Cover - Revisi
Cover - Revisi
Cover - Revisi
PERTUMBUHAN UMKM
OLEH :
EVA ZUNAIDA KURNIAWANTI NIM 205020301111078
KARINA ANNISAA FIRDAUS S. NIM 205020307111077
RASIDA REVA CAHYANI NIM 205020300111108
QINAYA AZAHRA KAMILA NIM 205020307111078
1.1 Latar Belakang (Eva Zunaida K, Qinaya Azahra K, Rasida Reva C.)
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi kelompok usaha yang memiliki
jumlah paling besar serta berperan penting dalam membangun perekonomian di
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan operasional UMKM dapat berjalan secara mandiri.
Dalam perannya sebagai penopang perekonomian yang memiliki tujuan untuk
mendapatkan keuntungan, sudah seharusnya pelaku UMKM dapat menerapkan sistem
pengelolaan dana yang baik dan benar. Pengelolaan dana sendiri merupakan salah satu
faktor utama yang menjadi pemicu keberhasilan dan kegagalan UMKM (Penti
Kurniawati et al., 2012).
Pada era digital saat ini, sebagian besar informasi dan ilmu yang berkaitan dengan
usaha dapat diakses melalui internet secara mudah, baik informasi cara memulai
sebuah usaha, hal-hal yang berkaitan dengan permodalan dan pengelolaan dana, hingga
informasi mengenai pencatatan atau pembukuan dalam sebuah usaha. Dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada, hal tersebut dapat mendorong UMKM
di Indonesia agar makin berkembang.
Namun, pada umumnya, sebagian besar UMKM biasanya melakukan pencatatan
keuangan secara manual. Hal tersebut dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam penghitungan dan pembuatan laporan keuangan sehingga data yang
dihasilkan menjadi tidak akurat. Kesadaran pelaku UMKM terhadap pentingnya
pengelolaan dana yang baik juga masih perlu ditingkatkan, seperti halnya keengganan
pelaku UMKM dalam melakukan pencatatan transaksi usaha serta kurangnya
pemahaman mengenai sistem pencatatan keuangan yang baik dan benar.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan sistem informasi
akuntansi pada usaha UMKM. Akuntansi merupakan sistem informasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas
ekonomi dan kondisi perusahaan (Penti Kurniawati et al., 2012). Prinsip kerja yang
dijalankan dalam akuntansi akan membantu UMKM dalam mengetahui berbagai
informasi keuangan yang penting dalam menjalankan usahanya. Kebanyakan UMKM
hanya memikirkan keuntungan saja tanpa memikirkan sistem keuangan yang baik dan
benar yang dibilang penting dalam menjalankan usahanya. Menerapkan prinsip kerja
akuntansi dalam masalah pengelolaan dana dapat menjadi efektif agar pelaku UMKM
dapat mengetahui jalannya siklus keluar masuknya dana dari usahanya.
Pada kenyataannya, hingga saat ini, masih banyak UMKM yang belum menerapkan
sistem akuntansi dalam usahanya. Hal tersebut terjadi dikarenakan latar belakang
pendidikan pelaku UMKM yang belum pernah mengetahui dan memahami jalannya
prinsip kerja akuntansi. Pelaku UMKM juga cenderung menganggap bahwa
pemahaman sistem informasi akuntansi, seperti pencatatan keuangan dan transaksi
usaha, merupakan hal yang rumit untuk dilakukan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis menetapkan Prinsip Kerja
Akuntansi terhadap Pertumbuhan UMKM sebagai judul makalah. Judul tersebut perlu
diterapkan saat ini karena masih banyak usaha kecil yang kurang menyadari
pentingnya prinsip kerja akuntansi bagi usaha mereka. Jika prinsip kerja akuntansi
diterapkan dengan baik dan memadai, maka akan membantu usahanya meningkat dan
berkembang signifikan.
3.1
3.2 Peran Akuntansi dalam Memaksimalkan Pertumbuhan UMKM (Rasida Reva Cahyani)
Peran akuntansi termasuk salah satu hal yang penting dalam memaksimalkan
pertumbuhan UMKM. Jika terdapat proses akuntansi dalam pencatatan transaksi
keuangan, maka dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan suatu keputusan oleh pihak
manajemen atau pemilik UMKM. Penerapan akuntansi tidak hanya berfungsi untuk
mengetahui keuntungan yang diperoleh perusahaan, tetapi juga digunakan untuk
menentukan harga jual dan mengembangkan usaha. Selain itu, dengan sistem
pencatatan keuangan yang baik, dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya
kesalahan atau kecurangan dalam perusahaan.
Dengan adanya akuntansi, pemilik UMKM dapat dengan mudah mengetahui saldo
piutang dan utang usahanya sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi kesalahan
pembayaran. Naik turunnya laba yang diperoleh setiap akhir tahun juga dapat diketahui
dengan mudah oleh pemilik UMKM. Oleh karena itu, pemilik UMKM dapat
menentukan langkah yang tepat dalam memajukan usahanya, seperti apa yang harus
diubah, ditingkatkan, dan dihilangkan.
Laporan keuangan yang dibuat menggunakan sistem akuntansi dalam suatu
UMKM dapat dengan mudah digunakan untuk mendapatkan modal dari investor atau
kreditur untuk mengembangkan usahanya (Nursalam, 2016 & Fallis, 2013). Untuk
memulai sistem akuntansi dalam UMKM, pemilik dapat memilih melakukan proses
akuntansi sendiri atau dengan bantuan jasa akuntan. Dalam melakukan proses
akuntansi sendiri, pemilik UMKM dapat mulai mempelajari software akuntansi untuk
melaporkan informasi keuangan, menambahkan stok, dan mencatat transaksi.
Jadi, usaha akan berjalan dengan lancar ketika dikelola dengan sistem yang baik.
Jika suatu UMKM memiliki pencatatan akuntansi yang baik, maka akan lebih cepat
berkembang daripada UMKM yang hanya mengutamakan kuantitas penjualan tanpa
memperhatikan kualitas keuangan mereka.
Pada dasarnya, sebagian besar pelaku usaha mikro kecil dan menengah tidak
mengetahui secara nominal laba yang didapatkan. Pelaku usaha mikro kecil dan
menengah hanya memahami laba dalam wujud benda nyata, seperti peralatan untuk
usaha, motor, mobil, dan rumah. Hal tersebut tidak menggambarkan laba yang
sebenarnya didapat oleh perusahaan karena itu merupakan salah satu penggunaan dana
yang mungkin didanai dari laba atau dari utang ataupun dari modal pemilik. (Mulyani
et al., 2019). Jika para pengusaha dapat menerapkan prinsip akuntansi dalam mengelola
keuangannya, maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan UMKM.
Penerapan prinsip kerja akuntansi pada UMKM mengacu pada ketentuan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Definisi dari
SAK ETAP sendiri, yaitu sebuah standar akuntansi yang berdiri sendiri dan tidak
mengacu pada SAK Umum yang diperuntukkan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP). Konsep biaya yang digunakan oleh SAK ETAP yaitu konsep biaya
historis. SAK ETAP memiliki fungsi, yakni mengatur transaksi yang dilakukan oleh
ETAP, seperti halnya UMKM, yang dalam penerapannya diharapkan dapat memberi
kemudahan serta fleksibilitas bagi ETAP untuk mengakses pendanaan dari perbankan.
Bentuk pengaturan yang ada juga lebih sederhana dan relatif tidak berubah dalam
kurun waktu beberapa tahun. Dengan adanya SAK ETAP, entitas skala kecil dan
menengah, seperti UMKM, tidak harus membuat laporan sesuai dengan PSAK yang
memiliki ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Laporan keuangan yang dihasilkan
oleh ETAP pun diperuntukkan untuk tujuan umum yang digunakan oleh pengguna
eksternal atau pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha.
Salah satu bentuk penerapan akuntansi dalam UMKM adalah dengan menerbitkan
laporan keuangan. Pembuatan laporan keuangan tersebut bertujuan untuk menyediakan
informasi mengenai posisi keungan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam melakukan pengambilan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan juga dapat menjadi sebuah bukti pertanggungjawaban atas penggunaan
sumber daya modal yang ada. Dengan adanya laporan keuangan, bukti atas pendapatan
dan pengeluaran yang dilakukan dapat tercatat secara jelas dan terperinci sehingga
dapat meminimalisir adanya kecurangan dalam penggunaan sumber daya modal. Selain
itu, arus keuangan usaha pun dapat terpapar secara jelas sehingga laba ataupun
kerugian yang dialami pun dapat terlihat.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009), laporan keuangan
merupakan sebuah bagian dari proses pencatatan dan pelaporan keuangan, yang
meliputi pencatatan atas beberapa laporan sebagai berikut.
1) Neraca, yaitu sebuah laporan yang terdiri atas aset, liabilitas, dan ekuitas dari
sebuah entitas dalam periode waktu tertentu.
2) Laporan Laba Rugi, yaitu sebuah laporan yang terdiri atas pencatatan dari
penghasilan dan pengeluaran (beban) yang dikeluarkan oleh entitas pada
periode tertentu.
3) Laporan Perubahan Ekuitas, yaitu laporan yang terdiri atas laba atau rugi dari
sebuah entitas serta penghasilan dan pengeluaran (beban) yang diakui secara
langsung dalam ekuitas dalam periode tertentu.
4) Laporan Arus Kas, yaitu sebuah laporan yang terdiri atas informasi perubahan
kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dalam periode tertentu.
5) Catatan Atas Laporan Keuangan, yaitu sebuah laporan yang terdiri atas
informasi tambahan dalam laporan keuangan, yang memberikan penjelasan
secara rinci mengenai informasi pencatatan yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam laporan keuangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan UMKM.
Dengan menggunakan prinsip kerja akuntansi, pemilik dapat dengan mudah mengetahui
hal-hal yang berguna bagi kemajuan usahanya. Jika terdapat proses akuntansi dalam
pencatatan transaksi keuangan, maka dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan suatu
keputusan oleh pihak manajemen atau pemilik UMKM tersebut. Selain itu, dengan sistem
pencatatan keuangan yang baik, dapat menurunkan risiko kesalahan pembayaran. (Rasida
Reva Cahyani)