Simulasi Generator Induksi (Asinkron) Menggunakan Matlab: Karya Ilmiah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

KARYA ILMIAH

SIMULASI GENERATOR INDUKSI (ASINKRON)


MENGGUNAKAN MATLAB

OLEH

Ir. Yanu Prapto Sudarmojo, MT


NIP. 195501031989031001

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2016

1
DAFTAR ISI

Lembar Judul ……………………………………………………………………… 1


Daftar Isi........................................................................................................ ……… 2
Daftar Gambar ............................................................................................... ……… 4
Abstrak .......................................................................................................... ……… 5

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... ……… 6


1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 6
1.2 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 6
1.3 Manfaat Penelitian………………………………………………….. 6
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah………………………………. 7
1.5 Sistematika Pembahasan ....................................................... ………. 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ ............. 8


2.1 Mesin Induksi ........................................................................ ……….. 8
2.2 Pengereman Motor Induksi ................................................... ………. 8
2.3 Konstruksi Generator Induksi ............................................... ………. 9
2.3.1 Konstruksi stator dari Generator Induksi ........................... ………. 9
2.3.2 Konstruksi rotor dari Generator Induksi ............................ ……… 10
2.4 Prinsip Kerja Generator Induksi............................................ ………. 12

BAB III : METODE PENELITIAN


3.1 Data ....................................................................................... ………. 15
3.1.2 Bentuk Data ....................................................................... ………. 15
3.2.2 Jenis Data ........................................................................... ………. 15
3.2.3 Sumber Data ....................................................................... ………. 15
3.2.4 Teknik pengumpulan Data ................................................. ……….. 15
3.3 Metode Analisis .................................................................... ………. 15

2
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Simulasi Program ............................................................................. …… 16
4.2 Hasil …………………………………………………………………… 17

BAB V : PENUTUP .................................................................................. …………. 18


Daftar Pustaka…………………………………………………………………………. 19
Lampiran ..................................................................................................... …………. 20

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rangkaian rotor Generator Induksi ........................................... …………… 10


Gambar 2.2 Rangkaian rotor Generator Induksi yang dilihat dari sisi stator ………….. 11
Gambar 2.3 Rangkaian rotor yang sebenarnya dari Generator Induksi ........ …………… 12
Gambar 4.1 Tampilan awal simulasi program Generator Induksi………. ... …………… 16
Gambar 4.2 Tampilan akhir hasil perhitungan simulasi program Generator
Induksi ....................................................................................... ……………. 17

4
ABSTRAK

Generator induksi adalah generarator yang memiliki prinsip dan konstruksinya sama
dengan motor induksi yang sudah umum digunakan, hanya saja dibutuhkan prime mover
sehingga putaran rotor lebih besar daripada putaran stator untuk membangkitkan
tegangannya.
Generator induksi semakin banyak digunakan untuk membangkitkan energi listrik
pada daerah terpencil yang belum terjangkau listrik dan berdaya kecil. Generator induksi
digunakan pada pembangkit energi listrik terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin,
dimana kondisi perputaran rotornya yang tidak tetap sehingga tegangan dan frekuensinya
yang terus berubah-ubah.
Umum analisis Grenerator dilakukan dengan asumsi bahwa generator induksi mendapat
suplai tegangan dari tegangan tiga phasa yang akan dapat mempengaruhi putaran, arus generator,
rugi-rugi, daya input dan daya output generator induksi tiga phase serta dapat digambarkan
karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi.
Pembahasan generator induksi dilakukan secara analisa teknis, dimana dari data yang ada,
diuraikan cara kerja, perhitungan daya generator induksi, putaran, arus input, rugi-rugi, daya input
serta daya output. Sehingga dapat digambarkan karakteristik torsi dan kecepatan pada generator
induksi.
Dari hasi analisis, karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi akan semakin
menurun secara eksponensial, hal ini dikarenakan harga slip yang bernilai negatif.

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik sekarang sudah menjadi kebutuhan utama setiap orang. Tetapi belum semua
orang bisa menikmati listrik. Beberapa daerah terpencil bahkan belum tersentuh oleh listrik. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut dibangun pembangkit-pembangkit listrik berdaya kecil yang
dapat memenuhi kebutuhan listrik tersebut. Pembangkit listrik ini menggunakan potensi alam
yang ada di daerah tersebut. Biasanya dibangun pembangkit energi listrik terbarukan seperti
pembangkit listrik tenaga angin dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Pembangkit-
pembangkit tersebut menggunakan generator induksi untuk membangkitkan energi listrik.
Generator induksi digunakan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu biaya yang murah,
perawatannya yang mudah dan mudah untuk mendapatkannya. Selain itu generator induksi dapat
digunakan pada kecepatan yang rendah dan perubahan kecepatan yang tidak tentu.
Pada keadaan dimana generator induksi harus melayani beban pada daerah yang terisolir,
maka generator induksi harus dapat memenuhi kebutuhan daya reaktif yang diperlukannya. Oleh
karena itu jenis generator induksi yang digunakan ialah generator induksi berpenguatan sendiri
(self excited induction generator (SEIG)). Digunakannya generator induksi pada pembangkit
energi listrik terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin, maka penggerak mula atau turbin
berputar sesuai dengan perubahan kecepatan angin. Kecepatan putar turbin yang berubahubah ini
mengakibatkan tegangan yang generator induksi juga berubah-ubah. Perubahan beban yang
bervariasi juga berdampak pada perubahan tegangan yang dibangkitkan. Hal itu mengakibatkan
kualitas energi listrik yang dihasilkan menjadi buruk.

1.2 Tujuan Penelitian


Untuk mensimulasikan generator induksi menggunakan program komputer.

1.3 Manfaat Penelitian


Dapat digunakan sebagai tambahan referensi didalam memahami karakteristik Torsi-
kecepatan dari Generator Induksi

6
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Untuk memberikan ruang lingkup dan batasan masalah yang jelas pada bab hasil dan
pembahasan dalam penulisan ini, maka analisis dibatasi simulasi generator induksi dilakukan
dengan tegangan seimbang tiga phase dan menggunakan soft ware MatLab versdi 6.1

1.5 Sistematika Pembahasan


Untuk memberikan kejelasan mengenai isi penulisan ini, maka dapat dipaparkan sebagai
berikut,

Bab I : Pendahuluan

Berisikan latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan
batasan masalah serta sistematika pembahasan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka yang berisikan teori pendukung yang digunakan dalam penulisan
penelitian ini.

Bab III : Metodologi Penelitian

Berisikan langkah langkah simulasi yang dilakukan

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Melakukan pembahasan melalui simulasi program dan menganalisis hasil


perhitungan.

Bab V : Penutup

Berisikan kesimpulan yang merupakan intisari dari bab hasil dan pembahasan.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Induksi


Mesin induksi terbagi menjadi dua macam yaitu generator induksi dan motor induksi.
Kedua mesin ini dapat bekerja secara bergantian (mesin induksi dapat digunakan sebagai motor
dan generator sekaligus).
Generator induksi digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dan kadang-kadang
dipergunakan dalam pengereman regeneratif, yaitu bila motor induksi berputar melebihi kecepatan
sinkronnya, maka secara otomatis motor bekerja sebagai generator dan berlangsung proses
pengereman. Dalam pada kenyataanya generator induksi sangat jarang dipergunakan. Jadi mesin
induksi lebih banyak digunakan sebagai motor induksi untuk menghasilkan tenaga mekanik yang
diperlukan untuk menggerakkan mesin-mesin pabrik, industri dan rumah tangga.

2.2 Pengereman Motor Induksi


Pada motor induksi terdapat beberapa macam pengereman, diantaranya adalah,
a. Pengereman regeneratif
Untuk membangkitkan daya yang dapat dikembalikan ke jala-jala, motor harus berputar
pada kecepatan yang lebih besar dari kecepatan sinkronnya. Bila kecepatan Nr > Ns, maka
motor akan bekerja sebagai generator dan seolah-olah bekerja secara paralel dengan jala-
jala.
b. Pengereman mendadak
Pengereman mandadak dilakukan dengan cara mambalik suplai pada dua fasa kumparan
stator (boleh dilakukan secara acak) sehingga medan putar stator akan terbalik, sedang
rotornya akan berputar dengan arah yang sama seperti semula. Dengan demikian arah
putaran rotor akan berlawanan dengan arah putaran medan putarnya dan hal ini akan
menimbulkan torsi yang melawan torsi semula, sehingga putaran rotor akan menjadi
perlahan. Bila kecepatan sudah mencapai nol, maka motor akan mengembalikan daya atau

8
dengan kata lain motor akan mulai lagi bekerja dengan putaran rotor yang berlawanan arah
dengan arah sebelumnya.
c. Pengereman dinamis
Cara ini dilakukan dengan merubah suplai pada stator dan diganti dengan sumber DC
kemudian diparalelkan antara kumparan rotor dengan tahanan. Kontaktor line 1L akan
memutuskan rangkaian motor ke jala-jala AC dan selanjutnya kontaktor 2L tertutup
sehingga sumber DC masuk kerangkaian stator. Untuk membatasi arus dan pengereman
yang berbeda-beda maka pada rangkaian rotornya dihubungkan dengan tahanan geser.
Dengan mengalirkan sumber DC pada statornya, maka akan dibangkitkan medan magnet
yang diam dimana distribusi fluksnya merupakan bentuk sinusoidal. Perputaran rotor
dalam medan ini akan menghasilkan suatu aliran induksi AC didalam rotor yang juga akan
memperkuat medan magnet yang diam pada statornya. Dengan adanya melawan dari
resultan medan magnet dan arus rotor, maka pada motor terjadi torsi pengereman yang
besarnya tergantung dari kekuatan medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan stator
dan kecepatan rotornya.

2.3 Konstruksi Generator Induksi


Generator induksi terdiri dari 3 bagian utama yaitu,
1. Stator merupakan bagian generator yang diam.
2. Rotor merupakan bagian generator yang berputar.
3. Celah udara merupakan ruangan antara stator dan rotor.

2.3.1 Konstruksi stator dari Generator Induksi


Stator generator induksi terdiri dari beberapa bagian yaitu,
a. Rumah stator yang dibuat dari besi tuang.
b. Inti stator yang terbuat dari besi lunak atau baja silikon.
c. Alur atau gigi material yang digunakan untuk meletakkan belitan.
d. Belitan stator dari tembaga.

9
Dalam hal ini belitan stator dirangkai untuk generator induksi tiga fasa, tetapi juga dapat
dirangkai untuk generator induksi satu fasa. Disamping itu belitan stator pada generator
induksi juga dirangkai untuk jumlah kutub tertentu sesuai dengan kebutuhan.

2.3.2. Konstruksi rotor dari generator induksi


Rotor generator induksi terdiri dari beberapa bagian yaitu,
a. Inti rotor yang bahannya terbuat dari besi tuang.
b. Alur dan gigi materialnya sama dengan inti, alur digunakan untuk meletakkan
belitan.
c. Belitan rotor terbuat dari tembaga.
d. Dari konstruksi lilitan akan memberikan dua jenis rotor yaitu generator induksi dengan
rotor sangkar atau rotor kurung dan generator induksi dengan rotor belitan.
e. Poros atau as.

Stator dan rotor membentuk rangkaian magnetis, berbentuk silindris yang simetris dan
diantaranya terdapat celah udara. Apabila celah udara yang terdapat diantara stator dan rotor
terlalu lebar maka efisiensi mesin akan semakin rendah dan apabila terlalu sempit maka akan
menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin.
Rangkaian kumparan rotor pada generator induksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Rangkaian rotor generator induksi

10
Gambar 2.2 Rangkaian rotor generator induksi yang dilihat dari sisi stator

Untuk mendapatkan rangkaian ekivalen, maka rangkaian kumparan rotor harus disesuaikan
dengan besaran komponen-komponennya yakni dipindahkan atau dilihat dari sisi stator dengan
memperhatikan perbandingan transformasi seperti Gambar 2.2. Dari Gambar 2.2 di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa hubungan komponen-komponennya sebelum dan sesudah dipindahkan
ke stator akan mengikuti persamaan-persamaan seperti berikut,
E2’ = a E2 = E1 (2.1)
I2’ = I2 / a (2.2)
R2’ / S = a2 R22 / S (2.3)
X2’ = a2 X2 (2.4)

Keterangan :
a = ( N1 Kw1 ) / (N2 Kw2 ) : Perbandingan transformasi
N1 : Banyaknyalilitan kumparan stator
N2 : Banyaknya kumparan rotor
Kw1 = Kp1 x Kd1 : Faktor belitan stator
Kw2 = Kp2 x Kd2 : Faktor belitan rotor
Kp : Faktor kisar belitan
Kd : Faktor distribusi dari belitan

Setelah besaran dari komponen kumparan rotor dirubah yakni dilihat (dipindahkan) ke
stator, maka rangkaian ekivalen yang sebenarnya dapat digambarkan sebagai berikut,

11
Gambar 2.3 Rangkaian rotor yang sebenarnya dari generator induksi

Jika diperhatikan rangkaian ekivalen generator induksi disebelah sama dengan rangkaian
ekivalen trafo namun pada generator induksi rangkaian sekundernya berputar sedangkan pada
trafo tidak.
2.4 Prinsip Kerja Generator Induksi
Prinsip kerja generator induksi yaitu berdasarkan induksi elektromagnetik. Setelah rotor
diputar oleh penggerak mula (prime mover) dengan demikian kutub-kutub didalam rotor akan
berputar. Jika kumparan kutub diberi arus maka pada permukaan kutub akan timbul medan magnet
(garis-garis gaya fluks) yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan putaran kutub. Garis-
garis gaya fluks yang berputar tersebut akan memotong kumparan jangkar yang ada di stator
sehingga pada kumparan jangkar tersebut timbul EMF atau GGL tegangan induksi. Frekuensi
EMF atau tegangan induksi tersebut mengikuti persamaan berikut ini,
f = (PxN) / 120 (Hz) (2.5)
Oleh karena frekuensi dari tegangan induksi tersebut di Indonesia sudah ditentukan, yaitu
sebesar 50 Hz dan jumlah kutub selalu genap maka putaran kutub, putaran rotor dan putaran
penggerak mula sudah ditentukan terlebih dahulu. Besarnya tegangan induksi yang timbul pada
kumparan jangkar pada stator mengikuti persamaan berikut,
E = 4,44 . kc . kd . f . Φ . T (volt/fase) (2.6)
Komponen-komponen yang ada pada generator induksi hampir sama dengan yang ada
pada motor induksi, baik itu stator maupun rotornya. Prinsip kerja generator induksi juga hampir
sama dengan motor induksi, perbedaannya hanya pada slipnya saja. Maka dari itu rumus-rumus
yang digunakan pada generator induksi identik dengan rumus-rumus yang digunakan pada motor

12
induksi. Untuk motor induksi, slipnya bernilai positif karena kecepatan statornya (Ns) lebih besar
dibandingkan kecepatan rotornya (Nr), sedangkan pada generator induksi slipnya bernilai negatif
karena kecepatan statornya (Ns) lebih kecil dibandingkan kecepatan rotornya (Nr). Hal ini akan
mempengaruhi besaran-besaran lainnya seperti daya, torsi dan lain-lain.
Apabila mesin induksi berputar dalam keadaan berbeban dengan kecepatan rotor (Nr) lebih
besar dari kecepatan statornya (Ns), maka slip menjadi negatif sesuai persamaan berikut,
Ns  Nr
S (2.7)
Ns
Selain itu, torsi akan menjadi negatif dan MMF rotor (Mr) mendahului Φres dengan sudut Φ (ΦR)
dan arus stator (I2) bertambah sesuai persamaan berikut,
M s coss  M R cosr  M res cosres (2.8)

Dalam hal ini, kenaikkan daya output sebanding dengan M s coss , diikuti dengan kenaikkan yang
sama dari daya beban pada poros prime mover.
Motor induksi dapat menjadi generator induksi apabila motor induksi tersebut mengalami
pengeremen untuk membangkitkan daya yang dapat dikembalikan ke jala-jala. Jenis-jenis
pengereman motor induksi yang dapat mengakibatkan motor induksi berubah menjadi generator
induksi telah dibahas pada Bab II sebelumnya. Generator induksi jarang dipergunakan, kadang-
kadang digunakan dalam pengereman regeneratif yaitu apabila motor induksi berputar melebihi
kecepatan sinkronnya.
Besarnya kecepatan stator (Ns) dan kecepatan rotor (Nr) dalam program ini dihitung dengan
persamaan berikut,
120  f
Ns  (2.9)
P
N r  (1  S )  N s (2.10)
Dengan menggunakan perbandingan slip pada persamaan 2.12, daya masuk rotor (Pg) dan
daya mekanis (Pm) dapat diketahui. Untuk memperoleh besarnya daya keluaran (Pout) dan daya
masukkan (Pin) digunakan aliran daya dan rugi pada motor induksi, maka besarnya daya keluaran
(Pout) dan daya masukkan (Pin) dapat dicari sesuai persamaan 2.13 dan 2.14. Tetapi sebelumnya
harus dihitung terlebih dahulu besarnya rugi tembaga pada rotor (Pcu) yang besarnya adalah,
P  3  I 22  R2 (2.11)

13
Pg : Pcu : Pm  1 : S : (1  S ) (2.12)

Pout  Pm  Pfw (2.13)

Pin  Pg  PS (2.14)

Harga daya masuk rotor (Pg) dan daya mekanis (Pm) merupakan harga mutlak (absolut)
karena harga slipnya adalah negatif. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat ditentukan
besarnya torsi elektromagnetis (Te), torsi poros (Tp) dan efisiensi generator induksi dengan
persamaan berikut ini,
Pout
  100% (2.15)
Pin
P
Te  m (2.16)
Nr
P
Tp  out (2.17)
Nr

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Data
3.1.1 Bentuk data
Keseluruhan bentuk data yang akan dipergunakan dalam laporan ini adalah data kuantitatif
yaitu data yang berupa angka.

3.1.2 Jenis data


Jenis data yang akan dipergunakan dalam lapoaran ini adalah, data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan simulasi generator induksi.

3.1.3 Sumber data


Data-data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai jenis buku
literatur dan website yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas.

3.1.4 Teknik pengumpulan data


Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang diperoleh berdasarkan metode-metode
sebagai berikut yaitu metode kepustakaan. Metode ini dilakukan dengan cara membaca buku
literatur dan website yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas diantaranya mengenai
generator induksi.

3.2 Metode Analisis


Metode analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
(pemaparan) yaitu menjelaskan tentang simulasi generator induksi dengan menggunakan suatu
program komputer yaitu Matlab 6.1.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Simulasi Program


Program yang dipergunakan pada simulasi generator induksi ini adalah Matlab 6.1.
Simulasi program generator induksi ini berfungsi untuk menentukan besarnya kecepatan stator
(Ns), kecepatan sinkron (Nr), torsi elektromagnetis (Te), torsi poros (Tp), efisiensi (η), rugi tembaga
stator (Pcu), daya masuk rotor (Pg), daya mekanis (Pm), daya keluaran (Pout) dan daya masukkan
(Pin) melalui masukkan (input) frekuensi (F), jumlah kutub (P), slip (S), resistansi per phase (R2),
reaktansi per phase (X2), rugi angin dan gesekan (Pfw), rugi stator (Ps) serta arus rotor (I2). Selain
itu, terdapat juga gambaran tentang grafik karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi.
Tampilan awal dari simulasi program generator induksi dapat dilihat seperti gambar
berikut ini,

Gambar 4.1 Tampilan awal simulasi program generator induksi

16
Gambar 4.2 Tampilan akhir hasil perhitungan simulasi program generator induksi

4.2. Hasil

Karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi akan semakin menurun secara
eksponensial, hal ini dikarenakan harga slip yang bernilai negatif.

17
BAB V
PENUTUP

Dari hasil pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,


a. Apabila mesin induksi diputar oleh motor DC dengan kecepatan yang melebihi yang
melebihi kecepatan sinkron, maka slip menjadi negatif dan MMF rotor (MR) mendahului Φres
dengan sudut φ arus stator bertambah. Dalam hal ini kenaikan daya keluaran (output) akan
(sebanding dengan M s coss  M R cosr  M res cosres ) diikuti kenaikan yang sama dari
daya beban pada poros prime mover, maka mesin akan bekerja sebagai generator.
b. Karakteristik torsi dan kecepatan pada generator induksi akan semakin menurun secara
eksponensial, hal ini dikarenakan harga slip yang bernilai negatif.

18
DAFTAR PUSTAKA

Boldea, Ion dan Syed A. Nasar. 2002. “The Induction Machine Book”. Florida: CRC Press LLC

Brian R, dkk. 2006. A Guide to MATLAB for Beginners and Experienced Users. Edisi ke-2. New
York: Cambrige University Press Karim,

Chapman, Stephan J. 2005. Electric Machinery Fundamentals. Edisi ke-4. New York: McGraw-
Hill Cimbals, Raimonds.,

Jimmie J. Cathey, 2001. Electric Machines : Analysis and Design Applying Matlab. McGraw-Hill
Higher Education

Zuhal. 1993. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama

19
20
Listing Program Simulasi Generator Induksi

function Generator_Induksi

% Format tanggal hari ini


Tanggal=Date;
Tanggal_1=findobj(gcbf,'Tag','Tgl');
set(Tanggal_1,'String',Tanggal);

m1=findobj(gcbf,'Tag','K');
set(m1,'String','Proses perhitungan sedang dilakukan, tunggu beberapa saat....!');
pause(2);
m2=findobj(gcbf,'Tag','K');
set(m2,'String','Proses perhitungan selesai, silakan cek hasilnya....!');

format bank

% Input
s7=findobj(gcbf,'Tag','S');
s8=get(s7,'String');
s9=str2num(s8); % Input slip
if s9>=0
p1=findobj(gcbf,'Tag','K');
set(p1,'String','Slip harus lebih kecil dari 1 atau negatif untuk generator induksi....!');pause(3);
a21=findobj(gcbf,'Tag','K');set(a21,'String','Sedang Menghapus....!');pause(1);
a22=findobj(gcbf,'Tag','K');set(a22,'String','Silakan isi input-input-nya
kembali...!');a1=findobj(gcbf,'Tag','F');set(a1,'String',' ');a2=findobj(gcbf,'Tag','P');set(a2,'String','
');a3=findobj(gcbf,'Tag','S');set(a3,'String',' ');a4=findobj(gcbf,'Tag','R');set(a4,'String','
');a5=findobj(gcbf,'Tag','X');set(a5,'String',' ');a6=findobj(gcbf,'Tag','Fst');set(a6,'String','
');a7=findobj(gcbf,'Tag','Fs');set(a7,'String',' ');a8=findobj(gcbf,'Tag','I');set(a8,'String','
');a9=findobj(gcbf,'Tag','Ns');set(a9,'String',' ');a10=findobj(gcbf,'Tag','Nr');set(a10,'String','
');a11=findobj(gcbf,'Tag','Te');set(a11,'String',' ');a12=findobj(gcbf,'Tag','Tp');set(a11,'String','
');a12=findobj(gcbf,'Tag','Eff');set(a12,'String',' ');a13=findobj(gcbf,'Tag','Pcu');set(a13,'String','
');a14=findobj(gcbf,'Tag','P2');set(a14,'String',' ');a15=findobj(gcbf,'Tag','Pm');set(a15,'String','
');a16=findobj(gcbf,'Tag','Pout');set(a16,'String',' ');a17=findobj(gcbf,'Tag','Pin');set(a17,'String','
');a18=findobj(gcbf,'Tag','R1');set(a18,'Value',0);a19=plot(0,0);grid;a20=findobj(gcbf,'Tag','G1');set(a20,a19);
end
s1=findobj(gcbf,'Tag','F');
s2=get(s1,'String');
s3=str2num(s2); % Input frekuensi
s4=findobj(gcbf,'Tag','P');
s5=get(s4,'String');
s6=str2num(s5); % Input jumlah kutub
s10=findobj(gcbf,'Tag','R');
s11=get(s10,'String');
s12=str2num(s11); % Input tahanan per phase
s13=findobj(gcbf,'Tag','X');
s14=get(s13,'String');
s15=str2num(s14); % Input reaktansi per phase
s16=findobj(gcbf,'Tag','Fst');
s17=get(s16,'String');

21
s18=str2num(s17); % Input rugi angin dan gesekan
s19=findobj(gcbf,'Tag','Fs');
s20=get(s19,'String');
s21=str2num(s20); % Input rugi stator
s22=findobj(gcbf,'Tag','I');
s23=get(s22,'String');
s24=str2num(s23); % Input arus rotor

% Output
k1=(120*s3)/s6; % Output kecepatan Stator
k2=(1-s9)*k1; % Output kecepatan rotor
k3=findobj(gcbf,'Tag','Ns');
set(k3,'String',k1);
k4=findobj(gcbf,'Tag','Nr');
set(k4,'String',k2);
k5=3*((s24)^2)*s12; % Output rugi tembaga rotor
k6=findobj(gcbf,'Tag','Pcu');
set(k6,'String',k5);
k7=abs(k5/s9); % Output daya masuk rotor
k8=findobj(gcbf,'Tag','P2');
set(k8,'String',k7);
k9=abs((1-s9)*k7); % Output daya mekanis
k10=findobj(gcbf,'Tag','Pm');
set(k10,'String',k9);
k11=k9-s18; % Output daya keluaran
k12=findobj(gcbf,'Tag','Pout');
set(k12,'String',k11);
k13=k7+s21; % Output daya masukkan
k14=findobj(gcbf,'Tag','Pin');
set(k14,'String',k13);
k15=(k11/k13)*100; % Output efisiensi generator
k16=findobj(gcbf,'Tag','Eff');
set(k16,'String',k15);
k17=k9/k2; % Output torsi elektromagnetis
k18=findobj(gcbf,'Tag','Te');
set(k18,'String',k17);
k19=k11/k2; % Output torsi poros
k20=findobj(gcbf,'Tag','Tp');
set(k20,'String',k19);

% Gambar grafik
L2=linspace(0,k2,50);
L3=k9./L2;
L4=plot(L2,L3,'b.');
grid, xlabel('Kecepatan rotor (rpm)'), ylabel('Torsi Elektromagnetis (N-m)'), title('Karakteristik Torsi dan Kecepatan
Generator Induksi')
L5=findobj(gcbf,'Tag','G1');
set(L5,L4);

pause(3);
m3=findobj(gcbf,'Tag','K');
set(m3,'String','Untuk generator induksi, kecepatan rotor harus lebih besar dari kecepatan stator.');

22
23

Anda mungkin juga menyukai