Adoc - Pub - Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Masa Abad Pertengah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA ABAD PERTENGAHAN

Dalam sejarah peradaban manusia terdapat satu ilmu yang telah berhasil menciptakan
sebuah peradaban yang besar. Berawal dari pemikiran – pemikiran beberapa orang yang
dituangkan kemudian menjadi pandangan – pandangan lalu berhasil menciptakan sebuah
peradaban, ilmu itu adalah filsafat.
Filsafat dalam pengertiannya dalam buku Cambridge Internasional Dictionaryof English,
adalah Philosophy : The use of Reason in understanding such things as the nature of reality and
existence, the use and limits of knowledge and the principle that govern and influence moral
judgment.
Yang maknanya adalah Penggunaan akal dalam memahami hal-hal seperti sifat realitas
dan keberadaan, penggunaan dan batas-batas pengetahuan dan prinsip-prinsip yang mengatur
dan mempengaruhi judgement moral.
Dalam arti filsafat dalam kamus munjid adalah falsafah : Hikmah, adalah metode untuk
mendalami berbagai problem ilmiah dan seni memahami ilmu.
Dalam perkembangannya ilmu filsafat memiliki tiga periode, dan disetiap periodenya
banyak ahli – ahli filsafat yang bermunculan. Sejarah filsafat terbagi menjadi tiga periode,
Periode awal yakni zaman kuno( acient ), periode kedua abad pertengahan ( medieval ), dan
periode ketiga adalah zaman modern yang berlangsung sampai sekarang.
Setiap periode memiliki karakter dan cirri serta permasalahan yang berbeda. Pada periode
awal yakni zaman kuno, pada zaman ini terdapat kemajuan manusia tapi ada yang menarik pada
abad pertengahan dan abad modern karena pada kedua periode itu filsafat mengalami
kemunduran dan mencoba untuk bangkit kembali. Apa pnyebab filsafat mengalami kemunduran
pada abad pertengahan ?, dan apa usaha – usaha yang dilakukan pada zaman berikutnya yakni
zaman modern untuk bias bangkit dari kemunduran itu ? itulah salah satu yang melatar belakangi
kami untuk menyusun makalah ini.

2.1 DEFINISI/ KARAKTERISTIK PEMIKIRAN PADA MASA ABAD PERTENGAHAN


Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”.
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah :
- Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
- Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
- Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain
Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Patristik dan masa
Skolastik. Masa Skolastik terbagi menjadi Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan Skolastik
Akhir.
Masa Patristik
Istilah Patristik berasal dari kata latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin
geraja. Pada masa ini muncul upaya untuk membela agama kristen, yaitu para apologis (pembela
iman kristen) dengan kesadarannya membela iman kristen dari serangan filsafat Yunani. Para
pembela Iman kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius,
Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.
Justinus martir
Menurut pendapatnya, agama kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari
filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan kristen. Padahal, Musa Hidup
sebelum Socrates dan Plato.

1
Orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat
mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama kristen lebih bermutu
dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.
Klemens (150 – 215)
Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut :
- Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran kristen untuk mempertahankan diri
dari otoritas filsafat Yunani.
- Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat
Yunani.
- Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan
memikirkan secara mendalam.
Tertullianus (160 – 222)
Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara
teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani
(pusat filsafat).
Ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para
filosof Yunani dianggap tidak penting.
Akan tetapi lama kelamaan, tertullianus akhirnya menerima juga filsafat sebagai cara
berfikir yang rasional, karena berfikir yang rasional diperlukan sekali.
Augustinus (354 – 430)
Ia diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar
dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati.
Ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran
eropa. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hampir
sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga
ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.
Masa Skolastik
Istilah Skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah.
Jadi, skolastik berati aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut :
- Filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
- Filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional.
- Suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat.
- Filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.

Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor berikut :
· Faktor Religius
Faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius.
· Faktor Ilmu Pengetahuan
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
Skolastik Awal (berlangsung dari tahun 800 – 1200)
Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik yang
di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah.

2
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberales, meliputi tata
bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan
musik.

Diantara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735 – 805), Johannes Scotes Eriugena (815 –
870), Peter Lombard (1100 – 1160), John Salisbury (1115 – 1180), Peter Abaelardus (1079 –
1180).

Skolastik Puncak (berlangsung dari tahun 1200 – 1300)


Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300 dan
masa ini juga disebut mas berbunga.

Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.
- Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibu Sina sejak abad ke-12.
- Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis.
- Berdirinya ordo-ordo. Banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan.
Tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote,
Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.

Albertus Magnus (1203 – 1280)


Ia juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Di Universitas Padua ia belajar
artes liberales, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223.

Thomas Aquinas (1225 – 1274)


Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari
Aquinas.
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada
abad pertengahan.

Thomas menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Masuknya


unsur Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan geraja Paus Urbanus V (1366) kemudian
Thomas mengadakan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk
membuat terjemahan baru yang langsung dari Yunani.
Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam.
Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat
sintesis yang lebih bercorak ilmiah.

Skoloastik Akhir (berlangsung dari tahun 1300 – 1450)


Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat
yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Diantara tokoh-
tokohnya adalah William Ockham (1285 – 1349), Nicolaus Cusasus (1401 – 1464).
William Ockham (1285 – 1349)
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau
kejadia-kejadian individual

3
Ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal
ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
Nicolas Cusasus (1401 – 1464)
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya
terdapat tiga cara untuk mengenal yaitu lewat indra, akal dan intuisi.
Pemikiran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan
yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas.
Skolastik Arab (Islam)
Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli fikir Islam yaitu Al-Farabi, Ibu Sina, Al-Kindi,
Ibnu Rusyd.
Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut :
- Sampai pertengahan

Tokoh Filsafat Abad Pertengahan

1. PLOTINUS ( 204-270 )
Plotinus adalah filosof pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia
mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori ini diikuti oleh banyak filosof Islam. Teori itu
merupakan jawaban terhadap pertanyaan Thales kira-kira delapan bad sebelumnya: apa bahan
alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya Tuhan. Filsafat Plotinus kebanyakan bernapas
mistik, bahkan tujuan filsafat menurut pendapatnya adalah mencapai pemahaman mistik.
Permulaan abad pertengahan barangkali dapat dikatakan dimulai sejak Plotinus. Karena
pengaruh agama Kristen kelihatannya sangat besar; filsafatnya berwatak spiritual. Secara umum
ajaran plotinus di sebut Plotinisme atau neoplatonisme. Jadi, ajaran plotinus tentulah berkaitan
erat dengan ajaran PLATO. Pengaruhya jelas sangat besar, pengaruh itu ada pada teologi kristen,
juga pada renaissance. Kosmologi Plotinus cukup tinggi, terutama dalam kedalaman
spekulasinya dan daya imajinasinya. Dan pandangan mistis merupakan ciri filsafatnya. Ada
beberapa point yang akan di bahas mengenai Filsafat Plotinus ini :
a. Kehidupan Plotinus
Plotinus dilahirkan pada tahun 204 di Mesir, mungkin di daerah Lycopolis. Pada tahun
232 ia pergi ke alexandria untuk belajar filsafat, pada seorang guru bernama Animonius Saccas,
selama 11 tahun. Pada tahun 243 ia mengikuti Raja Gordianus III berperang melawan Persia, ia
ingin menggunakan kesempatan itu untuk mempelajari kebudayaan parsi dan india. Akan tetapi,
sebelum sempat mempelajarinya, raja Gordianus terbunuh pada tahun 244. Plotinus dengan
susah payah dapat melarikan diri ke Antakya ( Antioch ). Pada umur 40 tahun, ia pergi ke Roma.
Disana ia menjadi pemikir terkenal pada zaman itu. Lalu tahun 270 ia meninggal di Munturnae,
Campania, Italia.
b. Metafisika Plotinus
Dalam berbagai hal Plotinus memang bersandar pada doktrin-doktrin Plato. Sama dengan
Plato, ia menganut realitas idea,. Pada Plato idea itu umum: artinya setiap jemis objek hanya ada
satu idenya. Pada Plotinus idea itu partikular, sama dengan dunia partikular. Perbedaan mereka
yang pokok ialah pada titik tekan ajaran mereka masing-masing.

4
Sistem metafisika Plotinus di tandai dengan konsep transendens. Menurut pendapatnya
dalam pikiran terdapat tiga realitas : The One, The Mind, The Soul.
The One ( Yang Esa ) adalah Tuhan dalam pandangan philo(Avey: 49), yaitu suatu
realitas yang tidak mungkin dapat di pahani melalui metode sains dan logika. ia berada di luar
eksistensi, diluar segala nilai. Yang Esa itu adalah puncak semua yang ada; Ia itu cahaya di atas
cahaya. Kita tidak mungkin mengetahui esensinya; kita hanya mengetahui bahwa ia itu pokok
atau prinsip yang berada di belakang akal dan jiwa. Ia adalah pencipta semua yang ada. Mereka
merasa memiliki pengetahuan keilahian juga tidak akan dapat merumuskan apa Ia itu sebenarnya
(lihat Mayer: 323).
The Mind ( Nous ) (lihat Runes: 215) adalah gambaran tentang Yang Esa dan di
dalamnya mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek.
Kandungan Nouns adalah benar-benar kesatuan. Untuk menghayatinya kita harus melaui
perenungan.
The Soul ( psykhe ) merupakan arsitek dari semua fenomena yang ada di alam, soul itu
mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek,
ia adalah energi di belakang dunia, dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam
semesta. Jiwa manusia juga mempunyai dua aspek: yang pertama intelek yang tunduk pada
reinkarnasi, dan yang kedua adalah irasional.
c. Tentang Ilmu
Idea keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus; ia menganggap sains lebih rendah dari
metafisika, metafisika lebih rendah dari pada keimanan. Surga lebih berarti dari pada bumi,
sebab syurga itu tempat peristirahatan jiwa yang mulia. Bintang-bintang adalah tempat tinggal
dewa-dewa. Ia juga mengakui adanya hantu-hantu yang bertempat diantara bumi dan bintang-
bintang. Semua ini memperlihatkan rendahnya mutu sains Plotinus.
Plotinus dapat dikatakan sebagai musush naturalisme. Ia membedakan dengan tegas
tubuh dan jiwa; jiwa bagi Plotinus tidak dapat diterjemahkan ke dalam ukuran-ukuran badaniah;
fakta alam harus dipahami sesuai dengan tendensi spiritualnya.
d. Tentang Jiwa
Menurut Plotinus jiwa adalah kekuatan Ilahiah, jiwa merupakan sumber kekuatan. Alam
semesta berada didalam jiwa dunia. Jiwa tidak dapat di bagi secara kuantitatif karena jiwa itu
adalah sesuatu yang satu tanpa dapat di bagi. Alam semesta ini merupakan unit-unit yang juga
tidak dapat di bagi. Jiwa setiap individu adalah satu, itu di ketahui dari kenyataan bahwa jiwa itu
ada di setiap tempat di badan. Bukan sebagian di sana dan sebagian disini pada badan. Kita tidak
dapat mengatakan bahwa jiwa anda sama dengan jiwa saya, berarti jiwa hanya satu, jiwa itu
individual.
e. Etika dan Estetika Plotinus
Etika Plotinus dimulai dengan pandangannya tentang politik. Ia mengatakan bahwa
seseorang adalah wajar memenuhi tugas-tugasnya sebagai warga negara sekalipun ia tidak
tertarik pada masalah politik.
Keindahan bagi Plotinus adalah memiliki arti spritual, karena itu estetika dekat sekali
dengan kehidupan moral. Esensi keindahan tidak terletak pada harmoni dan simetri. Keindahan
itu menyajikan keintiman dengan Tuhan yang Maha Sempurna.
f. Bersatu Dengan Tuhan
Tujuan filsafat Plotinus ialah terciptanya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya ialah
pertama-tama dengan mengenal alam melalui alat indra, dengan ini kita mengenal keagungan
Tuhan, kemudian kita menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa ilahi. Jadi perenuangan itu

5
dimulai dari perenungan tentang alam menuju jiwa ilahi, objeknya dari yang jamak kemudian
kepada Yang Satu. Dalam perenungan terakhir itu terjadi keintiman, tidak terpisah lagi antara
yang merenung dengan yang direnungkan (Mayer: 332).
g. Kedudukan Plotinus
Sebelum filsafat kuno mengakhiri zamannya, seorang filosof membangun sebuah sistem
yang disebut neo-Plotonisme. Jelas ia adalah seorang metafisikawan yang besar. Orang itu
adalah Plotinus. Nama ini sering tertukar dengan nama Plato, yang ajarannya diperbaharuinnya
dengan menggunakan nama neo-Platonisme.
2. AUGUSTINUS ( 354 – 430 )
a. Riwayat Hidup Augustinus
Augustinus lahir pada tanggal 13 november 354 di Tagaska, Numidia (sekarang Algeria).
Ayahnya Patricius adalah seorang pejabat pada kekaisaran Romawi, yang tetap kafir sampai
kematiannya pada tahun 370. Ibunya Monica (Monnica), adalah penganut Kristen yang amat
taat.
Pendidikan yang mula-mula diterimanya ialah dalam bidang Gramatika dan Aritmatika.
Tatkala berumur sebelas tahun, ia dikirim kesekolah Madaurus, suatu tempat orang kafir
(lingkungan kafir). Lingkungan itu telah mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya
sementara ibunya selalu mendo’akan agar anaknya menerima ajaran Kristen.
Pada tahun 370, karena bantuan kawannya ( Romanius ), ia pergi ke Kartago. Disana ia
tinggal bersama guru wanita yang melahirkan anak untuknya yang bernama Adeodatus pada
tahun 371. Disana ia menjadi seorang manichean, yaitu suatu ajaran agama yang mengajarkan
bahwa Mani adalah Nabi yang terakhir. Benar-banar yang di jadikan juru selamat yang di
janjikan oleh yesus Kristus.
Pada tahun 373-374 ia mengajar di Tagaska, dan sembilan tahun berikutnya ia mengajar
di Kartago. Kemudian ia pindah ke Roma, dan ia mendirikan sekolah retorika, dan ia
meninggalkan ajaran Mani lalu menjadi skeptis. Lalu setahun kemudian ia mendirikan sekolah di
Milan.
Ada beberapa pengaruh yang di terimanya, diantaranya ialah dari Saint Ambrose,
temannya Simplicianus, dan Neo-Platonisme. Dan semuanya itu mengiringnya untuk menerima
gereja kristen. Tobatlah ia pada hari Paskah ( 25 april 378 ) beserta anaknya ( adeodatus )
dibaptiskan. Segera setelah itu ia dan keluarganya kembali ke Afrika. Dan di Ostia, pelabuhan
Roma ibunya meninggal dunia setalah terjadi pembicaraan indah dengannya.
Setelah Augustinus mengalami konversi, ia mengabdikan seluruh hidupnya kepada
Tuhan dan melayani pengikut-pengikutnya. Setelah kembali ke Tagasta pada tahun 388, ia
menjual seluruh harta warisannya dan hasil penjualan itu di berikan semuanya kepada fakir
miskin. Yang tertinggal hanyalah sebuah rumah yang di ubahnya menjadi suatu tempat
masyarakat biarawan. Ia sebenarnya tidak berminat menjadi pendeta, tetapi pada tahun 391 ia di
tahbiskan menjadi pendeta karena didesak oleh hampir semua orang di tempat tinggalnya didekat
kota Hippo ( sekarang masuk wilayah Aljazair ).
Pada tahun 395-396 ia ditahbiskan lagi menjadi uskup di Hippo. Dan di tahun terakhir
kehidupannya adalah tahun peperangan bagi Imperium Romawi. Di tengah penyerbuan Vandal
yang mengepung Hippo pada tanggal 28 agustus 430, Augustinus meninggal dalam kesucian dan
kemiskinan yang sudah lama dijalaninya. Setelah penaklukan itu orang Vandal menghancurkan
semua yang di jumpai mereka kecuali Gereja dan perpustakaan Augustinus yang di biarkan tanpa
di ganggu

6
b. Tentang Tuhan dan Manusia
Ajaran Augustinus dapat dikatakan berpusat pada dua pool, Tuhan dan manusia. Akan
tetapi dapat dikatakan bahwa seluruh ajaran Augustinus berpusat pada Tuhan. Kesimpulan ini di
ambil karena ia mengatakan bahwa ia hanya ingin mengenal Tuhan dan Roh, tidak lebih dari itu
(Encylopedia Americana: 2: 686).
Ia yakin benar bahwa pemikiran dapat mengenal kebenaran, karena itu ia menolak
skeptisisme. Ia mengatakan bahwa setiap pengertian tentang kemungkinan pasti mengandung
kesungguhan.
Ia sependapat dengan Plotinus yang mengatakn bahwa Tuhan itu diatas segala jenis
(catagories). Sifat Tuhan yang paling penting ialah kekal, bijaksana, maha kuasa, tidak terbatas,
maha tahu, maha sempurna dan tidak dapat diubah. Tuhan itu kuno tetapi selalu baru, Tuhan
adalah suatu kebenaran yang abadi.
c. Teori Pengetahuan
Agustinus menolak teori kemungkinan. Kita, katanya, tidak pernah dituntun oleh ukuran
relatif. Tentang penolakannya terhadap teori kemungkinan dari septisisme, inilah argumennya.
Saya tahu bahwa saya tahu dan mencinta. Bagaimana jika Anda bersalah? Saya bersalah, jadi
saya ada. Kesalahan saya membuktikan adanya saya. Jika saya tahu bahwa saya tidak bersalah,
saya pun tahu bahwa saya ada. Saya mencintai diri saya, baik tatkala saya bersalah maupun
tatkala saya tidak bersalah, kedua-duanya tidaklah palsu. Bila kedua-duanya palsu, berarti saya
mencintai objek yang palsu, jadi saya mencintai objek yang tidak ada. Akan tetapi, karena saya
benar-benar ada, karena saya bersalah atau tidak bersalah, maka saya mencintai objek yang
benar-benar ada, yaitu saya. Tidak ada orang yang tidak ingin bahagia; semua orang ingin
bahagia, jadi tidak ada orang yang ingin tidak ada sebab bagaimana mungkin seseorang memiliki
kebahagiaan sementara ia tidak ada (lihat Mayer: 358).
Teori pengetahuan pada Agustinus adalah dapat dikatakan teori pengetahuan yang
memerlukan pencerahan ilahiah. Tuhan mencurahkan caha-Nya pada jiwa manusia
menyebabkan jiwa itu mampu menangkap kebenaran terakhir, tetap, dan tidak berubah. Jadi,
bagi Agustinus, dalam mencari kebenaran, Tuhan adalah guru

d. Teori tentang Jiwa


Agustinus menentang ajaran yang mengatakan bahwa jiwa itu material. Menurut
pendapatnya jiwa atau roh itu material. Agustinus membuktikan imaterialnya jiwa dengan
mengatakan bahwa jiwa itu di dalam badan, ada di mana-mana dalam badan pada waktu yang
sama. Bila jiwa itu material, ia akan terikat pada tempat tertentu dalam badan. Hanya dengan
mengatakan bahwa jiwa itu imaterial kita dapat menjelaskan kegiatan jiwa di dalam badan
(Mayer: 359).
Menurut Agustinus, jiwa tidak mempunyai bagian karena ia imaterial. Akan tetapi, jiwa
mempunyai tiga kegiatan pokok: pertama; mengingat, kedua; mengerti, ketiga; mau. Oleh
karena itu, memiliki atau menggambarkan ketritunggalan alam (the cosmic trinity).
e. Peran Penting Augustinus
Augustinus di anggap telah meletakan dasar-dasar pemikiran abad pertengahan,
mengadaptasikan platonisme ke dalam idea-idea kristen, memberikan formulasi sistematis
tentang filsafat kristen. filsafat Augustinus merupakan sumber atau asal usul reformasi yang

7
dilakukan oleh protestan, khususnya pada Luther, Zwingli dan Calvin. Kutukannya kepada seks,
pujiannya kepada kehidupan petapa, pandangannya tentang dosa asal, semuanya merupakan
faktor yang memeberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan Abad pertengahan.
BOETHIUS
Boethius adalah philosof yang semasa dengan Augustinus dan memiliki gaya yang
hampir serupa. Bukunya yang berjudul The Consolation of Philosophy, merupakan buku filsafat
yang klasik. Selain buku itu ia juga menulis karya-karya yang berpengaruh pada abad
pertengahan. Ia dikatakan sebagai penemu quadrium yang merupakan bidang studi poko pada
abad pertangahan. Ia dianggap sebagai filosof skolastik yang pertama, karena ia berpandapat
bahwa filsafat merupakan pendahulu kepada agama.
Abad Kegelapan
Sesudah boethius, eropa mulai mengalami depresi besar-besaran. Menurunnya
kebudayaan latin, tumbuhnya materialisme agama, munculnya feodalisme, invasi besar-besaran,
munculnya supranaturalisme baru, semuanya merupakan faktor yang dapat menghasilkan
kekosongan intelektual. Semua para ilmuwan pada waktu itu lebih tertarik pada teologi daripada
filsafat, dan mereka mempertahankan dogma-dogma kristen.
Asal istilah abad kegelapan adalah penggunaan untuk menunjukan periode pemikiran
pada tahun 1000-an, yaitu antara masa jatuhnya imperium Romawi dan Renaissance abad ke-15.
Seorang tokoh yang terkenal abad ini adalah St. Anselmus dialah yang mengeluarkan pernyataan
credo ut intelligam yang dapat dianggap sebagai ciri utama abad pertengahan. Sekalipun pada
umumnya filosof abad pertengahan berpendapat seperti itu (mengenai hubungan akal dan iman),
Anselmulah yang diketahui mengeluarkan pernyataan itu.

4. ANSELMUS ( 1033-1109 )
Anselmus, Uskup Agung Canterbury, lahir di Alpen, Italia, sekitar tahun 1033. Ia
menolak keinginan ayahnya agar ia meniti karier di bidang politik dan mengembara keliling
Eropa untuk beberapa tahun lamanya. Seperti anak-anak muda lainnya yang cerdas dan
bergejolak, ia bergabung ke biara. Di biara Bec, Normandia, di bawah asuhan seorang guru yang
hebat, Lanfranc, Anselmus memulai karier yang patut dicatat.
a. Kehidupan Anselmus
Anselmus dilahirkan di Aosta Piemont, Italia sekitar tahun 1033. Ia adalah putera seorang
bangsawan comberdia yang ditandai dengan banyak gejolak dan pancaroba. Ayahnya bernama
Gundulph dan ibunya bernama Ermenberga. Seluruh kehidupannya di penuhi oleh kepatuhan
kepada gereja. Pada tahun 1093 ia menjadi uskup agung Canterbury dan ikut ambil bagian dalam
perselisihan antara golongan pendeta dan orang-orang sekular. Dalam seluruh hidupnya ia
berusaha meningkatkan kondisi moral orang-orang suci. Dalam dirinya mengalir arus mistisisme,
dan iman merupakan masalah utama baginya. Ada tiga karyanya, yaitu : Monologium (yang
membicarakan kadaan Tuhan), Proslogium (yang membahas tentang adanya dalil-dalil adanya
Tuhan), dan Cur Deus Homo (Why God Became Man) yang berisi ajaran tentang tobat dan
petunjuk tentang cara penyelamatan melalui Kristus.
b. Pendapat Anselmus
Di dalam filsafat Anselmus kelihatan iman merupakan tema sentral pemikirannya. Iman
kepada Kristus adalah yang paling penting sebelum yang lain. Dari sini dapatlah kita memahami
pernyataannya, credo ut intelligam (believe in order to understand/percayalah agar mengerti).
Ungkapan itu menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman daripada akal. Iapun mengatakan

8
wahyu harus diterima dulu sebelum kita mulai berfikir. Kesimpulannya akal hanyalah pembantu
wahyu.
c. Tentang Iman
Anselmus adalah salah seorang "terpelajar", seorang ahli Kristen yang mencoba
memasukkan logika dalam pelayanan iman. Meskipun Anselmus mengetahui Alkitab dengan
baik, tetapi ia ingin menguji kekuatan logika manusia dalam upayanya membuktikan doktrinnya.
Namun selalu imanlah yang mendasari semua itu. Dalam karyanya Proslogium, yang pada
awalnya berjudul Iman Mencari Pengertian (Fides Quaerens Intellectum),
Anselmus berpegang pada motto yang juga dipegang Agustinus, "Saya percaya agar
dapat mengerti." Yang ia maksudkan dengan pernyataan itu adalah bahwa tanpa wahyu, tidak
ada kebenaran karena itu mereka yang mencari kebenaran harus beriman dahulu pada wahyu
tersebut. Ia mengemukakan argumentasi ontologi (informasi yang dapat mengarah ke penemuan
sesuatu yang penting) untuk percaya kepada Allah. Singkatnya, ia menyatakan bahwa rasio
manusia membutuhkan ide mengenai suatu Pribadi yang sempurna (Allah), oleh sebab itu
Pribadi tersebut harus ada. Ide ini telah menawan hati banyak filsuf dan teolog sepanjang masa.
d. Pembuktian Adanya Tuhan
Anselmus mencoba memberikan dua cara untuk membuktikan bahwa Allah/ Tuhan
memang ada:
1.Melihat Adanya Hal-hal yang Terbatas, yang mengandaikan adanya hal-hal yang tidak
terbatas. Dengan begitu ia hendak mengatakan bahwa, akal manusia hanya mampu untuk sampai
kepada pemahaman yang biasa-biasa saja, tidak sepenuhnya mendalam dan sungguh-sungguh
mendasar. ada banyak hal yang tidak mampu kita jelaskan begitu saja dengan pengetahuan yang
kita miliki, karena itu ia mendasarkan adanya hal-hal yang tidak terbatas. Selain itu, Ia juga
mengatakan adanya Yang baik secara relatif, dengan ini mengandaikan adanya sesuatu yang baik
secara mutlak. Menurut dia, Seandainya tiada hal yang baik secara mutlak mustahil ada sesuatu
yang baik secara relatif. Demikian juga halnya dengan yang besar secara relatif mengandaikan
juga adanya hal-hal yang besar secara mutlak. Beradanya “yang ada” secara relatif
mengandaikan beradanya “ yang ada secara mutlak, yakni Allah.
2. Penguraian. Menurut Anselmus, apa yang kita sebut Allah memiliki suatu pengertian yang
lebih besar dari segala sesuatu yang bisa kita pikirkan. Apabila kita berbicara tentang Allah, yang
kita maksudkan ialah suatu pengertian yang lebih besar dari pada apa saja yang dapat kita
pikirkan. Dengan begitu pengertian “Allah” yang ada di dalam rumusan pemikiran kita adalah
lebih besar daripada apa saja yang ada di dalam pikiran. Apa yang di dalam pikiran ada sebagai
yang tertinggi atau yang lebih besar, tentu juga berada di dalam kenyataan sebagai yang tertinggi
dan yang terbesar

5. THOMAS AQUINAS (1225-1274)


Hanya ada dua kekuatan yang menggerakkan gemuruhnya dunia: agama dan filsafat.
Aquinas membicarakan kedua-duanya, hakikat masing-masing, serta hubungan kedua-duanya.
Ketertarikan pemikirannya dengan Agustinus yang hidup hampir seribu tahun sebelumnya cukup
jelas: Agustinus juga membicarakan agama dan filsafat, hakikat serta hubungan kedua-duanya.
a..Kehidupan Thomas Aquinas
Ia lahir dari keluarga bangasawan, pada tahun 1225 Roccasecca, italia. Pada masa
mudanya dia hidup besama pamannya yang menjadi pimpinan ordo do Monte Casino. Ia berda
disana pada tahun 1230-1239. Pada tahun 1239-1244 ia belajar di Universitas Napoli, tahun

9
1245-1248 di Universitas Paris di bawah bimbingan Albertus Magnus (St. Albert The Great).
Sampai tahun 1252 ia dan Albertus tetap berada di cologne.
b. Pemikiran Aquinas tentang teologi
Berdasarkan filsafatnya pada kepastian adanya Tuhan. Aquinas mengatahui banyak ahli
teologi percaya pada adanya Tuhan hanya berdasarkan pendapat umum. Menurut Aquinas,
eksestensi Tuhan dapat diketahui dengan akal. Untuk membuktikan. Ia mengajukan lima dalil
(argumen) untuk membuktikan bahwa eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal, seperti
sebagai berikut ini :
1.Argumen Gerak
Diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Setiap yang bergerak pasti di gerakan oleh
yang lain, sebab tidak mungkin suatu perubahan dari potensialitas ke aktualitas bergerak tanpa
ada penyebabnya, dari sini dapat dibuktikan bahwa Tuhan itu ada.
2. Sebab yang Mencukupi (efficient cause)
Sebab pasti menghasilkan musabab, tidak ada sesuatu yang mempunyai sebab pada
dirinya sendiri sebab. Itu berarti membuang sebab sama dengan membuang musabab, olehkarena
itu dapat disimpulkan bahwa Tuhanlah yang menjadi penyebab dari semua musabab.
3.Kemunginan dan Keharusan (possibility and necessity)
Kita menyaksikan di dalam alam ini segala sesuatu bersifat mungkin ada dan mungkin
tidak ada. Adanya alam ini bersifat mungkin. Kesimpulan itu kita ambil karena kenyataannya isi
alam ini dimulai tidak ada, lalu muncul, lantas berkembang, akhirnya rusak atau menghilang.
Kenyataan itu, yaitu alam berkembang menuju hilang, membawa kita kepada konsekuensi bahwa
alam ini tidak mungkin selalu ada karena ada dan tidak ada tidak mungkin menjadi sifat sesuatu
sekaligus dalam waktu yang sama. Bila sesuatu tidak mungkin ada, ia tidak akan ada. Nah,
semestinya sekarang ini tidak ada sesuatu. Ini berlawanan kenyataannya.
.
4. Memperhatikan Tingkatan yang Terdapat pada Alam
Isi alam ini masing-masing berkelebihan dan berkekurangan, misalnya ada yang indah,
lebih indah dan terindah. Dengan demikian sebab tertinggi menjadi sebab tingkatan di bawahnya.
Maha sempurna, Maha Benar adalah Tuhan sebagai tingkatan tertinggi.
5. Keteraturan Alam
Kita saksikan isi alam dari jenis yang tidak berakal bergerak atau bertindak menuju
tujuan tertentu,dan pada umumnya berhasil menuju tujuan itu, sedangkan ia tidak mempunyai
pengetahuan tentang tujuan itu. Dari situ kita mengetahui bahwa benda-benda itu diatur oleh
sesuatu yang berakal dan berpengetahuan dalam bertindak mencapai tujuannya, itulah Tuhan.
c. Tentang Jiwa
Pandangan Aquinas tentang jiwa amat sederhana. Katanya, jiwa dan raga mempunyai
hubungan yang pasti: raga menghadirkan matter dan jiwa menghadirkan form yaitu prinsip-
prinsp hisup yang aktual. Kesatuan antara jiwa dan raga bukanlah terjadi secara kebetulan.
Kesatuan itu diperlukan untuk terwujudnya kesempurnaan manusia. Yang dimaksud jia oleh
Aquinas ialah kapasitas intelektual dan kegiatan vital kejiwaan lainnya. Oleh karena itu Aquinas
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal.
d. Etika Aquinas
Menurut Aquinas etika adalah:
Dasar kebaikan adalah kemurahan hati (charty) yang menurut Aquinas lebih dari
kedermawanan atau belas kasihan.

10
Kehidupan petapa (ascetic) memainkan peranan yang kuat didalam etikanya. Oleh karena
itu ia setuju dengan pendapat St. Augustinus yang mengajarkan bahwa kehidupan membujang
(celebacy) lebih baik dari pada kawin.
e. Teori Pengetahuan
Bagi Aqinas, semua objek yang tidak dapat diindera tidak akan dapat diketahui secara
pasti oleh akal. Oleh karena itu, kebenaran ajaran Tuhan tidak mungkin dapat diketahui dan
diukur dengan akal. Kebenaran ajaran Tuhan diterima dengan iman. Sesuatu yang tidak dapat
diteliti dengan akal adalah objek iman. Pengetahuan yang diterima atas landasan iman tidaklah
lebih rendah daripada pengetahuan yang diperoleh dengan akal. Paling tidak, kebenaran yang
diperoleh dengan akal tidak akan bertentangan dengan ajaran wahyu (Randal: 236-276).
f. Teori politi Aquinas
Menurut Aquinas hukuman itu ada empat :
Hukman abadi yaitu suatu rencana (blue print) yang menatur penciptaan dan pengaturaan
alam semesta. Esensi hukum ini tidak dapat dipahami oleh manusia.
Hukum alam yaitu hukum yang menyebabkan semua makhluk mendapatkan
kesempurnaanya, mencari kebaikan dan menghindari kejahatan. Juga menyediakan kehidupan
bagi manusia dengan segala haknya seperti hak untuk berketurunan dan hak untuk hidup didalam
masyarakat.
Hukum Tuhan yaitu hukum Kristen yang mempunyai kedudukan hukum yang istimewa.
Hukum ini dikenal melalui wahyu Tuhan yang diberikan karena kemurahan-Nya.
Hukum manusia dibagi menjadi jus gentium dan jus civile. Di dalam hukum manusia
terdapat hukum alam dalam kasus-kasus tertentu. Misalnya, menurut hukum alam membunuh
adalah salah, tapi terserah pada hukum manusia untuk menjatuhkan hukuman apa yang sesuai
untuk pelanggar.

KESIMPULAN
Abad Pertengahan adalah ‘abad gelap’-nya filsafat, karena pada masa itu segala
peraturan,kebijakan dan corak kehidupan masyarakatnya didominasi oleh ajaran- ajaran gereja,
yang tujuannya adalah untuk membawa kehidupan masyarakat kearah yang sholeh, tetapi
menjadi salah karena terlalu mendominasi dan tidak memperhatikan martabat dan hakikat hidup
manusia, sehingga manusia sulit mengembangkan potensi dirinya dan ilmu pengetahuan menjadi
sulit berkembangan.

DAFTAR PUSTAKA
http://nuraminsaleh.blogspot.com/16-04-2013
http://irwan-cahyadi.blogspot.com/16-04-2013
Rapar, Jan Hendrik.1996.Pengantar Filsafat.Yogyakarta:Kanisius.
Surajiyo.2007.Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.Jakarta:PT Bumi Aksara

__________

Eka Fitrotul Khoiriah


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin,
M.Pd.)

11

Anda mungkin juga menyukai