Laporan Resmi Mikrobiologi - 8a - Acc
Laporan Resmi Mikrobiologi - 8a - Acc
Laporan Resmi Mikrobiologi - 8a - Acc
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
Disusun oleh :
Kelompok VIIIA
Putri Nurul Khusnaini 23020219120005
Margaretha Silvania Siadari 23020219120011
Nhunhung Chusmitaningrum 23020219130038
Rey Wally Bintang Ramadhan 23020219130083
Chabi Burrohman 23020219130110
Fahrizal Nur Muhammad 23020219140076
Wisnu Adhi Pamungkas 23020219140107
Sari Retnowati 23020219140129
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Prof. Dr. Ir. Dwi Retno Lukiwati, MS. Linda Widia Sari
NIP.19520617 197901 2 001 NIM. 23020218120013
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Mikrobiologi.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui alat dan media yang
digunakan di laboratorium, sterilisasi dan pembuatan media, isolasi
mirkoorganisme dan penghitungan bakteri.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Dwi Retno
Lukiwati, MS. selaku Koordinator Praktikum Mikrobiologi dan Linda Widia Sari
selaku Asisten Pembimbing Praktikum Mikrobiologi, yang telah membimbing
penulis selama praktikum berlangsung sampai penyusunan laporan Praktikum
Mikrobiologi ini selesai. Harapan penulis yaitu laporan Praktikum Mikrobiologi
yang disusun dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh
penulis. Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih atas perhatian dan koreksi
dari berbagai pihak.
Penulis
iii
iv
RINGKASAN
Kata kunci : Fungi, Rhizobium, sterilisasi, PDA (Potato Dextrose Agar), YEMA
(Yeast Extract Mannitol Agar).
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................... iv
v
vi
vi
vii
LAMPIRAN ............................................................................................. 99
vii
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
ix
1
ACARA I
BAB I
PENDAHULUAN
dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu alat elektrik, alat gelas, dan alat non gelas
dan keramik.
digital, inkubator, autoklaf, oven, laminar air flow, dan timbangan analitik. Alat
gelas contohnya gelas ukur, cawan petri, labu erlenmeyer, pipet tetes, pipet ukur,
gelas beker, pembakar bunsen, tabung reaksi, dan batang l. Alat non gelas dan
mikropipet, jarum inokulum, spatula, dan cawan porselen. Bahan yang digunakan
adalah Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red, Yeast Extract Mannitol
Agar (YEMA) Brome Thymol Blue, dan Potato Dextrose Agar (PDA).
Tujuan praktikum acara pengenalan alat dan media untuk mengamati apa
saja alat-alat dan media yang digunakan pada saat praktikum. Manfaaat acara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hot place stirer, laminar air flow, timbangan analitik, dan oven. Mikroskop
cahaya yang digunakan berfungsi untuk mengamati mikroba yang berukuran kecil
agar lebih jelas (Wicaksono dkk., 2014). Mikroskop cahaya yang terdapat di
kamera dan langsung terhubung pada komputer. Prinsip kerja mikroskop cahaya
adalah obyek yang akan diamati diletakkan pada meja preparat diamati dengan
ada pada mikroskop atau dapat juga menggunakan mikroskop digital yang
langsung terhubung oleh kamera dengan cara yang sama (Raya dkk., 2013). Salah
satu alat elektrik yaitu autoklaf merupakan alat untuk sterilisasi basah. Autoklaf
merupakan alat yang digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum (Djais dan Theodorea, 2019). Alat
auktoklaf mempunyai prinsip kerja seperti panci untuk bandeng presto. Prinsip
kerja autoklaf sama seperti panci untuk memasak bandeng presto, autoklaf
4
digunakan untuk strerilisasi basah pada suhu 121°C dan tekanan 1,5 atm dalam
Inkubator adalah salah satu alat elektrik yang berfungsi untuk menginkubasi atau
memeram mikroba pada suhu terkontrol yaitu 5 - 70°C (Syakri dan Putra, 2017).
inkubator adalah bekerja pada suhu 5 - 70°C dengan prinsip kerja sama seperti
oven yaitu memanaskan suspensi mikroba agar tidak terkontaminasi oleh mikroba
lainnnya (Mujipradhana, 2018). Alat elektrik hot plate stirer adalah pelat yang
dapat dipanaskan dan dihubungkan dengan dua magnet yaitu magnet pada motor
dan magnet (stirer bar) yang berfungsi menghomogenkan larutan. Hot plate stirer
dan stirer bar yaitu alat elektrik yang menggunakan magnet (stirrer bar) dalam
menghomogenkan suatu larutan dengan cara berputar (Habibah dkk., 2013). Cara
kerja hot plate stirrer dengan cara pemanasan larutan dan dihomogenkan dengan
bantuan stirrer bar. Prinsip kerja hot plate stirer dan stirer bar adalah pengaturan
suhu terlebih dahulu baru menyalakan untuk besaran perputaran magnet (stirer
Laminar Air Flow adalah alat dengan bentuk meja kerja dengan dukungan alat
penyaring yang mendukung kegiatan praktikum. Cara kerja Laminar Air Flow
kontaminasi dengan bentuk seperti meja kerja (Sridevi dkk., 2013). Alat Laminar
mikroba dengan bantuan alat penyaring atau filter. Prinsip kerja Laminar Air Flow
(LAF) adalah dengan sinar UV yang digunakan untuk menjaga kesterilan mikroba
agar tidak terkontaminsi dengan mikroba lainnya (Harjanto dan Raharjo, 2019).
massa kecil dalam rentang miligram. Alat timbangan analitik berfungsi untuk
menimbang bahan dengan massa yang kecil (miligram) yang akan digunakan
untuk praktikum (Hamid dan Mustafa, 2013). Prinsip kerja timbangan analitik
seperti timbangan biasa tetapi mempunyai ketelitian yang tinggi. Prinsip kerja
timbangan analitik adalah seperti pada umumnya timbangan digital biasa tetapi
timbangan analitik ini mempunyai ketelitian yang sangat sensitif dengan apapun
termasuk udara, maka pada timbangan analitik terdapat penutupnya agar tidak
terganggu pada saat penimbangan (Sari dan Saputri, 2016). Oven merupakan alat
elektrik yang berfungsi sebagai sterilisasi kering. Alat elektrik oven merupakan
alat yang biasa digunakan untuk memasak tetapi oven juga dapat juga digunakan
untuk sterilisasi kering pada alat dan bahan (Latupau dan Suliasih, 2018). Cara
kerja oven dengan cara memasukkan alat atau bahan ke dalam oven dan
dipanaskan pada suhu tertentu. Prinsip kerja dari oven adalah memanaskan benda
yang di dalamnya agar tetap steril dengan pemanasan suhu tertentu dan waktu
praktikum yaitu labu erlemenyer, pipet tetes, cawan petri, pipet ukur, tabung
reaksi, batang L, pembakar bunsen, gelas ukur (Rakhman, dkk., 2017). Gelas ukur
merupakan gelas yang bentuknya lonjong ke atas dan diluarnya terdapat ukuran
volume atau cairan. Fungsi Gelas ukur adalah untuk mengukur volume cairan
yang akan digunakan dalam praktikum dengan prinsip kerja melihat cekungan
cairan yang akan digunakan (Sari dan Saputri, 2017). Bentuk dari cawan petri
yaitu berbentuk bulat dan mempunyai tutup yang lebih besar dari wadahnya.
dengan cara menuangkan agar ke cawan petri (Pratama dkk., 2016). Cawan petri
memiliki prinsip kerja dengan cara menahan suhu panas pada saat sterilisasi.
Prinsip kerja cawan petri sebagai wadah atau bahan yang digunakan untuk tempat
media yang sebelumnya disterilisasi terlebih dahulu. Prinsip kerja cawan petri
adalah alat yang terbuat dari bahan kaca yang bertujuan agar dapat menahan suhu
panas pada saat sterilisasi di dalam oven (Tyanjani dan Yunianta, 2014).
kerucut yang biasa digunakan untuk menampung larutan. Fungsi labu erlenmeyer
komposisi media dengan prinsip kerja memasukkan bahan atau cairan ke dalam
labu erlemenyer dan ditutup atau disumbat (Yunita dkk., 2016). Pipet tetes
merupakan alat yang kecil dengan bentuk lonjong yang dibagian atasnya terdapat
7
karet atau bulb. Fungsi pipet tetes untuk memindahkan larutan dengan skala kecil
dan prinsip kerjanya memasukkan pipet sampai dasar wadah gelas kemudian
menekan karet sampai larutan terambil dan mengeluarkan pipet tetes dengan
posisi tegak lurus (Novalia dkk., 2015). Bentuk pipet ukur lebih besar
dibandingkan dengan pipet tetes yang memiliki volume tertentu. Pipet ukur
kerja menyedot larutan dengan bantuan bulb sampai mendapat volume yang
Gelas beker terbuat dari kaca yang bentuknya seperti gelas pada
umumnya digunakan untuk menampung lautan seperti akuades, alkohol, dan lain-
lain. Fungsi gelas beker sebagai preparasi media dan penampung larutan dengan
prinsip kerja menuangkan cairan atau memasukkan padatan ke dalam gelas beker
dan terdapat ukuran volume cairan di luar gelasnya (Juvitasari dkk., 2012).
Pembakar bunsen atau dapat disebut juga spirtus yaitu digunakan untuk
pemanasan ataupun sterilisasi alat seperti jarum ose. Fungsi pembakar bunsen
adalah untuk sterilisasi pijar dengan prinsip kerja menyalakan api dan digunakan
untuk strelisasi contohnya jarum ose sampai memerah (Misna dan Diana, 2016).
maupun sebagai wadah untuk larutan ataupun cairan. Tabung reaksi berfungsi
untuk uji biokimia atau menumbuhkan mikroba (Hartutik, 2012). Cara kerja
tabung reaksi adalah dengan cara disterilkan terlebih dahulu baru digunakan untuk
menumbuhkan mikroba. Prinsip kerja dari tabung reaksi adalah sebagai tempat
yang biasanya harus disterilkan terlebih dahulu (Kharisma dan Manan, 2012).
Alat yang digunakan untuk meyebarkan atau meratakan mikroba adalah batang L.
Fungsi batang L sebagai alat untuk meratakan atau menyebarkan cairan dan
bakteri pada agar atau media (Surjowardojo dkk., 2016). Cara kerja batang L
adalah dengan penggunaan untuk meratakan mikroba diatas media dengan pola
zig zag. Prinsip kerja batang L dengan cara meratakan mikroba diatas biakan atau
senyawa yang menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada rentang
memberikan suatu keterangan terhadap larutan bersifat asam, basa, atau netral
dengan cara meneteskan larutan pada kertas pH yang akan terjadi perubahan
merupakan alat yang berbentuk seperti sendok tetapi dengan ujung yang kecil dan
lebih tipis. Alat spatula yaitu alat yang digunakan untuk mengambil bahan yang
akan digunakan dengan bentuk seperti sendok kecil (Fajarin dkk., 2015). Cara
kerja spatula yaitu dengan cara mengambil bahan atau padatan. Prinsip kerja
9
spatula yaitu dengan mengambil atau memindahkan padatan dari satu media ke
memindahkan cairan yang bervolume kecil (Ratri dkk., 2009). Prinsip kerja
mengambil larutan dengan volume yang kecil dengan satu kali pemakaian
mikrotip (Hidayatussalihin dkk., 2019). Salah satu alat keramik adalah mortar
yaitu alat yang terbuat dari bahan adukan pasir yang berfungsi untuk
menghaluskan bahan. Mortar dan penumbuk merupakan alat keramik yang terbuat
dari adukan pasir, bahan perekat dan air sehingga sifatnya kuat dan tidak mudah
pecah (Maryoto, 2009). Cara kerja mortar yaitu dengan meletakkan bahan diatas
mortar dan ditumbuk dengan penumbuk. Prinsip kerja mortar adalah dengan cara
mikroba ke media baru. Jarum Inokulum atau jarum ose digunakan untuk
memindahkan biakan untuk ditanam di media baru (Ngajow dkk., 2013). Cara
kerja jarum ose yaitu menggoreskan ke biakan untuk mengambil mikroba yang
sebelumnya sudah disterilkan. Prinsip kerja jarum ose adalah dengan mesterilkan
jarum ose pada pembakar bunsen sampai ujung memerah ditunggu sampai agak
dingin kemudian digoreskan pada media untuk mengambil mikroba yang akan
dibiakkan (Ashari dkk., 2014). Kegunaan pinset untuk alat bantu pengambilan
10
mikroba. Pinset adalah jenis alat penjepit yang memiliki banyak kegunaan salah
satunya adalah untuk mengambil mikroba pada suatu media (Cahyo dkk., 2017).
Cara kerja pinset dengan cara pencapitan pada bintil akar agar bintil tersebut
pecah. Prinsip kerja dari pinset yaitu pengambilan dengan pencapitan untuk
mengambil dengan sedikit penekanan bintil akar agar pecah (Barus dkk., 2013).
digunakan untuk wadah sterilisasi dalam volume kecil. Alat selanjutnya adalah
cawan porselen merupakan cawan yang terbuat dari porselen dan biasa digunakan
sebagai wadah dari bahan yang tidak mudah menguap, seperti garam dapur, gula
dan sejenisnya (Zuhra dkk., 2012). Cara kerja cawan porselen adalah wadah untuk
sterilisasi tanah yang dimasukkan ke dalam oven. Prinsip kerja cawan porselen
adalah sebagai wadah bahan yang terbuat dari bahan keramik yang akan
Agar (YEMA) dan Potato Dextrose Agar (PDA). Yeast Extract Mannitol Agar
(YEMA) pada praktikum ini menggunakan 2 jenis yaitu Yeast Extract Mannitol
Agar (YEMA) Congo Red dan Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Brome
Thymol Blue. Fungsi Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red dan Yeast
Extract Mannitol Agar (YEMA) Brome Thymol Blue adalah sebagai media
11
Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red dan Yeast Extract Mannitol Agar
(YEMA) Bromo Thymol Blue sama hanya yang membedakan adalah Congo red
dan Brome Thymol Blue. Kompisisi media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA)
K2HPO4 merupakan senyawa kimia anorganik yang biasa digunakan untuk zat
sisa-sisa air pada media (Fitriadi dan Putri, 2016). Fungsi NaCl yang biasa
digunakan untuk membunuh mikroba lain yang tidak digunakan. NaCl berfungsi
membunuh mikroba selain mikroba yang akan diinokulasi (Amalia dkk., 2016).
menurunkan tekanan tanah yang berlebih pada media (Roostika dkk., 2016).
energi yang tidak membutuhkan cahaya untuk pemenuhan nutrisi mikroba. Fungsi
mikroba (Marfuah dkk., 2018). Akuades merupakan air biasa pada umumnya
yang tidak berasa, bau ataupun berwarna. Fungsi akuades untuk melarutkan
12
semua bahan untuk pembuatan media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) dan
media Potato Dextrose Agar (PDA) (Astriyani dkk., 2017). Komposisi yang
membedakan pada kedua Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) tersebut adalah
Congo Red dan Brome Thymol Blue. Congo Red (CR) berfungsi sebagai indikator
untuk mengetahui tumbuh atau tidaknya mikroba dengan adanya warna putih susu
pada media agar yang tidak merubah warna agar (Sembiring, 2019). Indikator
apakah mikroba dalam media tersebut tumbuh atau tidak. Brome Thymol Blue
yaitu indikator untuk mengetahui apakah bakteri tumbuh atau tidaknya dalam
suatu media tetapi perbedaannya dengan Congo Red adalah pada warna media
yang menjadi kekuningan atau hijau kebiruan (Widianingsih dan De jesus, 2018).
Potato Dextrose Agar atau sering disebut PDA merupakan salah satu
dari infuse kentang dan dextrose (Mirani dkk., 2016). PDA adalah Potato
Dextrose Agar yang merupakan media tumbuh untuk fungi atau jamur. Komposisi
pada Potato Dextrose Agar (PDA) yaitu kentang, dextrose, agar, dan aquades.
sebagai sumber gula dan energi (Wantini dan Oktavia, 2018). Agar merupakan
untuk memadatkan medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Fatmariza dkk., 2019).
Fungsi akuades adalah untuk melarutkan semua komposisi pada Potato Dextrose
13
Agar (PDA). Akuades berfungsi untuk melarutkan semua bahan untuk pembuatan
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat cocok untuk
cepat, hifa banyak, rapat, dan menumpuk karena nutrisi pada medium PDA yang
lengkap (Pratiwi dkk., 2016). Fungi dalam berkembang biak memerlukan media
yang mengandung nutrisi dan bahan organik yang bisa mendukung pertumbuhan.
Media PDA memiliki kandungan dextrose dan karbohidrat yang cukup untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi fungi dan juga berperan dalam proses metabolisme
BAB III
3.1. Materi
Materi yang digunakan adalah pengenalan alat dan jenis media saat
praktikum mikrobiologi terdiri dari alat dan bahan. Bahan yang digunakan adalah
ektrak khamir, 5 g agar, 250 ml akuades dan Potato Dextrose Agar (PDA) instan
serta alat-alat baik alat elektrik, alat gelas, dan alat non gelas. Alat yang
3.2. Metode
presentasi dari masing masing kelompok dengan pembagian masing masing (alat
elektrik, alat gelas, dan alat keramik dan non gelas) ke praktikan lain, selanjutnya
BAB IV
pembuatan media diperoleh hasil bahwa alat-alat yang terdapat pada laboratorium
dibagi menjadi 3 yaitu alat elektrik, alat gelas, dan alat non gelas dan keramik.
Alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum tersebut dibedakan menjadi tiga
yaitu, alat elektrik, alat gelas, dan alat non gelas dan keramik. Alat-alat yang
alat elektrik yaitu mikroskop cahaya, autoklaf, inkubator, hot place stirer, laminar
air flow, timbangan analitik, dan oven. Mikroskop cahaya merupakan alat elektrik
Hal ini sesuai dengan pendapat Wicaksono dkk. (2014) yang menyatakan bahwa
mikroskop cahaya digunakan untuk melihat obyek obyek kecil yang tidak terlihat
oleh mata dengan jelas. Mikroskop cahaya yang terdapat di laboratorium adalah
mikroskop cahaya yang sudah digital dengan menggunakan kamera dan langsung
terhubung pada komputer. Prinsip kerja mikroskop cahaya adalah obyek yang
akan diamati diletakkan pada meja preparat dan diamati dengan mengendalikan
fokus dan jarak pengamatan dengan memutar sekrup-sekrup yang ada pada
mikroskop. Hal ini sesuai dengan pendapat Raya dkk. (2013) yang menyatakan
16
bahwa prinsip kerja mikroskop cahaya dengan meletakkan obyek yang diamati
pada kaca preparat ke meja mikroskop dan diamati dengan mengendalikan sekrup
dan kedua mata ataupun langsung tersambung oleh kamera. Autoklaf merupakan
alat yang berbentuk seperti panci yang berfungsi untuk mensterilkan bahan atau
media (Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Djais dan Theodora (2019) yang
menyatakan bahwa autoklaf merupakan alat sterilisasi basah atau dapat dikatakan
sebagai alat untuk sterilisasi media seperti Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA)
Congo Red, Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Brome Thymol Blue, dan
Potato Dextrose Agar (PDA). Prinsip kerja autoklaf sama seperti panci untuk
menanak bandeng presto tetapi dengan alat yang lebih modern tekanan 2 atm pada
suhu dan waktu tertentu. Hal ini sesuai pendapat Novalia dkk. (2019) yang
menyatakan bahwa prinsip kerja autoklaf sama seperti untuk menanak bandeng
presto dengan tekanan 2 atm pada suhu 121° C dan memerlukan waktu 15 menit.
untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu terkontrol (Lampiran 1.).
Hal ini sesuai dnegan pendapat Syakri dan Putra (2017) yang menyatakan bahwa
inkubator merupakan alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu
dan waktu yang telah dikontrol. Prinsip inkubator adalah memanaskan mikroba
dengan suhu tertentu sama seperti prinsip kerja pada oven secara umum. Hal ini
kerja inkubator sama dengan oven yang digunakan agar bakteri tidak
terkontaminasi oleh bakteri lain dengan suhu tertentu. Hot plat stirer dan stirer
yang berputar (Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Habibah dkk. (2013) yang
menyatakan bahwa hot plate stirrer adalah alat untuk menghomogenkan larutan
dengan cara pengadukan. Prinsip kerja hot plate stirer dan stirer bar adalah
pengaturan suhu terlebih dahulu baru menyalakan untuk besaran perputaran stirer
media perbanyakan. Hal ini sesuai pendapat Sukawaty dkk. (2017) yang
menyatakan bahwa prinsip kerja hot plate stirer dan stirer bar adalah dengan
menyalakan alat dan diatur suhunya dan dimasukkan magnet lalu berputar untuk
kontaminasi (Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Sridevi dkk. (2013) yang
kontaminasi mikroba lain pada pengkulturan mikroba. Prinsip kerja Laminar Air
Flow (LAF) adalah dengan sinar UV yang digunakan untuk menjaga kestreliran
mikroba agar tidak terkontaminsi dengan mikroba lainnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Harjanto dan Raharjo (2019) yang menyatakan bahwa Laminar Air Flow
(LAF) mempunyai prinsip kerja dengan bantuan sinar UV yang digunkan untuk
mensterilkan mikroba.
digunakan untuk praktikum dengan ketelitian tertentu (Lampiran 1.). Hal ini
sesuai dengan pendapat Hamid dan Mustafa (2013) bahwa timbangan analitik
adalah alat untuk menimbang bahan yang akan digunakan dalam praktikum
dengan ketelitian yang tinggi. Prinsip kerja timbangan analitik adalah seperti pada
18
ketelitian yang sangat sensitif, maka pada timbangan analitik terdapat penutupnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sari dan Saputri (2016) yang menyatakan bahwa
prinsip kerja timbangan analitik sama seperti timbangan biasa tetapi bedanya
alat yang biasa dipakai dan berfungsi sebagai sterilisasi kering (Lampiran 1.).
Hal ini sesuai pendapat Latupau dan Suliasih (2018) yang menyatakan bahwa
oven merupakan alat sterilisasi kering yang mensterilkan alat alat seperti cawan
petri, pipet tetes, cawan porselen. Prinsip kerja dari oven adalah memanaskan
benda yang di dalamnya agar tetap steril dengan pemanasan suhu dan waktu
tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Subandi (2015) yang menyatakan bahwa
prinsip kerja oven yaitu dengan memanaskan dengan suhu tertentu pada ruangan
macam-macam alat gelas yang dipakai ketika praktikum mikrobiologi yaitu labu
erlemenyer, pipet tetes, cawan petri, pipet ukur, tabung reaksi, batang L,
pembakar bunsen, gelas ukur. Hal ini sesuai pendapat Rakhman dkk. (2017) yang
menyatakan bahwa alat-alat yang biasa digunakan untuk praktikum adalah labu
erlenmeyer, pipet tetes, cawan petri, pipet ukur, tabung reaksi, batang L,
pembakar bunsen, gelas ukur. Cawan petri merupakan alat yang terbuat dari kaca
(Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Pratama dkk. (2016) yang menyatakan
agar. Prinsip kerja cawan petri yaitu sebagai wadah atau tempat media yang dapat
menahan suhu panas pada saat sterilisasi karena terbuat dari kaca. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tyanjani dan Yunanta (2014) yang menyatakan bahwa prinsip
kerja cawan petri adalah cawan petri yang teruat dari kaca agar dapat menahan
suhu panas pada saat disterilkan ataupun sebagai wadah media. Gelas ukur
merupakan gelas yang bentuknya lonjong keatas dan diluarnya terdapat ukuran
volume atau cairan (Lampiran 1.). Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume
cairan dengan cara menuangkan ke dalam gelas ukur dan melihat cekungan air.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sari dan Saputri (2017) yang menyatakan bahwa
gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume cairan dengan prinsip kerja melihat
kerucut yang biasanya digunakan untuk menampung larutan (Lampiran 1.). Hal
ini sesuai dengan pendapat Yunita dkk. (2016) yang menyatakan bahwa labu
erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan, bahan, atau cairan serta meracik
menuangkan cairan melalui mulut labu erlenmeyer yang kemudian ditutup atau
disumbat. Pipet tetes yaitu alat berbentuk lonjong yang diatasnya terdapat karet
atau bulb (Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Novalia dkk. (2015) yang
menyatakan bahwa pipet tetes berfungsi untuk memindahkan larutan dengan skala
yang kecil dengan prinsip kerja memasukkan pipet tetes samapi dasar wadah
20
kemudian menekan karet sampai larutan terambil dan mengeluarkan pipet tetes
dengan posisi tegak. Bentuk pipet ukur lebih besar dibandingkan dnegan bentuk
pipet tetes yang berfungsi mengambil larutan dengan ukuran tertentu (Lampiran
1.). Hal ini sesuai dengan pendapat Udiyana dkk. (2015) yang menyatakan bahwa
pipet ukur berfungsi untuk memindahakan larutan dengan skala volume tertentu
dengan prinsip kerja menyedot larutan dengan bantuan bulb sampai volume yang
diinginkan.
Gelas beker terbuat dari kaca yang bentuknya seperti gelas pada
cairan (Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Juvitasari dkk. (2012) yang
menyatakan bahwa gelas beker berfungsi sebagai preparasi media dan penampung
padatan memalui mulut gelas beker. Pembakar bunsen atau biasa disebut dengan
spirtus yang berfungsi untuk pemanasan atau sterilisasi alat-alat seperti jarum ose
(Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Misna dan Diana (2016) yang
prinsip kerja menyalakan api dengan bantuan korek api untuk sterilisasi pijar pada
jarum ose.
digunakan juga sebagai wadah larutan (Lampiran 1.). Hal ini sesuai dengan
pendapat Hartutik (2012) yang menyatakan bahwa tabung reaksi berfungsi untuk
uji biokimia atau menumbuhkan mikroba. Prinsip kerja tabung reaksi sebagai
tabung reaksi. Hal ini sesuai pendapat Kharisma dan Manan (2012) yang
menyatakan bahwa prinsip kerja tabung reaksi adalah dengan menuangkan cairan
ke dalam tabung rekasi dan biasanya tabung reaksi juga disterilisasi terlebih
dahulu. Batang L merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk meratakan
cairan dan bakteri dalam cawan petri (Lampiran 1.). Hal ini sesuai dengan
sebagai alat untuk meratakan cairan dan bakteri dalam suatu media. Prinsip kerja
batang L yaitu dengan menggoreskan ke media dengan pola zig-zag. Hal ini
sesuai dengan pendapat Rizky dkk. (2019) yang menyatakan bahwa prinsip kerja
batang L adalah meratakan cairan atau mikroba dengan arah zig-zag pada suatu
media.
macam-macam alat non gelas dan keramik adalah ph indikator, mortar dan
suatu larutan (Lampiran 1.). Hal ini sesuai dengan pendapat Indira (2015) bahwa
beberapa perubahan warna yang halus pada rentang pH antara 1-14 untuk
dengan memberi suatu keterangan apakah sifat larutan tersebut asam, basa, atau
netral. Hal ini sesuai dengan pendapat Mukaromah dkk. (2010) yang menyatakan
22
mengambil atau mengurangi bahan untuk ditimbang (Lampiran 1.). Hal ini
sesuai dengan pendapat Fajarin dkk. (2015) yang menyatakan bahwa spatula yaitu
alat yang digunakan untuk mengambil bahan yang akan digunakan untuk
praktikum. Spatula mempunyai dua sisi dengan kegunaan masing masing yaitu
satu sisi untuk mengambil bahan sedangkan yang satu sisi untuk mengurangi
bahan jika kelebihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunita dkk. (2016) yang
mempunyai fungsi yang sama dengan pipet-pipet lainnya yaitu berfungsi untuk
memindahkan larutan dengan volume kecil (Lampiran 1.). Hal ini sesuai dengan
pendapat Ratri dkk. (2009) yang menyatakan bahwa mikropipet adalah alat untuk
mikropipet yaitu dengan satu kali pemakaian tip mikropipet. Hal ini sesuai dengan
larutan dengan kapaitas volume yang kecil dengan satu kali pemakaian tip.
Mortar dan penumbuk merupakan alat yang terbuat dari adukan pasir dan
bahan (Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Maryoto (2009) yang menyatakan
23
bahwa mortar dan penumbuk terbuat dari pasir, bahan perekat dan air sehingga
sifatnya kuat dan tidak mudah pecah saat digunakan untuk menghaluskan bahan.
Prinsip kerja dari mortar yaitu bahan diletakkan di mortar kemudian ditumbuk.
Hal ini sesuai dengan pendapat Febriyanti dkk. (2015) yang menyatakan bahwa
dalam mortar kemudian ditumbuk dengan penumbuk. Jarum Inokulum atau jarum
ose merupakan alat non gelas yang digunakan untuk memindahkan biakan ke
media baru (Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Ngajow dkk. (2013) yang
biakan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Prinsip kerja jarum inokulum yaitu
biakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ashari dkk. (2014) yang menyatakan
bahwa cara penggunaan jarum ose dengan cara dipanaskan terlebih dahulu sampai
ujung memerah dan ditunggu dingin sebentar kemudian baru digunakan untuk
mengambik biakan untuk dipindahkan ke media baru. Pinset adalah jenis alat
penjepit yang memiliki banyak kegunaan salah satunya adalah untuk mengambil
mikroba pada suatu media atau untuk memecah bintil akar (Lampiran 1.). Hal ini
sesuai dengan pendapat Cahyo dkk. (2017) yang menyatakan bahwa pinset
digunakan untuk mengambil benda dengan cara menjepitnya agar bintil akar
pecah. Prinsip kerja pinset yaitu dengan mengambil benda dengan cara dijepit.
Hal ini sesuai dengan pendapat Barus dkk. (2013) yang menyatakan bahwa cara
penggunaan pinset yaitu dengan cara mengambil benda dengan dijepit dengan
sedikit penekanan. Alat selanjutnya adalah cawan porselen yang biasa digunakan
24
untuk wadah atau tempat bahan yang akan disterilisasi ke dalam oven contohnya
tanah (Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Zuhra dkk. (2012) yang menyatakan
bahwa cawan porselen merupakan cawan yang terbuat dari porselen dan biasa
digunakan sebagai wadah dari bahan yang tidak mudah menguap, seperti garam
dapur, gula dan sejenisnya. Prinsip kerja cawan porselen yaitu dengan cara cawan
yang terbuat dari kaca mampu menahan panas yang digunakan pada sterilisasi.
Hal ini sesuai pendapat Geanteresa dan Supriyanti (2010) yang menyatakan
bahwa penggunaan cawan porselen dengan cara sebagai wadah media seperti
Agar (YEMA) dan Potato Dextrose Agar (PDA). Yeast Extract Mannitol Agar
(YEMA) pada praktikum ini menggunakan 2 jenis yaitu Yeast Extract Mannito
Agar (YEMA) Congo Red dan Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Brome
Thymol Blue. Fungsi Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red dan Yeast
Extract Mannitol Agar (YEMA) Brome Thymol Blue adalah sebagai media isolasi
Mannitol Agar (YEMA) Congo Red dan Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA)
Brome Thymol Blue sama hanya yang membedakan adalah Congo red dan Brome
Thymol Blue. Komposisi media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) yaitu
(Lampiran 2.). Hal ini sesuai dengan pendapat Afid (2016) yang menyatakan
25
MgSO4.7H2O berfungsi untuk menyerap sisa-sisa air yang masih terdapat pada
media agar tidak menghambat tumbuhnya mikroba (Lampiran 2.). Hal ini sesuai
sebagai pembunuh mikroba selain mikroba yang akan diinakulasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Amalia dkk. (2016) yang menyatakan bahwa NaCl merupakan
selain mikroba yang akan diisolasi. Mannitol merupakan senyawa yang berfungsi
untuk menurunkan tekanan tanah yang berlebih pada media tumbuh (Lampiran
2.). Hal ini sesuai dengan pendapat Roostika dkk. (2016) yang menyatakan bahwa
tumbuh.
mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Saskiawan dkk. (2017) yang menyatakan
bahwa ekstrak khamir merupakan nutrisi atau makanan bagi mikroba. Agar adalah
salah satu komposisi yang berfungsi untuk memadatkan media tumbuh mikroba.
Hal ini sesuai dengan pendapat Marfuah dkk. (2018) bahwa agar berfungsi untuk
pada umumnya seperti air biasa tidak mengandung unsur-unsur lainnya yang
26
berfungsi untuk melarutkan semua bahan untuk pembuatan media. Hal ini sesuai
(YEMA) tersebut adalah Congo Red dan Brome Thymol Blue, Congo Red
berfungsi sebagai indikator untuk mengetahui tumbuh atau tidaknya mikroba. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sembring (2019) yang menyatakan bahwa Congo Red
sebagai indikator untuk mengetahui tumbuh atau tidaknya mikroba dengan adanya
perubahan warna putih susu (Lampiran 2.). Brome Thymol Blue (BTB)
merupakan indikator untuk mengetahui apakah bakteri tumbuh atau tidaknya pada
suatu media dengan perubahan warna kuning atau biru. Hal ini sesuai dengan
mikroorganisme paling sering digunakan yang terbuat dari infuse kentang dan
dextrose (Lampiran 2.). Hal ini sesuai pendapat Mirani dkk. (2016) yang
menyatakan bahwa PDA terbuat dari 4 komposisi yaitu kentang, dextrosa, agar,
dan aquades. Kentang merupakan sumber karbohidrat, vitamin dan energi bagi
fungi dan dextrose sebagai sumber gula dan energi. Hal ini sesuai dengan
merupakan sumber gula dan energi pada media Potato Dextrose Agar (PDA).
(PDA). Hal ini sesuai dengan pendapat Marfuah dkk. (2018) yang menyatakan
melarutkan semua bahan untuk pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA).
Hal ini sesuai dengan pendapat Astriyani dkk. (2017) yang menyatakan bahwa
aquades digunakan untuk melarutkan senyawa. PDA adalah Potato Dexstose Agar
yang merupakan media tumbuh yang baik untuk fungi atau jamur. Hal ini sesuai
dengan pendapat Indriati dkk. (2010) yang menytakan bahwa Potato Dextrose
BAB V
5.1. Simpulan
elektrik meliputi yaitu mikroskop cahaya, oven, inkubator, autoklaf, laminar air
flow, timbangan analitik, hot plate stirrer, alat gelas meliputi tabung reaksi, gelas
beker, labu erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri, pipet tetes, pipet ukur, pembakar
bunsen, batang L, alat non gelas meliputi mortar dan penumbuk, mikropipet, pH
indikator, pinset, jarum inokulum, spatula, dam cawan porselen. Media yang
digunakan adalah Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red, Yeast
Extract Mannitol Agar (YEMA) Brome Thymol Blue dan Potato Dextrose Agar
(PDA) instan.
5.2. Saran
Saran yang diberikan untuk praktikum pengenalan alat dan bahan yaitu
ACARA II
BAB I
PENDAHULUAN
adalah suatu cara yang digunakan untuk mensterilkan barang-barang yang pada
sebuah praktikum atau percobaan. Sterilisasi dibagi menjadi dua bagian yaitu
sterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu dan tekanan tertentu. Autoklaf
biasanya untuk mensterilkan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
mikrobiologi. Semua alat serta media yang digunakan dalam penelitian terlebih
dahulu disterilisasi kering dengan api bunsen atau oven dan disterilisasi basah
dengan autoklaf. Sterilisasi kering merupakan sterilisasi alat alat kering seperti
cawan petri, tabung reaksi, gelas beker. Sterilisasi kering menggunakan oven
karena pada sterilisai basah membutuhkan waktu yang lebih pendek dan dapat
Tujuan dari praktikum teknik sterilisasi dan pembuatan media adalah untuk
mengetahui teknik sterilisasi, kerja aseptis dan cara membuat media. Manfaat dari
praktikum teknik sterilisasi dan pembuatan media adalah dapat mengetahui teknik
.
31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sterilisasi
autoklaf pada suhu dan tekanan tertentu. Autoklaf biasanya untuk mensterilkan
alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian mikrobiologi. Semua alat serta
dengan api bunsen atau oven dan disterilisasi basah dengan autoklaf. Alat-alat
diinginkan. Prinsip kerja sterilisasi basah dengan autoklaf yaitu air di didihkan
hingga uap dalam keadaan jenuh dan tekanan meningkat, sehingga suhu ikut
mensterilkan alat-alat yang akan digunakan untuk penelitian. Alat-alat yang akan
digunakan seperti cawan petri, pinset, dan tabung reaksi dicuci, dikeringkan,
kemudian dibungkus dengan kertas dan dimasukkan pada oven pada suhu 160°C
selama kurang lebih 2 jam (Kowal dkk., 2018). Proses sterilisasi kering berguna
32
terdapat pada alat (Indrawati dkk., 2019). Sterilisasi basah lebih efektif dilakukan
dibandingkan dengan sterilisasi kering. Hal ini karena pada sterilisasi basah suhu
yang digunakan tidak terlalu tinggi, uap air mengembun pada bahan-bahan yang
sedangkan pada sterilisasi kering membutuhkan suhu yang sangat tinggi dan
2.2. Media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) CR ( Congo Red ) dan
Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red adalah suatu media
YEMA CR memiliki kepanjangan yeast ekstrak mannitol agar congo red, adalah
Congo Red terdiri dari K2HPO4, MgSO47H20, NaCl, ekstrak khamir, agar,
aquades, mannitol, dan congo red (Antonius dkk., 2015). K2HPO4 merupakan
senyawa kimia anorganik yang biasa digunakan untuk zat penyangga. Senyawa
disebut dengan magnesium sulfat yang merupakan komposisi dalam media Yeast
oksigen. Senyawa MgSO4.7H2O berfungsi untuk menyerap sisa air pada media
yang digunakan ketika percobaan (Fitriadi dan Putri, 2016). Fungsi NaCl yang
pembunuh mikroba selain mikroba yang akan diinokulasi (Amalia dkk., 2016).
menurunkan tekanan tanah yang berlebih (Roostika dkk., 2016). Ekstrak khamir
merupakan senyawa organik yang berfungsi sebagai sumber energi yang tidak
ekstrak khamir berfungsi sebagai nutrisi untuk mikroba (Saskiawan dkk., 2017).
mikroba (Marfuah dkk., 2018). Akuades merupakan air biasa pada umumnya
yang tidak berasa, berbau ataupun berwarna. Air akuades berfungsi untuk
melarutkan semua bahan untuk pembuatan media Yeast Extract Mannitol Agar
Yeast Extract Monnitol Aagar Congo Red (YEMA CR) adalah media
tanam mikroba yang berwarna merah dan berfungsi sebagai indikator. Congo Red
tidaknya mikroba dengan adanya warna putih susu pada media agar yang tidak
merubah warna agar (Sembiring, 2019). Brome Thymol Blue adalah media tanam
mikroba yang berwarna biru dan berfungsi sebagai indikator. Brome Thymol Blue
merupakan indikator untuk mengetahui apakah bakteri tumbuh atau tidaknya pada
34
suatu media namun berbeda dengan Congo Red yang berwarna merah, Brome
Thymol Blue (BTB) berubah warna dari biru menjadi kekuningan ataupun hijau
mengetahui jenis bakteri yang diinginkan (Nursanti, 2017). Syarat media Yeast
Extract Mannitol Agar (YEMA) yang baik adalah memiliki pH yang sesuai.
Bakteri akan berkembang biak jika ada suatu media memiliki pH yang sesuai
fungi, bakteri, dan makhluk hidup lainnya) (Sari dkk., 2018). Komposisi dari
Potato Dextrose Agar (PDA) adalah ekstrak kentang, dextrose atau gugusan gula,
termasuk dalam media semi sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang)
dan bahan sintesis (dextrose dan agar) (Wantini dan Octavia dkk, 2017).
karbohidrat, vitamin dan energi sedangkan dextrose sebagai sumber gula dan
energi (Wantini dan Oktavia, 2018). Agar merupakan komposisi yang digunakan
35
Potato Dextrose Agar (PDA) (Fatmariza dkk., 2019). Fungsi akuades adalah
untuk melarutkan semua komposisi pada media Potato Dextrose Agar (PDA).
Akuades berfungsi untuk melarutkan semua bahan pada pembuatan media Potato
Dextrose Agar (PDA) (Astriyani dkk., 2017). Potato Dextrose Agar (PDA) adalah
suatu media tanam yang baik karena dapat memenuhi kebutuhan nutrisi biakan.
Media Potato Dextrose Agar (PDA) adalah media yang paling baik untuk
BAB III
3.1. Materi
Media berupa alat dan bahan. Bahan yang digunakan Yeast Extract Mannitol
Agar (YEMA) Congo Red serta Potato Dextrose Agar (PDA). Alat yang
digunakan adalah autoklaf untuk sterilisasi media Yeast Extract Mannitol Agar
(YEMA) Congo Red dan Potato Dextrose Agar (PDA), cawan petri untuk wadah
3.2. Metode
dimasukkan media dan alat yang akan disterilkan kedalam erlenmeyer atau tabung
reaksi, kemudia ditutup rapat dengan kapas, dimasukkan erlenmeyer atau tabung
reaksi dalam autoklaf dan tutup dengan rapat, dinyalakan autoklaf, ditunggu
hingga manometer dan thermometer pada suhu 121oC dengan tekanan 2 atm
selama 15 menit, setelah 15 menit, ditunggu hingga tekanan berkisar 0,5 atm,
dibuka katup pengaman dan dibiarkan autoklaf tidak lagi mengeluarkan uap,
37
setelah itu buka autoklaf dan keluarkan alat dan medianya, untuk media agar,
untuk menurunkan suhunya dan menjaga agar tidak beku dimasukkan kedalam
cawan petri menggunkan kapas yang dibasahi dengan alkohol, kemudian bungkus
dengan kertas pembungkus, dibersihkan pipet hisap dan sumbat pangkal pipet
dengan kapas dan bungkus dengan kertas pembungkus, dibersihkan ose dan
bungkus dengan kertas, ditutup mulut erlenmeyer dengan alumunium foil yang
rapat, dimasukkan cawan petri, pipet, ose dan erlenmeyer dalam oven dengan
suhu 170oC selama 2 jam, dikeluarkan alat-alat dari oven dan tunggu hingga
Congo Red (YEMA CR) dan Yeast Exstract Mannitol Agar Brom Tymol Blue
(YEMA BTB) adalah bahan bahan pembuatan media Yeast Exstract Mannitol
Agar Congo Red (YEMA CR) dan Yeast Exstract Mannitol Agar Brom Tymol
Blue (YEMA BTB) ditimbang sesuai kebutuhan dengan 0,125 gram K2HPO4;
0,05 gram MgSO4. 7H2O; 0,025 gram NaCl; 2,5 gram mannitol; 0,25 gram ekstrak
khamir; 5 gram agar; 250 ml akuades; 0,625 gram Congo Red 1% dan 10 gram
media Potato Dextrose Agar (PDA), larutkan dalam akuades, kemudian aduk
menggunakan stirrer dan autoklaf disterilisasi, setelah steril, tuang dalam cawan
petri sebanyak 10 ml tiap cawan dan tabung reaksi sebanyak 7 ml tiap tabung,
Metode yang digunakan pada pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA) dan
media Yeast Exstract Mannitol Agar Congo Red (YEMA CR) adalah komponen
komponen lainnya seperti 0,125 gram K2HPO4; 0,05 gram MgSO4. 7H2O; 0,025
gram NaCl; 2,5 gram mannitol; 0,25 gram ekstrak khamir; 5 gram agar; 250 ml
akuades; 0,625 gram Congo Red 1%, agar dilarutkan dengan hot plate stirrer
BAB IV
4.1. Sterilisasi
suhu dan tekanan tertentu. Autoklaf digunakan sebagai alat pensterilisasi basah
(Lampiran 1.). Hal ini sesuai pendapat Shofiyani dkk. (2017) yang menyatakan
autoklaf yang bersuhu 121°C pada tekanan 1,5 atm selama 20 sampai 30 menit.
dibutuhkan dalam percobaan. Hal ini sesuai pendapat Lestari dkk. (2018) yang
autoklaf yaitu air di didihkan hingga menguap dalam keadaan jenuh dan tekanan
meningkat, sehingga suhu ikut meningkat sampai 121°C yang akan membunuh
mikroorganisme vegetatif. Hal ini sesuai pendapat Saniwanti dkk. (2015) yang
gelas yang digunakan pada sterilisasi kering seperti tabung reaksi, cawan petri,
dan pipet. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat dkk. (2013) yang menyatakan
40
bahwa tabung reaksi, cawan petri bersifat gelas dan merupakan alat yang tahan
panas pada suhu tinggi. Sterilisasi kering adalah sterilisasi yang menggunakan
oven sebagai alat pensterilnya dengan suhu yang tinggi (Lampiran 1.). Hal ini
sesuai pendapat Korwal dkk. (2018) yang menyatakan alat yang digunakan seperti
cawan petri, pinset, dan tabung reaksi dicuci, dikeringkan, dan dibungkus dengan
kertas dan dimasukkan pada oven pada suhu 160°C selama kurang lebih 2 jam.
karena waktu yang digunakan lebih singkat untuk mensterilkan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Cahyani (2009) yang menyatakan bahwa pada sterilisasi basah
suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi, uap air mengembun pada bahan yang
yang terdapat pada bahan dalam waktu yang lebih singkat, sedangkan pada
sterilisasi kering membutuhkan suhu yang sangat tinggi dan waktu yang lebih
lama.
4.2. Media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red dan Brome
Thymol Blue
Extract Monnitol Agar (YEMA) Congo Red dan Yeast Extract Monnitol Agar
(YEMA) Brome Thymol Blue. Hal ini sesuai pendapat Purwaningsih (2010) yang
menyatakan bahwa Yeast Extract Monnitol Agar Congo Red (YEMA CR) Yeast
Monnitol Agar Brome Thymol Blue (YEMA BTB) dapat digunakan sebagai suatu
indikator yang merubah warna biru menjadi kuning kehijauan ketika CO2
ditambahkan. Yeast Extract Monnitol Agar Brome Thymol Blue (YEMA BTB)
dan berfungsi sebagai pengidentifikasi jumlah koloni yang ada. Hal ini sesuai
mikroba dapat dilakukan berdasarkan jumlah koloni pada media Yeast Extract
Agar Congo Red (YEMA CR) dan Yeast Exstract Mannitol Agar Brom Tymol
Blue (YEMA BTB) adalah dengan K2HPO4, MgSO4. 7H2O, NaCl, mannitol,
ekstrak khamir, agar, akuades, indikator Congo Red dan Brom Thymol Blue. Hal
ini sesuai pendapat Antonius dkk. (2015) yang menyatakan bahwa kandungan
Yeast Extract Monnitol Agar (YEMA) terdiri dari K2HPO4, MgSO47H20, NaCl,
anorganik yang biasa digunakan untuk zat penyangga pada Yeast Exstract
Mannitol Agar (YEMA) (Lampiran 2.). Hal ini sesuai pendapat Afid (2016) yang
Agar (YEMA) yang mengandung magnesium, sulfur, dan oksigen yang berfungsi
untuk menyerap sisa-sisa air pada media (Lampiran 2.). Hal ini sesuai dengan
untuk menyerap sisa air pada media yang digunakan. NaCl digunakan untuk
membunuh mikroba lain yang tidak digunakan pada media. Hal ini sesuai dengan
42
pendapat Amalia dkk. (2016) yang mneyatakan bahwa larutan NaCl berfungsi
dalam menurunkan tekanan pada media adalah mannitol (Lampiran 2.). Hal ini
sesuai dengan pendapat Roostika dkk. (2016) yang menyatakan bahwa mannitol
berfungsi untuk menurunkan tekanan yang berlebih pada media tumbuh. Ekstrak
khamir merupakan senyawa organik yang berfungsi sebagai sumber energi yang
tidak membutuhkan cahaya matahari untuk pemenuhan nutrisi mikroba. Hal ini
sesuai dengan pendapat Saskiawan dkk. (2017) yang menyatakan bahwa ekstrak
memadatkan media. Hal ini sesuai dengan pendapat Marfuah (2018) yang
Akuades merupakan air biasa pada umumnya yang tidak berasa, berbau ataupun
berwarna yang digunakan untuk melarutkan semua komposisi media. Hal ini
sesuai pendapat Astriyani dkk. (2017) yang menyatakan bahwa akuades berfungsi
untuk melarutkan semua bahan untuk pembuatan media Yeast Extract Monnitol
Agar (YEMA).
(YEMA) tersebut adalah Congo Red dan Brome Thymol Blue. Yeast Extract
Monnitol Agar Congo Red (YEMA CR) adalah media tanam mikroba yang
mengandung Congo Red berfungsi sebagai indikator. Hal ini sesuai dengan
mikroba dengan adanya warna putih susu pada media agar yang tidak merubah
warna agar (Lampiran 2. ). Brome Thymol Blue adalah indikator yang berwarna
biru untuk mengetahui adanya bakteri atau tidak pada suatu media. Hal ini sesuai
Thymol Blue merupakan indikator untuk mengetahui apakah bakteri tumbuh atau
tidaknya pada suatu media namun berbeda dengan Congo Red yang berwarna
merah, Brome Thymol Blue (BTB) berubah warna dari biru menjadi kekuningan
ataupun hijau kebiruan. Syarat media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) yang
baik adalah memiliki pH yang sesuai untuk mikroorganisme. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fajrin dkk. (2017) yang menyatakan bahwa bakteri akan
berkembang biak jika ada suatu media memiliki pH yang sesuai dengan kondisi
untuk pertumbuhannya.
miroorganisme seperti fungi atau cendawan, bakteri dan makhluk hidup lainnya
mikroorganisme tersebut. Hal ini sesuai pendapat Octavia dkk. (2017) yang
media semi sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis
dan energi, dextrose sebagai sumber gula dan energi. Media yang sering
(PDA), ini dikarenakan Potato Dextrose Agar (PDA) tersususun dari karbohidrat
dan gula. Hal ini sesuai dengan pendapat Taurisia dkk. (2015) yang menyatakan
bahwa media Potato Dextrose Agar (PDA) adalah media yang paling baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme.
dextrose atau gugusan gula, agar, dan akuades. Dextrose adalah penyedia energi
bagi biakan dan kentang sebagai karbohidrat atau makanan bagi biakan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wantini dkk. (2018) bahwa ekstrak kentang berfungsi
sumber gula dan energi Agar merupakan komposisi yang digunakan untuk
memadatkan media. Hal ini sesuai pendapat Fatmariza dkk. (2019) yang
Dextrose Agar (PDA). Hal ini sesuai pendapat Astriyani dkk. (2017) yang
pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA). Potato Dextrose Agar (PDA)
adalah suatu media tanam yang baik karena dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
Hal ini sesuai dengan pendapat Taurisia dkk. (2015) yang menyatakan bahwa
syarat media Potato Dextrose Agar (PDA) yang baik adalah mempunyai tekanan
45
osmosis, tegangan permukaan dan derajat keasaman yang sesuai, serta tidak
BAB V
5.1. Simpulan
pada sterilisasi basah digunakan sebuah alat autoklaf dan sterilisasi kering
digunakan sebuah alat yaitu oven. Syarat media Yeast Extract Mannitol Agar
(YEMA) yang baik adalah mempunyai kadar pH yang sesuai untuk media
tumbuh. Syarat media Potato Dextrose Agar (PDA) yang baik adalah memiliki
derajat keasaman yang sesuai dan tidak mengandung zat-zat yang dapat
5.2. Saran
adalah pada pembuatan media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red
dan Potato Dextrose Agar (PDA) harus benar-benar homogen, pada saat sterilisasi
alat-alat kering harus dilakukan dengan hati-hati agar alat tidak pecah saat
ACARA III
ISOLASI MIKROORGANISME
48
BAB I
PENDAHULUAN
Jumlah mikroba di alam tersebar dimana-mana dan sangat banyak. Mikroba bisa
Keberadaan mikroba juga dapat ditemukan pada komponen abiotik yang ada di
memperoleh kultur murni dengan bantuan media buatan. Beberapa cara yang
dilakukan antara lain, dengan cara goresan, cara tuang, cara sebar, dan cara
yaitu bakteri dan jamur serta membedakan setiap mikroorganisme. Fungsi dari
jumlah. Media yang dipakai untuk mengisolasi jamur adalah medium Potato
Dextros Agar (PDA) dan media yang dipakai untuk mengisolasi bakteri adalah
medium Yeast Mannitol Agar Congo Red (YEMA CR) dan Yeast Mannitol Agar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dua atau dikotil. Asal tanaman kacang tanah yaitu dari Amerika Selatan tepatnya
di Brazillia. Kondisi lingkungan yang cocok untuk ditanami kacang tanah yaitu
kondisi tanah dengan oksigen 67, keasaman 6, kelembaban 51, tekstur 0,9, dan
suhu 32°C (Mukminin dkk., 2017). Berikut ini klasifikasi dari tanaman kacang
tanah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Tanaman kacang tanah memiliki ciri daun, bunga, buah, biji, dan akar
yang kecil. Daun pada tanaman kacang tanah berbentuk menyirip, bunganya
berwarna putih, buahnya berbentuk polong, warna biji kacang tanah yang
bervariasi dan akarnya adalah akar tunggang (Mutia dkk., 2013). Morfologi
tanaman kacang tanah dapat dilihat dari bentuknya. Batang pada tanaman kacang
memiliki ciri tidak berkayu, jenis batangnya perdu, berambut atau berbulu,
50
berbentuk bulat dan berwarna hijau (Murtiana dkk., 2017). Hal yang unik dari
tanaman kacang tanah yaitu memiliki nodul atau bintil pada akarnya. Akar
tanaman kacang tanah terdapat bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan cara
membentuk nodul akar dan menghasilkan tryptophan, oleh bakteri akan menjadi
dari lingkungan sehingga memperoleh kultur murni. Proses isolasi mikroba yaitu
memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain yang berasal dari campuran
berbagai mikroba untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi dan sifat
pada media agar hingga diperoleh biakan murni (Fitri dan Yasmin, 2011).
Bakteri Rhizobium dapat tumbuh pada bintil akar tanaman legum bila
legum. Isolat bakteri Rhizobium dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hayati, karena
Tanaman kacang tanah merupakan salah satu jenis tanaman legum yang
mampu mengikat nitrogen bebas di udara. Hubungan bintil akar tanaman kacang
tanah mendapat nitrogen yang diserap oleh bakteri Rhizobium sehingga terbentuk
bersimbiosis pada tanaman legum dengan cara menginfeksi akar tanaman dan
adalah langkah awal dalam tahap isolasi mikroba. Koloni bakteri Rhizobium pada
media Yeast Extract Mannitol Agar Congo Red (YEMA CR) yang memiliki
warna putih dimurnikan dengan teknik menggores permukaan agar dengan jarum
ose yang telah diinokulasikan atau disebut streak plate (Kaburuan dkk., 2014).
akuades digunakan untuk melarutkan bahan media uji dan fungsi alkohol
merendam bintil akar (Diana dan Marziah, 2017). Syarat hidup bakteri salah
nitrogen tumbuh dengan baik di kisaran pH tanah 6,1 – 7,0 (Rohmah dkk., 2016).
52
Isolasi fungi dilakukan untuk mengetahui bentuk dari fungi itu sendiri
mengetahui ciri-ciri morfologi unik yaitu dari segi warna, tekstur, ukuran, bentuk
permukaan dan lain sebagainya (Ansiga dkk., 2017). Tujuan dari isolasi fungi
Isolasi fungi dilakukan untuk mengetahui jenis funginya dan mengetahui jumlah
fungi di sekitar tanah tanaman kacang tanah (Purwantisari dan Hastuti, 2009).
yang disebut simbiosis (Prasasti dkk., 2013). Simbiosis yang terjadi saling
menguntungkan kedua pihak. Dampak dari adanya fungi di sekitar tanah yaitu
dan peningkatan kualitas tanah (Kurniaty dkk., 2013). Kondisi lingkungan yang
cocok untuk tumbuh fungi yaitu di lingkungan lembab. Fungi tumbuh di kondisi
lingkungan dengan curah hujan 48,6% yang masuk dalam tipe curah hujan C yaitu
fungi yang tersuspensi dalam cairan (Yunita dkk., 2015). Teknik dalam proses
isolasi fungi teknik spread plate. Penanaman fungi pada media Potato Dextrose
Agar (PDA) dilakukan dengan teknik spread plate yaitu menyebar fungi secara
aseptis diatas medium yang sudah memadat (Zahidah dan Shovitri, 2013).
53
BAB III
Semarang.
3.1. Materi
Mikroorganisme berupa alat dan bahan. Bahan yang digunakan adalah tanaman
kacang tanah (bintil akar) beserta tanahnya, alkohol, akuades, Yeast Extract
Mannitol Agar Congo Red (YEMA CR), Yeast Extract Mannitol Agar Brome
Thymol Blue (YEMA BTB) dan Potato Dextrose Agar (PDA). Alat yang
digunakan adalah cawan petri untuk merendam bintil akar dengan alkohol,
mikroba agar tidak terjadi kontaminasi, pinset untuk mengambil bintil akar
dengan cara menekan bintil akar, jarum ose digunakan untuk memindahkan
mikroba dari bintil akar ke media, cawan porselen digunakan untuk wadah tanah
tanah yang akan disterilisasi, timbangan analitik berfungsi sebagai alat untuk
menimbang tanah yang sudah ditumbuk halus seberat kurang lebih 1 gram, oven
berfungsi sebagai tempat untuk mensterilkan tanah, tabung reaksi sebagai tempat
54
saat menuangkan tanah setelah tahap sterilisasi dengan oven yang selanjutnya
3.2. Metode
cara memotong akar 0,5 cm pada setiap sisi bintil akar. Bintil akar direndam
dalam larutan etanol 96% selama 5 – 10 detik. Sterilan direndam dalam larutan
sublimat 0,1% selama 3 – 5 menit, kemudian dicuci lima kali dengan air steril.
Bintil akar dihancurkan dengan pinset, kemudian cairan bintil akar ditumbuhkan
pada media Yeast Extract Mannitol Agar Congo Red (YEMA CR) dan diinkubasi
selama 3 – 5 hari pada suhu kamar (28°C). Bakteri yang telah tumbuh selama
masa inkubasi, diambil pada koloni terpisah dengan ciri-ciri warna putih susu
kemudian dipindahkan pada media Yeast Extract Mannitol Agar Congo Red
Proses isolasi fungi yaitu tanah dalam cawan porselen dipanaskan dengan
oven pada suhu 80°C selama 30 menit. Tanah yang telah dioven diambil 1 g dan
ditanam secara spread plate ke media Potato Dextroes Agar (PDA) yang
BAB IV
terdapat bakteri Rhizobium pada bintil akar kacang tanah dan fungi di sekitar akar
kacang tanah (Lampiran 2.). Tanaman kacang tanah merupakan salah satu jenis
tanaman legum yang mampu mengikat nitrogen bebas di udara karena adanya
bakteri Rhizobium. Hal ini sesuai pendapat Marwan dan Handayani (2019) yang
menyatakan bahwa hubungan bintil akar tanaman kacang tanah dengan bakteri
udara dari pengikatan nitrogen oleh bakteri Rhizobium sehingga terbentuk bintil
akar. Isolat bakteri Rhizobium dapat dimanfaatkan untuk pupuk hayati karena
nitrogen di udara. Hal ini sesuai pendapat Widawati (2015) yang menyatakan
bahwa bakteri Rhizobium adalah bakteri yang berperan sebagai bakteri penambat
nitrogen simbiotik yang dapat menyuburkan tanah. Metode dalam proses isolasi
bakteri Rhizobium adalah streak plate berarti menumbuhkan bakteri di media agar
dengan menggoreskan jarum ose yang telah diinokulasi kultur bakteri. Hal ini
penumbuhan koloni bakteri Rhizobium pada media Yeast Extract Mannitol Agar
Congo Red (YEMA CR) menggunakan metode streak plate. Syarat hidup bakteri
56
yang baik salah satunya dipengaruhi pH tanah netral. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rohmah dkk. (2016) yang menyatakan bahwa bakteri penambat nitrogen
dilakukan isolasi yang bermanfaat untuk mengetahui kultur murni dari fungi
dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Ansiga dkk. (2017) yang
ciri-ciri morfologi unik yaitu dari segi warna, tekstur, ukuran, bentuk permukaan,
dan lain-lain. Media yang digunakan dalam proses isolasi fungi yaitu
menggunakan media Potato Dextrose Agar (PDA) (Lampiran 2.). Tujuan dari
isolasi fungi yaitu untuk memisahkan fungi dari lingkungannya dan mengetahui
jenis fungi. Hal ini sesuai pendapat Purwantisari dan Hastuti (2009) yang
menyatakan bahwa isolasi fungi dilakukan untuk mengetahui jenis fungi dan
mengetahui jumlah fungi di sekitar tanah tanaman kacang tanah (Lampiran 2.).
Fungi dan akar tanaman kacang tanah yang termasuk tanaman legum membentuk
simbiosis mutualisme. Hal ini sesuai pendapat Kurniaty dkk. (2013) yang
tanah. Metode dalam proses isolasi fungi yaitu spread plate. Hal ini sesuai dengan
pendapat Zahidah dan Shovitri (2013) yang menyatakan bahwa penanaman fungi
pada media Potato Dextrose Agar (PDA) dilakukan dengan teknik spread plate
yaitu menyebar fungi secara aseptis diatas medium yang sudah memadat. Fungi
57
dapat tumbuh di lingkungan yang cocok dari segi curah hujan, suhu, kelembaban,
dan lainnya. Hal ini sesuai pendapat Zakiah dan Nurhakiki (2018) yang
menyatakan bahwa syarat hidup fungi dapat dilihat dari kondisi cuaca berupa rata-
rata curah hujan 48,6% yang masuk kedalam tipe curah hujan C yaitu agak basah.
tabung reaksi untuk memperkecil jumah fungi dalam cairan. Hal ini sesuai dengan
dalam cairan.
58
BAB V
5.1. Simpulan
bakteri Rhizobium banyak ditemukan pada bintil akar kacang tanah dan fungi
banyak ditemukan pada tanah disekitar akar tanaman kacang tanah. Metode yang
digunakan dalam isolasi bakteri yaitu metode streak plate atau metode goresan
dan metode yang digunakan untuk isolasi fungi yaitu metode spread plate atau
metode sebar.
5.2. Saran
Mikroorganisme yaitu penggunaan bintil akar pada tanaman kacang tanah lebih
karena sangat berpengaruh terhadap ada atau tidak adanya fungi. Penggunaan alat
ACARA IV
IDENTIFIKASI MIKROORGANISME
60
BAB I
PENDAHULUAN
sangat kecil. Ukurannya kurang dari 1 mm sehingga untuk mengamati hal itu kita
sebagian kecil bersifat patogen. Mikroorganisme alami yang hidup di dalam tubuh
Cara untuk mengetahui suatu ciri dan ukuran suatu mikroba dapat
dengan cara mengamati sel mikroba yang masih hidup dengan menggunakan
metode pewarnaan gram. Pewarnaan gram ada dua macam yaitu pewarnaan gram
positif dan pewarnaan gram negatif. Dua pewarnaan tersebut menghasilkan hal
yang berbeda pada akhir percobaan. Bakteri gram positif akan menghasilkan
warna ungu dan bakteri gram negatif akan menghasilkan warna merah. Secara
makroskopis ciri mikroba dapat dilihat secara langsung bentuk dan warnanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
membentuk akar atau nodul batang dengan tanaman polongan (Wang dkk., 2011).
Ciri–ciri bakteri Rhizobium secara umum jika kita melihat bentuk koloninya,
misalnya; bentuknya bulat, bening, keruh atau opaque, dan putih. Bentuk
Rhizobium secara makroskopis pada media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA)
Congo Red adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk koloni
memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari mitra
mitra legumnya (Fitriana dkk., 2015). Ciri Rhizobium adalah bakteri yang
memiliki ukuran sangat kecil dan memiliki ciri-ciri tertentu. Secara mikroskopis
sel bakteri Rhizobium berbentuk batang, aerobik, gram negatif dengan ukuran 0,5
- 0,9 x 1,2 - 3 μm, bersifat motil pada media cair, umumnya memiliki satu
Warna Rhizobium yang telah ditanam pada media Yeast Extract Mannitol
Agar Congo Red (YEMA CR) berwarna putih bening dan merah muda saat di
tumbuhkan. Rhizobium yang menunjukan warna bakteri putih bening dan merah
muda saat ditumbuhkan dengan Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red
yang berarti tidak menyerap atau sedikit menyerap warna merah dari indikator
Congo Red (Shetta dkk., 2011). Bakteri Rhizobium pada media Yeast Extract
Mannitol Agar (YEMA) Brome Thymol Blue berwarna kuning. Indikator yang
muncul yaitu warna kuning pada media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA)
Brome Thymol Blue menunjukkan suasana asam dan berwarna biru pada suasana
basa (Prihanto dkk., 2018). Warna bakteri pada media Yeast Extract Mannitol
Agar (YEMA) Brome Thymol Blue pada kondisi asam berwarna kuning. Bakteri
berwarna kuning pada kondisi asam menunjukan bahwa bakteri merupakan jenis
bakteri dengan pertumbuhan yang cepat (Fajrin dkk., 2017). Penyebab kegagalan
pada saat pembuatan media bakteri Rhizobium adalah inokulum tidak mampu
bersaing dengan populasi alam yang lebih besar dan tekanan lingkungan yang
63
ketidakmampuan inokulum bersaing dengan populasi alam yang lebih besar dan
lain (Habib dan Aminudin, 2016). Teknik pewarnaan gram bakteri Rhizobium
yaitu bakteri yang berbentuk batang dengan ukuran sedang. Rhizobium merupakan
bakteri yang berbentuk batang atau basil (Pamungkas dan Irfan, 2018). Bakteri
Rhizobium merupakan salah satu bakteri gram negatif. Hasil pewarnaan gram
bakteri gram negatif (Fitri dan Yasmin, 2011). Bakteri gram negatif mengandung
lipid yang tinggi dan dinding sel tipis, ketika mendapat perlakuan alkohol, lipid
sedangkan bakteri gram positif mengandung lipid yang rendah akan terdehidrasi.
Ciri bakteri gram negatif adalah mengandung lipid yang tinggi, lipid akan
memperbesar daya rembes dinding sel ketika bereaksi dengan alkohol, warna
ungu bakteri gram positif setelah pewarnaan gram karena mengandung lipid yang
2.2 Fungi
Dextrose Agar (PDA). Identifikasi karakteristik koloni fungi pada media Potato
Dextrose Agar (PDA) dilakukan setelah isolasi. Secara makroskopis, koloni jamur
berbentuk lingkaran tak beraturan dengan tepian bergerigi yang berukuran large.
Bagian depan dan belakang koloni fungi berwarna putih dengan permukaan halus
dan mengkilap. Koloni jamur yang tumbuh pada media Potato Dextrose Agar
(PDA) akan tumbuh dengan bentuk bulat berdiameter 2-3 cm, berwarna putih, dan
permukaannya halus (Gandi dkk., 2019). Bentuk fungi secara makroskopis adalah
berbentuk bulat dan berwarna putih. Fungi secara makroskopis adalah berbentuk
lingkaran yang tidak beraturan, koloni berwarna putih, permukaan halus, dan
berspora (Arifuddin dkk., 2017). Ciri-ciri kenampakan fungi yang bisa dilihat
yaitu koloni berwarna putih, permukaan halus mengkilap, dengan tepi permukaan
serrate atau bisa dikatakan bergerigi. Koloni fungi yang dibiakkan pada media
Potato Dextrose Agar (PDA) tumbuh koloni berwarna putih, bentuk tidak teratur,
bentuk konidia, bentuk fialid, dan lain lain. Pengamatan mikroskopis dengan
melihat bentuk fungsi beragam seperti bentuk miselium, bentuk konidia, bentuk
fialid, bentuk makro dan mikrokonidia pada media PDA (Ngittu dkk., 2014).
Fungi secara mikroskopis berbentuk bulat dan memiliki warna putih. Ciri fungi
secara mikroskopis berbentuk bulat dan berwarna putih (Nainggolan dkk., 2014).
65
Fungi biasanya berwarna putih dan hidup berkoloni. Warna fungi pada
media Potato Dextrose Agar (PDA) berwarna putih pucat membentuk diameter
koloni yang berukuran 4–5 cm (Khastini dan Wahyuni, 2017). Fungi sebagai
vegetatifnya berupa filamen yang memiliki dinding sel tersusun dari kitin dan
berupa spora yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (Samingan, 2010).
66
BAB III
3.1. Materi
Materi yang digunakan berupa alat dan bahan. Bahan yang digunakan
adalah kristal violet (CV), mordant (lugol’s iodine), larutan pemucat (ethanol 96
% atau aseton), counterstain (safranin), akuades, isolate bakteri dan isolate fungi.
Alat yang digunakan adalah jarum ose untuk mengambil bakteri pada media Yeast
Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red, kaca preparat untuk tempat hasil
pengambilan mikroba dari media, pipet tetes untuk menetaskan pewarnaan gram
dan menetaskan akuades, cawan petri untuk wadah bilasan air akuades pada saat
pewarnaan gram, mikroskop untuk mengamati bakteri yang ada pada kaca
preparat.
3.2. Metode
pada bakteri Rhizobium adalah pewarnaan gram yaitu dibuat ulasan bakteri
pewarna utama atau primer dan mordant (lugol’s iodine). Etanol dan safranin
67
lalu dibilas menggunakan akuades dari ujung preparat, setelah itu preparat
dan belakang, permukaan koloni, tepi koloni, dan bentuk koloni yang
diidentifikasi menggunakan kasat mata fungi yang tumbuh pada media Potato
diuraikan menggunkan ose untuk diletakkan pada tetesan biru, kemudian ditutup
menggunkan gelas penutup yang akan diamati pada mikroskop dengan perbesaran
BAB IV
pada media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Congo Red merupakan bakteri
Rhizobium yaitu berwarna putih keruh seperti susu atau jernih seperti air, dan
bentuk koloninya bulat, dalam indikator Congo Red berwarna merah muda yang
berarti tidak menyerap warna merah (Lampiran 3.). Ciri-ciri bakteri Rhizobium
adalah bulat dengan permukaan seperti kubah atau kerucut, dan berwarna putih
seperti susu atau jernih seperti air, serta tidak menyerap warna merah. Hal ini
bahwa bakteri Rhizobium secara umum jika melihat bentuk koloninya, berbentuk
bulat, bening, keruh atau opaque, dan putih. Ciri Rhizobium secara makroskopis
adalah koloni berwarna putih susu tidak transparan. Hal ini sesuai dengan
hara bagi tanaman. Bakteri Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer
bila berada di dalam bintil akar dari mitra legumnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Fitriana dkk. (2015) yang menyatakan bahwa bakteri Rhizobium
berwarna putih susu pada media Yeast Exqtract Mannitol Agar (YEMA) Congo
Red. Hal ini sesuai dengan pendapat Arimurti (2009) yang menyatakan bahwa
Rhizobium memiliki ciri-ciri tumbuh cepat, bereaksi masam pada media Yeast
tembus cahaya, lengket dan berwarna putih susu dan mampu tumbuh pada media
dengan sumber karbon dulsitol dan dengan sumber N L-histidin, serta tidak
menyerap warna merah. Bakteri Rhizobium pada media Yeast Extract Mannitol
Agar (YEMA) Congo Red berwarna merah muda yang berarti tidak menyerap
warna merah. Hal ini sesuai pendapat Shetta dkk. (2011) yang menyatakan bahwa
isolat Rhizobium yang ditumbuhkan pada media yang mengandung Congo Red
tidak menyerap warna merah dari indikator Congo Red. Bakteri Rhizobium pada
media Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) Brome Thymol Blue mampu
mengubah warna media menjadi kuning, karena adanya sifat asam oleh
mikroorganisme dan menunjukkan bakteri tumbuh cepat (Lampiran 3.). Hal ini
sesuai dengan pendapat Prihanto dkk. (2018) yang menyatakan bahwa pada media
Yeast Extract Mannitol Agar (YEMA) yang diberi Brome Thymol Blue Rhizobium
70
bersifat asam yang ditunjukkan perubahan warna biru menjadi kekuningan. Warna
bakteri Rhizobium pada media Yeast Extract Mannitol Agar Brome Thymol Blue
(YEMA BTB) pada kondisi asam berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fajrin dkk. (2017) yang menyatakan bahwa bakteri berwarna kuning
pada kondisi asam menunjukan bahwa bakteri merupakan jenis bakteri dengan
yaitu bakteri yang berbentuk batang dengan ukuran sedang (Lampiran 3.). Hal
ini sesuai dengan pendapat Pamungkas dan Irfan (2018) yang menyatakan bahwa
bakteri Rhizobium merupakan bakteri yang berbentuk batang atau basil. Bakteri
gram negatif. Hal ini sesuai pendapat Fitri dan Yasmin (2011) yang menyatakan
bahwa jika hasil pewarnaan gram berwarna merah maka bakteri tersebut
merupakan bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif memiliki kandungan lipid
yang tinggi dan dinding sel yang tipis sehingga ketika mendapat perlakuan
dikarenakan oleh rendahnya kandungan lipid pada dinding sel sehingga lipid
menjadi terdehidrasi perlakuan alkohol. Hal ini sesuai pendapat Irfan (2014) yang
menyatakan bahwa bakteri gram negatif mengandung lipid yang tinggi, lipid akan
memperbesar daya rembes dinding sel ketika bereaksi dengan alkohol, warna
71
ungu bakteri gram positif setelah pewarnaan gram karena mengandung lipid yang
bisa dilihat yaitu koloni berwarna putih, permukaan halus mengkilap, dengan tepi
permukaan serrate atau bisa dikatakan bergerigi (Lampiran 3.). Hal ini sesuai
dengan pendapat Kawuri (2016) yang menyatakan bahwa koloni yang dibiakkan
pada media Potato Dextrose Agar (PDA) tumbuh koloni berwarna putih,
mikroskop. Bentuk fungi secara mikroskopis yaitu ada yang berbentuk miselium,
bentuk konidia, bentuk fialid, dan lain lain (Lampiran 3.). Hal ini sesuai dengan
dengan melihat bentuk miselium, bentuk konidia, bentuk fialid, bentuk makro dan
fungi memiliki ukuran koloni large, warna depan dan belakangnya putih,
permukaannya halus mengkilap dengan tepian koloni bergerigi, dan bentuk koloni
tidak tetap (Lampiran 3.). Hal ini sesuai pendapat Ngittu dkk. (2014) yang
menyatakan bahwa ciri fungi secara maksroskpis adalah berwarna putih dan
warna putih (Lampiran 3,). Hal ini sesuai pendapat Nainggolan dkk. (2014) yang
menyatakan bahwa ciri fungi secara mikroskopis adalah berbentuk bulat dan
peritesium, askus dan askospora, warna dan bentuk piknidium dan konidium.
Fungi biasanya berwarna putih dan hidup berkoloni. Hal ini sesuai dengan
pendapat Khastini dan Wahyuni (2017) yang menyatakan bahwa pada media
Potato Dextrose Agar (PDA) maka koloni yang berwarna putih pucat membentuk
diameter koloni yang berukuran 4–5 cm. Fungi sebagai organisme eukariotik,
seksual atau aseksual, mempunyai struktur somatik berupa hifa yang dapat
bercabang membentuk miselium. Hal ini sesuai pendapat Samingan (2010) yang
tersusun dari kitin dan glukan, bersifat eukariotik, bereproduksi secara aseksual
dan seksual, propagulnya berupa spora yang dihasilkan dalam jumlah yang besar.
73
BAB V
5.1. Simpulan
ciri Rhizobium secara makroskopis pada media Yeast Extract Mannitol Agar
Congo Red (YEMA CR) adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk
koloni sirkuler, konveks, dan semitranslusen, pada media Yeast Extract Mannitol
Agar Brome Thymol Blue (YEMA BTB) bakteri berwarna kuning yang
menunjukkan bersifat asam. Ciri Rhizobium secara mikroskopis pada media Yeast
Extract Mannitol Agar Congo Red (YEMA CR) berbentuk batang dan merupakan
bakteri gram negatif karena menghasilkan warna merah. Ciri fungi secara
berbentuk large. Ciri fungi secara mikroskopis berbentuk berbentuk bulat dan
berwarna putih.
5.2. Saran
mengambil bakteri Rhizobium dengan hati-hati agar media tidak ikut, dalam
pewarnaan gram harus dilakukan denga teliti agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
74
ACARA V
PERHITUNGAN MIKROORGANISME
75
BAB I
PENDAHULUAN
jumlah bakteri yang ada pada suatu biakan. Perhitungan bakteri biasanya dibantu
manual yaitu dengan menggunakan rumus Total Plate Count (TPC). Jumlah
bakteri dapat dihitung menggunakan dua metode yaitu metode langsung dan
Perhitungan bakteri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dengan cara menghitung
jumlah bakteri yang tumbuh dengan menggunakan alat bantu. Perhitungan bakteri
dengan metode langsung menggunakan alat yaitu mikroskop dan colony counter.
(TPC) dan melihat secara kasat mata koloni bakteri yang tumbuh pada cawan
petri. Metode pengenceran yaitu dengan pengambilan bakteri dari satu larutan ke
2 yaitu terlalu banyak untuk dihitung ataupun terlalu sedikit untuk dihitung.
mengetahui cara perhitungan bakteri dengan cara metode langsung dan metode
tidak langsung.
76
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tanah, sisa-sisa makanan, udara dan yang lainnya. Pengamatan bakteri dapat
fungsi untuk mengetahui banyaknya bakteri pada sampel (Ariyanti dkk., 2016).
Total Plate Count (TPC) merupakan salah satu metode tidak langsung yang dapat
banyak digunakan dalam analisa, karena koloni dapat dilihat langsung tanpa
bakteri yang terlihat pada cawan petri dikalikan 1/ faktor pengenceran dan
dengan metode langsung biasanya menggunakan alat bantu. Alat bantu yang
dan colony counter (Wibowo dan Andrivani, 2016). Metode penghitungan secara
koloni bakteri yang masih hidup pada cawan petri (Sariyem dkk., 2015). Jumlah
77
koloni yang akan dihitung secara manual dapat dilihat langsung dengan cara
menandai pada cawan petri. Perhitungan jumlah koloni secara manual atau tidak
langsung dengan cara menandai bakteri yang ada di cawan petri dan dihitung satu-
satu (Khotib dkk., 2015). Metode langsung dan tidak langsung, keduanya juga
0,1 ml dari pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
pengenceran untuk membuat jumlah bakteri menjadi lebih sedikit pada tingkat
semakin sedikit jumlah mikroba pada suatu tabung (Panjaitan dkk., 2014).
melampaui jumlah koloni yang ditetapkan atau tidak terhingga. Hal ini
tumbuh dengan sangat cepat dan banyak. Keadaan Terlalu Banyak Untuk
Dihitung (TBUD) adalah keadaan dimana bakteri tidak bisa dihitung karena
jumlahnya terlalu banyak (Chandra dan Amilah, 2017). Terlalu Sedikit Untuk
Dihitung (TSUD) adalah keadaan dimana bakteri tidak bisa dihitung akibat
jumlah bakteri yang tumbuh pada cawan petri terlalu sedikit dan
dapat dinyatakan antara 30 sampai 300 cfu. Jumlah bakteri yang kurang dari 30
cfu adalah bakteri dalam kategori jumlah yang terlalu sedikit untuk dihitung
(TSUD) atau bahkan tidak bisa dihitung (Wijayanti dan Febrinasari, 2017 ).
sampai 300. Hal ini terjadi karena faktor pengenceran masih rendah, maka solusi
membuat pengenceran yang lebih tinggi sampai dapat dipastikan terdapat satu
bakteri dalam satu tabung (Sukmawati dan Hardianti, 2018). Terlalu Sedikit
Untuk Dihitung (TSUD) terjadi karena jumlah bakteri terlalu sedikit untuk
dihitung akibat kontaminasi oleh bakteri patogen. TSUD terjadi karena bakteri
tidak terjadi kontaminasi bakteri patogen maka dalam pembuatan media untuk
perhitungan bakteri digunakan alat dan media yang higienis (Safrida dkk., 2019).
asam. Kondisi asam menjadi salah satu faktor yang dapat menekan pertumbuhan
dikarenakan penggunaan pupuk yang tidak sesuai (Widyasari dkk., 2013). Tanah
pH dari 6 sampai 7 dengan suhu sampai 30°C (Rezki, 2018). Unsur zat hara dalam
tanaman berkaitan dengan ketersediaan zat hara bagi tanaman dari bakteri
79
Rhizobium harus memenuhi syarat yang baik. Tingkat kesuburan tanah menjadi
membuat media inkubasi bakteri Rhizobium, pH dan suhu harus sesuai, nutrisi
bakteri. Metode tersebut dapat dibedakan atas dua cara yaitu metode tuang (Pour
plate) dan metode permukaan (surface plate) (Wijaya dkk., 2015). Pour plate
dengan cara menuangkan media yang masih cair dalam koloni bakteri yang telah
pertama kali dilakukan pada metode pour plate adalah pengenceran agar
Agar) dan ditutup rapat (Yunita dkk., 2015). Metode surface plate adalah metode
isolasi bakteri yang dilakukan setelah media tumbuh memadat dan bakteri yang
menginkubasi isolat bakteri pada permukaan media (Wijaya dkk., 2015). Kedua
metode ini, yaitu surface plate dan pour plate menghasilkan jumlah bakteri yang
tumbuh akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah permukaan koloni bakteri
80
yang tertutup oleh media yang berarti jumlah penyerapan nutrisi menjadi lebih
mudah. Metode surface plate lebih efektif digunakan karena dapat dipakai untuk
bakteri aerob seperti Rhizobium yang membutuhkan oksigen yang cukup agar
mudah menyerap nutrisi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan berkembang
media Nutrient Agar (NA). Penggunaan media Nutrient Agar (NA) untuk
Nutrient Agar (NA) merupakan media umum untuk bakteri namun tidak spesifik
untuk bakteri Rhizobium karena nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh memiliki
variasi berbeda (Pamungkas dan Irfan., 2018). Media Yeast Extract Mannitol
Rhizobium dari pada Nutrient Agar (NA). Yeast Extract Mannitol Agar Congo-
Komposisi Yeast Extract Mannitol Agar Congo-Red (YEMA CR) yaitu senyawa
BAB III
3.1. Materi
Materi yang digunakan acara perhitungan bakteri terdiri dari alat dan
bahan. Bahan yang digunakan adalah isolat bakteri. Alat yang digunakan adalah
alat tulis berfungsi untuk menulis hasil perhitungan bakteri, buku berfungsi untuk
3.2. Metode
pertumbuhan bakteri yang terbuat dari Nutrient Agar (NA). Proses pembuatan,
benar-benar homogen. Ciri-ciri larutan yang sudah homogen yaitu tidak ada
pembuatan metode pengenceran yang akan digunakan untuk pour plate dan
82
mengandung bakteri diambil dari pengenceran ke 10-6, 10-7, 10-8 dan dipindahkan
ke cawan petri untuk metode pour plate dan spread plate. Metode pour plate
dengan cara 1 ml air dari pengenceran 10-6, 10-7, 10-8 diambil dan dipindahkan ke
cawan petri. 1 ml agar dituangkan ke cawan petri yang sudah ada bakterinya.
menggunakan Total Plate Count (TPC). Bakteri di hitung satu persatu yang
tampak pada cawan petri. Jumlah bakteri dihitung dengan rumus Total Plate
Count (TPC).
83
BAB IV
surface plate merupakan bakteri yang dapat dihitung karena jumlahnya antara 30
sampai 300 yaitu 32 pada pengenceran 10-6, 40 pada pengenceran 10-7, dan 32
pada pengenceran 10-8 (Lampiran 4.). Metode surface plate termasuk dalam
jumlah bakteri yang dapat dihitung karena jumlah bakteri antara 30 sampai 300.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sari dkk. (2015) yang menyatakan bahwa
penghitungan bakteri dapat dilakukan bila bakteri tiap petridish antara 30 sampai
300 koloni. Koloni bakteri pada metode surface plate dapat tumbuh dengan baik
sehingga dapat dihitung karena media yang digunakan tidak tercemar dan
kondisinya sesuai. Hal ini sesuai pendapat Gebremariam dan Assefa (2017) yang
84
menyatakan bahwa bakteri Rhizobium akan tumbuh dengan baik pada media yang
yang ada pada cawan petri sebelumnya terkontaminasi oleh bakteri patogen. Hal
ini sesuai dengan pendapat Safrida dkk. (2019) yang menyatakan bahwa TSUD
terjadi karena bakteri Rhizobium pada media terkontaminasi oleh bakteri patogen
sehingga jumlah bakteri yang hidup hanya sedikit. Bakteri yang tumbuh pada
metode pour plate termasuk TSUD karena jumlah bakteri yang tumbuh kurang
dari 30, yaitu pada pengenceran 10-6 bakteri yang tumbuh 2, pengenceran 10-7
bakteri yang tumbuh 1, dan pengenceran 10-8 bakteri yang tumbuh 5. Hal ini
bahwa jumlah bakteri yang kurang dari 30 cfu adalah bakteri dalam kategori
jumlah yang terlalu sedikit untuk dihitung (TSUD) atau bahkan tidak bisa
Rhizobium itu sendiri. Hal ini sesuai pendapat Safrida dkk. (2019) yang
sedikit untuk dihitung adalah karena mikroba tercemar oleh bateri patogen dan
tersebut yaitu dengan menggunakan alat-alat yang steril dan bahan yang steril.
diperoleh hasil bahwa jumlah bakteri pada surface plate termasuk bakteri yang
85
dapat dihitung sedangkan pada surface plate termasuk pada bakteri yang terlalu
sedikit untuk dihitung. Metode penghitungan bakteri secara surface plate lebih
efektif daripada menggunakan metode pour plate khususnya pada bakteri aerob
yang membutuhkan oksigen. Hal ini sesuai pendapat Widyasari dkk. (2013) yang
menyatakan bahwa metode surface plate lebih efektif digunakan karena dapat
dipakai untuk bakteri aerob seperti Rhizobium yang membutuhkan oksigen yang
cukup agar mudah bertahan hidup untuk menyerap nutrisi yang dibutuhkan.
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah bakteri pada metode surface plate lebih
banyak, disebabkan karena pada saat suspensi bakteri dilarutkan dalam akuades
masih kurang steril. Hal ini sesuai pendapat Nurtjahyani dan Shyntya (2014) yang
yang sesuai.
langsung dan metode tidak langsung. Metode penghitungan secara tidak langsung
menghitung koloni yang terlihat pada cawan petri satu persatu. Hal ini sesuai
banyaknya koloni bakteri yang masih hidup pada cawan petri. Jumlah koloni
dihitung secara manual dapat dilihat langsung dengan cara menandai pada cawan
petri dan selanjutnya dhitung dengan perhitungan Total Plate Count (TPC). Hal
86
ini sesuai dengan pendapat Khotib dkk. (2015) yang menyatakan bahwa
perhitungan jumlah koloni dengan manual dengan cara menandai bakteri yang ada
di cawan petri dan dihitung satu-satu. Fungsi pengenceran untuk membuat jumlah
bakteri menjadi lebih sedikit pada tingkat pengenceran selanjutnya. Hal ini sesuai
jumlah pengenceran maka semakin sedikit jumlah mikroba pada suatu tabung
BAB V
5.1. Simpulan
karena nutrisinya terpenuhi dan masih steril, sedangkan metode pour plate
termasuk TSUD karena alat yang digunakan kurang steril dan ketika pengenceran,
pencampuran suspensi bakteri dengan akuades kurang merata. Solusi yang dapat
dilakukan agar bakteri dapat tumbuh dengan baik yaitu menggunakan media
dengan komposisi yang memenuhi nutrisi, menggunakan alat-alat yang steril, dan
akuades untuk pengenceran dan tahapannya dikurangi agar tidak terlalu encer.
5.2. Saran
saat perhitungan bakteri harus dilihat secara teliti agar tidak salah perhitungan dan
pada saat memasukkan rumus jumlah bakteri ke dalam Totat Plate Count (TPC)
harus benar dan teliti. Proses pembuatan media harus menggunakan alat dan
DAFTAR PUSTAKA
Afid, S. N. 2016. Potensi sluidge biogas dari feses sapi potong sebagai sumber
bakteri anaerob penghasil gas metana. J. Students. 5 (3) : 1 - 8.
Agustian, A., Nuriyani, L. Maira, dan O. Emalinda. 2010. Rhizobakteria
penghasil fitohormon IAA pada rhozosfir tumbuhan semak karamunting,
titonia, dan tanaman pangan. J. Solum. 7 (1) : 49 – 60.
Amalia, A., R. D. Dwiyanti, dan H. Haitami. 2016. Daya hambat NaCl terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus. J. Medical Laboratory Technology. 2
(2) : 42 - 45.
Ansiga, R. E., A. Rumambi, D. Kaligis, I. Mansur, dan W. Kaunang. 2017.
Eksplorasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) padarizosfirhijauanpakan. J.
Zootek. 37 (1) : 167 – 178.
Antonius, S., M. Rahmansyah, dan D. A. Muslichah. 2015. Pemanfaatan inokulan
mikroba sebagai pengkaya kompos pada budidaya sayuran. J. Ilmu-ilmu
Hayati. 14 (3) : 22 - 234.
Arifuddin, M., M. Bone, Iswahyudi, A. Ibrahim, dan L. O. Rijal. 2017. Isolasi dan
karakteristik fungi endofit tanaman tapak dara (Catharanthus roseus). J.
Tropical Pharma Chemistry. 4 (1) : 22 – 26.
Arimurti, S. 2009. Karakterisasi Rhizobia Indigenous Edamame sebagai kandidat
pupuk hayati. J. Ilmu Dasar. 10 (1) : 30 – 37.
Ariyanti, V. N., Supriharyono, dan N. Widyorini. 2016. Hubungan kerapatan
lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof di perairan pantai kartini
Kabupaten Jepara. J. Manajemen Sumber Daya Perairan. 5 (4) : 142 - 149.
Ashari, C., R. A. Tumbal, dan M. E. F. Kolopita. 2014. Diagnosa penyakit
bakterial pada ikan nila (Oreoatiomis miloatiaus) yang dibudidaya pada
jaring tankap di danau fendano. J. Budidaya perairan. 2 (2) : 24 - 30.
Astriyani, W., P. Surjowardojo, dan T. E. Susilorini. 2017. Daya hambat ekstrak
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa L.) dengan pelarut ethanol dan
aquades terhadap bakteri Staphylococcus Aureus penyebab mastitis pada
sapi perah. J. of Tropical Animal Production. 18 (2) : 8 - 13.
Barus, W. N. U., H. Sitorus, dan I. Lesmana. 2013. Uji efektivitas antibakteri
ekstrak daun kamboja (Plumiera rubra) pada konsentrasi yang berbeda
terhadap pertumbuhan Aeromonas hydrophila secara in vitro. J.
Aquacoastmarine. 1 (1) : 1 – 7.
Cahyani, V. R. 2009. Pengaruh beberapa metode sterilisasi tanah terhadap status
hara, populasi mikrobiota, potensi infeksi mikorisa dan pertumbuhan
tanaman. J. Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. 6 (1) : 43 – 52.
89
Mutia, U., C. Saleh, dan Daniel. 2016. Uji kadar asam laktat pada kacang tanah
(Arachis hypogaea L.) berdasarkan variasi waktu dan konsentrasi bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Strepcoccus lactis. J. Kimia Mulawarman. 10
(2) : 58 – 62.
Safrida, Y. D., Raihanaton, dan Ananda. 2019. Uji cemaran mikroba dalam susu
kedelai tanpa merek di Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh secara Total
Plate Count (TPC). J. Serambi Engineering. 4 (1) : 364 – 371.
Samingan. 2010. Jenis fungi yang terdapat pada serasah daun acacia mangium
(Fungi on Acacia mangium leaves litter). J. Biologi Edukasi. 1 (1) : 19 – 23.
Saputri, R., A. Syauqi, dan H. Santoso. 2019. Penambahan nutrisi pottato dextrose
agar pada pembuatan starter mikroorganisme jamur dengan bahan baku
tepung beras. J. Biosantropis. 4 (2) : 40 – 45.
Sari, I. G. A. D. V., G. N. A. S. Wirya, I. P. Sudiarta. 2018. Identifikasi penyebab
penyakit layu pada tanaman stroberi (fragaria sp.) di desa pancasari dan
potensi pengendaliannya dengan mikroba antagonis. J. Agroekoteknologi
Tropika 1 (7) : 104 – 107.
Sari, I. N., dan D. F. Saputri. 2017. Analisis kesalahan menggunakan alat ukur
pada mahasiswa program studi pendidikan fisika IKIP PGRI Pontianak. J.
Pendidikan. 14 (2) : 237 – 248.
Sari, R., dan R. Prayudyaningsih. 2015. Rhizobium: pemanfaatannya sebagai
bakteri penambat nitrogen. J. Buletin Eboni. 12 (1) : 51 – 64.
Sari, T. N., dan S. Amilah. 2015. Penentuan jumlah bakteri daging ayam broiler
(Gallus domesticus) setelah direndam dalam larutan lidah mertua
(Sansevieria trifasciata). J. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unipa.
8 (02) : 25 – 31.
Sariyem, Sadimin, L. Sunarjo, dan M. Haniyati. 2015. Efektivitas ekstrak daun
sukun hasil perebusan terhadap pertumbuhan koloni bakteri Streptococcus
mutans. J. Kesehatan Gigi. 2 (2) : 104 – 109.
Saskiawan, I., M. Munir, dan S. S. Achmadi. 2017. Optimasi produksi serta
analisis aktivitas antioksidan dan antimikroba senyawa eksopolisakarida
dari jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada media cair. J. Berita
Biologi. 15 (2) : 133 – 140.
Sembiring, A. 2019. Isolasi dan uji aktivitas bakteri penghasil selulase asal tanah
kandang sapi. J. Penelitian Sains dan Pendidikan. 8 (1) : 21 – 28.
Shetta, N. D., T. S. Al-Shaharani, dan M. Abdel-Aal. 2011. Identification and
characterization of Rhizobium associated with woody legume trees grown
under Saudi Arabia condition. J. Agriculture and Environment Sciences. 10
(3) : 410 – 418.
96
Zahidah, D. dan M. Shovitri. 2013. Isolasi, karakterisasi, dan potensi bakteri aerob
sebagai pendegradasi limbah organik. J. Sains dan Seni Pomits. 2 (1) : 12 –
15.
Zakiah, K. dan N. F. Nurhakiki. 2018. Pengaruh beberapa jenis pupuk organik dan
fungi mikoriza arbuskula terhadap c-organik tanah, tinggi tanaman, dan
bobot tongkol jagung semi (Zea mays L.). J. Agro Wiralodra. 1 (2) : 48 –
51.
Zuhra, Z., S. Sofyana, dan C. Erlina. 2012. Pengaruh kondisi operasi alat
pengering semprot terhadap kualitas susu bubuk jagung. J. Rekayasa Kimia
dan Lingkungan. 9 (1) : 36 – 44.
99
LAMPIRAN
Mikroskop cahaya
Autoklaf
Inkubator
100
Timbangan analitik
Oven
101
Untuk menghomogenkan
7. larutan dalam pembuatan
media
Gelas ukur
Cawan petri
102
Labu erlenmeyer
Pipet tetes
Pipet ukur
103
Gelas beker
Pembakar bunsen
Tabung reaksi
104
Batang L
Untuk menghaluskan,
17. menghancurkan, menumbuk
bahan
pH indikator universal
105
Pinset
Mikropipet
Jarum inokulum
106
Spatula
Cawan porselen
Untuk mendokumentasikan
24.
hasil
Kamera
107
Congo red
K2HPO4
MgSO4.7H2O
108
Mannitol
Bintil akar
109
2. Isolat Fungi
110
1
Jumlah bakteri = Jumlah Koloni x Faktor Pengenceran
1
Pengenceran 10-6 = 32 x = 320.000.000 CFU’s / ml
10-6
1
Pengenceran 10-7 = 40 x = 40.000.000.000 CFU’s / ml
10-7
1
Pengenceran 10-8 = 32 x = 320.000.000 CFU’s / ml
10-8
112
1
Pengenceran 10-6 =2x = 2.000.000 CFU’s / ml
10-6
1
Pengenceran 10-7 =1x = 10.000.000 CFU’s / ml
10-7
1
Pengenceran 10-8 =5x = 5.000.000.000 CFU’s / ml
10-8
113
Mengetahui,
Asisten Praktikum
ACARA 2
ACARA 3
ACARA 4
ACARA 5