Laporan Praktikum Analgetik Antipiretik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALGETIK ANTIPIRETIK

Oleh
DEWI FADIYAH
7113080280
KELOMPOK H 15

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN
Demam merupakan gangguan kesehatan yang hampir pernah dirasakan oleh
setiap orang. Demam ditandai dengan kenaikan suhu tubuh di atas suhu tubuh normal
yaitu 36-37 C, yang diawali dengan kondisi menggigil (kedinginan) pada saat
peningkatan suhu, dan setelah itu terjadi kemerahan pada permukaan kulit.
Pengaturan suhu tubuh terdapat pada bagian otak yang disebut hypothalamus,
gangguan pada pusat pengaturan suhu tubuh ini lah yang kemudian kita kenal dengan
istilah demam.
Penyebab utama demam adalah infeksi oleh bakteri dan virus, meskipun ada
beberapa jenis demam yang tidak disebabkan oleh infeksi melainkan oleh kondisi
patologis lain seperti serangan jantung, tumor, kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh sinar X, efek pembedahan dan respon dari pemberian vaksin.
Demam pada dasarnya salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari infeksi oleh
zat asing. Tetapi demam juga mengakibatkan kerusakan sel-sel tubuh terutama sel-sel
otak dan kerusakan ini tidak dapat diperbaiki. Selain kerusakan sel otak, demam juga
dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lain seperti hati dan ginjal, dimana
kerusakan ini dapat menyebabkan kematian. Pada peningkatan suhu yang terlalu
tinggi (44-450C), demam dapat menyebabkan kematian.
Pengobatan antipiretik sekarang secara rutin diresepkan untuk demam.
Antipiretik yang paling umum digunakan adalah Nonsteroidal Anti Inflammatory
Drugs (NSAIDS) yang juga memiliki efek analgetik. NSAID menghambat
siklooksigenase (COX) sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin E2
menjadi terganggu. Penurunan prostaglandin E2 di otak diyakini untuk menurunkan
set point hipotalamus.
Salah satu obat NSAID adalah paracetamol. Paracetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin yang lemah dan memiliki efek anti inflamasi yang juga
lemah. Penggunaan paracetamol dalam jangka waktu yang terlalu lama dapat
mengakibatkan nekrosis hati.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya panas. pusat
pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus. Pada keadaan demam keseimbangan ini
terganggu tetapi dapat dikembalikan ke keadaan normal oleh obat mirip aspirin.
Peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali pengelepasan suatu zat
pirogen endogen atau sitokin misalnya interleukin-1 (IL-1) yang memacu
pengelepasan prostaglandin yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus. Obat
mirip aspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis
prostaglandin. Demam yang timbul akibat pemberian prostaglandin tidak
dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu tubuh sebab lain misalnya latihan fisik.
Dalam tubuh panas dihasilkan oleh gerakan otot, simulasi makanan, dan oleh
semua proses vital yang berperan dalam tingkat metabolisme basal. Panas
dikeluarkan oleh tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan air
disaluran nafas dan kulit. Sejumlah kecil panas juga dikeluarkan melalui urin dan
feses. Keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas menentukan suhu
tubuh. Karena kecepatan reaksi-reaksi kimia bervariasi sesuai dengan suhu dan
karena sistem enzim dalam tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar
berfungsi optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada suhu yang relatif konstan.
Antipiretik adalah golongan obat yang dipergunakan untuk menurunkan suhu
tubuh bila demam. Cara kerja antipiretik antara lain dengan melebarkan pembuluh
darah di kulit, sehingga terjadi pendinginan darah oleh udara luar. Sebagian obat
antipiretik juga merangsang berkeringat. Penguapan keringat turut menurunkan suhu
badan. Diduga kerja obat antipiretik adalah mempengaruhi bagian otak yang
mengatur suhu badan. Bagian ini terletak di hipotalamus. Obat antipiretik juga
bersifat analgesik dan oleh karena itu biasa disebut golongan obat analgesik-
antipiretik.

3
BAB III
METODE PERCOBAAN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memperlihatkan efek antipiretik parasetamol dan 2.4 Dinitrofenol terhadap
binatang percobaan
2. Binatang percobaan : burung Merpati
II. OBAT-OBATAN YANG DIPAKAI :
1. Paracetamol drop
2. 2.4 Dinitrofenol 0,5%
III. ALAT YANG DIPAKAI :
1. Termometer
2. Stopwatch
3. Timbangan
4. Alkohol 70%
5. Spuit 1 ml
6. Spuit 5 ml
IV. CARA KERJA :
1. Sebelum percobaan : timbang berat badan merpati
2. Observasi : temperature tubuh merpati
3. Asepsis daerah tempat suntikan (M. Pectoralis Mayor) dengan alkohol 70%
4. Sewaktu percobaan : injeksikan 7 mg/kgBB larutan 2,4 Dinitrofenol 0,5% IM
pada daerah perut (M. Pectoralis Mayor)
5. 10 menit kemudian beri parasetamol drop dengan dosis 10 mg/kgBB
6. Lakukan observasi suhu rectal dan berkeringat atau tidak setiap 10 menit
7. Pengamatan dilakukan selama 60 menit

4
V. HASIL PRAKTIKUM :
Tabel 1.1 Sebelum melakukan percobaan :

Berat Badan Suhu Awal Dosis Dinitrofenol Dosis Parasetamol Yang


Mepati Merpati Yang Diberikan Diberikan

294 Gram = 41 oC 7Kg/KgBB x 0,294 0,6 = 60mg


0,294 Kg 0,5/100 x 1000mg x = 2,94
= 0,41mg/KgBB = 0,0294
=0,03mg/KgBB

Tabel 1.2 Setelah melakukan percobaan :

Pukul/Injeksi Onset of Action Duration of Action


8.26 – 8.36
Selama 10 menit
Injeksi dinitrofenol
Suhu tubuh merpati dari
0,5% -
41oC menjadi 42oC.
Secara IM
8.44 – 8.36 Selama 10 menit
Pemberian parasetamol Suhu tubuh merpati dari
-
secara oral 42oC menjadi 40oC.

VI. KESIMPULAN
Dari pengamatan tersebut didapatkan efek dari pemberian Dinitrofenol 2,4 ml
menyebabkan demam pada merpati karena Dinitrofenol 2,4 ml merupakan suatu pirogen
eksogen yang dapat meningkatkan set point di hipotalamus sehingga timbul demam.
Sedangkan pemberian paracetamol drop didaptkan efek parasetamol sebagai penurun
panas pada merpati yakni berdasarkan kerjanya yang mempengaruhi hipotalamus dengan
menghambat COX-2 sehingga tidak terbentuk prostaglandin dan dengan vasodilatasi perifer
sehingga suhu tubuh akan turun.

5
VII. DAFTAR PUSTAKA
Dapartemen Farmakologi dan Terapi. 2012. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Balai
penerbitan FKUI. Jakarta
Katzung, Bertram. G., 2001 Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai