Diana Astia (1830208031) 3 Jenis Penelitian. MOTOPEN.

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

BELAJAR EFEKTIF YANG MEMANFAATKAN RUMAH BELAJAR

UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA


PELAJARAN KIMIA SMA

PROPOSAL SRIPSI

Diajukan Untuk
Memenuhi Persyaratan
Penulisan Skripsi

Oleh:
Diana Astia
1830208031

Program Studi Pendidikan Kimia

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS


ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021
A. Latar Belakang.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1). Sesuai isi landasan tersebut bahwa
pendidikan tidak hanya mengedepankan aspek kognitif saja, melainkan
spiritual, sosial dan keterampilan. Sehingga dengan demikian kebutuhan akan
pencapaian potensi yang terdapat dalam diri siswa dapat terpenuhi. Belajar
merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan dapat diimplementasikan
melalui kegiatan belajar. Berkaitan dengan belajar, Gage dan Berliner (dalam
Rifa‟i 2009:82) menyatakan tentang pengertian belajar, bahwa belajar
merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena
hasil dari pengalaman. Peneliti juga menambahkan berkaitan tentang belajar,
bahwa belajar merupakan suatu proses yang semula “tidak tahu” menjadi
“tahu” yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang bersifat
terusmenerus sebagai hasil dari pengalaman.
Efektivitas dalam pengertian secara umum adalah : “kemampuan
berdaya guna dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan sehingga menghasilkan
hasil guna (efisien) yang maksimal”. Memaknai efektivitas setiap orang
memberi arti yang berbeda sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-
masing dalam kamus bahasa indonesia Mulyasa (2010) menyatakan efektif
berarti dan efeknya (akibatnya, pengaruhya dan kesannya) manjur atau
mujarab, dapat membawa hasil, jadi efektivitas adalah adanya keseuaian
antara orang yang melakukan tugas, dengan sasaran yang dituju. Sedangkan
Menurut Desy Anwar efek adalah akibat pengaruh kesan yang timbul pada
pikiran, penonton, pendengar, pembaca, dan sebagainya (sesudah mendengar
atau melihat sesuatu); Sedangkan efektif (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)
Manjur atau mujarab, (tentang efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya
pencapaian tujuan suatu program obat) dapat membawa hasil, berhasil guna
(tentang usaha, tindakan) hal ini berlakunya (Wiwi Irjanty Kentjil, 2010).
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi
internal dan eksternal (Septiana, 2015). Dari beberapa pendapat yang
dijabarkan sebumnya maka dapat disimpulkan bahwa pengertian tentang
efektivitas adalah serangkaian tugas-tugas yang telah dilakukan orang-orang
untuk mencapai sasaran dan tujuan secara maksimal serti yang telah
diharapkan. Yang mana suda dietapkan sebelumnya dalam suatu organisasi.
Menurut pandangan Syah (2009) bahwa belajar dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan
faktor yang ada dalam diri siswa sendiri. Yang termasuk faktor internal yaitu
aspek fisiologis (bersifat jasmaniah), aspek psikologis (bersifat rohaniah
seperti sikap siswa, bakat siswa dan minat siswa). Minat merupakan dorongan
dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau
perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau
kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama kelamaan akan
mendatangkan kepuasan dalam dirinya (Susanto,2013). Menurut Slameto
(2015) Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minat. Teknologi informasi dan
komunikasi pada abad ini dimanfaatkan dalam pendidikan dengan
membangun infrastruktur perangkat keras, jaringan internet, pengadaan
perangkat lunak dan lain sebagainya. semuanya dilakukan dalam usaha
memenuhi kebutuhan sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar. Pada
proses belajar mengajar, guru memainkan peran yang sangat besar bagi
keberhasilan suatu pengajaran (Hariningsih, 2005). Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara, fitur yang sering dimanfaatkan telah dilaksanakan
dalam proses pembelajaran yaitu Sumber Belajar, Buku Sekolah Elektronik
(BSE). Selama kegiatan rumah belajar ini ada tahapan- tahapan yang di
lakukan untuk langkah awal mualai memperkenalkan sistem rumah belajar
dan kegiatan yang akan dilakukan. Tahapan yang dilakukan agar siswa
merasa tertarik dan berminat untuk belajar IPA kami memperkenalkan
pembelajaran yang sedikit abstarak dengan media komputer agar lebih jelas
dan menarik.
Manfaat dari Aplikasi Rumah Belajar sebagai media pembelajaran
menyenangkan adalah memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara
guru, peserta didik dan sumber belajar (Nurul, 2019). Selain itu, proses
pembelajaran dapat dilanjutkan di luar jam pembelajaran dengan mudah yaitu
peserta didik tinggal membuka kembali materi pembelajaran yang baru
disampaikan pada saat jam pembelajaran. Menurut Imanuddin, dkk (2014),
“konten pembelajaran Matematika, Bahasa Inggris, IPA, IPS dan Bahasa
Indonesia akan lebih menarik dibandingkan dengan media pembelajaran
berupa buku, karena bersifat interaktif dilengkapi dengan teks, audio, visual,
animasi, simulasi dalam penyampaian materi sehingga informasi
pembelajaran disampaikan lebih menyenangkan, menarik, mudah dimengerti
dan jelas.
Hasil penelitian lainnya yaitu yang diteliti oleh Warsita (2019) dengan
judul penelitian, yaitu “Pemanfaatan Portal Rumah Belajar Untuk
Meningkatakan Kualitas Belajar” berdasakan penelitian tersebut portal rumah
belajar dinyatakan dapat meningkatan kualitas belajar karena banyak sekali
informasi yang bisa dijadikan sumber belajar baik berupa video,tulisan
ataupun gambar. Hal ini dikarenakan banyak sumber jurnal sebelumnya yang
telah berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar dalam penggunaan portal
rumah belajar sebagai sumber belajar.
Berdasarkan pada penguraikan yang diatas, maka peneliti sangat
tertarik untuk melaukan pengkajian terhadap masalah tersebut dengan
melakukan penelitian yang berjudul “Belajar Efektif Yang Memanfaatkan
Rumah Belajar Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Kimia SMA”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya maka rumusan masalahnya
ialah sebagai berikut;
1. Apakah ada hubungan belajar efektif dengan adanya rumah belajar
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kimia SMA?
2. Bagaimanakah menumbuhkan belajar yang efektif melalui pemanfaatan
rumah belajar terhadap minat belajar siswa mata pelajaran Kimia SMA?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah yang suda tertera sebelumnya peneliti melakukan
batasan masalah dengan peneliti sangat ingin menguji bagaimana belajar
efektif yang memanfaatkan rumah belajar untuk meningkatkan minat belajar
siswa pada mata pelajaran kimia SMA.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini yaitu;
1. Mengetahui hubungan belajar efeltif dengan memanfaatkan rumah belajar
untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran kimia SMA.
2. Mengetahui mengetahui upaya menumbuhkan belajar yang efektif dengan
memanfaatkan rumah belajar untuk meningkatkan minat belajar siswa
pada mata pelajaran kimia SMA.

E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi penulis dan
bisa menambah wawasan bagi para pembaca khususnya mahasiswa
berbasis pendidikan serta umumnya peserta didik.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk
penelitian lebih lanjut khususnya bidang pendidikan.
PENGAMBANGAN MODUL KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
PADA MATERI KIMIA LARUTAN PEYANGGA.

PROPOSAL SRIPSI

Diajukan Untuk
Memenuhi Persyaratan
Penulisan Skripsi

Oleh:
Diana Astia
1830208031

Program Studi Pendidikan Kimia

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS


ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021.
A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya intelektualitas dan kualitas kehidupan
manusia, perkembangan di bidang pendidikan juga semakin pesat. Hal ini
mendorong para pelaku pendidikan untuk membuat desain pendidikan yang
tepat dan sesuai dengan kondisi tersebut. Salah satu bentuk perkembangan di
bidang pendidikan adalah dengan adanya penerapan kurikulum baru yaitu
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang membimbing
siswa untuk menguasai 4 kompetensi. Tiga kompetensi diantaranya yaitu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor).
Sistem kurikulum 2013 menggunakan sistem pendekatan scientific learning
dengan empat model pemebelajaran yaitu discovery, inquiry, problem based
learning (PBL) dan project based learning (PJBL).Pendekatan dan model
pembelajaran yang ada dalam kurikulum 2013 menginginkan agar siswa
mampu belajar secara mandiri serta proses pembelajaran tidak lagi teacher
center melainkan student center. Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat
berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang
dianggap sulit oleh para siswa. Salah satu materi yang dianggap sulit oleh
siswa adalah materi larutan penyangga. Materi larutan penyangga merupakan
materi kimia yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga
dalam memahami materi larutan penyangga, siswa tidak hanya menghafal
teorinya saja tetapi perlu mengkaitkan materi larutan penyangga dengan
contoh dalam kehidupan. Pada proses pembelajaran yang menghubungkan
suatu konsep dengan contoh dalam kehidupan lebih bertahan lama dalam
memori seseorang. Selain itu, adanya contoh larutan penyangga dalam
kehidupan dapat mempermudah siswa dalam menemukan konsep materi
larutan penyangga secara mandiri. Penemuan konsep melalui menemukan
sendiri akan menjadikan pembelajaran siswa lebih bermakna (meaningful
learning), kebermaknaan ini akan berdampak pada peningkatan hasil belajar
siswa.
Model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan sendiri
suatu konsep materi adalah model pembelajaran inkuiri. Menurut Sanjaya
(2006: 194), pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Secara
umum, proses pembelajaran inkuiri meliputi lima langkah yaitu merumuskan
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan. Hal ini sesuai dengan tahapan dalam kegiatan ilmiah
yang biasa dilakukan dalam mempelajari ilmu pengetahuan alam, salah
satunya pada mata pelajaran kimia.
Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan yang tepat karena
pendekatan inkuiri memiliki beberapa langkah yang sesuai dengan kegiatan
praktikum. Langkah tersebut adalah orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
merumuskan kesimpulan. Selain itu, pendekatan inkuiri dapat melatih peserta
didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir melalui pertanyaan-
pertanyaan. Selanjutnya Ada dua tingkatan pendekatan inkuiri, yaitu inkuiri
terbuka dan inkuiri terbimbing. Pada inkuiri terbuka, peserta didik
sepenuhnya melakukan proses mencari dan menemukan belajar secara
mandiri, sedangkan pada inkuiri terbimbing peserta didik melakukan proses
mencari dan menemukan dengan bantuan guru sebagai fasilitator (Sulistina,
2010: 7).
Model pembelajaran inkuiri yang digunakan perlu melibatkan
bimbingan dari guru karena siswa belum terbiasa menggunakan model
pembelajaran ini. Syah (2005: 191) menyatakan bahwa inkuiri merupakan
proses penggunaan intelektual siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan
cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
ke dalam sebuah tatanan penting menurut siswa. Tujuan utama inkuiri adalah
mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan mampu
memecahkan masalah secara ilmiah.
Proses pembelajaran di dalam kelas juga dibatasi dengan alokasi waktu
tertentu. Keterbatasan waktu ini juga mempengaruhi kurang optimalnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Hal ini dapat
diminimalisir dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara mandiri
oleh masing-masing siswa. Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran
yang dapat membimbing siswa untuk menjadi aktif belajar secara mandiri,
salah satunya adalah modul. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri
karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar mandiri. Artinya,
pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara
langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam
modul diatur sehingga seolah-olah modul merupakan bahasa pengajar atau
bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya.
Dengan itu, diharapkan modul dapat memfasilitasi siswa untuk belajar secara
mandiri, sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan
kemampuan pemahaman masing-masing siswa baik di dalam kelas maupun di
luar kelas.
Dengan adanya kondisi dan uraian di atas, peneliti mengembangkan
suatu modul kimia berbasis inkuiri terbimbing. Dengan dikembangkannya
modul melalui susunan sistematis dan berbasis inkuiri ini diharapkan dapat
membantu siswa memperoleh pengetahuan secara mandiri dan mengatasi
kesulitan dalam mempelajari materi kimia, salah satunya pada materi larutan
penyangga. Dengan ini peneliti membuat judul “Pengembangan Modul
Kimia SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan Penyangga”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya maka rumusan masalahnya ialah
sebagai berikut;
1. Apakah penggunaan modul kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing materi
larutan penyangga yang dikembangkan efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa?
2. Bagaimana respon siswa pada pembelajaran dengan modul kimia SMA
berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga?

C. Batasan Masalah
Agar tidak terjadi kesulitan dan kesalahpahaman maka dari itu perdu
adanya perbatasan masalah, di dijabarkan sebagai berikut;
1. Penelitian pengembangan ini meneliti menggunakan modul. Modul adalah
sebuah bahan ajar cetak yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.
(Direktorat Pembinaan SMA, 2008: 13).
2. Berbasis Inkuiri. Model inkuiri adalah siswa akan bertanya bila mereka
dihadapkan pada masalah yang membingungkan, siswa memiliki
kemampuan untuk menganalisis strategi berpikir mereka, strategi berpikir
dapat diajarkan dan ditambahkan kepada siswa, dan inkuiri dapat lebih
bermakna dan efektif apabila dilakukan dalam konteks kelompok (Wena,
2009: 76).
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui keefektifan penggunaan modul kimia SMA berbasis inkuiri
terbimbing pada materi larutan penyangga ditinjau dari hasil belajar siswa.
2. Mengetahui respon respon siswa pada pembelajaran dengan modul kimia
SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Umum, diharapkan dapat memberikan saran serta sumbangan
pemikiran inovasi dalam pembuatan perangkat pembelajaran serta
meningkatkan kualitas pembelajaran sains dan ilmu pengetahuan.
2. Bagi peneliti Sebagai bekal dan wawasan dalam mengembangkan
kreativitas menjadi pribadi yang unggul dan bermanfaat serta diharapkan
penelitian ini mampu menjadi pijakan untuk penelitian selanjutnya
3. Bagi guru Dengan dilaksanakanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai
alternatif pilihan penggunaan media pembelajaran sebagai upaya dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Bagi siswa Dapat menjadikan proses belajar lebih menyenangkan dan
variatif serta menambah media belajar mandiri bagi siswa sehingga
mampu meningkatkan hasil belajar siswa
5. Bagi sekolah Sekolah dapat mengembangkan media pembelajaran yang
mampu memotivasi siswa untuk terus belajar sehingga mampu mencetak
lulusan yang berkualitas dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
ANALISIS KEWAJIBAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN KIMIA
YANG MENGALAMI MISKONSEPSI PADA MATERI
KESETIMBANGAN KIMIA DI PONDOK PESANTREN

PROPOSAL SRIPSI

Diajukan Untuk
Memenuhi Persyaratan
Penulisan Skripsi

Oleh:
Diana Astia
1830208031

Program Studi Pendidikan Kimia

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS


ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021.
A. Latar Belakang
Pondok Pesantren merupakan tempat dimana santri, kiyai, ustadz dapat
belajar secara formal maupun non formal. Dimana dalam pelaksanaanya
dibimbing oleh ustadz, ustdzah dan kiyai secara langsung. Dan sistem yang
digunakan misalnya di pondok pesatren Gontor yaitu sistem Sorogan dan
Bandungan. Tidak hanya sistem intrakulikuler yang digunakan, tetapi pondok
pesantren juga melibatkan kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler. Bahasa
komunikasi sehari-harinya pun menggunakan bahasa Arab dan Bahasa
Inggris, tidak hanya itu di pondok pesantren pula menerapkan hafalan Al-
Quran/ tahfizh Al-Quran, keterampilan hidup, studi hukum islam, dan
keterampilan lainnya. Di pondok pesantren diberlakukan pula penambahan
jumlah jam pelajaran pendidikan agama dari dua jam menjadi 6 jam
perminggu. Kemudian waktu belajar tambahan dengan membiarkan siswa
dapat belajar sendiri serta untuk menghafal ayat-ayat suci Al-Quran,
begitupula dengan pelatihan berbahasa Arab dan Inggris dengan menulis dan
berpidato dalam kedua bahasa tersebut Muhadhoroh (Abdurrahman, 2016).
Pondok pesantren berdasarkan peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan, bahwa pendidikan keagamaan Islam berbentuk pendidikan
diniyah dan pesantren. Pesantren dapat menyelenggarakan 1 atau lebih dari
satuan dan/atau program pendidikan pada jalur formal, nonformal dan
informal. Untuk pendidikan diniyah menengah menyelenggarakan pendidikan
menengah atas sederajat dengan MA/SMA yang terdiri atas 3 (tiga) tingkat.
Kurikulum pendidikan agama yang digunakanpun dilaksanakan sesuai
Standar Nasional Pendidikan dan dapat menambahkan muatan pendidikan
agama sesuai kebutuhan dapat berupa materi, jam pelajaran dan kedalaman
materi pada satuan pendidikan. Kurikulum pendidikan diniyah menengah
formal wajib memasukan pendidikan bahasa Indonesia, kewarganegaraan,
ilmu pengetahuan alam, matematika, serta seni budaya.
Dalam penyelanggaraannya pendidikan keagamaan bersumber dari
ajaran agama yang memadukan ilmu agama dan ilmu umum/keterampilan
(UU, No 55, 2007) Siswa pondok pesantren lebih banyak menerima materi
pelajaran bidang keagamaan daripada mata pelajaran umum. Setiap harinya
materi-materi tersebut harus dipelajari siswa dan beberapa materi bersifat
hafalan. Pada kondisi seperti itu siswa merasakan kesulitan ketika
mempelajarinya. Hal tersebut juga disebabkan oleh strategi pembelajaran
yang lebih menekankan kepada metode ceramah dibanding metode
praktikum. Banyaknya materi yang harus dipelajari serta strategi
pembelajaran yang monoton (tidak menarik) dapat menimbulkan siswa
merasakan beban kognitif (Tan, 2015).
Banyaknya materi kimia ataupun dikenal lebih deikenal siswa dengan
IPA menjadi salah satu kesulitan yang dialami siswa, dalam penelitian ini
peneliti memilih materi kesetimbangan kimia. Pada materi kesetimbangan
kimia memerlukan pengetahuan sebelumnya dan keterkaitan dengan materi
lain untuk memahami materi ini. Sehingga siswa memerlukan memori kerja
yang lebih ketika proses pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan
berlebihnya kapasitas memori kerja sehingga siswa merasakan beban ataupun
kewajiaban kognitif.
Lebih dari itu pada penelitian sebelumnya banyak yang menemukan
adanya miskonsepsi pada kimia dalam materi yang sulit. Menurut salirawati
(2010: 5) menyatakan bahwa salah satu meteri pokok pada mata pelajaran
kimia yang bersifat abstrak dan sering menyebabkan miskonsepsi pada
peserta didik adalah materi kesetimbangan kimia. Materi tersebut merupakan
salah satu materi pokok kimia yang dipelajari pada SMA sampai pada
Perguruan Tinggi semester pertama. Materi ini berisi (1) kesetimbangan
dinamis, (2) kesetimbangan homogen, heterogen, (3) tetapan kesetimbangan,
(4) pergeseran kesetimbangan, (5) hubungan kuantitatif antar komponen dan
reaksi kesetimbangan dan (6) kesetimbangan kimia dalam proses industri.
Materi pokok kesetimbangan ini memerlukan pemahaman konsep yang
mendalam serta penerapan konsep yang memecahkan soal-soal perhitungan.
Hal inilah yang akan menyulitkan peserta didik ketika akan mengaitkan
konsep yang abstrak dengan soal-soal perhitungan yang ada pada materi
kesetimbangan kimia. Miskonsepsi adalah kesalahpahaman peserta didik
dalam menangkap atau menafsirkan suatu materi yang sedang diterima.
Miskonsepsi merupakan masalah yang urgen (Aryungga dan Suyono, 2014).
Dalam pembelajaran, peserta didik yang akan mengalami miskonsepsi
akan merugikan dirinya sendiri karena dalam suatu pembelajaran khususnya
pada materi kimia dari materi sebelumnya sampai materi berikut mempunyai
kaitan yang sangat erat sehingga ini yang akan menyulitkan peserta didik
bahkan sampai pada mahasiswa. Dimana peserta didik mempunyai gaya
belajar tersendiri untuk memahami suatu konsep. Mata pelajaran kimia yang
sering dikatakan sulit, peserta didik mempunyai karakter gaya belajar sendiri-
sendiri dalam menanggapi materi yang mereka terima. Bahkan miskonsepsi
yang timbul juga berdasarkan gaya belajar peserta didik, dimana gaya belajar
merupakan cara seseorang dalam belajar dan menaggapi materi yang
diajarkan.
Teori wajiban kognitif berkaitan dengan tugas kognitif yang kompleks
dalam pembelajaran dimana pelajar sering mengalami kesulitan oleh
banyaknya informasi interaktif yang perlu diproses dalam waktu bersamaan
sebelum pembelajaran yang utama akan dimulai. Jadi beban kognitif itu
timbul karena jumlah total proses berfikir yang diperlukan melebihi kapasitas
memori kerja yang dimiliki manusia. Pada memori kerja terdapat tiga
komponen beban kognitif yang terjadi dalam selama belajar, antara lain;
Intrinsic Cognitive Load, Extraneous Cognitive Load, Germane Cognitive
Load. Komponen yang pertama yaitu, Intrinsic Cognitive Load berhubungan
dengan sifat yang melekat pada isi atau materi yang dipelajari dan kesulitan
materi pelajaran. Pada beban ini terkait dengan bagaimana proses Menerima
dan Mengolah Informasi yang diterimanya pada proses pembelajaran yang
berhubungan dengan memori kerja pada setiap individu. Kedua yaitu,
Extraneous Cognitive Load merupakan beban kognitif yang tidak langsung
berkontribusi terhadap pembelajaran dan ditimbulkan oleh bahan
instruksional. Hal ini terkait dengan Usaha Mental yang dilakukan oleh siswa
sendiri dalam proses pembelajaran. Komponen beban kognitif yang terakhir
yaitu, Germane Cognitive Load dipengaruhi oleh beban pada Hasil Belajar
siswa yang bergantung pada hubungan antara hasil dari beban intrinsic dan
extraneous (Jong, 2010).
Dengan adanya uraian di atas peneliti sangat tertarik dan perlu untuk
melakukan penelitian dengan menganalis kewajiban kognitif dipondok
pesantren apada pelajaran Kimia. Oleh karna itu penulis melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Kewajiban Kognitif Pada Pembelajaran Kimia Yang
Mengalami Miskonsepsi Pada Materi Kesetimbangan Kimia di Pondok
Pesantren”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah;
1. Bagaimana kewajiban kognitif siswa pada pembelajaran kimia materi
kesetimbangan kimia di Pondok Pesantren?
2. Bagaimana identifikasi miskonsepsi siswa pada konsep kesetimbangan
kimia di Pondok Pesantren?

C. Batasan Masalah
Berikut batasan masalah pada penelitian ini agar lebih mudah mengarah
pada tujuan dan rumusan masalah yang ditentukan;
1. Beban kognitif siswa pada pembelajaran kimia materi kesetimbangan
kimia di Pondok Pesanten.
2. Identifikasi miskonsepsi siswa pada konsep kesetimbangan kimia di
Pondok Pesantren.

D. Tujuan Penlitian
Adapaun tujuan dari penelitian ini yaitu;
1. Mengetahui beban kognitif siswa pada pembelajaran kimia materi
kesetimbangan kimia di pondok pesantren.
2. Mengetahui miskonsepsi siswa pada konsep kesetimbangan kimia di
pondok pesantren.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis, sebagai bahan referensi untuk mengembangkan
penelitian mengenai kewajiban kognitif siswa.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi peneliti-peneliti Lain Melalui penelitian ini, para peneliti lain
mendapatkan informasi mengenai beban kognitif siswa pada
pembelajaran kimia di pondok pesantren untuk menjadi referensi agar
dapat melanjutkan atau meneruskan penelitian mengenai beban kognitif
di pondok pesantren.
b) Bagi guru Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk menjadi referensi
memperbaiki strategi pembelajaran khususnya di pondok pesantren.
c) Bagi pesantren Bagi pesantren penelitian ini bermanfaat sebagai
referensi dalam memperbaiki sistem pembelajaran kimia di pesantren
dan untuk pertimbangan kegiatan-kegiatan pembelajaran dan aktivitas
di pesantren yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai