MAKALAH ASKEP CRANIATOMY Adisya - KOREKSI
MAKALAH ASKEP CRANIATOMY Adisya - KOREKSI
MAKALAH ASKEP CRANIATOMY Adisya - KOREKSI
DISUSUN OLEH :
Cedera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai geger otak. Luka
terbuka dari dari tengorokan ditandai kerusakan otak. Luasnya luka bukan
merupakan indikasi berat ringannya gangguan. Pengaruh umum cedera kepala
dari tinggak ringan samapi tingkat berat adalah edema otak, deficit densori dan
motoric, peningkatan intra kranial. Kerusahan selanjutnya timbul hermiasi otak,
isoheni otak dan hypoxia.
Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung
pada kepala. Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau
keluaran yang merobek terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma
langsung bila kepala langsung terluka. Semua ini berakibat terjadinya akselerasi-
deselerasi dan pembentuksn rongga (dilespasnya gas, dari cairan lumbal, darah,
dan jaringan otak). Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan
isinya, rusaknya otak oleh kompresi, goresan atau tekanan.
Cedera akselerasi terjadi bila kepala kena benturan dari objek yang
bergerak dari objek yang bergerak dan menimbulkan gerakan. Akibat dari
kekuatan akselerasi, kikiran atau kontusi pada lobus oksipital dan frontal, batang,
otak dan cerebelum dapat terjadi.
Perdarahan akibat trauma cranio cerebral dapat terjadi pada lokasi-lokasi
tersebut: kulit kepala, epidural, subdural, intracerebral, intraventricular. Hematom
subdural dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1. Conscussion/comosio/memar
Merupakan cedera kepala tertutup yang ditandai oleh hilan
gnya kesadaran, perubahan persepsi sensori, karakteristik gejala:
sakit kepala, pusing, disorientasi.
2. Contusio cerebri.
Termasuk didalamnya adalah luka memar, perdarahan dan
edema. Dapat terlihat pada lobus frontal jika dilakukan lumbal
pungkri maka lumbal berdarah.
3. Lacertio cerebri
Adanya sobekan pada jaringan otak sehingga dapat terjadi
tidak sarah/pingsan, hemiphagia, dilatasi pupil.
e. Manifestasi klinik
1. Perubahan dan kesadran/perubahan perilaku.
2. Gangguan penglihatan dan berbicara.
3. Mual dan muntah.
4. Pusing.
5. Keluar cairan cerebro spinal dari lubang hidung dan telinga.
6. Hemiparesis.
7. Terjadi peningkatan intracranial
f. Pemeriksaan penunjang
1. CT Scan (tanpadengan kontras)
Tujuan : mengidentifikasi adanya syok hemoragik. Menentukan
ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada
iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca
trauma.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaning)
3. Angiopati serebral
Tujuan : menunjukan kelainan sirkulasi cerebral, seperti
pengeseran jaringan otak akibat edema, perderahan, trauma.
g. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
2. Mempercepat penyembuhan
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti
sebelumoperasi.
4. Mempertahankan konsep diri pasien
5. Mempersiapkan pasien pulang
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gygiene luka yang buruk.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.
6. Pola nafas infektif berhubungan dengan efek anastesi.
7. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret.
8. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan efek anastesi.
9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah.
C. Intervensi keperawatan
Pembedahan “craniotomy”
Luka insisi buruk Trauma jaringan Kerusakan Aliran darah ke otak Penekanan pada Susunan Saraf
neuromuskular menurun Pusat
Aktivasi reseptor nyeri Penurunan
kelembaban luka Paralisis Tonus otot↓ Penurunan Penekanan Penekanan
Melalui saraf asendence suplai O2 pusat system
Kelemahan Perubahan pernafasan cardiovaskular
Infasi Bakteri
persepsi
Merangsang thalamus sensori Gangguan
Kontraktur Penurunan Penurunan
Resiko Infeksi metabolisme
kerja organ cardiac output
Muncul sensasi inyeri nafas
Gangguan
mobilitas Peningkatan Hiposia Suplai darah
fisik asam laktat jaringan Penurunan berkurang
Gangguan rasa nyaman
ekspansi paru
nyeri
Penurunan
Oedem aotak Penurunan
aliran darah
RR Suplai O2
tidak adekuat
Gangguan Polanafas Gangguan
perfusi tidak efektif perfusi
jaringan jaringan
DAFTAR PUSTAKA
A.K. Muda, Aham. 2003. Kamus Lengka Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia Press.
Capenito, Lynda Jull RN.1999. Diagonsa dan Rencana Keperawatan Ed 3. Jakarta : Media
Aesculappius.
Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). KapitanSelekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi
BAB III
RESUME ASKEP
Seorang pasien (19 tahun) di rawat di bangsal bedah saraf dengan diagnose medis post
craniotomy setelah sebelumnya mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan
subdural hematoma pada region temporalis. Saat ini pasien post craniotomy hari ke-4,
dari hasil pengkajian ditemukan pasien semakin sulit untuk dibangunkan, nilai GCS turun
dari 10 ke 5, tanda nuchal rigidity (+), tanda-tanda vital: tekanan darah 110/60 mmHg,
HR 114 x/menit, suhu 39oC. Luka post operasi tertutup balutan, balutan bersih. Therapi
Ceftriaxone 1x2 mg, Tramal 3x100 mg, Transamin 3x1 amp, IVFD NaCl 20 tts/ menit.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : Nn.M
Umur : 19 tahun
Pekerjaan : Pelajar
2. KELUHAN UTAMA :
Penurunan kesadaran
4. ANALISA DATA
DO :
- pasien semakin sulit
untuk dibangunkan
- pasien tampak lemah
terbaring di tempat tidur
- nilai GCS turun dari
10 ke 5
- tanda-tanda vital:
tekanan darah 110/60
mmHg, HR 114
x/menit, suhu 39oC.
DO :
- pasien semakin sulit
untuk dibangunkan
- ADL pasien semua
tampak di bantu perawat
dan keluarga
- Pasien terbaring lemah
di tempat tidur
- tanda-tanda vital:
tekanan darah 110/60
mmHg, HR 114
x/menit, suhu 39oC
3 DS : Luka post op Resiko infeksi
- Penurunan kesadaran craniotomy
Penurunan pertahanan
DO : primer tubuh
- Terdapat luka post (kerusakan integritas
operasi tertutup kulit karena luka
balutan operasi)
- tanda-tanda vital:
tekanan darah 110/60
mmHg, HR 114
x/menit, suhu 39oC
4 DS : Gangguan Defisit perawatn diri
- Penurunan kesadaran neuromuskuler,
DO : kelemahan
- ADL pasien semua
tampak di bantu perawat
dan keluarga
- Pasien terbaring lemah
di tempat tidur
- tanda-tanda vital:
tekanan darah 110/60
mmHg, HR 114
x/menit, suhu 39oC
5. DS : Penurunan Mobilitas Risiko Gangguan
- Penurunan Kesadaran Integritas Kulit/Jaringan
DO :
- ADL pasien semua
tampak di bantu perawat
dan keluarga
- Pasien terbaring lemah
di tempat tidur
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. gangguan perfusi serebral berhubungan dengan cedera kepala
2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kesadaran
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op craniotomy
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Gangguan neuromuskuler
5. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Penurunan Mobilitas
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. gangguan perfusi serebral berhubungan dengan cedera kepala
a. Intervensi Utama :
Manajeman peningkatan tekanan intracranial
Pemantauna tekanana intracranial
b. Intervensi Pendukung :
Edukasi prosedur tindakan
Pemantauna TTV
Pemberian obat intravena
Pemberian obat intrdermal
Pemebrian obat inhalasi
Pengontrolan infeksi
Pencegahan perdarahan
2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kesadaran
a. intervensi utama :
Manajemen energy
Terapi aktivitas
b. Intervensi pendukung :
Dukungan Ambulasi
Edukasi Latihan Fisik
Edukasi pengukuran nadi radialis
Pemantauna TTV
Promosi dukungan keluarga
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op craniotomy
a. Intervensi Utama :
Pecegah infeksi
Manajmen imunisasi/Vaksin
b. Intervensi Pendukung
Pemantauan TTV
Edukasi Pencegahan luka tekan
Pemerian obat intravena
Pengaturan posisi
Perawatan luka
Perawatan luka tekan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Gangguan neuromuskuler
a. Intervensi Utama :
Dukunganperawatan diri
b. Intervensi pendukung
Dukungan pengambilan keputusan
Pengaturan posisi
Promosi latihan fisik
Reduksi asietas
Pencegah jatuh
5. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Penurunan Mobilitas
a. Intervensi Utama :
Perawatan Integritas Kulit
Perawatan Luka
b. Intervensi Pendukung
Dukungan Perawatan diri
Edukasi Perawatan diri
Latihan Rentang Gerak
Pemberian Obat Kulit
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDANCE BASED NURSING RISET
JUDUL
(EFEKTIFITAS ALIH BARING DENGAN MASASE PUNGGUNG TERHADAP RESIKO
DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING)
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Nn. M
Umur : 19 tahun
Pekerjaan : Pelajar
B. DATA FOKUS
Ds :
- Penurunan kesadaran
- Pasien Semakin Sulit untuk Dibangunkan
Do :
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Penurunan Mobilitas
D. ANALISA SINTESA/ALASAN PENERAPAN EVIDANCE BASED NURSING
Tekanan Eksternal
Jaringan hipoksia
Cidera Iskemik
Iskemia jaringan
Decubitus
Massage punggung
Berdasarkan hasil dari penerapan EBN, Hal ini menunjukkan bahwa responden
mengalami penurunan tingkat resiko dekubitus dengan dilihat dari penilaian skala Braden
yang menunjukkan terdapat penurunan tingkat kelembaban, gesekan dan peningkatan
mobilitas. Sedangkan untuk intervensi alih baring dengan masase punggung menunjukkan
bahwa sebelum diberikan perlakuan sebagian besar megalami tingkat resiko tinggi sebanyak
14 responden (46,7%) dan paling sedikit mengalami resiko sangat tingggi sebanyak 3
responden (10,0%).
Kelebihan masase punggung dari pada terapi lain dalam EBN ini addalah :
1. masase punggung selama 3-5 menit dapat memberikan efek relaksasi dan mengurangi
tekanan pada tubuh
2. memperbaiki sirkulasi, metabolisme, melepaskan pelekatan dan melancarkan peredaran
darah sebagai cara pengobatan
3. meningkatkan fungsi kulit, meningkatkan fungsi jaringan otot, meningkatkan
pertumbuhan tulang dan gerak persendian, dan meningkatkan fungsi jaringan syaraf
Kekurangan/ hambatan yang ditemukan selama aplikasi EBN
Selama aplikasi EBN tidak terdapat kekurangan/hambatan apa pun.
BAB 5?