Makalah Spi Inhil
Makalah Spi Inhil
Makalah Spi Inhil
INDRAGIRI HILIR
Kelompok 13
PENDAHULUAN
Pembahasan
a Kerajaan Keritang
Kerajaan keritang berdiri sekitar awal abad ke-6 di Kecamatan Keritang
sekarang. Seni budayanya dipengaruhi oleh Hindu, terlihat pada arsitektur
istana yang terkenal dengan sebutan Puri Tujuh (Pintu Tujuh) atau Kedaton
Gunung Tujuh.
b Kerajaan Kemuning
Kerajaan Kemuning didirikan oleh Raja Singapura ke-V, Raja Sampu atau Raja
Iskandarsyah Zulkarnain atau Prameswara. Tahun 1231 diangkat seorang Raja
muda yang bergelar Datuk Setiadiraja. Letak kerajaan ini diperkirakan berada
didesa Kemuning Muda. Bukti peninggalan kerajaan berupa selembar besluit
dengan cap stempel kerajaan, bendera dan pedang kerajaan.
d Kerajaan Indragiri
Kerajaan Indragiri berdiri sekitar tahun 1298, raja pertama bergelar Raja
Merlang I berkedudukan di Malaka. Penggantinya Raja Narasinga I dan Raja
Merlang II juga di Malaka. Untuk urusan harian dilaksanakan oleh Datuk Patih
atau Perdana Menteri. Pada tahun 1473, Raja Narasinga II, bergelar Paduka
Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam (Sultan
Indragiri IV) menetap di ibukota kerajaan di Pekan Tua sekarang.
Pada 1815, Sultan Ibrahim memindahkan ibukota kerajaan ke Rengat. Masa
pemerintahannya, Belanda mulai campur tangan dengan mengangkat Sultan
Muda, berkedudukan di Peranap dengan batas wilayah ke Hilir dengan batas
Japura. Pada masa pemerintahan Sultan Isa, berdatanganlah orang-orang suku
Banjar dan suku Bugis ke Indragiri Hilir akibat kurang amannya daerah asal
mereka. Khusus suku Banjar, akibat kerjaan Banjar dihapus oleh Gubernement
pada 1859 sehingga terjadi peranagan samapai tahun 1963.
Pada awal kemerdekaan Indonesia, Indragiri (Hulu dan Hilir) masih satu
kesatuan kabupaten. Indragiri terdiri atas 3 kewedanaan, yaitu kewedanaan
Kuantan Singingi beribu kota Teluk Kuantan, Kewedanaan Indragiri Hulu
beribukota Rengat dan kewedanaan Indragiri Hilir beribu kota Tembilahan. 1
Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada
bagian Timur pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14
Juli 1965 sesuai dengan tanggal ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1965. Karena letak posisi Kabupaten Indragiri Hilir di pantai Timur
pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten ini dapat dikategorikan sebagai daerah
pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri Hilir adalah 339.5 Km dan luas
perairan laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari luas wilayah.
Kabupaten Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau,
memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha, dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak
25 pulau. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Indragiri Hilir adalah
sebagai berikut :
1
http://repository.uin-suska.ac.id/17310/9/9.%20BAB%20IV%20%281%29.pdf
2
Jurnal SISTEMASI, Volume 7, Nomor 2, Mei2018: 78–86
3
RPI2-JM KABUPATEN INHIL (2015-2019)
Biografi Syeikh Abdurrahman Shiddiq
4
Lihat Syeikh Abdurrahman Shiddiq, Syajrat al-Arsyadiyyat wa ma Ulhiqa biha, (Singapura :
Mathaba’ah al-Ahmadiyyah, 1356), hal 92.
5
Syafei Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syekh H.A Rahman Shiddiq, Mufti
Indragiri, Jakarta: C.V. Serajaya, 1981. Hal. 19
Salamah. Dan Syekh H. Muhammad Arsyad adalah putra mufti H. Muhammad
As’ad. Ibu dari disebutkan namanya terakhir ini bernama Syarifah, anak Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari. Dengan silsilah itu diketahui bahwa Syekh
Abdurrahaman Shiddiq adalah cicit dari ulama besar asal banjar tersebut. Tidak
seperti anak-anak lainnya yang sempat dibesarkan oleh Ibu kandung mereka
sendiri, Abdurrahman demikian nama Syeikh ini sewaktu kecil diasuh dan
dibesarkan bibinya Sa’idah. Keadaan ini terpaksa dialami Abdurrahman karena
ibunya wafat ketika ia masih berumur sekitar dua bulan. Walaupun demikian,
Abdurrahman boleh dikatakan beruntung karena ia diasuh dan dibimbing oleh
wanita terdidik dan cendikia seperti Saidah yang memang dikenal sebagai
seorang alimah pada saat itu, terutama didaerah Banjar. Ke-aliman bibinya itu
benar-benar bermanfaat dalam mengantar Abdurrahman kepada
pertumbuhannya baik fisik maupun mentalnya, terutama pada umur-umurnya
dibawah lima tahun yang merupakan masa-masa yang paling sensitif bagi
pertumbuhan seorang anak. Ia dididik oleh adik ibunya itu dalam suasana
keagamaan dan penuh dengan rasa kekeluargaan. Pada usia yang sangat dini ia
telah mulai belajar Al-Quran langsung dari bibinya. Berkat kesungguhan dan
kecerdasannya serta didukung oleh ketabahan bibinya dalam mengajar dan
membimbingnya, pada usia delapan tahun ia dapat mengkhatamkan Al-Quran56.
Abdurrahman kemudian dimasukan oleh bibinya itu ke pesantren di Pagar
Dalam, Martapura, yang waktu saat itu diasuh oleh H. Abdussamad. Tapi tanpa
diketahui sebabnya yang pasti, ia keluar dari pesantren tersebut setelah belajar
lebih kurang selama dua tahun. kemudian ia memilih belajar secara private
dengan pamannya bernama Abdurrahman Muda yang mahir dalam bahasa arab.
Meskipun belajar dengan pamannya kurang terjadwal, namun ilmu yang
diperolehnya cukup memadai sebagai dasar baginya untuk melanjutkan
belajarnya ketingkat yang lebih tinggi. Atas anjuran pamannya ia selanjutnya
belajar secara teratur dengan seorang ulama terkemuka di Martapura bernama
Said Wali. Dengan ulama ini ia benar-benar belajar dengan tekun selama empat
tahun sehingga boleh dikatakan mahir membaca dan memahami kitabkitab
kuning, suatu tingkat kemahiran yang setara dengan tamatan pesantren lazimnya.
6
Syafei Abdullah, loc.cit.
Masa Perjuangan
1. Faktor Perdagangan
Perdagangan merupakan faktor yang terpenting dalam perkembangan
Islam dimana semenjak sebelum Islam, bangsa Arab telah memonopoli kegiatan
pelayaran. Hal ini menyebabkan Islam terbawa oleh pedagang Arab kemana
saja mereka berlayar untuk berdagang. Ketika bangsa Arab menerima agama
Islam, maka pedagang-pedagang Arab tetap menyebarkan dan mengembangkan
Islam di tempat mereka berdagang. Oleh karena itu masyarakat atau negeri yang
pertama menerima Islam adalah masyarakat yang hidup di daerah pelabuhan.
Pelabuhan merupakan tempat berlabuhnya kapal layar yang digunakan para
pedagang dari mana saja asalnya untuk mengisi perbekalan pelayaran
selanjutnya.
2. Faktor Perkawinan
Faktor perkawinan yang dimaksud adalah perkawinan yang terjadi antara
para pedagang Arab yang juga sebagai pendakwah Islam dengan perempuan
tempatan. Hal ini
bukan tidak mungkin terjadi karena para pedagang yang memiliki harta yang
banyak melakukan hubungan kekerabatan dengan penguasa setempat dengan
cara melakukan
perkawinan dengan keluarganya sehingga terjadi hubungan kekeluargaan yang
harmonis dan damai antara pendatang dengan penduduk setempat. Dengan
demikian para pedagang mendapat tempat di hati masyarakat sehingga
merekalambat laun dapat menguasai wilayah setempat dengan tidak melakukan
kekerasan. Oleh karena itu, factor perkawinan merupakan faktor penting dalam
proses penyebaran Islam. Hasil dari perkawinan tersebut melahirkan keluarga
yang menganut Islam.
3. Faktor Dakwah
Islam disebarkan melalui dakwah yang telah diawali oleh Nabi
Muhammad Saw lalu dikuti oleh para sahabat, ulama, tokoh masyarakat dan
seterusnya sehingga Islam dikenali oleh segala bangsa dan masa. Dalam proses
penyebaran dan pengembangan Islam, peran ulama sangat utama karena ulama
telah menyampaikan ajaran Islam kepada umat yang ada di sekitarnya. Selain
itu para ulama memiliki kepribadian yang dapat menjadi contoh teladan bagi
umat yang di dakwahnya dan akhirnya masyarakat menjadikan para ulama
sebagai tokoh di tempatnya dan menjadi panutan dalam kehidupan. Oleh sebab
itu, faktor pendakwah sangat berperan dalam penyebaran Islam.
9
Mucttar Luffi, Sejarah Riau Tim Penyusun Dan Penulisan Sejarah Riau. Pekanbaru 1977. Hlm. 171
10Isjoni Ishaq, 2004. Orang Melayu, Sejarah System Norma, Dan Nilai Adat, Pekanbaru, UNRI Pres,
Hlm. 56
Pada tahun 1327 H pada masa pemerintahan Sultan Mahmud diangkatlah
Syeikh Abdurrahman Shiddiq seorang ulama yang terkenal karena kealiman dan
ketinggian ilmunya yang tersebar kepelosok Indragiri untuk mengisi jabatan
Mufti Indragiri yang kosong. Karena kekosongan jabatan Mufti maka ia
dipanggil ke Rengat dan ditawarkanlah jabatan Mufti dan diminta pula ia
tinggal di Rengat dekat dengan sultan. Pemerintaan sultan tersebut beliau
penuhi dengan syarat, bahwa pertama, beliau tidak bersedia di gaji. Kedua,
tidak bersedia tinggal di Rengat. Ketiga, meminta sebuah parit untuk
perkebunan. Setelah ketiga syarat tersebut dipenuhi sultan, maka jadilah Syekh
Abdurrahman Shiddiq sebagai Mufti Indragiri dan bertugas menyiarkan agama
Islam di Indragiri. Syeikh Abdurrahman Shiddiq wafat pada tahun 1939 dalam
usia 82 tahun dan dikebumikan di Sapat, Indragiri, Riau.
Suatu hal yang tidak kalah pentingnya di catat disini adalah bahwa
sikapnya yang teguh menyampaikan kebenaran yang ia yakini dalam rangka
menjalankan tugas keulamaannya dengan penuh tanggung jawab, maka Syeikh
Abdurrahman Shiddiq tidak merasa gentar menanggung resiko lantaran fatwa-
fatwa yang di keluarkannya. Contohnya adalah fatwanya yang dianggap
masyarakat pada waktu itu mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan
dirinya dari amarah pihak kolonial Belanda. Fatwanya itu adalah berupa
larangan kepada umat Islam menggunakan tiga buah mesjid yang di bangun
oleh Belanda dalam wilayah Indragiri. Alasan yang di kemukakan Syeikh ini
dalam fatwanya itu adalah bahwa ketiga mesjid itu tidak didirikan atas taqwa,
11
Muhammad Nazir, Sisi Kalam dalam Pemikiran Islam Syeikh Abdurrahman Shiddiq. Hal 34
akan tetapi berlatar belakang politis untuk kepentingan penjajahan. Mungkin
sekali hal ini karena ia melihat bahwa pihak Belanda membangun mesjidmesjid
tersebut dalam rangka mengambil hatu umat Islam di daerah itu agar meneruh
simpati kepada kolonialisme. Menurutnya, ketiga mesjid itu tergolong mesjid
dhirar sebagai yang di isyaratkan Tuhan dalam Al-quran. Dapatlah di simpulkan
bahwa keberhasilan Syeikh Abdurrahman Shiddiq dalam menjalankan misi dan
fungsi keulamaannya adalah karena ia benar-benar menerapkan dakwah bi al-
lisan yang terintegrasi secara baik dengan dakwah bi al-hal (dakwah melalui
tidakan nyata).
Syeikh Abdul Fattah atau yang lebih di kenal dengan nama Tuan
Guru Mumpa
1. Kelahirannya
Tuan Guru Mumpa memiliki nama lengkap Abdul Fattah Bin Syeikh
Rasyid Bin As’ad Fakhruddin Bin Syeikh Sihabuddin Bin Syeikh M.
Arsyad Al-Banjari atau nama aslinya beliau Syeikh Sayyidil M ja’afar
Al-Idrus. Ia dilahirkan di Martapura Kalimantan Selatan. Pada tahun
1860 M atau pada tanggal 18 Rajab pada tahun 1278 Hijriah.
Ayah beliau bernama Abdul Rasyid Bin Muhammad Arsyad Al-
Banjari seorang keturunan ulama besar Kalimantan. Sedangkan
ibunya bernama Hj. Aceh. Abdul Fattah adalah keturunan ketiga dari
Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, pengarang kitab Sabil al-
Muhtadin (jalan orang-orang yang mendapat petunjuk) dan kitab
Perukunan Melayu kitab Agama yang terkenal dikalangan umat Islam
pada zaman itu.12
Mengenai pertalian nashabnya dengan Syeikh Muhammad Arsyad Al-
Banjari itu, telah dijelaskan dalam Manaqib Syekh Abdul Fatah. Di
dalam Manaqib tersebut pada silsilah keturunan di jelaskan bahwa
ayahnya Syeikh Abdul Fattah yang bernama Abdul Rasyid adalah
anak ke dua dari Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari dengan
demikian maka diketahui bahwa Syeikh Abdul Fattah adalah cucunya
Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.13
2. Pendidikan Syeikh Abdul Fattah
Syeikh Abdul Fattah dalam keluarganya lebih sering di panggil
dengan sebutan anang Fattah, ia belajar agama sejak kecil dan beliau
12
Skripsi Andres Pransiska. Tahun. 2016. Peranan Syekh Abdurrahman Shiddiq dalam Penyebaran Agama Islam
di Indragiri Hilir
13
Manaqib Syekh Abdul Fatah
termasuk anak yang cerdas dan selalu menjadi kebanggan para
gurunya dan keluarganya. Syeikh Abdul Fattah belajar menuntut ilmu
dari kecil di Kalimantan. Pada tahun 1873 saat usianya 13 tahun ia
melanjutkan belajar dengan mengaji duduk selama 15 tahun. Kemauan
dan keinginan yang sangat kuat atas dasar ingin belajar dan
mempelajari ilmu-ilmu agama Islam, walaupun beliau ke Mekkah
tidak ditopang atau bermodalkan ekonomi sehingga sehari- harinya
beliau sanggup hanya memakan roti, satu hari satu buah roti karena di
Mekkah satu buah roti sama besarnya seperti ukuran 2-3 martabak di
Indonesia dan terbuat dari tepung terigu. Beliau melakukan kegiatan
belajar dan mengajar di Mekkah berlangsung selama 25 tahun (1894-
1919). Salah satu guru beliau adalah Syeikh H. Ahyat dan Syeikh
Mukhtar.
Syeikh Abdul Fattah kembali ke Indonesia atas permintaan, anjuran
serta di biayai oleh saudara sepupunya yaitu Syeikh Abdurrahman
Shiddiq dikampung Hidayat, beliau meminta untuk membantunya
mengajar, juga melanjutkan pelajaran yang beliau ajarkan yaitu berupa
kitab-kitab karangannya antara lain : Aqaidul Iman Ash Saris Sholeh,
Amal Ma’rifat dan yang lainnya. Tuan Guru Anang Fattah atau Syeikh
Abdul Fattah kembali ke Indonesia, langsung ke kampung Hidayat
pada tahun 1919. Syeikh Abdul Fattah bukan hanya mengajar di
hidayat saja saat kepulangannya, banyak daerah di Kabupaten
Indragiri Hilir yang ia datangi untuk berdakwah.14
Nama Syekh Abdul Fatah dikenal sebagai ulama yang sangat gigih
dalam menyebarkan agama Islam, meski ditolak oleh beberapa
masyarakat ketika ia berd akwah tetapi semangat nya tidak pernah
pudar malah membuat nya semakin termotivasi untuk menyebarkan
agama Islam keseluruh desa-desa yang ada di Indragiri Hilir.
3. Usaha yang dilakukan Oleh Syeikh Abdul Fatah dalam
Mengembangkan Agama Islam di Desa Mumpa
a. Berdakwah
Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Syeikh Abdul Fattah bukan
hanya menyampaikan dakwah lewat lisan dan tulisan semata, tetapi
beliau mencontohkan dengan perbuatan dan tingkah laku beliau
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist yang dilakukannya secara
sadar dan berencana dalam usaha untuk mempengaruhi masyarakat,
14
Ibid
orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar
timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap,
penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama Islam.
Dengan cara berdakwah maka Syeikh Abdul Fattah dapat
mengajak anak, cucu, murid dan masyarakat kejalan yang benar
serta mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi segala
larangannya.
b. Membangun Majlis Ta’lim dan Masjid
Syeikh Abdul Fattah mengajak para muridnya untuk mendirikan
sebuah Majlis Ta’lim (tempat belajar seperti surau) yang sederhana,
dengan uang hasil dari perkebunan kelapanya di Mumpa dan biaya
seadanya dari Syekh Abdul Fattah serta sumbangan dari para murid
dan masyarakat. Pembuatan Majlis Ta’lim dilakukan dengan
budaya bergotong royong yang dilakukan oleh Syekh Abdul Fattah
beserta masyarakat setempat, di Majlis Ta’lim inilah beliau
mengajarkan ilmu-ilmu agama dan dari tempat ini juga tercipta
murid-murid yang juga gigih untuk mempelajari ilmu agama.
Dalam perkembangannya Majlis Ta’lim semakin berkembang,
Majlis Ta’lim ini bukan hanya digunakan untuk tempat belajar
agama saja tetapi juga digunakan untuk tempat sholat dan tempat
bermusyawarah. Tidah hanya membentuk masjelis ta’lim, syeikh
abdul fattah juga mendirikan sebuah mesjid yang bernama Masjid
Al-Muttaqin. Hingga saat ini, Masjid Al-Muttaqin masih berdiri
kokoh di Desa Mumpa.
c. Membangun Madrasah
Syeikh Abdul Fattah membangun sebuah sekolah yang sangat
sederhana yang dikhususkan untuk sekolah tingkatan Ibtida’iyyah
dan tingkatan MTS (Madrasah Tsanawiyah). Sekolah ini hanya
beralaskan papan yang disusun rapat dan atap yang terbuat dari
daun rumbia (atap rumbia), dan tanpa dinding, akan tetapi dengan
berjalannya waktu sedikit demi sedikit Syeikh Abdul Fattah
mengumpulkan dana milik nya pribadi dan bahkan semua uang
dari perkebunan kelapanya diberikan untuk kelangsungan
pembangunan sekolah tersebut agar menjadi lebih baik lagi.
Disekolah tersebut Syeikh Abdul Fattah yang mengajar langsung
dan dibantu oleh para muridnya, dan pelajaran yang diberikan
hanya pelajaran-pelajaran agama saja. Jika dahulunya mata
pelajaran dijadikan satu saja yaitu agama saja tetapi berjalannya
waktu hingga saat ini mata pelajaran agama dibagi-bagi dalam
beberapa bidang tertentu. sekarang ini disekolah MTS Nurul
Jannah yang lebih diutamakan adalah mempelajari pelajaran-
pelajaran agama seperti: Aqidah Akhlak, Qur’an Hadist, Fiqih,
Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.
d. Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Syeikh Abdul Fattah
Syeikh Abdul Fattah memberikan pengajaran dalam bidang seperti
Tauhid, Tasawuf, Fiqih, Nahu Syarof, ilmu Faraid.
e. Pengaruh pengembangan agama Islam yang dilakukan oleh Syeikh
Abdul Fattah terhadap kondisi masyarakat desa Mumpa
Pengaruh dan paran Syeikh Abdul Fattah seorang guru yang tanpa
pamrih dan ikhlas dalam mengajar sangat terlihat jelas pada
masyarakat. Bukan hanya pada masyarakat mumpa saja bahkan
masyarakat desa lainnya juga merasakan peran seorang guru yang
mencurahkan ilmu agamanya dengan sangat baik, sabar serta
bijaksana dan lemah lembut. Pada awal kedatangannya ke Desa
Mumpa pada saat itu masyarakat mumpa masih minim dengan
ilmu agama tetapi dengan adanya pengajaran agama dari beliau
banyak masyarakat yang memahami dan pengetahuan masyarakat
tentang Islam itu sendiri lebih dalam lagi. Pengaruh pengembangan
agama Islam yang dilakukan Syeikh Abdul Fattah sangat besar dan
bisa dilihat sampai saat ini, saat ini Desa Mumpa adalah desa yang
bisa terbilang masyarakatnya adalah masyarakat yang religius.
Desa Mumpa adalah desa yang banyak melakukan kegiatan-
kegiatan keagamaan, seperti mengadakan MTQ (Musabaqah
Tilawatil Qur’an), adalah sebuah pestival pemuliaan kitab suci
umat Islam (Al-Qur’an). Dan di Desa Mumpa anak-anak yang baru
berusia 6- 13 tahun sangat antusias untuk belajar mengaji mereka
berlomba untuk menjadi yang terbaik dalam mempelajari bacaan
al-qur’an, kegiatan magrib mengaji selalu di ikuti, kegiatan ini
dilakukan dimasjid utama Mumpa yaitu masjid al-muttaqin.
SIMPULAN
1. Syeikh Abdurrahman Shiddiq merupakan seorang ulama besar di
Indragiri yang mempunyai nama lengkap Syeikh Abdurrahman Shiddiq
bin Muhammad Afif bin Mahmud bin Jamaluddin al-Banjari. Beliau
adalah seorang ulama keturunan dari sultan-sultan kerajaan Banjar dan
Ulama Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari.
2. Dalam konsep Pemikiran keagamaan Syeikh Abdurrahman Shiddiq,
beliau mengenalkan beberapa konsep tauhid yaitu tauhid wahdaniyatul
af’al, tauhid wahdaniyat asma, tauhid wahdaniyah sifat dan tauhid
wahdaniyah zat. Syeikh Abdurrahman Shiddiq adalah pengikut dan guru
tarekat Sammaniyyah yang di nisbahkan pada diri Syeikh Muhammad
Samman. Sebagaimana kakeknya Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
3. Dalam perkembangan Islam di Indragiri, pada tahun 1327 H pada masa
pemerintahan Sultan Mahmud diangkatlah Syeikh Abdurrahman Shiddiq
sebagai mufti kerajaan Indragiri, dikarenakan pada saat itu terjadi
kekosongan jabatan Mufti di kerajaan Indragiri.
4. Peranan Ajaran Syeikh Abdurrahman Shiddiq bagi masyarakat Indragiri
Hilir dapat dilihat dari usaha-usaha yang dilakukannya baik dalam bidang
yang dapat meningkatkan tarap hidup dan ekonomi masyarakat maupun
dalam bidang pendidikan dan dakwah, relah membawa perubahan besar
bagi masyarakat Indragiri khususnya dan Riau pada umumnya. Selain itu,
kehadirannya di daerah tersebut juga telah ikut menciptakan kerukunan
antar suku-suku yang sebelumnya sering bertikai. Ia melihat bahwa
ketidak harmonisan pergaulan antar suku-suku itu adalah karena
dangkalnya pengetahuan mereka terhadap ajaran Islam. Ia senantiasa
mencoba menyelesaikan problema dalam masyarakat melalui pendekatan
dan bahasa agama karena yang demikian itu memang merupakan bagian
dari tugas dan fungsi keulamaannya.
5. Syeikh Abdul Fattah merupakan seorang ulama terkemuka di Indragiri
Hilir yang mempunyai nama lengkap Syeikh Abdul Fattah bin Syeikh
Rasyid bin As’ad Fakhruddin bin Syeikh Sihabuddin bin Syeikh
Muhammad Arsyad Al-Banjari. Beliau adalah ulama yang berasal dari
Banjar Kalimantan Selatan dan merupakan keturunan kelima dari Syeikh
Muhammad Arsyad Al-Banjari
6. 2. Syeikh Abdul Fattah adalah seorang ulama yang mengembangkan
ajaran agama Islam di Kabupaten Indragiri Hilir khususnya di desa
Mumpa. Syeikh Abdul Fattah adalah ulama yang gigih dalam menuntut
ilmu dan gigih dalam menyebarkan ilmu- ilmu agama yang dipelajarinya.
Beliau ahli dibidang Tafsir dan ilmu Faraid, juga sangat menguasai ilmu
Fiqih, Tasawuf, Tauhid