ASKEP Kelompok 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

DIARE

Disusun oleh :
1. Amalia ( P1337421019059 )
2. Kholifah Febri Aryani ( P1337421019065 )
3. Salsabila Ayu Wulandari ( P1337421019071 )
4. Lina Vionita ( P1337421019077 )
5. Nita Tri Arlitasari ( P1337421019083 )
6. Wiwit Enggar Safitri ( P1337421019089 )
7. Irfadella Fatmakhul Jannah ( P1337421019096 )
8. Nurun Nisa Arfiyani ( P1337421019102 )

PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Jl. Dewi Sertika No.1 Debong Kulon Rt 001/ Rw 001
Kota Tegal
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi di bawah 5 tahun) terbesar
di dunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare sering
dianggap penyakit sepele, padahal ditingkat global dan nasional fakta menunjukkan
sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahun,
sedangkan di Indonesia, menurut Surkesna (2001) diare merupakan salah satu penyebab
kematian ke-2 terbesar pada balita.

Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang tua mengenai
kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun, dalam menjalankannya seseorang
harus mengetahui banyak hal seperti penyesuaian terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan
yang pasti asuhan keperawatan pada bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi). Melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja yang
akan diberikan kepada bayi dan anak penderita penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi penyakit Diare?
2. Apa saja jenis-jenis penyakit Diare?
3. Bagaimana menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare?
4. Bagaimana menjelaskan cara mengatasi Diare?
5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit Diare?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang penyakit Diare.
2. Mengetahui tentang jenis-jenis penyakit Diare.
3. Jelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare.
4. Menjelaskan cara mengatasi Diare.
5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit Diare
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Diare

A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat
disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer
lebih dari 3 x sehari.

Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen
PPM dan PLP, 2002). Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan
kronis (Mansjoer,A.1999,501).

Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare adalah buang air
besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja,
frekuensi lebih tiga kali sehari.

Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :

 Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang,
diare dengan dehidrasi ringan
 Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten dengan
dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
 Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

B. Etiologi

1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),


parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kurang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan : antibiotic.
7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus

C. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah


2. Suhu tubuh meninggi/demam
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Anoreksia
8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11. Keram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.

16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya
timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula.

4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1) Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4) Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.

E. Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:

1. Dehidrasi

 Dehidrasi Ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb selanjutnya 125
ml/kg bb/hari

 Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.

Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb selanjutnya 125


ml/kg bb/hari

 Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti


tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

Penatalaksanaan :

 Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)


Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian cairan 4:1 ( 4
glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara pemberian: 4 jam pertama 25
ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.

 Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)


Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan adalah 4
glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan pemberian 4 jam pertama 25
ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam .

 Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 125
ml/kg bb.

 Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 125
ml/kg bb.

 Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 105
ml/kg bb ( FKUI,1985 ).

2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein

F. Pemeriksaan Diagnostik
 Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
 Kultur tinja
 Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
 Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah.

G. Penatalaksanaan

 Medis

1) Pemberian cairan.

a. Cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l
dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang
diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah
sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

b. Cairan parenteral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.

Jadwal pemberian cairan

a)    Belum ada dehidrasi

 Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar


 Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

b)    Dehidrasi ringan

 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik


 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

c)     Dehidrasi sedang

 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik


 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

d)    Dehidrasi berat

Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

2) Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :

 Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.

 Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak
tidak mau minum susu.
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh.

3) Obat-obatan.

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui


tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)

 Obat anti sekresi.


 Obat anti spasmolitik.
 Obat pengeras tinja.
 Obat antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang
bersih dan sehat :

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.


2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih,
tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,
seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya,
jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk
memasak, mandi, dan sebagainya.

Konsep Asuhan Keperawaan

Hari/Tanggal pengkajian : Senin, 09/03/18

Metode : wawancara

Sumber Informasi : Ibu Pasien

Jam : 07.00 WIB

Tanggal masuk RS :

a. Pengkajian keperawaan
1. Identitas pasien
Nama : An P
Umur : 3 th
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Slawi
Nama Ayah : Tn. S
Nama Ibu : Ny. I
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidkan Ibu : SMP

2. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami BAB lebih dari 14 x sehari
3. Riwayat penyakit sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami lemas BAB 14 x sehari

4. Riwayat penyakit masa lalu


Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan seperti sekarang ini dan
sebelumnya tidak pernah dirawat dirumah sakit.

5. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan

6. Pola fungsional menurut Gordon


a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen
Status kesehatan anak sejak lahir baik, Ibu pasien selalu melakukan imunisasi
secara rutin, dan keluarga selalu membawa kerumah sakit / puskesmas
terdekat.
b. Pola nutrisi
Selera makan pasien baik, tidak ada penurunan nafsu makan.berat badan saat
lahir 3,4 kg dan berat badan saat ini 11 kg, serta tidak terjadi penurunan
c. Pola eliminasi
Pola defekasi anak BAB > 14x sehari disertai lendir, cair, dan bau busuk.
d. Pola aktivitas
Pasien lemas, tidak ceria
e. Pola kognitif
Saat sehat Respon anak baik, api sejak sakit kurang berespoon terhadap
sekitar/ cuek
f. Pola istirahat
Pola istirahat anak sering menangis saat tidur

7. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum lemah
2. Tingkat kesadaran composmentis
3. Tanda-tanda vital
Suhu : 37,8 ˚ C
Nadi : 104x/mnt
RR : 26x/mnt
4. Abdomen : bising usus 28x/mnt
5. Turgor : kembali dengan lambat
6. Genetalian : merah, perih, panas
7. Eksternitas : tangan sebelah kanan terpasang infus

8. Data penunjang
Leukosit : 17,7
Eritrosit : 4,5
Trombosit : 206
Hemoglobin : 11,9
Hematosit : 35

I. Analisa Data :
Nama : An P
Umur : 3 Tahun
Hari/ Tanggal : Senin/ 09-03-18

No Data (symptom) Etiologi (penyebab) Masalah


(problem)
1 Data Subjektif Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume
- Ibu klien mengatakan BAB lebih cairan
dari 14 kali dalam satu hari
Data Objektif
- Keadaan Umum : klien tampak
lemas, dan tidak ceria
- Tanda – tanda vital :
Suhu : 37,8 ˚ c
Nadi : 104x/mnt
RR : 26x/mnt
- Turgor kembali dengan lambat
- Feses cair, disertai lendir dan bau
busuk.
- Genetalian : merah, perih, panas

2 Data Subjektif : Ketidaknormalan status Gangguan rasa nyaman


- Ibu Klien mengatakan sering fisiologi (istirahat tidur)
menangis saat tidur
Data Objektif :
Tanda-tanda vital
Suhu : 37,8 ˚ C
Nadi : 104x/mnt
RR : 26x/mnt
3 Data Subjektif : Ekskresi atau BAB Risiko kerusakan
- Ibu klien mengatakan sejak sering integritas kulit
sakit anak kurang respon
terhadap lingkungan karena
suhu tubuh yang tinggi
Data Objektif :
Tanda-tanda vital
Suhu : 37,8 ˚ C
Nadi : 104x/mnt
RR : 26x/mnt

II. Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ketidak normalan status fisiologi
3. Risiko kerusakan integritas kulit berdasarkan ekskresi atau BAB sering
III. Rencana Asuhan Keperawatan

INTERVENSI
IMPLEMENTA
No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA EVALUASI
SI
KRITERIA HASIL
1. Defisit volume cairan NOC : NIC : 1. Mengaja S : Ibu klien
b/d kehilangan cairan Fluid balance Fluid management rkan mengatakan
aktif. Hydration Timbang pasien bahwa klien
Definisi : penurunan Nutritional Status : popok/pembalut jika untuk sudah tidak
cairan intravaskuler, Food and Fluid diperlukan. menggun lemas
interstisial, intraseluler, intake Pertahankan akan O : Klien
ini mengarah ke Kriteria Hasil : catatan intake dan obat anti tampak
dehidrasi, kehilangan 1. Mempertah output yang akurat diare lebih ceria
cairan dengan ankan urin Monitor status 2. Mengeva A : Masalah
pengeluaran stadium. output hidrasi (kelembaban luasi teratasi
Batasan karakteristik : sesuai membran mukosa, intake P:Intervensi
- Kelemahan dengan usia nadi adekuat, maknan dihentikan
- Haus dan BB, BJ tekanan darah yang
- Penurunan urin ortostatik) jika masuk
tugor kulit atau normal, HT diperlukan.
lidah normal. Monitor vital sign
- Membran 2. Tekanan Monitor masukan
mukosa/kulit darah, nadi, makanan/cairan dan
kering suhu tubuh hitung intake kalori
- Peningkatan dalam batas harian
denyut nadi, normal Kolaborasikan
penurunan 3. Tidak ada pemberian intravena
tekanan darah, tanda-tanda IV
penurunan dehidrasi, Monitor status
volume atau elastisitas nutrisi
tekanan nadi tugor kulit Dorong masukan
- Pengisian vena baik, oral
menurun membran Berikan
- Perubahan mukosa penggantian
status mental lembab, nesogatrik sesuai
- Konsentrasi tidak ada output
urin meningkat rasa haus Dorong keluarga
- Temperatur yang untuk bantu pasien
tubuh berlebihan makan
meningkat Tawarkan snack
- Hematokrit ( jus buah, buah
meningkat segar)
- Kehilangan Kolaborasi dokter
berat badan jika tanda cairan
seketika berlebih muncul
memburuk
- Faktor-faktor Atur kemungkinan
yang transfusi
berhubungan Persiapan untuk
- Kehilangan transfusi
volume cairan
secara aktif
- Kegagalan
mekanisme
pengaturan
2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Memonit S : Ibu klien
berhubungan dengan keperawatan status or status mengatakan
ketidak normalan diharapkan 2. Kolaborasika dehidrasi bahwa klien
status fisiologi. kekurangan n pemberian 2. Mengkol sudah tidak
volumen cairan cairan IV aborikan menangis
dapat diatasi. pemberia saat tidur
Kreteria hasil : n cairan O : klien
1. Suhu tubuh IV tampak
dalam lebih segar
kondisi A : masalah
tidak teratasi
normal. P :
2. Adanya intervensi
tanda dihentikan
dehidrasi
elastisitas
turbo dalam
keadaan
buruk.
Membran mukosa
kering.
3. Resiko kerusakan NOC : NIC : Mengkaji S: ibu klien
intregitas kulit b/d Tissue integriti : - Anjurkan keluhan pasien mngatakan
eksresi atau BAB Skin and Mucous pasien untuk Mengobservasi bahwa klien
sering Membranes menggunaka TTV setiap 8 sudah tidak
Definisi : perubahan Kriteria hasil : n pakian jam begitu
pada epidermis dan - Integritas yang longgar Menentukan sering BAB
demis kulit yang - Jaga tanda tanda O: turgor
Batasan karakteristik : baik bisa kebersihan kekurangan kulit klien
- Gangguan pada dipertahank kulit agar cairan kembali
bagian tubuh an (sensasi, tetap bersih dengan
- Kerusakan elastisitas, dan kering cepat
lapisan kulit temperatur, - Mobilisasi A: masalah
atau dermis hidrasi, pasien (ubah teratasi
- Gangguan pigmentasi) posisi P:
permukaan - Tidak ada pasien ) Intervensi
kulit luka / lesi setiap 2 jam dihentkan
(epidermis) pada kulit sekali
Faktor yang - Perfusi - Monitor kulit
berhubungan : jaringan akan adanya
- Eksternal : baik kemerahan
Hipertemia atau - Menunjuka - Oleskan
hipotermi n lotion atau
Substansi kimia pemahaman minyak baby
Kelembaban dalam oil pada
udara proses daerah yang
Faktor mekanik perbaikan tertekan
(misalnya : alat kulit dan - Monitor
yang dapat mencegah aktivitas dan
menimbulkan terjadinya mobilisasi
luka, tekanan, cedera pasien
restraint) berulang - Monitor
Imobilitas fisik - Mampu status nutrisi
Radiasi melindungi pasien
Usia yang kulit dan Memandikan pasien
ekstrim mempertah dengan sabun dan air
Kelembaban ankan hangat
kulit kelembaban
Obat-obatan kulit dan
internal : perawatan
Perubahan alami
status
metabolik
Tulang
menonjol
Difisit
imunologi
Faktor yang
berhubungan
dengan
perkembangan
Perubaha
sensasi
Perubahan
status nutrisi
(obesitas,
kekurusan)
Perubahan
status cairan
Perubahan
pigmentasi
Perubahan
sirkulasi
Perubahan
tugor
(elastisitas
kulit).

Anda mungkin juga menyukai