Tugas Rekayasa Transportasi
Tugas Rekayasa Transportasi
Tugas Rekayasa Transportasi
SIMPANG BERSINYAL
Disusun Oleh :
Fakultas Teknik
Teknik Sipil
Universitas Mercu Buana
Bekasi
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah karakteristik lalu lintas di simpang lalu lintas Jl. Kelapa Dua Depok?
b. Bagaimana kinerja simpang JL. Kelapa dua Depok?
c. Bagaimana kinerja ruas Jl. Komjen.Pol.M.jasmin-Jl.Nusantara dan Jl. Kelapa Dua
Depok?
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transportasi
Transportasi berasal dari kata latin yaitu transportare, dimana “trans” berarti seberang atau
sebelah lain dan “portare” berarti mengangkut atau membawa. Jadi transportasi berarti
mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat
lainnya.
Menurut Setijowarno dan Frazila (2001) transportasi berarti suatu kegiatan untuk
memindahkan sesuatu (orang dan/atau barang) dari satu tempat ke tempat yang lain,
baik dengan atau tanpa sarana (kendaraan, pipa, dan lain-lain). Menurut Miro
(2005),transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mangangkut,
atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana ditempat lain
ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Sukarto (2006), transportasi adalah perpindahan dari suatu tempat
ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh
tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi
didasarkan pada adanya perjalanan (trip)
2.2 Jalan
Jalan menurut UU No. 38 tahun 2004 adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan /atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan merupakan kebutuhan penting bagi
masyarakat karena seiring dengan kebutuhan masyarakat akan transportasi untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Transportasi merupakan usaha mengangkut atau
membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Jalan umum menurut fungsinya menurut UU No. 38 Tahun 2004 terdiri dari :
a. Jalan Arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah.
II - 3
2.3 Geometrik Jalan
Geometrik jalan adalah suatu bangun jalan raya yang menggambarkan tentang
bentuk/ukuran jalan raya baik yang menyangkut penampag melintang, memanjang,
maupun aspek lain yang terkait dengan bentuk fisik jalan. Geometrik jalan terdiri dari
:
a. Tipe Jalan, berbagai tipe jalan akan menunjukan kinerja berbeda pada pembebanan
lalu lintas tertentu, misalnya jalan terbagi, tidak terbagi dan jalan satu arah.
Direktorat Jenderal Bina Marga (1997) menetapkan pembagian tipe jalan perkotaan
berdasarkan jumlah jalur, jumlah lajur, arah, dan pembatas (divider atau D) sebagai
berikut:
- 2 lajur 2 arah tak terbagi/ tanpa median (2/2 UD)
- 2 lajur 1 arah tak terbagi/ tanpa median (2/1 UD)
- 4 lajur 2 arah terbagi/dengan median (4/2 D)
- 4 lajur 2 arah tak terbagi/tanpa median (4/2 UD)
b. Lebar Jalur Lalu Lintas, kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat dengan
pertabahan lebar jalur lalu lintas.
c. Kereb, sebagai batas antar jalur lalu lintas dan trotoar berpengaruh terhadap
dampak hambatan samping pada kapasitas dan kecepatan. Kapasitas jalan dengan kerb
kecil dari jalan dengan bahu. Selanjutnya kapasitas berkurang jika terhadap
penghalang tetap dekat tepi jalur lalu linta, tergantung apakah jalan mempunyai
kerb atau bahu.
d. Bahu, Jalan perkotaan tanpa kerb pada umumnya mempunyai bahu pada kedua sisi
jalur lalu lintasnya. Lebar dan kondisi permukaannya mempengaruhi penggunaan
bahu, berupa penambahan kapasitas, kecepatan pada arus tertentu akibat
pertambahan lebar bahu terutama karena pengurangan hambatan samping yang
disebabkan kejadian disisi jalan seperti kendaraan angkutan umum berhenti, pejalan
kaki dan sebagainya.
e. Median, adalah suatu pemisah fisik jalur lalu lintas yang berfungsi untung
menghilang konflik lalu lintas dari arah yang berlawanan, sehingga pada gilirannya
akan meningkatkan keselamatan lalu lintas. Median yang direncanakan dengan baik
juga akan dapat meningkatkan kapasitas jalan.
f. Alinyemen Jalan, berpengaruh pada kecepatan arus bebas biasanya adalah
alinyemen horizontal. Namun karena jari-jarinya di daerahperkotaan tidak terlalu
besar maka pengaruh ini diabaikan.
Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan
dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light). Berdasarkan MKJI
1997, adapun tujuan penggunaan sinyal lampu lalu lintas (traffic light) pada persimpangan
antara lain:
2.5.3 Faktor-faktorPenyesuaian
Faktor penyesuaian ukuran kota (FCcs) diperoleh dari Tabel 2 berikut ini.
0,1-0,5 0,90
0,5-1,0 0,94
1,0-3,0 1,00
>3,0 1,04
Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan
kendaraan takbermotor
Faktor penyesuaian belok kanan (F RT ) ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan
belok kanan p RT. Faktor penyesuaian belok kanan hanya berlaku untuk kendaraan
terlindung, tanpa median, jalan dua arah, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
F RT = 1,0 + p RT x 0,26
di mana :
F RT = faktor penyesuaian belok kanan
p RT = rasio belok kanan
Faktor penyesuaian belok kanan juga dapat diperoleh nilainya menggunakan gambar
Faktor penyesuaian belok kiri (F LT ) ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok
kiri p LT . Faktor penyesuaian belok kiri hanya untuk pendekat tipe p tanpa LTOR,
lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
F LT = 1,0 – p LT x 0,16
di mana :
Faktor penyesuaian belok kanan juga dapat diperoleh nilainya menggunakan gambar
Penentuan waktu sinyal untuk keadaan dengan kendali tetap dilakukan berdasarkan
metoda Webster (MKJI, 1997) untuk meminimumkan tundaan total pada suatu
simpang. Pertama-tama menentukan waktu siklus (c), selanjutnya waktu hijau (g)
pada masing-masing fase (i).
a. Waktu Siklus Sebelum Penyesuaian
Volume lalu lintas mempengaruhi panjang waktu siklus pada fixed time
operation. Panjang waktu siklus akan mempengaruhi tundaan kendaraan rata-
ratayang melewati simpang.
c ua = (1,5 x LTI + 5)/(1 – IFR)
di mana:
b. Waktu Hijau
Pada umumnya pembagian waktu hijau pada kinerja suatu simpang bersinyal
lebih peka terhadap kesalahan daripada panjangnya waktu siklus.
dimana:
C = Σg+ LTI
dimana:
a. Kapasitas
Menurut MKJI 1997, perhitungan kapasitas dapat dibuat dengan pemisahan jalur
tiap pendekat, pada satu lengan dapat terdiri dari satu atau lebih pendekat, misal
dibagi menjadi dua atau lebih sub pendekat. Hal ini diterapkan jika gerakan belok
kanan mempunyai fase berbeda dari lalulintas yang lurus atau dapat juga dengan
merubah fisik jalan yaitu dengan membagi pendekat dengan pulau lalu lintas
(canalization). Kapasitas (C) dari suatu pendekat simpang bersinyal dapat
dinyatakan sebagai berikut:
g
C=Sx
c
di mana:
c = Waktu siklus
b. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan diperoleh dari:
q (Q x c)
DS = =
c ( S x g)
di mana :
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Lokasi
Jl. Kelapa Dua Depok, Kel. Tugu, Kec Cimanggis, Kota Depok
3.2 Gambaran Umum
Sudah beberapa tahun belakangan ini kota depok mengalami perubahan yang signifikan
yaitu bertambahnya volume lalu lintas yang cukup Padat salah satunya pada simpang Jalan
Kelapa Dua Raya yang merupakan jalan Kolektor dan mempunyai 4/2D (4 lajur 2 arah
terbagi) dijalan Jl.Komjen.Pol.M.Jasin dan 2/2UD ( 2 jalur 2 arah tak terbagi ) dijalan
Nusantara / Jl. klp dua raya yang terletak di Kota Depok. Masalah kemacetan pada Jalan
Kelapa Dua di karenakan tata guna lahan pada ruas jalan tersebut meliputi kampus
universitas gunadarma dan pertokoan, oleh sebab kemacetan sering terjadi terutama pada
jam sibuk di pagi siang dan sore hari.
GR = g/c
g = Waktu hijau pada pendekat
c = Waktu Siklus
3.6.3 Menghitung NQtot
Rasio kendaraan terhenti (Psv) adalah rasio kendaraan yang harus berhenti akibat sinyal
merah suatu Simpang, dihitung sebagai:
Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati suatu
simpang, dibandingkan terhadap situasi tanpa simpang, Tundaan pada suatu simpang
dipengaruhi oleh 2 (dua) hal yaitu:
A (T) = 0.32
A (U) = 0.40
A (S) = 0.39
A (B) = 0.31
Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang didapat dengan membagi jumlah nilai Tundaan
total ∑(D x Q) dengan Arus total (Qtotal):
Berdasarkan hasil survei kendaraan pada simpang dan analisa yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.Dari Hasil survey pada volume puncak jam sibuk (peak hour) di peroleh kapasitas sebesar
1948 kend /jam ( Timur ), 1070 Kend/jam ( Utara ), 1035 Kend / Jam ( Selatan ), 2294
Kend/jam (Barat) .
2.Pada analisis kinerja simpang bersinyal Jl Nusantara– Jl Kelapa Dua Raya – Jl Komjem Pol
M Jasmin memiliki nilai derajat kejenuhan (DS) terbesar adalah 0,97 artinya sudah melebihi
angka yang disyaratkan oleh MKJI 1997 yang seharusnya < 0,85 dan dari hasil tundaan rata-
rata simpang didapat tundaan simpang rata-rata adalah103,830 smp/detik. Sehingga didapat
Level of Service (LOS) / tingkat pelayanan simpang yaitu LOS F, yang berarti pergerakan
yang sangat buruk akibat dari nilai tundaan yang tinggi, biasanya menunjukan nilai waktu
siklus yang panjang dan rasio kendaraan yang tinggi.
3.Hasil analisis alternatif solusi dengan penyesuaian waktu siklus dan merubah Fase yang
awalnya 4 menjadi 3 fasemenunjukkan derajat kejenuhan mengalami perubahan dari kondisi
sebelumnya yaitu dengan nilai derajat kejenuhan (DS) adalah 0,76 artinya sudah tepat karena
angka yang disyaratkan oleh MKJI 1997 yaitu< 0,85 dan nilai tundaan simpang rata-rata
4.2 Saran
Berikut beberapa saran untuk memperbaiki kinerja lalu lintas pada ruas Jl Komjem Pol M
Jasmin dan Simpang bersinyal Jl Nusantara– Jl Kelapa Dua Raya–Jl KomjemPol M
Jasminantara lain :
1.Dari segi pengaturan lampu lalu lintas perlu dilakukan peninjauan kembali seperti dengan
merubah waktu siklus dikarenakan tundaan yang besar diakibatkan panjangnya waktu siklus
dan merubah fase yang awal 4 fase menjadi 3 fase.
2.Diharapkan dari hasil analisis ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
merencanakan, mendesain atau melakukan perubahan pada simpang bersinyal bersinyal Jl
Nusantara– Jl Kelapa Dua Raya– Jl Komjem Pol M Jasmi.
Daftar Pustaka
Indah Puspita Sari (2016).Analisa kinerja simpang bersinyal Jl. Haji Mulyadijoyomartono –
Bekasi Timur
Mellysha indah (2015).Evaluasi kinerja simpang bersinyal pada persimpangan tanjung api –
api kota Palembang
Mohd. Isa T, Ibrahim, Meliyani.(2010). Analisa kinerja simpang bersinyal berlengan empat
(studi kasus simpang Surabaya, Bandar Aceh)
Warsiti , Sukoyo, Galih Pamungkas (2013).Analisa kinerja simpang bersinyal pada Jalan
Kaligaran – Jalan Kelud Raya – Jalan Bendungan Raya