Rangkuman ANALISA SPERMA 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

ANALISA SPERMA 3

1. Pemeriksaan Mikroskopis Sperma


- Pemeriksaan densitas/ kepadatan
- Pemeriksaan motilitas
- Pemeriksaan motilitas sinambung
- Pemeriksaan jumlah sperma/ml
- Pemeriksaan supra vital

2. Pemeriksaan Mikroskopis dilakukan kalau sperma itu sudah liquifaksi sempurna.


Liquifaksi sempurna jika sudah mencair semua

3. Pemeriksaan densitas/kepadatan
- Ambil 1 tetes sperma diatas objek glass
- Tutup dengan deck glass
- Kemudian amati, hitung semua jumlah spermatozoa perlapang pandang
( Jadi, tidak boleh membedakan apakah sperma itu diam, bergerak aktif. Hanya
menjumlah/menghitung jumlahnya )
Contoh : Ambil 3 lapang pandang, hitung
Lp 1 : ……
Lp 2 : …….
Lp 3 : …….
Kemudian dirata-rata, katakanlah dalam 3 lapang pandang didapatkan 180
= 180 : 3 lapang pandang. Ketemu dalam 1 lapang pandang

- Densitas ini berguna untuk menentukan pengenceran pada waktu dilakukan


perhitungan jumlah spermatozoa/ml. Jadi kalau dalam densitas itu normalnya sekitar
40-an spermatozoa itu berarti pengenceran kita memakai pipet leukosit itu bisa
pengenceran 20x
- Tapi kalau terlalu padat banget ternyata ditemukan dalam 1 lapang pandang itu 100
spermatozoa, berarti harus diencerkan lebih dari 20x itu boleh atau hanya ditemukan
10 spermatozoa dalam 1 lapang pandang itu minim spermatozoa tidak usah
diencerkan.

4. Pemeriksaan Motilitas
- Pemeriksaan Motilitas untuk menghitung minimal 200 sperma
- Jadi, pemeriksaan motilitas ini sudah tidak berdasarkan lapang pandang, tetapi
berdasarkan jumlah minimal spermatozoa
- Katakanlah dalam 4 lapang pandang sudah ditemukan 200 spermatozoa boleh
diberhentikan. Atau 3 lapang pandang sudah dapat 200 sperma boleh stop
- Pada pemeriksaan motilitas buat kolom/table.
- Pemeriksaan motilitas dibagi menjadi 3
a. Motilitas baik : gerak lurus, lincah, cepat kedepan
b. Motilitas kurang baik : zig zag, berputar tanpa arah, atau bergetar, ekor bergerak
c. Non motil : tidak bergerak sama sekali, diam ditempat
- Buat 3 kolom kemudian dalam 200 spermatozoa entah itu berapa lapang pandang,
yang penting jumlah spermatozoa. Hitung berapa yang ditemukan motilitas baik,
kurang baik, dan non motil
- Kemudian buat prosentase
Contoh :
Dapat motilitas baik 110 x 100%
202
- Rumus : jumlah sperma baik / jumlah keseluruhan sperma x 100
- Dihitung dalam min 200 , dibagi 3 kategori kemudian dibut prosentase
- Jadi harus dibuat prosentase untuk melihat sperma dengan kualitas bagus itu motilitas
baik nya harus diatas 50% itu baru dapat dikatakan bahwa kualitas spermatozoa nya
itu bagus
- Semuanya harus dibuat prosentase. Jadi, membuat 3 tabel anatra motilitas baik,
kurang baik, non motil. Semuanya dihitung dan dibuat prosentase
- Kemudian pemeriksaan motilitas ini tidak berhenti disini tetapi dilanjutkan dengan
pemeriksaan motilitas sinambung
- Cara kerja motilitas sinambung sama dengan pemeriksaan motilitas. Perbedaannya
bahwa dilakukan pada 1 jam setelah pmx motilitas pertama. Kemudian untuk
pemeriksaan motilitas sinambung yang kedua dilakukan 2 jam setelah pmx motilitas
- Cara kerja :
1. Teteskan sperma yang sudah encer semua ( sampel yang sama )
2. Kemudian tutup dengan deck glass dan amati
- Dihitung dalam 200 spematozoa ( hitung motilitas baik, kurang baik dan non motil )
dibuat prosentase
- Motilitas baik dan kurang bagus harus turun dan Non motil harus naik
- Karena spermatozoa itu lama-lama akan mati sehingga itu harus penurunan tetapi
penurunan itu 10-20%. Katakana lah rata-rata maksimal banget itu 20% tapi harusnya
10% itu sudah bisa. Ini dikatakan penurunan normalnya ( 10% itu penurunan nya ).
Karena normalnya memang mati
- Penurunan ini harus 10% karena itu normal. Kenapa ini dinilai karena berhubungan
dengan kualitas sperma. Karena saat terjadi hubungan seksual elum tentu pihak
wanita itu saat masa subur sehingga spermatozoa ini harus menunggu sel telur (ovum)
dilepaskan. Kalau ovum lepas akan terjadi pembuahan tapi kalau tidak sperma ini
akan mati
- Sperma akan bertahan hidup 2-6 hari didalam suasana vagina yang asam sehingga
motilitas sinambung itu penting karena untuk mengetahui sperma yang mati itu
banyak atau tidak
- Kalau ternyata motilitas sinambung itu untuk spermatozoa yang memiliki kualitas
yang bagus / yang pergerakannya bagus itu ternyata penurunannya 50% berarti
kualitas sperma nya jelek. Kenapa dikatakan jelek ? Karena misalnya dalam 1 jam
banyak yang mati, berarti kalau nunggu 2 atau 3 hari yang mati akan semakin banyak
- Sedangkan yang non motil harus meningkat

5. Pemeriksaan jumlah sperma/ml


- Menurut WHO, jumlah spermatozoa/ml normal minimal 20 juta/ml
- Pemeriksaan tidak harus dengan hemositometer tetapi ini sebetulnya untuk
memudahkan kita perhitungan
- Jadi sperma yang telah encer dihomogenkan terlebih dahulu
- Perhitungannya memang dengan hemositometer tapi untuk pipet lekosit untuk
memudahkan pada pengenceran. Sebetulnya tidak harus dengan pipet lekosit tapi
tergantung pada densitas tadi.
- Kalau rata-rata 50-60 per lapang pandang bisa menggunakan pipet lekosit berarti
hanya 20x pengencerannya tapi ternyata kalau padat banget katakanlah didapatkan
100-150 per lapang pandang berarti tidak bisa, pengenceran harus lebih tinggi
- Setelah diencerkan kemudian teteskan pada hemositometer dan dihitung
- Katakanlah pengenceran itu karean menghitung densitasnya 50-60 atau 40-60 berarti
pengenceran 20x dan bisa menggunakan pipet leukosit. Cara kerja sesuai seperti pipet
leukosit
- Cara kerja menggunakan pipet leukosit
1. Isaplah cairan sperma yang telah homogen dengan pipet leukosit sampai tanda 0,5
2. Kemudian isaplah larutan pengencer (spermicide) sampai tanda 11 tepat
Catatan :
1 : 20 = 0,5 ke 2 diencerkan berapa kali ? 4x pengenceran. Harsunya sampai tanda
11 => ini menunukkan berapa kali pengenceran.
 Dari 0,5 sperma lalu hisap larutan pengencer sampai tanda 11. Dari sini
bisa terlihat berapa kali pengencerannya . Berapa kali pengencerannya ?
20x pengencerannya.
- Jadi, sebetulnya tidak harus menggunakan pipet leukosit tetapi ini untuk
memudahkan. Bahwa pipet leukosit sudah pasti pengencerannya 20x.
- Pengenceran 20x kali itu jika densitasnya normal sekitar 40-60 tapi kalau hiper/terlalu
padat tidak bisa menggunakan pipet leukosit. Jadi harus menggunakan
clinipet/mikropipet
- Kalau menggunakan clinipet. Jadi katakanlah sperma terlalu padat banget sehingga
harus menggunakan clinipet. Pengencerannya dihitung jadi tidak bisa seperti
menggunakan pipet leukosit
Contoh :
20 mikron sperma kemudian ditambahkan dengan larutan pengencer 1000 mikron.
Pengencerannya berapa ? 50x pengenceran
- Pengenceran dilakukan berdasarkan densitas. Jadi kalau hiperdensitas ( padet banget )
katakanlah 1 lapang pandang ditemukan spermatozoa 100-150 berarti tidak bisa
menggunakan pipet leukosit dan harus melakukan pengenceran diluar menggunakan
clinipet. Katakanlah diambil 20 mikron sperma ditambahkan 1000 mikron larutan
pengencer berarti pengenceran nya 50x
- Berarti jika densitasnya normal sekitar 40-60 berarti penencerannya 20x bisa
menggunakan pipet lekosit ( seperti perhitungan anthal leukosit )
- Karena pmx menggunakan pipet leukosit jadi dihitung pada bilik hitung. Pada
leukosit berapa kotak besar ? 4 pinggir-pinggir.
- Tapi kalau pada sperma cukup dihitung 1 kotak besar ( 1 kotak besar ada 16 kotak
kecil ). Dihitung dalam 1 kotak besar itu ada berapa jumlah sperma nya. Jumlah
sperma dihitung secara keseluruhan jangan membeda-bedakan gerakan sperma nya
bagaimana. Dihitung yang ada pada kotaknya itu jumlahnya ada berapa. Kemudian
dimasukkan didalam rumus
Rumus perhitungan jumlah spermatozoa :
1/0,1 x jumlah sperma yang didepatkan dari hasil menghitung kotak besar ( N ) x
pengenceran ---- mm3----mm3---- ml---x 1000
Rumus akhir : 10 x N x pengenceran x 1000
Pengenceran pipet lekosit : 0,5 sampai angka 11 berarti 20x pengenceran
Tapi kalau menggunakan pengenceran diluar : tergantung jumlah pengenceran
Catatan :
10 didapatkan dari
 Dihitung 1 kotak besar ( 1/volume )
 Rumus volume : luas x tinggi = 1 ml x 0,1 ml3
- Contoh soal
Dalam satu kotak besar ditemukan spermatozoa 180 ---- juml sperma/ml?
36.000.000/ml => normal
- Jadi, pengenceran tergantung kita menggunakan apa. Jika kita menggunakan clinipet
berarti pengenceran bukan 20x tapi kalau pipet leukosit berarti 20x pengenceran dan
kalau tidak disebutkan berarti pengencerannya kita dengan pipet leukosit
- K alau kepadatan kurang dari normal tidak usah digunakan pengenceran. Jadi pada
rumus tidak usah di kali dengan (x) pengeceran

6. Pengecatan Supravital ( Vital staining )


- Cara kerja seperti pada pembuatan preparat apus tetapi dia menggunakan eosin atau
nigrosin.
1. Buat preparat apus
2. Teteskan nigrosin atau eosin
3. Kemudian keringkan
- Jadi, pengecatan supravital ( vital staining ). Teteskan sedikit sperma buat preparat
apus, keringkan, teteskan dengan nigrosin atau eosin, keringkan dan amati
- Pada pengecatan supravital ( vital staining ) hitung minimal 100 sperma
- Pengecatan supravital ( vital staining ) digunakan untuk mengetahui jadi disini
sperma nya diam tidak bergerak, diam nya itu apakah mati ataukah hidup. Jadi, itu
berguna untuk membedakan apakah spermatozoa itu diam hidup atau mati
- Kalau mati akan berwarna merah. Mengapa berwarna merah ? karena akan menyerap
zat warna, dinding sperma rusak sehingga menyerap zat warna dan tercat warna
merah
- Kalau hidup tidak berwarna
- Dihitung dalam 100 spermatozoa dan dibuat prosentase
- Untuk supravital berfungsi sebagai diagnosa Necrozoospermia. Jadi
Necrozoospermia kalau lebih 50% itu mulai masuk Necrozoospermia
- Necrozoospermia artinya kalau sperma nya itu diam tapi banyak yang mati. Sperma
ada tapi banyak yang mati

Anda mungkin juga menyukai