Simulasi Generator Induksi (Asinkron) Menggunakan Matlab: Karya Ilmiah
Simulasi Generator Induksi (Asinkron) Menggunakan Matlab: Karya Ilmiah
Simulasi Generator Induksi (Asinkron) Menggunakan Matlab: Karya Ilmiah
OLEH
1
DAFTAR ISI
2
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Simulasi Program ............................................................................. …… 16
4.2 Hasil …………………………………………………………………… 17
3
DAFTAR GAMBAR
4
ABSTRAK
Generator induksi adalah generarator yang memiliki prinsip dan konstruksinya sama
dengan motor induksi yang sudah umum digunakan, hanya saja dibutuhkan prime mover
sehingga putaran rotor lebih besar daripada putaran stator untuk membangkitkan
tegangannya.
Generator induksi semakin banyak digunakan untuk membangkitkan energi listrik
pada daerah terpencil yang belum terjangkau listrik dan berdaya kecil. Generator induksi
digunakan pada pembangkit energi listrik terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin,
dimana kondisi perputaran rotornya yang tidak tetap sehingga tegangan dan frekuensinya
yang terus berubah-ubah.
Umum analisis Grenerator dilakukan dengan asumsi bahwa generator induksi mendapat
suplai tegangan dari tegangan tiga phasa yang akan dapat mempengaruhi putaran, arus generator,
rugi-rugi, daya input dan daya output generator induksi tiga phase serta dapat digambarkan
karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi.
Pembahasan generator induksi dilakukan secara analisa teknis, dimana dari data yang ada,
diuraikan cara kerja, perhitungan daya generator induksi, putaran, arus input, rugi-rugi, daya input
serta daya output. Sehingga dapat digambarkan karakteristik torsi dan kecepatan pada generator
induksi.
Dari hasi analisis, karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi akan semakin
menurun secara eksponensial, hal ini dikarenakan harga slip yang bernilai negatif.
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Untuk memberikan ruang lingkup dan batasan masalah yang jelas pada bab hasil dan
pembahasan dalam penulisan ini, maka analisis dibatasi simulasi generator induksi dilakukan
dengan tegangan seimbang tiga phase dan menggunakan soft ware MatLab versdi 6.1
Bab I : Pendahuluan
Berisikan latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan
batasan masalah serta sistematika pembahasan.
Tinjauan Pustaka yang berisikan teori pendukung yang digunakan dalam penulisan
penelitian ini.
Bab V : Penutup
Berisikan kesimpulan yang merupakan intisari dari bab hasil dan pembahasan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
dengan kata lain motor akan mulai lagi bekerja dengan putaran rotor yang berlawanan arah
dengan arah sebelumnya.
c. Pengereman dinamis
Cara ini dilakukan dengan merubah suplai pada stator dan diganti dengan sumber DC
kemudian diparalelkan antara kumparan rotor dengan tahanan. Kontaktor line 1L akan
memutuskan rangkaian motor ke jala-jala AC dan selanjutnya kontaktor 2L tertutup
sehingga sumber DC masuk kerangkaian stator. Untuk membatasi arus dan pengereman
yang berbeda-beda maka pada rangkaian rotornya dihubungkan dengan tahanan geser.
Dengan mengalirkan sumber DC pada statornya, maka akan dibangkitkan medan magnet
yang diam dimana distribusi fluksnya merupakan bentuk sinusoidal. Perputaran rotor
dalam medan ini akan menghasilkan suatu aliran induksi AC didalam rotor yang juga akan
memperkuat medan magnet yang diam pada statornya. Dengan adanya melawan dari
resultan medan magnet dan arus rotor, maka pada motor terjadi torsi pengereman yang
besarnya tergantung dari kekuatan medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan stator
dan kecepatan rotornya.
9
Dalam hal ini belitan stator dirangkai untuk generator induksi tiga fasa, tetapi juga dapat
dirangkai untuk generator induksi satu fasa. Disamping itu belitan stator pada generator
induksi juga dirangkai untuk jumlah kutub tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Stator dan rotor membentuk rangkaian magnetis, berbentuk silindris yang simetris dan
diantaranya terdapat celah udara. Apabila celah udara yang terdapat diantara stator dan rotor
terlalu lebar maka efisiensi mesin akan semakin rendah dan apabila terlalu sempit maka akan
menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin.
Rangkaian kumparan rotor pada generator induksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
10
Gambar 2.2 Rangkaian rotor generator induksi yang dilihat dari sisi stator
Untuk mendapatkan rangkaian ekivalen, maka rangkaian kumparan rotor harus disesuaikan
dengan besaran komponen-komponennya yakni dipindahkan atau dilihat dari sisi stator dengan
memperhatikan perbandingan transformasi seperti Gambar 2.2. Dari Gambar 2.2 di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa hubungan komponen-komponennya sebelum dan sesudah dipindahkan
ke stator akan mengikuti persamaan-persamaan seperti berikut,
E2’ = a E2 = E1 (2.1)
I2’ = I2 / a (2.2)
R2’ / S = a2 R22 / S (2.3)
X2’ = a2 X2 (2.4)
Keterangan :
a = ( N1 Kw1 ) / (N2 Kw2 ) : Perbandingan transformasi
N1 : Banyaknyalilitan kumparan stator
N2 : Banyaknya kumparan rotor
Kw1 = Kp1 x Kd1 : Faktor belitan stator
Kw2 = Kp2 x Kd2 : Faktor belitan rotor
Kp : Faktor kisar belitan
Kd : Faktor distribusi dari belitan
Setelah besaran dari komponen kumparan rotor dirubah yakni dilihat (dipindahkan) ke
stator, maka rangkaian ekivalen yang sebenarnya dapat digambarkan sebagai berikut,
11
Gambar 2.3 Rangkaian rotor yang sebenarnya dari generator induksi
Jika diperhatikan rangkaian ekivalen generator induksi disebelah sama dengan rangkaian
ekivalen trafo namun pada generator induksi rangkaian sekundernya berputar sedangkan pada
trafo tidak.
2.4 Prinsip Kerja Generator Induksi
Prinsip kerja generator induksi yaitu berdasarkan induksi elektromagnetik. Setelah rotor
diputar oleh penggerak mula (prime mover) dengan demikian kutub-kutub didalam rotor akan
berputar. Jika kumparan kutub diberi arus maka pada permukaan kutub akan timbul medan magnet
(garis-garis gaya fluks) yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan putaran kutub. Garis-
garis gaya fluks yang berputar tersebut akan memotong kumparan jangkar yang ada di stator
sehingga pada kumparan jangkar tersebut timbul EMF atau GGL tegangan induksi. Frekuensi
EMF atau tegangan induksi tersebut mengikuti persamaan berikut ini,
f = (PxN) / 120 (Hz) (2.5)
Oleh karena frekuensi dari tegangan induksi tersebut di Indonesia sudah ditentukan, yaitu
sebesar 50 Hz dan jumlah kutub selalu genap maka putaran kutub, putaran rotor dan putaran
penggerak mula sudah ditentukan terlebih dahulu. Besarnya tegangan induksi yang timbul pada
kumparan jangkar pada stator mengikuti persamaan berikut,
E = 4,44 . kc . kd . f . Φ . T (volt/fase) (2.6)
Komponen-komponen yang ada pada generator induksi hampir sama dengan yang ada
pada motor induksi, baik itu stator maupun rotornya. Prinsip kerja generator induksi juga hampir
sama dengan motor induksi, perbedaannya hanya pada slipnya saja. Maka dari itu rumus-rumus
yang digunakan pada generator induksi identik dengan rumus-rumus yang digunakan pada motor
12
induksi. Untuk motor induksi, slipnya bernilai positif karena kecepatan statornya (Ns) lebih besar
dibandingkan kecepatan rotornya (Nr), sedangkan pada generator induksi slipnya bernilai negatif
karena kecepatan statornya (Ns) lebih kecil dibandingkan kecepatan rotornya (Nr). Hal ini akan
mempengaruhi besaran-besaran lainnya seperti daya, torsi dan lain-lain.
Apabila mesin induksi berputar dalam keadaan berbeban dengan kecepatan rotor (Nr) lebih
besar dari kecepatan statornya (Ns), maka slip menjadi negatif sesuai persamaan berikut,
Ns Nr
S (2.7)
Ns
Selain itu, torsi akan menjadi negatif dan MMF rotor (Mr) mendahului Φres dengan sudut Φ (ΦR)
dan arus stator (I2) bertambah sesuai persamaan berikut,
M s coss M R cosr M res cosres (2.8)
Dalam hal ini, kenaikkan daya output sebanding dengan M s coss , diikuti dengan kenaikkan yang
sama dari daya beban pada poros prime mover.
Motor induksi dapat menjadi generator induksi apabila motor induksi tersebut mengalami
pengeremen untuk membangkitkan daya yang dapat dikembalikan ke jala-jala. Jenis-jenis
pengereman motor induksi yang dapat mengakibatkan motor induksi berubah menjadi generator
induksi telah dibahas pada Bab II sebelumnya. Generator induksi jarang dipergunakan, kadang-
kadang digunakan dalam pengereman regeneratif yaitu apabila motor induksi berputar melebihi
kecepatan sinkronnya.
Besarnya kecepatan stator (Ns) dan kecepatan rotor (Nr) dalam program ini dihitung dengan
persamaan berikut,
120 f
Ns (2.9)
P
N r (1 S ) N s (2.10)
Dengan menggunakan perbandingan slip pada persamaan 2.12, daya masuk rotor (Pg) dan
daya mekanis (Pm) dapat diketahui. Untuk memperoleh besarnya daya keluaran (Pout) dan daya
masukkan (Pin) digunakan aliran daya dan rugi pada motor induksi, maka besarnya daya keluaran
(Pout) dan daya masukkan (Pin) dapat dicari sesuai persamaan 2.13 dan 2.14. Tetapi sebelumnya
harus dihitung terlebih dahulu besarnya rugi tembaga pada rotor (Pcu) yang besarnya adalah,
P 3 I 22 R2 (2.11)
13
Pg : Pcu : Pm 1 : S : (1 S ) (2.12)
Pin Pg PS (2.14)
Harga daya masuk rotor (Pg) dan daya mekanis (Pm) merupakan harga mutlak (absolut)
karena harga slipnya adalah negatif. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat ditentukan
besarnya torsi elektromagnetis (Te), torsi poros (Tp) dan efisiensi generator induksi dengan
persamaan berikut ini,
Pout
100% (2.15)
Pin
P
Te m (2.16)
Nr
P
Tp out (2.17)
Nr
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Data
3.1.1 Bentuk data
Keseluruhan bentuk data yang akan dipergunakan dalam laporan ini adalah data kuantitatif
yaitu data yang berupa angka.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
Gambar 4.2 Tampilan akhir hasil perhitungan simulasi program generator induksi
4.2. Hasil
Karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi akan semakin menurun secara
eksponensial, hal ini dikarenakan harga slip yang bernilai negatif.
17
BAB V
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
Boldea, Ion dan Syed A. Nasar. 2002. “The Induction Machine Book”. Florida: CRC Press LLC
Brian R, dkk. 2006. A Guide to MATLAB for Beginners and Experienced Users. Edisi ke-2. New
York: Cambrige University Press Karim,
Chapman, Stephan J. 2005. Electric Machinery Fundamentals. Edisi ke-4. New York: McGraw-
Hill Cimbals, Raimonds.,
Jimmie J. Cathey, 2001. Electric Machines : Analysis and Design Applying Matlab. McGraw-Hill
Higher Education
Zuhal. 1993. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
19
20
Listing Program Simulasi Generator Induksi
function Generator_Induksi
m1=findobj(gcbf,'Tag','K');
set(m1,'String','Proses perhitungan sedang dilakukan, tunggu beberapa saat....!');
pause(2);
m2=findobj(gcbf,'Tag','K');
set(m2,'String','Proses perhitungan selesai, silakan cek hasilnya....!');
format bank
% Input
s7=findobj(gcbf,'Tag','S');
s8=get(s7,'String');
s9=str2num(s8); % Input slip
if s9>=0
p1=findobj(gcbf,'Tag','K');
set(p1,'String','Slip harus lebih kecil dari 1 atau negatif untuk generator induksi....!');pause(3);
a21=findobj(gcbf,'Tag','K');set(a21,'String','Sedang Menghapus....!');pause(1);
a22=findobj(gcbf,'Tag','K');set(a22,'String','Silakan isi input-input-nya
kembali...!');a1=findobj(gcbf,'Tag','F');set(a1,'String',' ');a2=findobj(gcbf,'Tag','P');set(a2,'String','
');a3=findobj(gcbf,'Tag','S');set(a3,'String',' ');a4=findobj(gcbf,'Tag','R');set(a4,'String','
');a5=findobj(gcbf,'Tag','X');set(a5,'String',' ');a6=findobj(gcbf,'Tag','Fst');set(a6,'String','
');a7=findobj(gcbf,'Tag','Fs');set(a7,'String',' ');a8=findobj(gcbf,'Tag','I');set(a8,'String','
');a9=findobj(gcbf,'Tag','Ns');set(a9,'String',' ');a10=findobj(gcbf,'Tag','Nr');set(a10,'String','
');a11=findobj(gcbf,'Tag','Te');set(a11,'String',' ');a12=findobj(gcbf,'Tag','Tp');set(a11,'String','
');a12=findobj(gcbf,'Tag','Eff');set(a12,'String',' ');a13=findobj(gcbf,'Tag','Pcu');set(a13,'String','
');a14=findobj(gcbf,'Tag','P2');set(a14,'String',' ');a15=findobj(gcbf,'Tag','Pm');set(a15,'String','
');a16=findobj(gcbf,'Tag','Pout');set(a16,'String',' ');a17=findobj(gcbf,'Tag','Pin');set(a17,'String','
');a18=findobj(gcbf,'Tag','R1');set(a18,'Value',0);a19=plot(0,0);grid;a20=findobj(gcbf,'Tag','G1');set(a20,a19);
end
s1=findobj(gcbf,'Tag','F');
s2=get(s1,'String');
s3=str2num(s2); % Input frekuensi
s4=findobj(gcbf,'Tag','P');
s5=get(s4,'String');
s6=str2num(s5); % Input jumlah kutub
s10=findobj(gcbf,'Tag','R');
s11=get(s10,'String');
s12=str2num(s11); % Input tahanan per phase
s13=findobj(gcbf,'Tag','X');
s14=get(s13,'String');
s15=str2num(s14); % Input reaktansi per phase
s16=findobj(gcbf,'Tag','Fst');
s17=get(s16,'String');
21
s18=str2num(s17); % Input rugi angin dan gesekan
s19=findobj(gcbf,'Tag','Fs');
s20=get(s19,'String');
s21=str2num(s20); % Input rugi stator
s22=findobj(gcbf,'Tag','I');
s23=get(s22,'String');
s24=str2num(s23); % Input arus rotor
% Output
k1=(120*s3)/s6; % Output kecepatan Stator
k2=(1-s9)*k1; % Output kecepatan rotor
k3=findobj(gcbf,'Tag','Ns');
set(k3,'String',k1);
k4=findobj(gcbf,'Tag','Nr');
set(k4,'String',k2);
k5=3*((s24)^2)*s12; % Output rugi tembaga rotor
k6=findobj(gcbf,'Tag','Pcu');
set(k6,'String',k5);
k7=abs(k5/s9); % Output daya masuk rotor
k8=findobj(gcbf,'Tag','P2');
set(k8,'String',k7);
k9=abs((1-s9)*k7); % Output daya mekanis
k10=findobj(gcbf,'Tag','Pm');
set(k10,'String',k9);
k11=k9-s18; % Output daya keluaran
k12=findobj(gcbf,'Tag','Pout');
set(k12,'String',k11);
k13=k7+s21; % Output daya masukkan
k14=findobj(gcbf,'Tag','Pin');
set(k14,'String',k13);
k15=(k11/k13)*100; % Output efisiensi generator
k16=findobj(gcbf,'Tag','Eff');
set(k16,'String',k15);
k17=k9/k2; % Output torsi elektromagnetis
k18=findobj(gcbf,'Tag','Te');
set(k18,'String',k17);
k19=k11/k2; % Output torsi poros
k20=findobj(gcbf,'Tag','Tp');
set(k20,'String',k19);
% Gambar grafik
L2=linspace(0,k2,50);
L3=k9./L2;
L4=plot(L2,L3,'b.');
grid, xlabel('Kecepatan rotor (rpm)'), ylabel('Torsi Elektromagnetis (N-m)'), title('Karakteristik Torsi dan Kecepatan
Generator Induksi')
L5=findobj(gcbf,'Tag','G1');
set(L5,L4);
pause(3);
m3=findobj(gcbf,'Tag','K');
set(m3,'String','Untuk generator induksi, kecepatan rotor harus lebih besar dari kecepatan stator.');
22
23