Tugas Kualitatif Proposal Penelitian

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN AKUNTANSI DAN KESESUAIANNYA DENGAN SAK

ETAP PADA UMKM PENGRAJIN ROTAN

OLEH :
JIHAN KHAIRUNNISA
A1C118074

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sector Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu motor
lokomotif yang krusial bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Negara. Layaknya
Negara seperti jepang, tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat sering dikaitkan
dengan besaran sector usaha kecil. Amerika serikat sumbangan UMKM sangat besar
dalam penciptaan lapangan kerja sejak perang dunia II (Anderson; dalam partomo,
200:12-13). Usaha Kecil Mikro Menegah (UMKM) di Indonesia banyak member
kontibusi bagi kemajuan ekonomi nasional. Namun, baik dalam arti tingkat pembangunan
maupun kinerja, masih terbelakang dibanding dengan UMKM dibeberapa Negara lain.
Hal ini dikarenakan banyaknya permasalahan yang dihadapi baik menyangkut masalah
internal maupun eksternal, salah satunya adalah kurangnya informasi akuntansi dalam
bentuk laporan keuangan karena umumnya pengetahuan tentang manfaat dari informasi
akuntansi dan kesulitan untuk membuat pencatatan akuntansi yang benar.
Kebijakan pengembangan sector UMKM oleh pemerintah Indonesia dengan
diikuti pengelolaan yang baik (good corporate governance) dijadikan kebijakan
penciptaan kesempatan kerja, kebijakan anti kemiskinan dan kebijakan retribusi
pendapatan. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan sector usaha mikro kecil
menengah (UMKM) bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UMKM
dalam proses pembangunan nasional, khususnya pembangunan sector ekonomi dalam
rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan kerja dan peningkatan
pendapatan.
Usaha mikro kecil menengah di Indonesia pada dasarnya bergerak dibidang
pertanian, perternakan, kehutanan, perikanan, perdagangan, industry pengolahan,
pengangkutan dan jasa-jasa. Beragam jenis usaha tersebut dikembangkan sesuai dengan
kondisi dan potensi masing-masing daerah. Persebaran UMKM di Indonesia semakin
meluas semenjak krisis moneter yang diawali tahun 1998, hampir 80% usaha besar
mengalami kebangkrutan dan melakukan PHK masal terhadap karyawannya. Para
karyawan korban PHK inilah yang kemudia mengembangkan UMKM sebagai alternative
untuk mendapatkan penghasilan sebagai penompang hidup.
Pentingnya peranan sector UMKM dalam rangka mewujudkan pemerataan
pembangunan nasional khususnya kegiatan ekonomi menarik perhatian dari banyak
kalangan, salah satunya adalah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam rangka mengatasi
permasalahan internal yang sering dihadapi UMKM, yakni permasalahan yang berkaitan
dengan pembukuan atau informasi akuntansi khususnya penyajian laporan keuangan,
Ikatan akuntan Indonesia menyusun standar akuntansi keuangan khusus dalam penyajian
laporan keuangan untuk UMKM. Standar akuntansi keuangan tersebut disusun dengan
harapan dapat memudahkan pengelola UMKM dalam menyusun pembukuan laporan
keuangan selama operasional usaha berjalan. Secara umum standar akuntansi UMKM
baru ini lebih sederhana dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan umum yang
diterapkan untuk semua jenis usaha. Namun, secara garis besar juga tidak mengurangi
kaidah pokok yang terkandung dalam standar akuntansi pada umumnya.
Standar akuntansi keuangan untuk UMKM dinamakan SAK-ETAP (Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik). SAK-ETAP memberikan
trobosan yang cukup ringkas sebagai acuan yang lebih mudah bagi kalangan yang lebih
luas guna penyusunan laporan keuangan yang dapat diterima secara umum. SAK-ETAP
ini berlaku untuk UMKM karena UMKM merupakan jenis entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas public yang signifikan.
Berdasarkan uraian di atas bahwa setiap UMKM harus menyajikan pembukuan
laporan keuangan berdasarkan SAK-ETAP, maka penulis tertarik untuk meneliti
sejumlah UMKM di kecamatan Gunung Sari dengan judul “PENERAPAN
AKUNTANSI DAN KESESUAIANNYA DENGAN SAK ETAP PADA
UMKM PENGRAJIN ROTAN”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembukuan akuntansi pada UMKM di kecamatan Gunung sari ?
2. Apakah pembukuan akuntansi pada UMKM di kecamatan Gunung Sari sudah
menerapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK-ETAP) ?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pembukuan yang dilakukan pada sejumlah UMKM di
kecamatan Gunung sari.
2. Untuk mengetahui kesesuaian antara pembukuan pada UMKM di kecamatan Gunung
Sari dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK-ETAP).
D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti
Untuk memperoleh pemahaman dan wawasan yang lebih mendalam mengenai
bagaimana cara penyajian laporan keuangan UMKM berbasis SAK-ETAP.
2. Bagi UMKM yang diteliti
Dapat membantu UMKM Pengrajin Rotan dalam menyusun laporan keuangan usaha
secara benar sesuai dengan standar yang berlaku. Laporan keuangan yang jelas dan
sesuai standar dapat dijadikan sebagai informasi bagi pelaku UMKM Pengrajin rotan
dalam mengambil kebijakan yang dapat memaksimalkan laba.
3. Bagi masyarakat
Dapat dijadikan sebagai informasi dasar bagi penelitian selanjutnya yang lebih luas
dan spesifik untuk penulisan skripsi pada bidang yang serupa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Akuntansi
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi
yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lainnya untuk
membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga
pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan
aktivitas keuangan. Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat
agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan
lainnya seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik.
Akuntansi didefinisi sebagai seperangkat pengetahuan karena wilayah materi dan
kegiatan cukup luas serta telah membentuk kesatuan pengetahuan yang terdokumentasi secara
sistematis dalam bentuk literatur akuntansi. Kesatuan pengetahuan tersebut dapat diajarkan dan
dipelajari untuk mendapatkan kompetensi yang menjadi basis atau persyaratan suatu profesi.
Kesatuan pengetahuan akuntansi juga menantang secara intelektual sehingga pengetahuan
tersebut menjadi bidang studi yang dapat diajarkan secara formal diperguruan tinggi sampai pada
tingkat doktor (Suwardjono, 2005:10).
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Berikut ini merupakan definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut
UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memnuhi kriteria Usaha Mikro. Kriteria Usaha Mikro sebagai berikut :
a. Kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 - lima puluh juta rupiah, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil. Kriteria usaha kecil sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 - Rp 500.000.000,00, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 - Rp
2.500.000.000,00.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan adak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan. Kriteria usaha menengah sebagai berikut :
a. Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 - Rp. 10.000.000.000,00, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 -50.000.000.000,00.
Laporan Keuangan
Pada setiap akhir periode tahun berjalan, setiap perusahaan akan menyusun laporan
keuangan. Laporan keuangan dapat memperlihatkan dengan jelas gambaran mengenai kondisi
keuangan perusahaan yang selanjutnya akan dilaporkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5), laporan keuangan merupakan
struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan
umum dari laporan keuangan ini bagi kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas dari entitas yang sangat berguna untuk membuat
keputusan ekonomis bagi para penggunanya. Untuk dapat mecapai tujuan ini, laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai elemen dari entitas yang terdiri dari aset, kewajiban, networth,
beban, dan pendapatan (termasuk gain dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas. Informasi
tersebut diikuti dengan catatan, akan membantu pengguna memprediksi arus kas masa depan.
Laporan keuangan entitas yang disajikan berdasarkan SAK ETAP meliputi:
1. Neraca
2. Laporan Laba-Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) yang berisi ringkasan kebikakan akuntansi
yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
Indonesia memiliki standar akuntansi yang berlaku umum yang disebut Standar
Akuntansi Keuangan (SAK). SAK di Indonesia disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). IAI adalah organisasi profesi yang
mewadahi para akuntan di Indonesia dan memiliki peran dalam penyusunan SAK.
SAK merupakan pedoman dalam peyusunan dan penyajian laporan keuangan.IAI telah
menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP). Dengan adanya SAK ETAP maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat
laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Didalam beberapa hal
SAK–ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK
dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Sesuai dengan ruang lingkup SAK–ETAP
maka standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas
tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purposes
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak
terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan
diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari perbankan. SAK ETAP
merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK Umum, sebagian besar
menggunakan konsep biaya historis; mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP; bentuk
pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama
beberapa tahun..
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:2), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sesuai dengan permasalahan yang
penulis rumuskan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah yang berkembang pada saat ini. Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, kondisi,
sistem pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif ini berusaha
menerangkan fenomena sosial tertentu. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan studi kasus karena dengan menggunakan fenomena yang ada di lapangan.
Lokasi penelitian dan Waktu penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Jl. Raya Tanjung no 16 kecamatan Gunung
Sari, kabupaten Lombok Barat. Alasan mengapa penulis mengambil lokasi penelitian ini
karena lokasi hotel tersebut tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal peneliti sehingga
dalam melakukan penelitian menjadi lebih efektif.
2. Waktu penelitian
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah satu hari.

Sumber Data
Pemilihan dan penentuan sumber data tergantung dari masalah yang diteliti. Pada
penelitian ini, sumber data yang digunakan penulis adalah data primer. Data primer adalah data
yang diperoleh dari sumber pertama atau responden yang akan dijadikan objek penelitian.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM Pengrajin Rotan yang diperoleh
melalui wawancara langsung.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara.
Wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara
langsung baik formal maupun non formal kepada pemilik UMKM Pengrajin Rotan untuk
mengumpulkan data dan keterangan mengenai penerapan akuntansi serta kendala-kendala yang
dihadapi dalam menerapkan SAK ETAP. Dalam penelitian ini, wawancara memegang peranan
penting dalam mengumpulkan informasi untuk studi kasus karena wawancara memungkinkan
peneliti untuk merekam opini dan saran dari kasus yang terjadi pada UMKM Pengrajin Rotan
saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik. Jakarta
Saragih, Fitriani dan Surikayanti. 2015. Analisis Penerapan Akuntansi dan Kesesuaiannya
dengan SAK ETAP pada UKM Medan Perjuangan. Universitas Padang
Sugiono. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai