumen dasarnya adalah benar. Dan mengatasi
kecacatan dari teori Atom Dalton, pada tahun 1858 seorang ahli kimia Italia bernama
Stanislao Cannizzaro yang menunjukkan kegunaan hipotesis Amadeo Avogadro dalam
menentukan massa molekul.Sejak itu, ahli kimia telah menunjukkan teori atom dari John
Dalton sebagai faktor kunci yang mendasari kemajuan pesat dalam dunia ilmu kimia.
Ilmu kimia organik misalnya berkembang pesat setelah teori Atom dari John Dalton
diterima. Teori atom yang diajukan oleh John Dalton kemudian memberinya julukan
sebagai “Bapak Kimia”. Teori Atom Modern dari John Dalton kemudian menjadi dasar
pengembangan lebih lanjut oleh banyak ilmuwan. Sebut saja seperti Bohr dan Ernest
Rutherford.
2. Thomson meyakini bahwa sinar katoda bukan sinar biasa tetapi merupakan partikel, Sir
Joseph John Thomson atau lebih dikenal sebagai J.J Thomson (1856-1940) seorang
Fisikawan Inggris telah berhasil memperoleh hadiah Nobel Fisika pada tahun 1906 atas
penemuan elektron.Dalam penelitiannya dia mempelajari bahwa tabung katoda pada
kondisi vakum parsial (hampir vakum) yang diberi tegangan tinggi akan mengeluarkan
“berkas sinar” dimana Thomson menyebut sinar ini sebagai “berkas sinar katoda”
disebabkan berkas sinar ini berasal dari katoda (elektroda negative). Berkas sinar katoda
ini apabila didekatkan dengan medan listrik negative maka akan dibelokan (berkas sinar
katoda ini tertolak oleh medan negative), berdasarkan hal ini maka Thomson menyatakan
bahwa berkas sinar katoda itu adalah partikel-partikel yang bermuatan negative yang ia
sebut sebagai
“corpuscle”. Dia juga meyakini bahwa corpuscle itu berasal dari atom-atom logam yang
dipakai sebagai elektroda pada tabung katoda. Dengan menggunakan jenis logam yang
berbeda-beda sebagai elektroda yang dia gunakan pada tabung katoda maka percobaan
Thomson tetap menghasilkan berkas sinar katoda yang sama.
Akhirnya Thomson menyimpulkan bahwa setiap atom pasti tersusun atas corpuscle.
Corpuscle yang ditemukan oleh Thomson ini kemudian disebut sebagai “electron” oleh
G. Johnstone Stoney. Dari asumsi tersebut dia akhirnya meyakini bahwa atom
sebenarnya tidak berbentuk masiv (berbentuk bulatan yang pejal) akan tetapi tersusun
atas komponen-komponen penyusun atom.
3. Analisis tentang teori atom Bohr ini. Neils Hendrik David Bohr adalah seorang ahli fisika
Denmark.pada tahun 1913 mengemukakan teori tentang atom yang bertitik tolak dari
model atom nuklir Rutherford dan teori kuantum Planck. Model atom Bohr berdasarkan
asumsi sebagai berikut:
 Elektron beredar mengelilingi inti pada lintasan-lintasan (orbit) tertentu.
 Elektron yang beredar pada lintasannya tidak memancarkan energi, linatasan electron ini
disebut stasioner.
 Bila elektron pindah dari lintasan dengan tingkat energy rendah ke lintasan dengan
tingkat energy lebih tinggi, maka electron akan menyerap energy, peristiwa ini disebut
eksitasi. Sebaliknya bila electron pindah dari dari lintasan dengan tingkat energy tinggi
ke lintasan dengan tingkat energy yang lebih rendah, maka electron akan memancarkan
energy, peristiwa ini disebut deeksitasi.
Energy yang diserap/dipancarkan pada peristiwa transisi electron ini dinyatakan dengan
persamaan:
ΔE = hv
Keterangan, ΔE: perbedaan tingkat energy
h: tetapan planck (6,6 x 10ˉ³⁴ J/s) v: frekuensi radiasi
Model Atom RUTHERFORD
Pada tahun 1911, ahli fisika Inggris, Ernest Rutherford beserta koleganya Geiger dan
Marsden melakukan eksperimen yang dikenal dengan penghamburan sinar alfa
oleh lempeng tipis emas. Hasil dari percobaan tersebut mengungkapkan bahwa:
 Sebagian besar partikel alfa menembus lempeng tipis emas, hal ini berarti sebagian besar
atom adalah ruang kosong.
 Sedikit dari partikel alfa (yang bermuatan positif) dibelokkan oleh sesuatu, hal ini
menunjukan adanya sesuatu yang bermuatan positif yang dapat membelokkan partikel
alfa.
 Sedikit dari partikel alfa itu terpantul dari emas, hal ini menunjukkan adanya sesuatu
yang sangat kecil (belakangan disebut sebagai inti) namun massa terpusat di sana
sehingga partikel alfa yang menumbuk pusat massa itu akan terpantulkan.
Dari fenomena percobaan di atas, maka Rutherford mengusulkan suatu model atom yang
dikenal dengan Model Atom Nuklir Rutherford, sebagai berikut:
1. Atom terdiri dari inti atom bermuatan positif dan hampir seluruh massa atom terpusat
pada inti.
2. Elektron beredar mengelilingi inti.
3. Jumlah muatan inti sama dengan jumlah muatan electron, sehingga atom bersifat netral.
4. Sebagian besar ruangan dalam atom merupakan ruang kosong.

4. Spektrum atom hidrogen dikemukakan oleh J.J Balmer seorang guru matematika di


Swiss pada tahun 1884. Balmer menemukan pancaran cahaya tampak dari atom hidrogen.
lintasan tertentu. Jika ada elektron dari luar atau tingkat yang lebih tinggi berpindah
menuju ke tingkat energi lebih rendah maka elektron itu dapat memancarkan energi yang
berupa gelombang elektromagnetik.
Percobaan Spektrum Atom Hidrogen Balmer
Apabila suatu zat dipanaskan secara terus-menerus, maka zat ini akan memancarkan
cahaya dengan bentuk spektrum yang kontinu. Pemancaran radiasi cahaya pada zat ini
disebabkan oleh getaran atom-atom penyusun zat. Spektrum Atom HidrogenTabung
pelucutan gas. Akan tetapi jika suatu gas yang berada dalam tabung gas bertekanan
rendah diberi beda potensial tinggi maka gas akan memancarkan spektrum (diskontinu),
yang berarti gas hanya memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Gas
hidrogen ditempatkan pada tabung lucutan gas, jika tabung lucutan gas ini diberi
tegangan tinggi sehingga terjadi lucutan muatan listrik. Gas hidrogen menjadi bercahaya
dan memancarkan cahaya merah kebiru-biruan. Apabila diamati dengan spektrograf (alat
untuk menyelidiki spektrum cahaya), pada pelat film terdapat garis cahaya, di mana satu
garis cahaya menampilkan sebuah panjang gelombang yang dipancarkan cahaya dari
sumber cahaya.
Persamaan Spektrum Atom Hidrogen Balmer
Berdasarkan hasil pengamatan tentang spektrum atom hidrogen, Balmer menemukan
empat spektrum garis pada cahaya tampak yaitu pada 410,2 nm, 434,1 nm, 486,2 nm, dan
656,3 nm yang ternyata cocok menggunakan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :
\frac{1}{\lambda }=R\left ( \frac{1}{n_{A}^{2}}-\frac{1}{n_{A}^{2}} \right )
di mana untuk nA = 2 dan nB = 3, 4, dan 5
dengan :
λ = panjang gelombang yang dipancarkan
R = Konstanta Rydberg = 1,097 × 107 m-1
Deret Spektrum Atom Hidrogen
Deret-deret spektrum garis yang memenuhi persamaan tersebut disebut deret Balmer
yang terletak pada daerah cahaya tampak. Akan tetapi tidak hanya deret Balmer saja yang
ditemukan dalam atom hidrogen, ada deret yang lainnya, yaitu deret Lyman (spektrum
pada daerah sinar ultraviolet), Paschen (spektrum pada daerah sinar infra merah I),
Brackett (spektrum pada daerah sinar infra merah II) dan Pfund (spektrum yang terletak
pada daerah sinar infra merah III). Kelima deret tersebut dapat ditampilkan dengan
rumus-rumus sederhana sebagai berikut :
Deret Lyman : untuk nA = 1 dan nB = 2, 3, 4, 5, 6 … ∞
Deret Balmer : untuk nA = 2 dan nB = 3, 4, 5, 6 … ∞
Deret Paschen : untuk nA = 3 dan nB = 4, 5, 6, 7 … ∞
Deret Braket : untuk nA = 4 dan nB = 5, 6, 7, 8, … ∞
Deret Pfund : untuk nA = 5 dan nB = 6, 7, 8 … ∞
5. Teori Atom Mekanika Gelombang
Hipotesis De Broglie
Berdasarkan peristiwa efek fotolistrik dari Einstein, yang kemudian didukung
denganpercobaan yang dilakukan oleh Compton telah membuktikan tentang dualisme
(sifat kembar) cahaya, yaitu cahaya bisa berkelakuan sebagai gelombang, tetapi cahaya
juga dapat bersifat partikel. Pada tahun 1924 Louise de Broglie mengemukakan
pendapatnya bahwa : cahaya dapat berkelakuan seperti partikel, maka partikel pun seperti
halnya electron dapat berkelakuan seperti gelombang
Gambar Skema Percobaan Louise de Broglie
Sebuah foton dengan frekuensi f memiliki energi sebesar hf dan memiliki momentum p
= , karena c = f λ, maka momentum foton dapat dinyatakan p = hf/c sehingga
panjanggelombang foton dapat dinyatakan λ = h/p. Untuk benda yang bermassa m
bergerak dengan kecepatan memiliki momentum linier sebesar mv maka panjang
gelombang de Broglie dari benda itu dinyatakan dengan persamaan
Hubungan Ketidakpastian Heissenberg. Pada tahun 1927, Werner Heisenberg
menyatakan prinsip ketidaktentuan. Menurutnya, suatu partikel yang bergerak
mempunyai posisi dan momentum tertentu pada setiap saat. Kedua hal itu dapat diukur
dengan menabrakan partikel lain kepadnya. Tabrakan itu akan mengubah memontum dan
posisi partikel yang diukur. Akibatnya hasil pengukuran menjadi tidak tepat dan
mempunyai kesalahan terntu. Heisenberg menyatakan bahwa kesalahan itu adalah:
 adalah kesalahan momentum dan  kesalahan posisi dan perkaliannya setara dengan h.
Berarti, jika kesalahan momentum diperkecil  maka  menjadi besar dan sebaliknya, jika
kesalahan posisi diperkecil  maka kesalaham momentum menjadi besar. Hal ini bukanlah
kesalahan pengukuran atau kekurangtelitian alat, melainkan merupakan ketidakberdayaan
manusia untuk mengetahui sesuatu dengan pasti.
Demikian juga elektron di sekitar inti, posisi dan momentumnya tidak dapat ditentukan
dengan pasti, karena selalu bergerak. Akibatnya, kita tidak mungkin mengetahui lintas
elektron, seperti kemukan teori Bohr. Yang dapat ditentukan hnaya orbital. Orbital adalah
daerah keboleh jadian kebolehan terbesar menemukan elektron. Tiap titik menujukkan
kemungkinan elektron berada didaerah itu. orbital bukanlah bidang melainkan ruang, dan
kira-kira seperti lapisan-lapisan umbi bawang.

Gambar Orbital, daerah kebolehjadian ditemukan elektron.


3. Persamaan Gelombang Schrodinger’s
Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan dasar dari
model Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan oleh ERWIN
SCHRODINGER pada tahun1927, yang mengajukan konsep orbital untuk menyatakan
kedudukan elektron dalam atom. Orbital menyatakan suatu daerah dimana elektron
paling mungkin (peluang terbesar) untuk ditemukan. Schrodinger sependapat dengan
Heisenberg bahwa kedudukan elektron dalam atom tidak dapat ditentukan secara pasti,
namun yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada suatu titik
pada jarak tertentu dari intinya. Ruangan yang memiliki kebolehjadian terbesar
ditemukannya elektron disebut Orbital. Model atom Schrodinger terbukti lebih tepat dan
berdasarkan model ini,para ahli fisika tidak lagi mencoba untuk menemukan lintasan
elektron dan posisinya dalam sebuah atom, akan tetapi mereka menggunakan persamaan
yang menggambarkan gelombang electron tersebut untuk menemukan daerah dimana
elektron paling mungkin ditemukan. Dalam mekanika kuantum, model orbital atom
digambarkan menyerupai “awan”. Beberapa orbital bergabung membentuk kelompok
yang disebut Subkulit. Persamaan gelombang ( Ψ= psi) dari Erwin Schrodinger
menghasilkan tiga bilangan gelombang (bilangan kuantum) untuk menyatakan
kedudukan (tingkat energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital, yaitu: bilangan kuantum
utama (n), bilangan kuantum azimut (l) dan bilangan kuantum magnetik (m).
model atom modern berdasarkan analisis para ahli adalah sebagai berikut:
Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama menentukan besarnya tingkat energi suatu elektron yang
mencirikan ukuran orbital. Bilangan kuantum utama ini pernah diusulkan oleh Niels
Bohr dan hanya disebut dengan bilangan kuantum saja.
Bilangan kuantum utama (n) dapat berharga 1, 2, 3, ….. dan seterusnya sampai tak
terhingga. Selain itu harga n biasanya disesuaikan dengan tingkat energi dan kulit-kulit
elektron seperti pada teori atom Bohr.
Contoh :
n = 1 elektron berada pada kulit K,
n = 2 elektron berada pada kulit L
n = 3 elektron berada pada kulit M
dan seterusnya
Bilangan Kuantum Azimut (l)
Mekanika gelombang meramalkan bahwa setiap kulit (tingkat energi) kulit tersusun dari
beberapa sub kulit (sub-tingkat energi) yang masing-masing sub kulit tersebut dicirikan
oleh bilangan kuantum azimut (l) yang juga disebut bilangan kuantum orbital, sebab
bilangan kuantum ini menentukan bentuk ruang orbital dan besarnya momentum sudut
elektron. Bilangan kuantum azimut mempunyai harga dari 0 sampai dengan (n-1) untuk
setiap n, dan menunjukkan letak elektron dalam sub kulit. Setiap kulit terdiri dari sub-
kulit (jumlah sub-kulit tidak sama untuk setiap kulit elektron), dan setiap sub-kulit
dilambangkan berdasar pada harga bilangan kuantum azimut (l ).
Untuk setiap sub-kulit diberi lambang berdasarkan harga bilangan kuantum ,
Sub-kulit yang mempunyai harga = 0 diberi lambang s
Sub-kulit yang mempunyai harga = 1 diberi lambang p
Sub-kulit yang mempunyai harga = 2 diberi lambang d
Sub-kulit yang mempunyai harga = 3 diberi lambang f
lambang s, p d, dan f diambil dari nama spektrum yang dihasilkan oleh logam alkali dari
Li s.d. Cs. yang terdiri dari empat deret yaitu tajam (Sharp), utama (principal), kabur
diffuse) dan dasar (fundamental). Untuk harga selanjutnya (jika mungkin) digunakan
lambang huruf berikutnya yaitu g, h, i dan seterusnya.
Terdapat hubungan yang jelas antara kulit dan jumlah sub kulit seperti tampak pada tabel
berikut ini:
Tabel 1. Hubungan jumlah sub kulit dengan kulit
Tingkat energi (Kulit) ke n akan memiliki jumlah sub tingkat energi (sub kulit) sebanyak
n.
Bilangan kuantum Magnetik ( m )
Bilangan kuantum magnetik menentukan arah orientasi dari orbital di dalam ruang.
Untuk setiap nilai l akan memberikan nilai ml antara –l sampai dengan +l,
Untuk harga l = 0 hanya ada sebuah harga m yaitu = 0
Untuk harga l = 1 mempunyai tiga harga m yaitu = – 1, 0 dan +1
Untuk harga l = 2 mempunyai lima harga m yaitu = – 2, – 1, 0, +1 dan +2
Bilangan Kuantum Spin ( s atau ms)
Bilangan kuantum spin merupakan bilangan kuantum yang terlepas dari pengaruh
momentum sudut, hal ini berarti bilangan kuantum spin tidak berhubungan secara
langsung dengan tiga bilangan kauntum yang lain. Bilangan kuantum spin bukan
merupakan hasil dari penyelesaian persamaan gelombang, tetapi diajukan oleh SA
Goudsmit dan SE Uhlenbeck yang mendapatkan adanya sepasang garis spektrum halus
dari setiap satu garis spektrum bila diuraikan dengan spektroskopi yang lebih teliti.
Diduga sepasang garis spektum halus tersebut diakibatkan oleh adanya perputaran (spin)
elektron pada sumbunya selama elektron mengelilingi inti. Dapat diandaikan bumi
berotasi pada sumbunya selama mengelilingi matahari. Berdasar hal tersebut diusulkan
adanya bilangan kuantum spin untuk menandai arah putaran (spin) elektron pada
sumbunya. Setiap elektron dapat berputar pada sumbunya sesuai dengan arah jarum jam
atau berlawanan arah dengan jarum jam, maka probabilitas elektron berputar searah
jarum jam adalah ½ , dan probabilitas berputar berlawanan dengan jarum jam juga
mempunyai harga ½ . Untuk membedakan arah putarnya maka diberi tanda negatif dan
positip. Jadi bilangan kuantum spin hanya ada dua macam yaitu + ½ atau – ½ .

Bentuk Orbital
Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk dan arah orientasi ruang yang ditentukan oleh
bilangan kuantum n,  dan m. Orbital – orbital tersebut bergabung membentuk
suatu sub-kulit dan sub-kulit bergabung membentuk kulit atau tingkat energi.
Sub kulit s tersusun dari sebuah orbital dengan bilangan kuantum  = 0 dan mempunyai
ukuran yang berbeda tergantung harga bilangan kuantum n (bagian dari kulit yang mana).
Probabilitas (kebolehjadian) untuk menemukan elektron pada orbital s adalah sama untuk
ke segala arah, maka bentuk ruang orbital s digambarkan seperti bola.

Gambar Bentuk Orbital s


Sub kulit p tersusun dari tiga orbital dengan bilangan kuantum = 1. Tiga orbital p
tersebut adalah orbital px, py dan pz. Bentuk ruang orbital p digambarkan seperti
dumbell dengan probabilitas untuk menemukan elektron semakin kecil bila mendekati
inti.

Gambar Bentuk Orbital p


Sub kulit d tersusun dari lima orbital yang mempunyai bilangan kuantum = 2 Arah
orientasi dari orbital d dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, mempunyai
orientasi diantara sumbu terdiri dari 3 orbital yaitu, dx-y , dx-z , dy-z
mempunyai orientasi pada sumbu terdiri dari 2 orbital yaitu, dx2– y2 dan dz2
Gambar Orbital d
Konfigurasi elektron menggambarkan penataan elektron – elektron dalam suatu atom.
Konfigurasi elektron adalah khas untuk suatu atom misalnya tingkat energi dari sub kulit
1s bagi atom Na adalah tidak sama dengan tingkat energi 1s bagi atom Mg. Meskipun
demikian terdapat suatu aturan yang bersifat umum dalam memperkirakan penataan
elektron dalam suatu atom. Aturan Aufbau
Aufbau berasal dari kata bahasa Jerman yang berarti membangun. Menurut aturan
Aufbau elektron di dalam suatu atom sedapat mungkin memiliki energi yang rendah,
dengan demikian maka elektron-elektron tersebut menempati orbital – orbital yang
energinya rendah. Besarnya tingkat energi elektron dapat diketahui dari penjumlahan
harga bilangan kuantum utama dan azimut ( n + l )
Orbital yang mempunyai harga n + l lebih besar akan mempunyai tingkat energi yang
lebih tinggi dan sebaliknya bila n + l kecil tingkat energinya juga kecil. Untuk harga n+l
yang sama maka orbital dengan harga n lebih besar akan mempunyai tingkat energi yang
besar.

Tabel ini menunjukkan harga ( n+ l) dan urutan tingkat energi dari masing-masing
orbital pada setiap kulit elektron dari suatu atom.

Tabel Harga (n+ l) dan tingkat energi sub-kulit


9

Berdasar tabel tersebut, maka urutan tingkat energi dari yang paling rendah ke yang
paling tinggi adalah sebagai berikut:

1s < 2s < 2p < 3s < 3p < 4s < 3d < 4p < 4p …. dan seterusnya.
Cara lain untuk mengetahui urutan tingkat energi adalah dengan menggunakan deret
pancaran cahaya seperti berikut.

Larangan Pauli
Larangan Pauli atau eksklusi Pauli menyatakan bahwa di dalam satu atom tidak boleh
terdapat dua elektron dengan empat bilangan kuantum yang sama. Orbital yang sma akan
mempunyai bilangan kuantum n, l dan ml yang sama dengan demikian yang bisa
membedakan hanya bilangan kuantum spin (s) akibatnya setiap orbital hanya dapat berisi
2 elektron dengan spin (arah putar) yang berlawanan. Dengan adanya larangan Pauli ini
maka elektron yang dapat menempati suatu sub kulit terbatas hanya dua kali dari jumlah
orbitalnya, maka jumlah maksimum elektron adalah sebagai berikut,
sub kulit s terdiri dari 1 orbital dapat ditempati maksimum 2 elektron
sub kulit p terdiri dari 3 orbital dapat ditempati maksimum 6 elektron
sub kulit d terdiri dari 5 orbital dapat ditempati maksimum 10 elektron
Dengan menggunakan dua aturan tersebut dapat digambarkan konfigurasi elektron dari
suatu atom.
Contoh :
Konfigurasi elektron untuk atom 20Ca dan 26Fe
21 Sc : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d1
25 Mn : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d5
Konfigurasi elektron dari gas mulia dapat dipergunakan untuk menyingkat konfigurasi
elektron dari atom – atom yang mempunyai jumlah elektron ( bernomor atom ) besar.
Berikut ini adalah konfigurasi elektron dari gas-gas mulia:
2He : 1s2
10Ne : 1s2 2s2 2p6
18 Ar : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
36 Kr : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
54 Xe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6
Perhatikan cara menyingkat berikut :4Be : 1s2 2s2 disingkat menjadi
4Be : [He] 2s2
19K : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 disingkat menjadi
19 K : [Ar] 4s1
15 P : [Ne] 3s2 3p3
30 Zn : [Ar] 4s2 3d10
33 As : [Ar] 4s2 3d10 4p3
Penyingkatan ini memberikan kemudahan di dalam menentukan elektron valensi dan
diagram orbital dari suatu atom. Elektron valensi dan diagram orbital ini akan sangat
berguna didalam mempelajari ikatan kimia.
Elektron valensi suatu atom adalah elektron – elektron yang terlibat di dalam
pembentukan ikatan kimia, biasanya merupakan elektron yang dim luar konfigurasi gas
mulia.
Contoh :
Atom 15P dengan konfigurasi elektron [Ne]3s2 3p3 mempunyai 5 elektron valensi yaitu
elektron 3s2 dan 3p3
Atom 26Fe dengan konfigurasi elektron [Ar] 4s2 3d6 mempunyai 6 elektron valensi
yaitu elektron 4s2 dan 3d6
Diagram orbital menunjukkan sebaran elektron dalam orbital – orbital pada suatu atom.
Penggambaran diagram orbital pada umumnya menggunakan kotak yang mewakili
jumlah orbital pada setiap sub kulit disertai dengan tanda panah ↑ atau ke bawah ↓ yang
menggambarkan spin elektron. Diagram orbital umumnya hanya diambil pada elektron
valensi.
Contoh :
Atom 1H : 1s1 ( 1s1 )
Atom 17Cl : [Ne] 3s2 3p5 ( 3s2 3p5
Aturan Hund

Seperti dikemukakan di atas bahwa setiap sub kulit(kecuali sub kulit s) tersusun atas
beberapa orbital dengan energi setingkat, dengan demikian elektron dimungkinkan
menempati orbital di mana saja. Sebagai contoh pada atom 5B dengan konfigurasi 1s2
2s2 2p1, sebuah elektron yang terdapat pada sub kulit p dapat menempati orbital px, py
atau pz sebab ketiganya mempunyai tingkat energi yang sama. Ketiga kemungkinan
tersebut dapat digambarkan diagram orbitalnya sebagai berikut:

Untuk elektron – elektron yang menempati sub kulit dengan jumlah orbital lebih dari satu
(misalnya sub kulit p atau d) maka kemungkinannya akan lebih banyak lagi, misalnya
atom karbon akan mempunyai 15 kemungkinan penyebaran elektron pada orbital baik
yang berisi 2 atau 1 elektron. Berdasar pengamatan spektrum menunjukkan bahwa yang
paling rendah energinya (paling stabil) bila elektron – elektron tersebut tersebar ke semua
orbital dengan spin yang sejajar (spin sama), aturan ini dikenal dengan Aturan Hund.

Anda mungkin juga menyukai