Konsep Kesehatan Spiritual
Konsep Kesehatan Spiritual
Konsep Kesehatan Spiritual
Dosen pembimbing :
Disusun oleh
Habib bullah
(191000214201001)
2020
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................I
B. Rumusan Masalah.................................................................................................II
C. Tujuan....................................................................................................................III
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................................V
B. Saran......................................................................................................................VI
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syuker penulis penjatkan kehadirat Allah swt yang maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
KOPSEP SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN .
Dalam menyuaun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai
layanan internet. Oleh karna itu, penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh
dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna sempurnaka makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
A. Latar Belakang
Klien dalam perspektif keperawatan merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang
memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara,
mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya dalam kondisi optimal. Sebagai seorang
manusia, klien memiliki beberapa peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk
sosial, dan makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka keperawatan memandang
manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis, psikologis, sosiologis,
psikologis dan spiritual.
Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan
menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami
mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial spiritual, dan kultural merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan
tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera.
Kesadaran akan pemahaman tersebut melahirkan keyakinan dalam keperawatan bahwa
pemberian asuhan keperawatan hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja
memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual klien.
Sehingga, pada nantinya klien akan dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus
pada fisik maupun psikologis saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek spiritual.
Kesejahteraan spiritual adalah suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu secara
keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan. Spiritualitas memiliki dimensi yang luas
dalam kehidupan seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari seorang perawat
sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi tugas dari Bapak dosen pembimbing mata kuliah Kebutuhan Dasar
manusia I (KDM I).
b. Untuk mengetahui dan menambah wawasan lebih banyak pengetahuan KDM I
tentang “ Konsep Kesehatan Spiritual “.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui konsep kesehatan spiritual
b. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep kesehatan spiritual
c. Mahasiswa memiliki landasan pengetahuan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yang berhubungan dengan spiritual.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode kepustakaan yang kami ambil
dari beberapa buku yang ada di perpustakaan akper Pemkab Kapuas. Selain menggunakan
metode kepustakaan kami juga mencari materi dari internet.
Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien pra operasi Pemenuhan kebutuhan spiritual dalam
hal ini adalah dengan beberapa indikator yaitu ritual berdoa, perawat mendampingi pasien
sebelum operasi, bimbingan Rohani, memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien
mendatangkan pemuka agama. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada 54 responden
menunjukkan sebagian besar responden terpenuhi kebutuhan spiritualnya sejumlah 39 orang
(72,2) sedangkan 15 orang (27,8) tidak terpenuhi kebutuhan spirtualnya.
Dukungan spiritual ini berfungsi membentuk mekanisme koping adaptif terhadap suatu
peristiwa yang dianggap mengancam bagi kelangsungan hidup klien. Dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual peran perawat memberikan pengaruh baik fisik maupun psikologisnya
sehingga klien merasa lebih aman, dan ahirnya kecemasan dapat menurun (Suherlan, 2012).
Kebutuhan spirtual ini tercipta pada pasien yang sudah tumbuh rasa percaya pada perawat,
perawat sudah mengetahui kedaaan serta perkembangan pasien dan di tambah dengan pasien
melakukan ritual berdo’a, terdapat keluarga ataupun perawat yang memotivasi kepada pasien
agar pasien menjadi nyaman dan tenang.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk pemenuhan yang
mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi diri. Kesehatan spiritual berkaitan
erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain
(fisiologis,psikologis,sosiologis,kultural). Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu
mendorong klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga klien
mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang
terjadi pada diri individu tersebut.
3. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses
npernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai
bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat
rasional dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional. Segala
pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada masa ini,
timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
4. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri,
perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercatyaan diri yang dipertahankan
walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan
kepercayaan dirinya.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual
1. Pasien Kesepian. Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain
kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.
2. Pasien Ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan
pasien kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan
ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.
3. Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat
mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah
keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu
membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat membuat
seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup
dapat membuat kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila
perubahan gaya hidup kea rah yang lebih baok, maka pasien akan lebih membutuhkan
dukungan spiritual.
G. Masalah Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual,
yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau berisiko
mengalami ganguan dalam kepercayaan atau sistem yang memberikannya kekuatan, harapan,
dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual,
mengungkapakan adanya keraguan dalam system kepercayaan, adanya gangguan yang berlebih
dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah
hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda seperti menangis,
menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik seperti nafsu maakan
terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri dari atas :
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai atau
dari penderitaan yang berat.
2. Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem nilai seperti
adanya aborsi.
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan
keagamaan.
H. Pengkajian Spritual
Henery (2003, seperti dalam Delgado,2005) mengidentifikasi tiga asumsi tentang
spiritualitas ;
1. Spiritualitas semakin penting untuk teori dan praktek.
2. Spiritualitas biasanya di anggap bagian dari pasien.
3. Memenuhi kebutuhan spiritual pasien adalah membantu pasien mengatasi penderitaan
(karena penyakit kronis) dan kehilangan. (Hanna, 2006)
Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual antara lain adanya ungkapan terhadap
masalh spiritual, misalnya arti kehidupan, kematian dan penderitaan, keraguan akan kepercayaan
yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan yang kosong, dan pengakuan akan perlunya
bantuan spiritual. Beberapa faktor yang menyebabkan masalah spiritual adalah kehilangan salah
satu bagian tubuh, beberapa penyakit terminal, tindakan pembedahan, prosedur invasive, dan
lain-lain.
1. Ketaatan dan keyakinan klien
2. Tanggung Jawab diri dan kehidupan
3. Kepuasan hidup klien
4. Budaya
5. Hubungan dengan masyarakat
6. Praktek keagamaan
7. Pekerjaan
8. Harapan klien
G. Diagnosa Keperawatan
Distres spiritual berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan ritual
spiritual, konflik antara keyakinan spiritual dan ketentuan aturan kesehatan dan krisis penyakit,
penderitaan, atau kematian.
H. Perencanaan Keperawatan
Rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual antara lain:
1. Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa dan beribadah
secara rutin
2. Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah.
3. Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik keyakinan dan
alternative pemecahannya.
4. Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan pasien dan mencari alternatif pemecahannya.
5. Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual.
6. Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya
I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah spiritual secara unun dapat dinilai dari perubahan untuk
melakukan kegiatan spiritual, adanya kemampuan melaksanakan ibadah, adanya ungkapan atau
perasaan yang tenang, dan menerima adanya kondisi atau keberadaannya, wajah yang
menunjukkan rasa damai, kerukunan dengan orang lain, memilki pedoman hidup, dan rasa
bersyukur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa
kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan
pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan
seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk pemenuhan yang
mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi diri.
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis,
kultural). Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu mendorong klien untuk
meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga klien mampu menghadapi,
menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu
tersebut.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan makalah ini, maka kami dapat mengemukakan beberapa saran yang
mungkin dapat menjadi masukan yang bersifat positif antara lain :
1. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca makalah ini.
2. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi tambahan diperpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/download/1654/1699