Bencana
Bencana
Bencana
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian bencana alam banyak terjadi dan cenderung meningkat dari tahun
ketahun. Peningkatan ini terjadi di dunia termasuk di Indonesia. Banjir,
kekeringan, longsorlahan, tsunami, gempabumi, dan badai merupakan
bencana alam yang dapat menimbulkan dampak kerugian yang besar bagi
kehidupan manusia. Indonesia merupakan wilayah yang secara geologis,
geomorfologis, meteorologis, klimatologis, dan sosial ekonomi sangat rawan
terhadap bencana (Sudibyakto, 2009).
Bencana alam geologi merupakan kejadian alam ekstrim yang diakibatkan
oleh berbagai fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas tektonik di
permukaan bumi dapat menjadi salah satu penyebabnya, demikian halnya
dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaan bumi yang juga mungkin
sampai di permukaan. Pemahaman mengenai mitigasi bencana alam geologi
dan mitigasi hazard menjadi menarik dan mendesak untuk diteliti mengingat
dampak yang ditimbulkan bencana tersebut dewasa ini.
Kerugian jiwa, material, dan budaya merupakan aspek utama yang berisiko
menanggung dampak bencana. Kesadaran tentang potensi bencana di
Indonesia dan fakta ilmiah di sekitar bencana yang menimpa negara ini
menjadi alasan utama perlunya dilakukan usaha-usaha ilmiah untuk
mengatasinya. Peran aktif semua pihak yang terkait merupakan sikap terbaik
yang diperlukan untuk menanggulangi masalah bencana
Longsorlahan adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material lainnya yang bergerak kebawah atau
keluar lereng (Nandi, 2007).
Longsorlahan umunya disebabkan oleh faktor alam antara lain kondisi
geologi, curah hujan, topografi, jenis penggunaan lahan, jenis tanah, getaran
atau gempabumi dapat mempengaruhi stabilitas lereng yang dapat
mengakibatkan terjadinya longsorlahan. Pemanfaatan lahan yang berlebihan
seperti pembukaan lahan baru dan pemotongan lereng untuk pembuatan jalan
dan permukiman serta pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kaidah
konservasi telah menyebabkan beban pada lereng semakin berat, sehingga
mengakibatkan terjadinya longsorlahan. Indonesia yang sebagian besar
wilayahnya memiliki topografi berupa pegunungan dengan derajat kemiringan
lereng yang tinggi, menyebabkan bencana longsor menjadi bencana yang
sering terjadi di Indonesia. Berdasarkan data kejadian longsor dari Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2011, dari tahun 2000 –
2011 tercatat telah telah terjadi bencana longsor di seluruh provinsi di
Indonesia sebanyak 1.287 kejadian yang menyebabkan 1.421 orang
meninggal dan 5.966 rumah rusak.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui persebaran tingkat kerawanan longsorlahan di Kota
Semarang, dan
2. Mengetahui dan menganalisis faktor dominan yang menyebabkan
longsorlahan di Kota Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Bencana
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa
fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia.
Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan
darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural,
bahkan sampai kematian.
Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala
alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa
terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia
(nyawa) dan segala produk budi dayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita
baru dapat menyebutnya sebagai bencana.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau
menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan
dengan pernyataan: “bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktifitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayan tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah
“alam” juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau
malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga
tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang
mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta
memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
member dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki
ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana
merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur – infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.
Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah
penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketahanan terhadap bencana yang
cukup.
A. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah tanah yang turun atau jatuh dari tempat yang tinggi ke tempat
yang lebih rendah. Masalahnya jika ada orang atau pemukiman di atas tanah yang
longsor atau di bawah tanah yang jatuh maka sangat berbahaya. Tidak hanya tanah
saja yang longsor karena batu, pohon, pasir, dan lain sebagainya bisa ikut longsor
menghancurkan apa saja yang ada di bawahnya.
Tanah longsor adalah proses perpindahan atau pergerakan massa tanah dengan arah
miring atau vertikal dari kedudukan semula, hal tersebut merupakan akibat dari
adanya gaya dorong. Tanah longsor dapat pula diartikan sebagai proses perpindahan
suatu massa batuan/tanah akibat gaya gravitasi. Intensitas kejadian longsor dan
tingkat bahaya longsor sangat dipengaruhi oleh intensitas curah hujan yang tinggi dan
terjadi terus menerus, kondisi lereng yang miring hingga terjal, penggunaan lahan
yang kurang sesuai dengan kemampuan lahan di daerah tersebut, tanah yang tebal,
serta batuan dan strukur geologi yang bervariasi.
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan asa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor
pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang mempengaruhi
suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut
berpengaruh :
Erosi yang disebabkan sungai – sungai atau gelombang laut yang menciptakan
lereng-lereng yang terlalu curam lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui
saturasi yang diakibatkan hujan lebat gempa bumi menyebabkan tekanan yang
mengakibatkan longsornya lereng-lereng yang lemah gunung berapi menciptakan
simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu getaran dari mesin,
lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir berat yang terlalu
berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
Karakteristik longsor dapat dibagi menjadi lima macam yaitu :
1. Jatuhan (falls)
Umumnya material longsor baik berupa batu maupun tanah bergerak cepat hingga
sangat cepat. Tipe gerakan ini terjadi pada lereng terjal seperti tebing atau tegak
yang terdiri dari batuan yang mempunyai bidang-bidang tidak menerus.
2. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah bergeraknya batuan pada bidang gelincir berbentuk rata.
Longsoran ini disebut longsoran translasi blok batu.
3. Longsoran (slides)
Gerakan material pembentuk lereng yang diakibatkan oleh terjadinya kegagalan
geser, disepanjang satu atau lebih bidang longsor. Material longsoran bergerak
lamban dengan bekas longsoran berbentuk tapal kuda. Massa tanah yang bergerak
bisa menyatu atau terpecah- pecah. Berdasarkan geometri bidang gelincirnya,
longsoran dibedakan dalam dua jenis, yaitu longsoran rotasional dan Longsoran
translasional.